PENINGKATAN KOMPETENSI SUPERVISI AKADEMIK

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PADA SDK DETUNG KECAMATAN KANGAE KABUPATEN SIKKA

 

Ignasia

Guru di SDK Nelle 1, Sikka, NTT

 

ABSTRAK

Untuk mendapatkan seorang kepala sekolah harapan Permendikbud tersebut maka dilaksanakan berbagai upaya, salah satunya adalah perekrutan guru yang telah memiliki kompetensi yang memadai sebagai calon kepala sekolah. Dengan demikian, perlu juga adanya usaha peningkatan kemampuan kepada guru yang direkrut sebagai calon kepala sekolah agar dapat melaksanakan Permendikbud tersebut. Calon kepala sekolah yang menyandang profesi guru wajib meningkatkan profesionalismenya sesuai dengan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu bahwa guru wajib meningkatkan dan mengembangan kualifikasi akademik secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni. Peningkatan profesionalisme secara garis besar mencakup beberapa hal diantaranya kemampuan dalam mengajar, penguasaan materi yang memadai, kemampuan menyiapkan perangkat pembelajaran, meningkatkan pemahaman terhadap pengetahuan-pengetahuan baru dalam bidang pendidikan dan meningkatkan pemahaman terhadap bidang teknologi yang mendukung proses pembelajaran yaitu teknologi informasi dan komunikasi. Dari kegiatan dan data hasil wawancara tentang supervisi di SDK Nelle I dalam rangka rencana tindak kepemimpinan [RTK] dapat dibuatkan solusi sebagai berikut: Kepala sekolah harus membuat program supervisi pada awal tahun secara baik dan benar. Semua guru yunior harus mendapat supervisi klinis dalam rangka perbaikan kualitas pelaksanaan pembelajaran, untuk itu kepala sekolah harus melibatkan guru senior agar dapat membantu pelaksanaan supervisi, sehingga semua guru yunior mendapat layanan supervisi. Kepala sekolah harus menyiapkan instrumen supervisi seperti pra observasi. Observasi pembelajaran dan pasca observasi. Kepala sekolah harus melakukan dua siklus supervisi guna memantau perkembangan pembelajaran setelah dilakukan perbaikan. Sebagai bukti peserta OJL melampirkan pula program yang telah dibuat untuk membantu 2 sekolah yaitu SDK Detung dan SDK Nelle I yang belum pernah membuat program supervisi yang resmi (lampiran program supervisi).

Kata kunci: kompetensi supervisi akademik, RPP

 

PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa seorang kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi dituntut untuk memiliki lima dimensi kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial, sehingga secara berkesinambungan kompetensi kepala sekolah harus ditingkatkan.

Untuk mendapatkan seorang kepala sekolah harapan Permendikbud tersebut maka dilaksanakan berbagai upaya, salah satunya adalah perekrutan guru yang telah memiliki kompetensi yang memadai sebagai calon kepala sekolah. Dengan demikian, perlu juga adanya usaha peningkatan kemampuan kepada guru yang direkrut sebagai calon kepala sekolah agar dapat melaksanakan Permendikbud tersebut. Calon kepala sekolah yang menyandang profesi guru wajib meningkatkan profesionalismenya sesuai dengan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu bahwa guru wajib meningkatkan dan mengembangan kualifikasi akademik secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni. Peningkatan profesionalisme secara garis besar mencakup beberapa hal diantaranya kemampuan dalam mengajar, penguasaan materi yang memadai, kemampuan menyiapkan perangkat pembelajaran, meningkatkan pemahaman terhadap pengetahuan-pengetahuan baru dalam bidang pendidikan dan meningkatkan pemahaman terhadap bidang teknologi yang mendukung proses pembelajaran yaitu teknologi informasi dan komunikasi.

Disamping itu, pelaksanaan seleksi calon kepala sekolah serta pembekalan materi kepemimpinan bagi guru khususnya calon kepala sekolah juga sangat diperlukan sehingga semua tuntutan tentang kompetensi kepala sekolah dapat terpenuhi. Dari kegiatan ini diharapkan peserta pelatihan dapat menyadari dimana letak kelemahan kompetensi sebagai calon kepala sekolah sehingga dapat dilakukan upaya –upaya yang akan mengatasi kekurangan kompetensi tersebut. Berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) peserta mendapatkan kelemahan pada kompetensi supervisi sehingga penulis berkewajiban meningkatkan kemampuan dibidang supervisi tersebut. Kompetensi supervisi akademik yang dimaksud merupakan kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan profesionalisme guru, serta meningkatkan kualitas pembelajaran, sedangkan hasil Evakuasi Diri Sekolah (EDS) dalam pencapaian 8 (delapan) standar nasional pendidikan sekolah kami, pencapaian paling rendah adalah standar proses maka penulis mengangkat tema tulisan yang terkait dengan pengembangan RPP.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengangkat tema tulisan dengan judul “ Meningkatkan Kompetensi Supervisi Akademik untuk Meningkatkan Kemampun Guru dalam Menyusun Rencana Pembelajaran pada SDK Detung ” melalui workshop.

PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT

Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) Berdasarkan AKPK

Berdasarkan Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) peserta diklat calon kepala sekolah (penulis), maka dapat diketahui bahwa kelemahan penulis adalah terdapat pada kompetensi supervisi, sehingga Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) difokuskan pada supervisi Akademik.

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Fungsi yang mendasar dari supervisi akademik adalah sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesinalisme guru. Dimana langkah-langkahnya adalah dilakukan dengan pendekatan supervisi klinis yang dilaksanakan secara berkesinambungan, melalui tahapan-tahapan yaitu pra observasi, observasi pembelajaran, dan pasca observasi. Teknik supervisi harus tepat sehingga dapat ditindaklanjuti agar guru tersebut dapat memperbaiki kualitas pembelajarannya. Seperti pengembangan bahan ajar dan penilaian yang tepat. Guru harus menggunakan pendekatan saintifik dan menggunakan metode yang tepat, serta penilaian autentik yang dituntut dalam kurikulum 2013 dengan benar.

Dengan kegiatan RTK ini diharapkan peserta diklat calon kepala sekolah (penulis) mendapat kemampun untuk mengembangkan kompetensi supervisi sehingga pada akhirnya dapat berperan sebagai guru yang mampu memengaruhi, menggerakkan, mengembangkan, dan memberdayakan guru lain yang disupervisi.

Pengkajian Aspek Managerial

Dalam pelaksanaan pengkajian aspek managerial, calon kepala sekolah menyiapkan format daftar pertanyaan untuk wawancara, lembar observasi, lembaran bahan kajian 9 managerial. Calon kepala sekolah melakukan koordinasi dengan kepala sekolah baik sekolah magang sendiri maupun sekolah mitra, pihak terkait lainnya yaitu pegawai tata usaha, operator sekolah dan guru yang menangani komponen tertentu yang akan dikaji pada sekolah itu.

Sebelum melakukan pengkajian, calon kepala sekolah menyiapkan bahan kajian dengan cara mengidentifikasi kondisi ideal dalam Permendikbud dan menyesuaikan dengan kondisi nyata sekolah, mencari kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata, mencari solusi dan membuat rekomendasi untuk ditindak lanjut.

Kajian terdiri dari 9 materi managerial yang dilakukan pada sekolah magang sendiri yaitu SDK Detung dan sekolah mitra yaitu SDK Nelle 1. Adapun hasil temuan dari setiap bahan kajian sebaga berikut:

Kajian Rencana Kerja Sekolah

Komponen yang dikaji dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS) ada 3 yaitu Perencanaan Program, Rencana Kerja dan Pembiayaan. Hasil kajian Rencana Kerja Sekolah (RKS) telah ditemukan beberapa kesenjangan dan dibuatkan solusinya:

Sekolah Sendiri

Temuan dari hasil kajian SDK Detung:

o    Belum memuat perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan.

o    Rencana Kerja Tahunan (RKT) belum memuat peningkatan dan pengembangan mutu peran serta masyarakat dan kemitraan.

o    Biaya operasional non personal untuk SDK Detung mengalami kekurangan.

Dari kesenjangan tersebut dapat diambil solusi merevisi Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) sehingga mengandung unsur perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. Menambah muatan tentang peningkatan mutu peran serta dan kemitraan di dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT), mengupayakan kekurangan biaya non personalia melalui sponsor (alumni sekolah), dana dari komite.

Sekolah Mitra

Temuan pada sekolah mitra antara lain:

o    Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) belum dibuat secara baik.

o    Rencana Kerja Tahunan (RKT) dibuat tanpa dasar dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM).

o    Belum memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) tetapi Rencana Kerja Tahunan (RKT) disetujui oleh penyelenggara sekolah.

o    Rencana Kerja Tahunan (RKT) belum memuat ketentuan tentang peningkatan dan pengembangan mutu peran serta masyarakat dan kemitraan.

o    Biaya operasional non personalia mengalami kekurangan.

Dari beberapa kesenjangan diatas maka calon kepala sekolah membuat solusinya adalah sebagai berikut:

·         Mengupayakan agar RKJM dibuat bersama para kepala sekolah lain melalui K3S dan meminta pendampingan dari pengawas sekolah, dalam pembuatan RKT diharap dibuat berdasarkan RKJM. Apabila RKJM telah dibuat secara baik, maka didalamnya harus termuat komponen yang mendukung peningkatan dan pengembangan mutu peran serta masyarakat dan kemitraan. Kekurangan biaya operasional non personalia dapat diupayakan melalui sponsor (alumni sekolah, instansi terdekat, pengusaha terdekat) dan komite sekolah.

Kajian Pengelolaan Kurikulum

Komponen yang dikaji dalam pengelolaan kurikulum terdiri dari 4 komponen antara lain kerangka kurikulum/prinsip pengembangan kurikulum, struktur kurikulum SD, beban belajar dan kalender pendidikan. Hasil kajian dari pengelolaan kurikulum telah ditemukan beberapa kesenjangan dan dibuatkan solusinya.

Sekolah Sendiri

Kesenjangan pada sekolah antara lain:

*    KTSP belum direvisi sesuai kurikulum 2013.

Solusinya adalah merevisi KTSP sesuai kurikulum 2013 antara lain beban belajar, kalender pendidikan, muatan pelajaran, dokumen silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai kurikulum 2013 untuk kelas I, II, IV dan V sedangkan untuk kelas III dan VI masih mengacu pada KTSP kurikulum 2006.

Sekolah Mitra

Kesenjangan pada sekolah mitra antara lain

o    KTSP belum direvisi sesuai kurikulum 2013.

o    Penambahan 4 jam pelajaran tanpa alasan yang jelas.

Solusinya adalah merevisi KTSP sesuai kurikulum 2013 antara lain beban belajar, kalender pendidikan, muatan pelajaran, dokumen silabus dan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) sesuai kurikulum 2013 untuk kelas I, II, IV dan V sedangkan kelas III dan VI masih menggunakan KTSP kurikulum 2006. Solusi yang kedua adalah struktur kurikulum yaitu diberikan alasan yang jelas tentang penambahan waktu 4 jam per minggu.

 

 

Kajian Pendidik dan Tenaga Kependididkan

Komponen yang dikaji dalam Pendidik dan Tenaga Kependidikan ada 6 komponen antara lain kualifikasi akademik, jumlah peserta didik, kompetensi pendidik, tenaga kependidikan lainnya, kualifikasi layanan khusus. Hasil kajian tenaga pendidik dan tenaga kependidikan telah ditemukan beberapa kesenjangan dan dibuatkan solusinya.

Sekolah Sendiri

Kesenjangannya antara lain:

o    Ada 8 orang guru yang belum berkualifikasi S1.

o    Belum ada guru Agama dan PJOK.

o    Guru belum mampu menggunakan TIK.

o    Belum ada kepala tenaga administrasi.

o    Masih ada kekurangan petugas kebersihan dan keamanan.

Dari kesenjangannya diatas maka dibuatkan solusinya sebagai berikut:

Mengupayakan agar guru yang belum berkualifikasi S1 mengikuti pendidikan melalaui program percepatan yang dikelola oleh PGRI dan bagi guru yang sementara mengikuti pendidikan agar segera menyelesaikan program studi yang belum dinyatakan lulus. Mengupayakan 1 orang guru Agama dana 1 orang guru PJOK dengan mengusulkan ke dinas PPO Kabupaten Sikka dan Depag Kabupaten Sikka. Mengupayakan guru yang belum mampu menggunakan TIK dalam pembelajaran melalui IHT atau In House Training di sekolah. Mengupayakan adanya kepala tenaga administrasi agar operator jangan memiliki tugas ganda. Mengupayakan adanya petugas kebersihan dan keamanan sekolah.

Sekolah Mitra

Kesejangan yang diperoleh pada sekolah mitra antara lain:

o    Ada 7 orang guru yang belum berkualifikasi S1.

o    Belum ada guru PJOK.

o    Guru belum mampu menggunakan TIK.

o    Belum ada kepala tenaga administrasi.

o    Belum ada penjaga sekolah.

Dari kesenjangan diatas maka dibuatkan solusinya sebagai berikut: mengupayakan agar guru yang belum berkualifikasi S1 untuk mengikuti program percepatan kuliah yang diadakan oleh PGRI dan bagi yang sementara mengikuti kuliah agar segera menyelesaikan program studinya. Mengupayakan 1 orang guru PJOK melalui Dinas PPO Kabupaten Sikka. Bagi guru yang belum mampu menggunakan TIK agar mengikuti kegiatan IHT atau In House Training di sekolah. Mengupayakan 1 orang kepala tenaga administrasi, agar operator sekolah jangan memiliki tugas ganda. Mengupayakan 1 orang penjaga sekolah agar keamanan sekolah terjamin.

 

 

Kajian Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Komponen yang dikaji dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah terdiri dari 7 komponen antara lain: perencanaan, pengadaan, inventarisasi, pemanfaatan sesuai SPM, pemeliharaan dan perbaikan, penghapusan dan pelaporan. Hasil kajian pengelolaan sarana dan prasarana telah ditemukan beberapa kesenjangan dan dibuatkan solusinya.

Sekolah Sendiri

Kesenjangannya antara lain:

o    Belum memilki ruang guru dan ruang UKS.

o    Belum memiliki media pendidik TIK (Laptop, infocus) untuk pembelajaran di kelas.

o    Belum pernah melakukan penghapusan barang secara resmi.

Dari kesenjangan diatas maka dibuatkan solusinya sebagai berikut: mengusulkan 1 buah ruang guru dan ruang UKS ke kantor Dinas PPO Kabupaten Sikka dan melalui pengembangan desa yaitu PNPM. Mengusulkan kepada sekolah agar direncanakan pembelian Laptop dan infocus untuk pembelajaran di kelas. Mengenai penghapusan barang diupayakan penghapusan secara resmi diakhir tahun ajaran ini karena banyak barang yang tidak terpakai menumpuk digudang sekolah.

Sekolah Mitra

Kesenjangan yang ditemukan di sekolah mitra antara lain:

o    Sekolah belum memiliki ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS, gudang dan ruang praktek.

o    Sekolah belum memilki media pembelajaran elektronik seperti TV, kaset pembelajaran, Tape Recorder, laptop dan infocus untuk membantu kegiatan pembelajaran.

Dari kesenjangan tersebut maka dibuat solusi sebagai berikut: mengusulkan kekurangan beberapa ruang ke kantor Dinas PPO Kabupaten Sikka dan instansi terkait dan melalui pengembangan desa yaitu dana PNPM, komite sekolah agar dapat mengatasi kekurangan ini. Dalam hal media pembelajaran diberikan solusi agar merencanakan dan membelinya dengan dana BOS dan menambahkan dana dari sponsor lain atau komite sehingga segala kekurangan dapat diatasi.

Kajian Peserta Didik

Komponen yang dikaji dalam pengelolaan peserta didik meliputi 6 komponen antara lain perencanaan peserta didik, layanan bimbingan dan konseling peserta didik, pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dan pembinaan organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Hasil kajian pengelolaan peserta didik telah ditemukan beberapa kesenjangan dan dibuatkan solusinya.

Sekolah Sendiri

Kesenjangan yang ada pada sekolah sendiri antara lain:

o    Belum menyusun rencana yang jelas dalam hal penerimaan murid.

o    Belum memiliki cara untuk pengembangan potensi siswa.

o    Belum melengkapi program bimbingan dan konseling.

o    Belum membentuk susunan organisasi umum sekolah dasar meskipun dalam bentuk sederhana.

Dari kesenjangan diatas maka peserta OJL memberikan solusi agar sebelum membentuk panitita, sekolah harus membuat perencanaan yang menyangkut dana yang harus dimasukkan dalam Rencana Pendapatan dan Belanja Sekolah dan menyusun panduan penerimaan siswa baru tersendiri sebagai penjabaran dari RKAS, sehingga tidak mengalami kekurangan dana, sekolah harus membuat format catatan perkembangan potensi siswa. Sekolah juga harus mengupayakan terbentuknya organisasi siswa sekolah dasar meskipun dalam bentuk sederhana.

Sekolah Mitra

            Kesenjangan pada sekolah mitra hampir sama dengan sekolah sendiri, antara lain:

o    Belum menyusun perencanaan yang jelas dalam hal penerimaan murid baru.

o    Belum memiliki cara mengembangkan potensi siswa.

o    Belum membentuk susunan kepengurusan organisasi sekolah dasar dalam bentuk sederhana.

Dari kesenjangan diatas maka perlu diberi solusi sebagai berikut: sebelum membentuk panitia sekolah harus membuat perencanaan yang menyangkut dana, jadi mengupayakan agar dimasukkan dalam RKAS; sehingga tidak mengalami kendala dalam penerimaan siswa baru. Sekolah harus membuat format catatan perkembangan potensi siswa. Dalam hal organisasi sekolah harus membentuk susunan kepengurusan siswa sekolah dasar meskipun dalam bentuk sederhana.

Kajian Pengelolaan Keuangan

Komponen yang dikaji dalam pengelolaan keuangan ada 5 antara lain sumber pendapatan sekolah, perencanaan anggaran pembiayaan sekolah, pertanggung jawaban dan kelengkapan dokumen keuangan. Hasil kajian pengelolaan keuangan ditemukan beberapa kesenjangan dan dibuatkan solusinya.

Sekolah Sendiri

Kesenjangan yang ditemukan antra lain:

o    Dana dari sponsor ada, jika ada kegiatan tertentu di sekolah.

o    Sekolah belum memiliki koperasi dan kantin.

Dari kesenjangan tersebut peserta OJL memberikan solusi sebagai berikut: mengupayakan dana dari sponsor bukan hanya pada saat diadakan kegiatan di sekolah, tetapi bisa dibuatkan proporsal yang jelas untuk mendapatkan dana dalam meneruskan pembangunan gudang sekolah yang belum selesai dibangun atau untuk perawatan sekolah. Dalam hal koperasi sekolah peserta OJL menyarankan agar sekolah segera atau bulan Januari 2015 membentuk koperasi sekolah dimana pengurusannya adalah para siswa dibantu oleh guru – guru sedangkan untuk kantin sekolah penulis menyarankan agar bersama komite dalam waktu dekat membuat kantin sekolah yang menjual makanan yang higienis bagi peserta didik atau para siswa dan guru.

 

Sekolah Mitra

Kesenjangan yang ditemukan antara lain:

o    Sekolah belum pernah menerima dana dari sponsor maupun donatur.

o    Sekolah belum mendapat dana block grand atau imbal swadaya.

Dari kesenjangan diatas maka diupayakan sekolah membuat proporsal yang jelas untuk mendapatkan dana tambahan perawatan sekolah. Mengupayakan dana block grand atau imabl swadaya dari desa melalui program PNPM, misalnya untuk membiayai tenaga honorer yang ada di sekolah.

Kajian Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah

Komponen yang dikaji dalam pembinaan tenaga administrasi sekolah antara lain perencanaan, uraian tugas dan tata kerja, pembinaan, pengembangan, evaluasi dan pelaporan. Hasil kajian pembinaan tenaga administrasi sekolah telah ditemukan beberapa kesenjangan dan telah dibuatkan solusinya.

Sekolah Sendiri

Kesenjangan yang ditemukan pada sekolah sendiri antara lain:

o    Sekolah belum membuatkan uraian tugas dan tata kerja yang jelas.

o    Sekolah belum memiliki staf tata usaha.

Dari kesenjangan diatas maka peserta OJL memeberikan solusi sebagai berikut: Kepala Sekolah harus membuatkan uraian tugas dan tata kerja yang jelas juga harus mengusahakan pegawai tata usaha, sehingga operator sekolah tidak melakukan tugas rangkap baik sebagai operator maupun pegawai tata usaha.

Sekolah Mitra

Kesenjangan yang ditemukan pada sekolah mitra antara lain:

o    Sekolah belum membuat program yang jelas.

o    Belum memiliki pegawai tata usaha.

o    Belum membuat laporan secara tertulis.

Dari kesenjangan diatas maka dibuatkan solusinya sebagai berikut: mengupayakan adanya pegawai tata usaha sehingga operator tidak melakukan pekerjaan rangkap. Dalam hal pegawai tata usaha, sekolah harus mengupayakan seorang pegawai tata usaha yang mengusai TIK. Dalam hal laporan tentang Tenaga Administrasi Sekolah belum dibuat secara tertulis maka disarankan agar selalu membuat laporan secara tertulis dan sistematis, sehingga menjadi bukti jika ada monitoring dan evaluasi (monev).

Kajian Teknologi Informasi Komunikasi

Komponen yang dikaji dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi antara lain Hardware yang terkait dengan multimedia, Software yang terkait dengan multimedia, Infrastruktur dalam akses internet di sekolah, keberadaan dan pemanfaatan TIK di sekolah, pemanfaatan TIK oleh guru dalam penilaian. Hasil kajian pengelolaan Teknologi Informasi Komunikasi ditemukan beberapa kesenjangan dan dibuatkan solusinya untuk diupayakan perbaikan baik di sekolah magang sendiri maupun sekolah mitra.

Sekolah Sendiri

Kesenjangan yang ditemukan antara lain:

o    Sekolah belum menguraikan multimedia classroom.

o    Sekolah belum mengadakan program penggunaan presentase multimedia.

o    Belum ada jaringan internet.

o    Semua guru belum mampu memanfaatkan aplikasi TIK dalam pembelajaran.

o    Semua guru belum mampu memanfaatkan aplikasi TIK dalam penilaian.

Dari kesenjangan diatas maka peserta OJL memberikan solusi agar sekolah mengadakan multimedia classroom, mengupayakan penggunaan program presentase multimedia, mengadakan jaringan internet jika belum ada jaringan internet maka sekolah menggunakan modem untuk mengakses data, mengupayakan guru agar dapat melaksanakan pembelajaran menggunakan TIK melalui In House Training (IHT), begitu pula dalam hal penilaian. Guru harus mampu menggunakan TIK dalam penilaian. Oleh karena itu, disarankan agar dilakukan IHT bagi guru – guru khusus penilaian.

Sekolah Mitra

Kesenjangan yang ditemukan sama dengan sekolah sendiri, maka peserta OJL memberikan saran dan solusi yang sama yaitu sekolah mengadakan multimedia classroom, penggunaan presentase multimedia serta menfasilitasi guru untuk menggunakan TIK baik dalam administrasi pembelajrran maupun penilaian. Bagi guru dilakukan IHT khusus Teknologi Informasi Komunikasi.

Kajian Pengelolaan Monitoring dan Evaluasi

Komponen yang dikaji dalam Pengelolaan Monitoring dan Evaluasi antara lain persiapan monitoring dan evaluasi, pelaksanaan monitoring dan evaluasi, pelaporan. Hasil kajian pengelolaan monitoring dan evaluasi ditemukan beberapa kesenjangan dan diberikan solusi baik sekolah magang sendiri maupun sekolah mitra.

Sekolah Sendiri

Kesenjangan yang ditemukan pada sekolah sendiri antara lain:

o    Sekolah belum membuat tujuan resmi.

o    Tugas dan tanggung jawab belum terorganisir jelas.

o    Sekolah belum mengidentifikasi dan mengembangkan instrumen monitoring dan evaluasi.

o    Sekolah belum berlatih membuat EDS sendiri.

o    Belum dibentuk tim monitoring dan evaluasi.

o    Tidak ada koordinasi tim.

o    Belum ada monitoring.

o    Belum mengidentifikasi isu atau masalah.

o    Tidak ada evaluasi monev secara tertulis.

o    Hasil monitoring dan evaluasi tidak didiskusikan dengan warga sekolah untuk ditindak lanjuti.

Dari kesenjangan yang ditemukan maka peserta OJL memberikan solusi sebagai berikut: sekolah harus menetapkan tujuan monitoring dan evaluasi, mengupayakan untuk mengidentifikasi instrumen monitoring dan evaluasi sendiri, mengupayakan instrumen EDS sekolah sendiri, membentuk tim EDS, membentuk tim koordinasi monitoring dan evaluasi, mengupayakan adanya monitoring, mengupayakan terlaksananya identifikasi isu/masalah oleh tim monitoring dan evaluasi sekolah, segera melakukan evaluasi jika monitoring dan evaluasi sudah dilaksanakan, segera melakukan diskusi hasil monitoring dan evaluasi untuk ditindak lanjuti.

Sekolah Mitra

Kesenjangan yang ditemukan pada sekolah mitra antara lain:

o    Sekolah belum ada tujuan monitoring dan evaluasi.

o    Sekolah belum mengidentifikasi dan mengembangkan instrumen monitoring dan evaluasi.

o    Tim EDS tidak menyusun rencana kegiatan.

o    Tidak ada tim dalam mengevaluasi data.

o    Tidak ada monitoring dari tim.

o    Tidak dilaksanakan identifikasi isu/masalah.

o    Belum ada evaluasi monev.

o    Tidak ada konfirmasi untuk ditindak lanjuti.

Dari kesenjangan diatas maka peserta OJL memberikan solusi sebagai berikut: sebelum monitoring dan evaluasi tim harus melakukan penetapan tujuan identifikasi dan mengembangkan instrumen monitoring dan evaluasi, menyusun rencana kegiatan, mengevaluasi data, mengidentifikasi isu/masalah, peluang hasil dan dibuat kesimpulan serta mengkonfirmasikan dengan warga sekolah untuk ditindak lanjuti.

Peningkatan Kompetensi Berdasarkan AKPK Yang Masih Kurang Di Sekolah Kedua (Lain)

Sesuai dengan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian [AKPK] peserta diklat calon kepala sekolah, seperti yang telah diuraikan pada Bab III di atas diketahui bahwa nilai paling rendah yang diperoleh penulis adalah terdapat pada kompetensi supervisi, sehingga rencana tindak kepemimpinan di sekolah magang lainnya diupayakan untuk peningkatan kompetensi supervisi tersebut.

Langkah-langkah yang dikembangkan peserta OJL adalah mengumpulkan data melalui wawancara baik dengan kepala sekolah maupun guru senior SDK Nelle I tentang pelaksanaan supervisi yang telah dilakukan sebagai pembinaan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Tujuan dari supervisi akademik adalah meningkatkan kemampuan profesionalisme guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Materi yang dibahas dalam wawancara ini berhubungan dengan program supervisi, kegiatan supervisi dengan menggunakan instrumen pra observasi, observasi pembelajaran. Pasca observasi serta tindak lanjut dari hasil supevisi akademik guru tersebut, dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran dari guru yang disupervisi atau guru yunior guna peningkatan profesionalisme guru tersebut. Kegiatan ini dilakukan dua hari yaitu tanggal 18 dan 19 November 2014 yang secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut:

          Kepala sekolah belum membuat program supervisi secara benar.

          Kepala sekolah belum melaksanakan supervisi akademis pada beberapa guru yunior berupa supervisi klinis dalam rangka perbaikan kualitas pelaksanaan pembelajaran.

          Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah belum mengikuti prosedur yang benar yakni pra observasi, observasi dan pasca observasi dan menggunakan instrumen yang sesuai, dimana supervisi ini seharusnya dilaksanakan dalam dua siklus guna pemantauan perkembangan pembelajaran setelah dilakukan perbaikan, tetapi kepala sekolah hanya melakukan satu siklus.

          Ada pencatatan hasil kegiatan hanya observasi pembelajaran dan tidak dituangkan dalam laporan.

          Kepala sekolah belum melibatkan guru senior untuk melaksanakan supervisi, sehingga sebagian guru senior tidak mendapat layanan supervisi.

Dari kegiatan dan data hasil wawancara tentang supervisi di SDK Nelle I dalam rangka rencana tindak kepemimpinan [RTK] dapat dibuatkan solusi sebagai berikut:

a.     Kepala sekolah harus membuat program supervisi pada awal tahun secara baik dan benar.

b.     Semua guru yunior harus mendapat supervisi klinis dalam rangka perbaikan kualitas pelaksanaan pembelajaran, untuk itu kepala sekolah harus melibatkan guru senior agar dapat membantu pelaksanaan supervisi, sehingga semua guru yunior mendapat layanan supervisi.

c.     Kepala sekolah harus menyiapkan instrumen supervisi seperti pra observasi. Observasi pembelajaran dan pasca observasi.

d.     Kepala sekolah harus melakukan dua siklus supervisi guna memantau perkembangan pembelajaran setelah dilakukan perbaikan.

e.     Sebagai bukti peserta OJL melampirkan pula program yang telah dibuat untuk membantu 2 sekolah yaitu SDK Detung dan SDK Nelle I yang belum pernah membuat program supervisi yang resmi (lampiran program supervisi).

PENUTUP

Kesimpulan

Dari rangkaian kegiatan pelatihan calon kepala sekolah khususnya pada kegiatan OJL yang dilaksanakan selama 200 jam disekolah magang sendiri maupun sekolah lain dapat di ambil kesimpulan baik menyangkut pelaksanaan maupun hasil kegiatan yaitu:

1.     Pelaksanaan OJL dapat berjalan dengan baik meskipun masih ada beberapa kendala yang dialami peserta OJL antara lain:

a.    Jadwal dan rencana kegiatan berjalan tidak sesuai dengan telah direncanakan.

b.    Jadwal pelaksanaan OJL 200 jam untuk 45 hari kalender dirasa sangatlah kurang jika dilihat dari banyaknya kegiatan atau banyaknya tagihan yang ada terhadap tugas pokok peserta atau guru.

c.     Sinkronisasi atau peyessuain waktu pelaksanaan kegiatan OJL terhadap waktu kegiatan program sekolah sangatlah sulit dilaksanakan.

d.    Ada banyak perangkat yang tidak dibuat sekolah sehingga pengkajian terhadap 9 komponen managerial terhambat karena sumber yang tidak lengkap.

e.    Kegiatan OJL ini dirasakan sangatlah mengganggu tugas pokok seorang yaitu 24 jam mengajar ditambah tugas-tugas lainnya.

2.     Adanya kemampuan yang signifikan pada peserta OJL dalam hal komponen supervisi sesuai dengan kelemahan pada hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian [AKPK] baik yang diperoleh dari sekolah magang sendiri maupun sekolah lain, serta adanya peningkatan kemampuan dalam hal kompetensi pedagogi khususnya peningkatan kemampuan menyusun rencana pembelajaran serta penilaian sesuai kurikulum 2013.

3.     Dimilikinya administrasi persiapan yang baik untuk seluruh guru SDK Detung yang berupa pemetaan silabus, silabus pembelajaran tematik terpadu, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran [RPP]. Bahan ajar dan instrumen penilaian serta adanya penyempurnaan administrasi maupun program pengelolaan SDK Detung dalam hal rencana kerja tahunan maupun rencana kerja jangka menengah.

4.     Adanya peningkatan kemampuan peserta OJL untuk melakukan supervisi bagi guru yunior untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

5.     Peserta OJL mampu menyusun RPP kurikulum 2013, meskipun peserta mengajar kelas VI yang belum menggunakan kurikulum 2013.

6.     Adanya peningkatan kemampuan bagi peserta OJL untuk mengembangkan komponen managerial yaitu RKAS, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana. Peserta didik, keuangan, tenaga administrasi sekolah, teknologi informasi dalam pembelajaran serta mampu mengembangkan pengelolaan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi satuan pendidikan.

7.     Peserta OJL dapat membantu sekolah magang lainnya yang belum melaksanakan supervisi kepada para gurunya dengan benar.

8.     Terbentuknya seorang calon kepala sekolah yang profesional.

Saran

Berdasar pada uraian kesimpulan di atas maka peserta OJL dapat menyarankan beberapa hal baik menyangkut pelaksanaan maupun hasil yang bertujuan untuk penyempurnaan kegiatan, dimana saran-saran tersebut sebagai berikut:

1.     Pelaksanaan OJL 200 jam sebaiknya dijadwalkan dalam kurun waktu minimal 3 bulan atau 90 hari kelender mengingat peserta OJL adalah guru yang masih memiliki tugas pokok berupa minimal 24 jam perminggu serta tugas – tugas tambahan lain yang tidak boleh ditinggalkan.

2.     Dalam rangka sinkronisasi kegiatan maka jadwal OJL harus menyesuaikan dengan jadwal kegiatan sekolah magang.

3.     Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi yang terprogram dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran agar tujuan pendidikan tercapai.

4.     Kegiatan In House Training [IHT] atau workshop diharapkan dapat dilakukan secara terus menerus dan menjadi program rutin sekolah demi tercapainya standar nasional kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan serta standar penilaian penddikan.

5.     Sekolah magang baik sekolah sendiri maupun sekolah lain hendaknya menindaklanjuti semua rekomedasi dari hasil kajian 9 komponen managerial pendidikan yang dilaksanakan oleh peserta OJL agar didapatkan peningkatan pelayanan pendidikan oleh sekolah secara optimal.

6.     Agar perekrutan calon kepala sekolah yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dilakukan pada awal tahun ajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ignasia, 2014, Dokumen On Job Learning – Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah. Maumere: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Studi banding peneliti di SDK Detung dan SDK Nelle 1 pada tanggal 22 September s/d 12 Desember 2014

Dokumen Perangkat Pembelajaran dan Dokumen Nilai Evaluasi Siswa SDK Detung dan SDK Nelle 1

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah SD/Madrasah.

Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Wawancara dan observasi terlibat peneliti pada kedua sekolah.