PENINGKATAN KREATIFITAS GURU

MELALUI SUPERVISI BERKELANJUTAN

DI SDN 008 SIMPANG GAUNG KECAMATAN GAUNG

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

 

Rasilah

SD Negeri 008 Simpang Gaung

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar melalui bimbingan berkelanjutan di SD Negeri 008 Simpang Gaung. Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan SD Negeri 008 Simpang Gaung. Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan September hingga awal bulan Oktober 2017. Yang menjadi subyek dalam PTS ini adalah guru SD Negeri 008 Simpang Gaung yang berjumlah 22 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi. Dari hasil wawancara terhadap sembilan orang guru, peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru (sembilan orang) masih menggunakan cara konfesional dalam mengajar, umumnya guru mengadopsi metode mengajar yang sudah ada sejak dulu, kebanyakan guru tidak tahu dan tidak paham dalam menggunakan media atau alat peraga dalam proses mengajar. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap delapan cara mengajar yang dilakukan guru (khusus pada siklus I), diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang masih menggunakan metode konfensional dalam mengajar. Setelah diadakan tindakan lagi yaitu pada siklus II indikator pencapaian hasil dari setiap indikator kreatifitas sudah sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan tingginya presentase dari setiap indikator nya dan keseluruhan indikator masih diatas standar yang ditetapkan. Yaitu dimana nilaisetiap indikator masih diatas 75%. Dengan demikian, melalui supervisi berkelanjutan mampu meningkatkan kreativitas guru di SDN 008 Simpang Gaung Kecamatan Gaung Kabupaten Indragiri Hilir.

Kata Kunci: Kreativitas guru, supervisi berkelanjutan

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Dalam pasal 39 (1) dan (2) dinyatakan bahwa: Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab diatas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia melalui sektor pendidikan, oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru untuk menjadi tenaga profesional. Untuk menjadikan guru sebagai tenaga professional maka perlu diadakan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. memungkinkan guru menjadi puas dalam bekerja sebagai pendidik.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan umum sampai ke tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional, yaitu (1) Tujuan Pendidikan Nasional, (2) Tujuan Institusional, (3) Tujuan Kurikulum, (4) Tujuan Pembelajaran. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga kependidikan guru dan non guru. Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.

Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga formal yang berfungsi untuk membantu orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Guru merupakan level terakhir sebagai ujung tombak dari pendidikan, yaitu pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif. Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Pengembangan standar kompetensi guru diarahkan pada peningkatan kualitas guru dan pola pembinaan guru yang terstruktur dan sistematis. Menurut Cece Wijaya (1991:189), salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas guru. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada.

Berdasarkan survey pendahuluan di SD Negeri 008 Simpang Gaung diketahui bahwa guru di SD Negeri 008 Simpang Gaung masih mengunakan cara konfensional dalam mengajar sehingga diperlukan bimbingan agar guru dapat lebih kreatif dalam mengajar. Kenyataan ini mendorong keinginan penulis untuk mengungkapkan lebih lanjut tentang Peningkatan Kreatifitas Guru dalam mengajar melalui bimbingan berkelanjutan di SD Negeri 008 Simpang Gaung.

 

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah “Apakah dengan bimbingan berkelanjutan akan dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar?”

Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar melalui bimbingan berkelanjutan di SD Negeri 008 Simpang Gaung.

Manfaat

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini diharapkan dapat memberikan manfaat Penelitian bagi:

A.   Manfaat Bagi Peneliti

Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan peneliti. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel ilmiah. Sebagai motivasi bagi peneliti dalam membuat karya tulis ilmiah. Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan kepada teman-teman kepala sekolah dan guru yang akan menulis. Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru dalam mengajar yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pembinaan kepada guru.

B.   Manfaat Bagi Sekolah

Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

C.   Manfaat Bagi Guru

Dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar serta menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.

D.  Manfaat Bagi Siswa

1.      Adanya rasa ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran

2.      Semangaat belajar tinggi terhadap pelajaran.

3.      Siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target kompetensinya.

KAJIAN TEORI

Pengertian Guru

Secara etimologi (asal usul kata), istilah ”Guru”berasal dari bahasa India yang artinya ” orang yang mengajarkan tentang kelepasandari sengsara” Shambuan, Republika, (dalam Suparlan 2005:11). Kemudaian Tagore (dalam Suparlan , 2005:11) menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun spiritualitas anak¬-anak bangsa di India (spiritual intelligence). Poerwadarminta (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan,“guru adalah orang yang kerjanya mengajar.” Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Pengertian guru ini hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai pendidik dan pelatih.

Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritualintelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual intelligence), tetapi jugamenyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily kinesthetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam dan guru musik. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.

UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan, ”pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.

Tinjauan Kreativitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Pengertian kreativitas sudah banyak dikemukakan oleh para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda-beda, seperti yang dikemukakan oleh Utami Munandar (1992: 47) menjelaskan pengertian kreativitas dengan mengemukakan beberapa perumusan yang merupakan kesimpulanpara ahli mengenai kreativitas. Slameto (2003: 145) menjelaskan bahwa pengertian kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah laku, bangunan, dan lain-lain. Menurut Moreno dalam Slameto (2003: 146) yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya. Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991:189), kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila konsep ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik disekolah.

Untuk disebut sebagai seorang yang kreatif, maka perlu diketahui tentang ciri-ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Menurut Utami Munandar dalam Reni Akbar Hawadi dkk. (2001: 5-10) menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

A.   Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)

1.   Keterampilan berpikir lancar

2.   Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel)

3.   Keterampilan berpikir rasional

4.   Keterampilan memperinci atau mengelaborasi

5.   Keterampilan menilai

B.   Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude)

1.   Rasa ingin tahu.

2.   Bersifat imajinatif.

3.   Merasa tertantang oleh kemajuan.

4.   Sifat berani mengambil resiko.

5.   Sifat menghargai

Sedangkan menurut pendapat Sund dalam Slameto (2003:147-148) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: Hasrat keingintahuan yang cukup besar; Besikap terbuka terhadap pengalaman baru; Panjang akal; Keinginan untuk menemukan dan meneliti; Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit; Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan; Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas; Berpikir fleksibel; Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak; Kemampuan membuat analisis dan sitesis; Memiliki semangat bertanya serta meneliti; Memiliki daya abstraksi yang cukup baik; Memililki latar belakang membaca yang cukup luas. Menurut Sidneu Parnes, Ruth Noller, M.O. Edwardsdalam Reni Akbar Hawadi dkk. (2001:42) mengemukakan tentang teknik pemecahan masalah secara kreatif melalui 5 (lima) tahap yaitu: menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, Keempat, menemukan jawaban.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif mempunyai suatu motivasi yang tinggi dalam mengenal masalah-masalah yang bernilai. Mereka dapat memusatkan perhatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengkaitkannya baik secara sadar atau tidak, untuk memecahkannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Tumbuhnya kreativitas di kalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:

1.     Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.

2.     Kerjasama yang cukup baik antara berbagai personel pendidikan dalam memecahkanp ermasalahan yang dihadapi.

3.     Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

4.     Perbedaan status yang tidak terlalu tajam di antara personel sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan manusiawi yang lebih harmonis.

5.     Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.

6.     Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada para guru dalam melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.

7.     Pemberian kesempatan kepada para guru untuk ambil bagian dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah yang bersangkutan, khususnya yangberkaitan dengan peningkatan hasil belajar.

Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dansosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut dari guru tersebut integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam interaksi siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong siswa agar dapat belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar. Dari uraian diatas jelas bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan guru-guru yang profesional dan paling tidak memiliki tiga kemampuan yaitu kemampuan membantu siswa belajar efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal, kemampuan menjadi penghubung kebudayaan masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi pendorong pengembangan organisasi sekolah dan profesi. Ada beberapa syarat untuk menjadi guru yang kreatif sebagaimana yang dikemukakan oleh munandar (1985:67) yaitu: profesional, memiliki kepribadian, dan menjalin hubungan sosial.

Apabila syarat diatas terpenuhi maka sangatlah mungkin ia akan menjadi guru yang kreatif, sehingga mampu mendorong siswa belajarsecara aktif dalam proses belajar mengajar. Menurut Budi Purwanto (2004:36-41) tahapan dalam kegiatan belajar mengajar pada dasarnya mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara guru dalam merencanakan PBM, cara guru dalam pelaksanaan PBM dan cara guru dalam mengadakan evaluasi.

A.   Cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar

Seorang guru didalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan mampu berkreasi dalam hal: Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional dengan baik dalam perencanaan proses belajar mengajar, perumusan tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting, sehingga perlu dituntut kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Dibidang kognitif siswa diharapkan mampu memahami secara analisa, sintesa, dan mampu mengadakan evaluasi tidak hanya sekedar ingatan atau pemahaman saja. Disamping itu diharapkan dapat mengembangkan berpikir kritis yang akhirnya digunakan untuk mengembangkan kreativitas. Untuk menentukan buku-buku pendamping diluar buku paket yang diperuntukkan siswa menuntut kreativitas tersendiri yang tidak sekedar berorientasi kepada banyaknya buku yang harus dimiliki siswa, melainkan buku yang digunakan benar¬benar mempunyai bobot materi yang menunjang pencapaian kurikulum bahkan mampu mengembangkan wawasan bagi siswa dimasa datang. Memilih metode mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan denganbaik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang menuntut kreativitas pengembangan nalar siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Suatu misal penggunaan metode diskusi akan lebih efektif dibanding dengan menggunakan metode ceramah

B.   Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif. Jadi guru melakukan teknik ”brainstorming”. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan didalam mengembangkan sikap kerja sama dan kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa setelah dikelompokkan dapat merupakan beberapa hipotesa terhadap masalah.

C.   Cara guru dalam mengadakan evaluasi

Proses belajar mengajar senantiasa disertai oleh pelaksanaan evaluasi. Namun demikian, didalam kegiatan belajar mengajar seorang guru yang kreatif tidak akan cepat memberi penilaian terhadap ide-ide atau pertanyaan dan jawaban anak didiknya meskipun kelihatan aneh atau tidak biasa. Kalau dikatakan bahwa untuk mengembangkan kreativitas, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan keterampilan proses dalam arti pengembangan dan penguasaan konsep melalui bagaimana belajar konsep, maka dengan sendirinya evaluasi harus ditujukan kepada keterampilan proses yang dicapai siswa disamping evaluasi kemampuan penguasaan materi pelajaran. Adapun kecenderungan melakukan penilaian hanya menggunakan tes pilihan berganda, ataupun pertanyaan yang hanya menuntut satu jawaban benar, merupakan tantangan atau hambatan bagi pengembangan, sehingga perlu kiranya diperlukan penilaian seperti yang dikembangkan dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yaitu penilaian dengan portofolio, dimana mencakup penilaian dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.

 

Bimbingan Berkelanjutan

Frank Parson. 1951 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com) menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.” Pengertian tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yangditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”bimbingan adalah petunjuk penjelasan cara mengerjakansesuatu, tuntutan.” Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorangahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensidirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, ”berkelanjutan adalah berlangsung terus menerus, berkesinambungan.”

Berdasarkan pengertian bimbingan dan berkelanjutan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa bimbingan berkelanjutan adalah pemberian bantuan yang diberikan seorang ahli kepada seseorang atau individu secara berkelanjutan berlangsung secara terus menerus untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan mendapat kemajuan dalam bekerja.

Kerangka Berpikir

Secara garis besar yang menjadi ini dikator dari faktor kreativitas guru adalah cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar (PBM), cara guru dalam pelaksanaan PBM, dan cara guru dalam mengevaluasi PBM dimana indikator tersebut akan ditingkatkan dengan adanya bimbingan berkelanjutan dimana bimbingan berkelanjutan berfungsi sebagai katalisator untuk mengembangkan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Yang dapat digambarkan dalam paradigma sebagai berikut:

Kreativitas Guru dalam proses belajar mengajar (X1)

A.    Cara guru dalam merencanakan PBM

B.    Cara guru dalam pelaksanaan PBM

C.    Cara guru dalam mengadakan evaluasi

Bimbingan berkelanjutan yaitu pemberian bantuan kepada guru secara berkelanutan berlangsung secara terus menerus untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan mendapat kemajuan dalam bekerja.

Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64). Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “adanya peningatan kreativitas guru dalam mengajar setelah dilakukan bimbingan berkelanjutan”

 

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan SD Negeri 008 Simpang Gaung. Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar, karena peneliti merupakan Kepala Sekolah SD Negeri 008 Simpang Gaung.

Waktu Penelitian

PTS ini dilaksanakan pada awal bulan September hingga awal bulan Oktober 2017.

Subjek Penelitian

Yang menjadi subyek dalam PTS ini adalah guru SD Negeri 008 Simpang Gaung yang berjumlah 22 orang.

Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi.

A.   Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru terhadap cara mengajar yang baru dan kreatif yang dapat meningkatkan minat belajar siswa.

B.   Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kreativitas guru dalam proses mengajar.

C.   Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru,dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam mengajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam menemukan cara mengajar yang lebih inovatif dan kreatif. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna meningkatkan kreatifitas guru dalam proses mengajar.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yaitu rencan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Indikator Pencapaian Hasil

Peneliti mengharapkan secara rinci indikator pencapaian hasil paling rendah 78% guru membuat kesebelas komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut:

A.   Cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar.

1.   Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuaninstruksional dengan baik.

2.   Memilih buku pendamping bagi siswa selain buku paket.

3.   Memilih metode mengajar yang baik.

4.   Menciptakan media atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat siswa.

5.   Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran.

B.   Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

C.   Cara guru dalam mengadakan evaluasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara terhadap sembilan orang guru, peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru (sembilan orang) masih menggunakan cara konfesional dalam mengajar, umumnya guru mengadopsi metode mengajar yang sudah ada sejak dulu, kebanyakan guru tidak tahu dan tidak paham dalam menggunakan media atau alat peraga dalam proses mengajar, mereka setuju bahwa guru harus mengganti metode mengajar dengan yang baru yang lebih inovatif dan kreatif sehingga dapat menarik minat siswa dalam proses belajar. Selain itu, kebanyakan guru belum tahu dengan menciptakan media atau alat bantu dalam mengajar.

Siklus I

Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Pada saat awal siklus pertama indikator pencapaian hasil dari setiap indikator kreatifitas belum sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan masih rendahnya presentase dari setiap indikator nya dan keseluruhan ndikator masih dibawah standar yang ditetapkan. Yaitu dimana nilai setiap indikator masih dibawah 75%. Hasil observasi pada siklus kesatu dapat dideskripsikan bahwa 12 orang sudah menyusun tujuan intruksional yang sesuai dan 10 orang lagi tidak, 10 orang sudah memerlihatkan (menciptakan) inovasi-inovasi dalam proses belajar dan 12 orang lagi tidak, 13 orang guru sudah menggunakan buku paket berkualitas dan yang 9 orang lagi belum, 8 orang sudah menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, hanya 5 orang yang menggunakan media dan alat peraga, 13 orang sudah melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik, 12 orang sudah melakukan evaluasi dengan benar dan hanya 5 orang yang menggunakan metode baru dalam mengajar. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap delapan cara mengajar yang dilakukan guru (khusus pada siklus I), diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang masih menggunakan metode konfensional dalam mengajar misalnya tidak menggunakan buku pendamping tambahan ataupun alat peraga atau media dalam mengajar dan hanya sekedar memberikan tugas. Menggunakan metode mengajar yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran.

Siklus II

Siklus ke dua juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Pada siklus kedua indikator pencapaian hasil dari setiap indikator kreatifitas sudah sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan tingginya presentase dari setiap indikator nya dan keseluruhan indikator masih diatas standar yang ditetapkan. Yaitu dimana nilaisetiap indikator masih diatas 75%. Hasil observasi pada siklus kesatu dapat dideskripsikan bahwa 22 orang sudah menyusun tujuan intruksional yang sesuai, 20 orang sudah memerlihatkan (menciptakan) inovasi-inovasi dalam proses belajar, 20 orang guru sudah menggunakan buku paket berkualitas, 19 orang sudah menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, 21 orang yangmenggunakan media dan alat peraga, 22 orang sudah melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik, 20 orang sudah melakukan evaluasi dengan benar, dan 19 orang yang menggunakan metode baru dalam mengajar

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.   Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kreativitas guru dalam proses mengajar. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami metode dan cara mengajar dari peneliti. Informasi ini peneliti peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan pengembangan kreatifitas guru.

2.   Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi/pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kreatifitas guru dari siklus ke siklus. Pada siklus I nilai rata-rata indikator kreatifitas guru sebesar 50% dan pada siklus II 90%. Jadi, terjadi peningkatan 40% dari siklus I.

Saran

Telah terbukti bahwa dengan bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1.   Inovasi yang sudah tertanam khususnya dalam kreatifitas mengajar hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan/dikembangkan.

2.   Terus menggali potensi dalam diri guru.

3.   Meningkatkan keingin tahuan akan metode baru dalam proses belajar mengajar agar tidak tergerus jaman.

DAFTAR PUSTAKA

Djati, Indra Sidi., 2001. Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru Pendidikan Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasionai, 2009. Bahan Belajar Mandiri Dimensi Kompetensi Supervisi. Jakarta.

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Janderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Kependidikan Kementrian Pendidikan Nasionai, 2010. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta

Hopkins, 1993. A Teachers Guide to Classroom Research. Scond Edition Buckingham: Philadelphia: Open University Press.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV ALFABETA,

Wahjosuinidjo, 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raaja Grafindo Persada.