UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KONKRET PADA SISWA KELAS VI.D SD NEGERI 019 SUNGAI BERINGIN KECAMATAN TEMBILAHAN

 

Nurlena

SD Negeri 019 Sungai Beringin

 

ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui penggunaan media konkret dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media konkret. Hasil belajar Matematika siswa kelas VI.D SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan sangat rendah, oleh karena itu upaya peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas VI.D SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan sangat penting. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Pada pembelajaran pra siklus ketuntasan belajar siswa baru mencapai 50 persen, yaitu hanya 15 dari 30 anak yang telah tuntas dengan mendapatkan nilai hasil ulangan di atas KKM 70. Pada pembelajaran siklus I siswa yang telah mencapai nilai KKM meningkat menjadi 20 anak (66,7%) dan pada kegiatan pembelajaran siklus II meningkat dengan signifikan menjadi 29 anak (96,7%). Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa media konkret dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa Kelas VI.D SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Media Konkret

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Matematika merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi anak, karena dalam kehidupan nyata bermasyarakat nanti setelah dewasa, matematika akan selalu digunakan dalam segala aspek kehidupan, untuk itu, keberhasilan pembelajaran matematika siswa menjadi hal yang sangat penting dan mutlak harus dicapai. Selama ini pembelajaran Matematika secara umum pada tingkat sekolah dasar kebanyakan dilaksanakan dengan metode ceramah, Guru enggan menggunakan media pembelajaran atau alat peraga, dengan alasan bahwa penggunaan alat peraga atau media pembelajaran membutuhkan biaya besar dan kurang praktis.

Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar Matematika siswa. Hal ini terbukti bila diadakan ulangan harian selalu hasil belajar Matematika di bawah rata-rata mata pelajaran lainnya. Permasalahan tersebut terjadi di SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan, pembelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh Guru kelas VI.D masih menggunakan metode ceramah, mencatat, dan latihan soal, sehingga anak kurang menguasai konsep pembelajaran yang sebenarnya, sehingga pembelajaran yang diterima siswa tidak berkesan dan tidak terserap secara maksimal, siswa mudah lupa dengan apa yang telah dipelajarinya.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, langkah yang perlu dilaksanakan adalah dengan penggunaan media konkret dalam pembelajaran, yaitu benda-benda di dalam maupun di luar kelas yang yang memiliki bentuk dasar bangun datar. Penggunaan media dapat dimanipulasikan, media pembelajaran merupakan lingkungan belajar yang sangat menunjang untuk tercapainya optimalisasi dalam pembelajaran, karena media merupakan jembatan belajar yang awalnya terdapat benda-benda konkret seperti pengalaman anak. Permasalahan yang terjadi di SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir adalah rendahnya hasil belajar Matematika siswa. Hal ini terbukti dari dua kali pelaksanaan ulangan harian, hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari 30 siswa yang mengikuti ulangan harian, baru 15 anak atau 50 persen yang mencapai ketuntasan.

Dari 2 kali pelaksanaan nilai rata-rata siswa masih di bawah KKM. Nilai rata-rata siswa 60. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata masih di bawah KKM kelas, yaitu 70. Hasil pembelajaran yang rendah di atas dikarenakan tingkat keaktifan siswa sangat rendah, yaitu baru mencapai 40 persen siswa yang aktif. Keberanian siswa dalam bertanya juga sangat rendah.

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikemukakan adalah:

A.    Apakah penggunaan media konkret dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VI.D dalam pembelajaran matematika?

B.    Apakah penggunaan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI.D dalam pembelajaran matematika?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

A.    Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui penggunaan media konkret.

B.    Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media konkret.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, yaitu antara lain:

A.    Bagi guru dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran di kelasnya melalui penggunaan media konkret.

B.    Bagi para siswa dapat memberikan manfaat yang besar dalam membantu memecahkan masalah pembelajaran Matematika, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.

KAJIAN TEORI

Pengertian Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (1993:13). Belajar adalah usaha mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap (Suharsimi, 1993: 19). Hilgard, dalam buku Theories of Learning (1948: 409) mengemukakan, belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.

Belajar adalah proses mencari jawaban dari yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Revans (1998), belajar adalah proses menanyakan sesuatu yang berawal dari ketidaktahuan tentang apa yang dilakukan.

Pengertian Hasil Belajar

Menurut Demaja WS (2004), hasil belajar adalah merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Menurut Abdurrahman (2003: 37), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Anak yang dikatakan berhasil dalam pembelajaran adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Dimyati dan Mujiono (2006:3) memaparkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa.

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator dan bahan ajar yang dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan (Gagne dan Briggs-1979). Sudiarto (1990) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara internal maupun eksternal.

Bruner berpendapat bahwa, salah satu tahap dalam proses pembelajaran adalah tahap enaktif, yaitu yang ditandai oleh manipulasi secara langsung objek-objek berupa benda di lingkungan sekitar atau peristiwa kongkrit.

Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri, (James dalam Ruseffendi, dkk 1996: 27).

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, (Johnson dan Rising dalam Ruseffendi, dkk. 1996: 28). Menurut Puskur-Dit PTKSD (2003: 2), Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterlibatan antar konsep dalam Matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang mempelajari pola berfikir, pola pengorganisasian pembuktian yang logis, serta bahasa dan penelaahannya yang dibangun melalui proses penalaran deduktif.

Pengertian Media

Media pembelajaran diartikan sebagai bentuk yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. (Basyirudin Usman. 2002: 12). Media bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan pendidikan/pengajaran. Dalam praktiknya media bantu lebih sering disebut sebagai peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan atau pengajaran.

Media menurut Arsyad (2002) adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa suatu bahan atau alat. Media merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu hal. Media bantu pendidikan ini disusun menggunakan patokan atau berdasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indera. Oleh sebab itu, semakin banyak panca indera yang digunakan untuk menerima sesuatu materi yang diajarkan maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh sasaran pendidikan. Dengan perkataan lain media dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi dari siswa. Seorang pakar ilmu pendidikan bernama Edgar Dale membagi media atau alat bantu pendidikan tersebut ke dalam 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap media tersebut di dalam sebuah gambar kerucut yang dinamakan kerucut Edgar Dale.

Semakin mengerucut maka akan semakin kecil intensitasnya dalam membantu dan mempermudah persepsi dari masyarakat atau sasaran pendidikan. 11 macam alat peraga pendidikan tersebut yaitu kata-kata, tulisan, rekaman/radio, film, televise, pameran, field trip, demonstrasi, sandiwara, benda tiruan, dan benda asli.

Description: Description: PTK Matematika SD Bab II untuk Pengajuan Kenaikan Pangkat

Gambar 1. Pembagian media menurut Edgar Dale

Pada gambar kerucut Edgar Dale tersebut di atas dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan/pengajaran. Sedangkan penyampaian materi atau bahan hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Maka jelaslah bahwa penggunaan alat peraga merupakan implementasi salah satu prinsip proses pendidikan.

Kerangka Berpikir

Kondisi awal, guru belum menggunakan media konkret dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa rendah. Pada siklus I, guru menggunakan media konkret sehingga hasil belajar siswa meningkat. Pada siklus II, selain menggunakan media konkret, pembelajaran dilaksanakan berkelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa. Siswa mengamati media konkret secara langsung yang berupa benda-benda di lingkungan sekolah, sehingga pembelajaran berlangsung aktif, kreatif, dan menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar siswa meningkat sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

A.   Penggunaan media konkret dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VI.D dalam pembelajaran matematika.

B.   Penggunaan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI.D dalam pembelajaran matematika.

METODOLOGI PENELITIAN

Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah semua siswa kelas VI.D Sekolah Dasar Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir yang berjumlah 30 anak yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 019 Sungai Beringin yang beralamat di Jalan Tanjung Harapan Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 atau lebih tepatnya bulan Juli s/d September 2017 di SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan.

Prosedur Siklus Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini strategi yang digunakan mengacu pada model siklus. Lebih lanjut Ristasa (2007: 7-8) mengatakan PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu:

A.    Perencanaan (planning)

B.    Pelaksanaan (acting)

C.    Pengamatan (observation); dan

D.    Refleksi (reflection).

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes.

Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku presensi, daftar nilai, dan sebagainya (Arikunto, 2003: 188). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang nama identitas siswa, hasil belajar matematika pada semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, serta gambaran pelaksanaan tindakan pada setiap siklus.

Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu menggunakan instrumen pengamatan. Instrumen pengamatan berupa daftar pengamatan yang berisi item-item kejadian atau tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran.

Tes

Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika, setelah dilaksanakan tindakan. Instrumen tes disusun dan diujicobakan pada siswa di luar objek penelitian, dan dianalisis untuk mengetahui validitas, derajat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas, sehingga instrumen soal yang digunakan untuk evaluasi di akhir siklus adalah hanya butir soal yang baik.

Soal tes diujicobakan di luar sampel penelitian dengan maksud untuk tetap menjaga agar hasil ujicoba benar-benar valid, sehingga ketika digunakan pada saat tes setelah pelaksanaan tindakan dihasilkan data yang benar-benar sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, karena apabila ujicoba dilaksanakan pada subjek penelitian, dikhawatirkan mempengaruhi hasil penelitian.

Analisis Data

Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran

 

 

Indikator Keberhasilan

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal serta ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 70% ke atas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai formatif 70 atau lebih (sesuai KKM).

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan keaktifan siswa adalah peningkatan keaktifan siswa baik secara individual maupun klasikal. Data peningkatan keaktifan siswa diperoleh dari lembar pengamatan. Kriteria peningkatan keaktifan siswa diukur dengan pedoman penilaian. Jika siswa mendapat nilai 50-59 kategori D=Kurang, nilai 60-69 kategori C=Cukup, nilai 70-79 kategori B=Baik, dan nilai ≥80 kategori Amat Baik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal hasil pembelajaran Matematika di Kelas VI.D sebelum dilakukan penelitian sangat rendah. Hal ini terbukti dari dua kali pelaksanaan ulangan harian, hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari 2 kali pelaksanaan ulangan harian, nilai rata-rata siswa masih di bawah KKM. Nilai rata-rata siswa 60. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata masih di bawah KKM kelas, yaitu 70. Hasil pembelajaran yang rendah di atas dikarenakan tingkat keaktifan siswa sangat rendah, yaitu baru mencapai 40 persen siswa yang aktif. Keberanian siswa dalam bertanya juga sangat rendah.

Siklus I

Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I RPP dan alat peraga di periksa terlebih dahulu sebelum digunakan. Pada kegiatan inti, siswa mengamati buku dan penggaris masing-masing kemudian mencatat nama-nama bangun datar yang menyerupainya. Siswa menggunakan buku dan penggaris untuk menunjukkan sisi yang berupa panjang dan lebar. Siswa menghitung jumlah sisi kemudian mengukur dan mencatat panjang dan lebarnya pada buku masing-masing. Siswa memberi nama masing-masing sisi kemudian menghitung luas masing-masing benda tersebut. Melalui bimbingan guru siswa menemukan rumus luas bangun datar. Siswa mengerjakan latihan soal latihan dengan menggunakan rumus luas bangun datar.

Berdasarkan hasil penelitian didapat beberapa hal yang mendapat perhatian pengamat dan menjadi catatan, ada beberapa siswa yang tidak serius melaksanakan tugas dan bermain sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan secara umum proses kegiatan perbaikan pembelajaran belum optimal. Kurang optimalnya kegiatan siswa merupakan penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian, 20 anak yang sudah mendapat nilai di atas nilai tuntas, dan sisanya 10 anak mendapat nilai di bawah nilai tuntas. Pembelajaran masih dilaksanakan secara klasikal, sehingga siswa banyak yang merasa bingung dalam mengerjakan tugas. Kurangnya optimalisasi kegiatan siswa merupakan salah satu faktor penyebab, dan kurangnya pengawasan peneliti juga menjadi sebab rendahnya nilai siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat sepakat untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Apabila dinyatakan dalam persentase, pada pembelajaran siklus I siswa yang telah mencapai nilai KKM meningkat menjadi 66,7%.

Siklus II

Pada pelkasanaan siklus II, upaya yang akan dilakukan adalah menggunakan benda-benda di lingkungan sekolah dengan mengoptimalkan kegiatan siswa, dan meningkatkan pengawasan peneliti terhadap kerja siswa. Pada kegiatan inti siswa di bagi menjadi beberapa kelompok untuk mencari dan mengamati benda-benda di lingkungan sekolah yang menyerupai bangun datar, seperti persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Masing-masing kelompok mengukur panjang masing-masing sisi benda tersebut dan mencatat hasil pengukuran pada lembar kerja kelompok. Masing-masing kelompok menghitung luas bangun datar berbagai benda tersebut.

Berdasrkan hasil pengamatan terlihat adanya optimalisasi kerja siswa, dimana siswa langung melakukan sendiri dan menemukan suatu media yang terkait dengan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian 30 siswa, 29 anak telah berhasil mencapai nilai KKM yang ditentukan sebagai indikator keberhasilan pembelajaran yaitu 70, sedangkan 1 siswa belum tuntas karena pada saat pembelajaran berlangsung siswa tersebut mengalami sakit, sehingga harus ijin, meskipun demikian hasil penelitian sudah dinyatakan berhasil. Tingkat keaktifan siswa pada siklus II juga meningkat, seluruh siswa telah aktif mengikuti dan mengerjakan semua tugas yang diberikan, dengan demikian perbaikan pembelajaran siklus II dinyatakan telah berhasil, sehingga penelitian dihentikan pada siklus II.

Tabel 1 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I dan II

No

Skala Nilai

Jumlah Siswa

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Siklus I

Siklus II

Siklus I

Siklus II

1

0-49

0

0

0%

0%

2

50-59

1

0

3,3%

0%

3

60-69

9

1

30%

3,3%

4

70-79

15

17

50%

56,7%

5

80-100

5

12

16,7%

40%

Total

30

30

100%

100%

 

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 10 siswa yang belum tuntas yaitu mendapat nilai di bawah 70. Setelah dilakukan perbaikan siklus II tinggal 1 siswa yang belum tuntas. Persentase ketuntasan meningkat, yaitu pada siklus I tingkat ketuntasan baru mencapai 66,7% dan meningkat pada siklus II, yaitu menjadi 96,7%.

PENUTUP

Keismpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VI.D SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat dari persentase hasil yang diperoleh pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II.

Sebelum tindakan dilakukan, sebagian besar siswa masih belum tuntas belajar dan hanya 15 siswa yang telah tuntas belajar. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 20 anak (66,7%) dari 30 siswa. Pada tindakan siklus II siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 29 anak (96,7%) dari jumlah total 30 siswa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1.   Siswa disarankan agar terus menerus berlatih menghitung luas bangun datar melalui benda-benda yang berada di lingkungannya agar dapat meningkatkan pemahamannya terhadap konsep luas bangun datar.

2.   Untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menghitung luas bangun datar, para guru hendaknya memberikan latihan secara rutin, baik tugas yang harus dikerjakan di sekolah maupun tugas yang harus dikerjakan di rumah yang berupa PR.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad. (2002). Media dan Alat Bantu Pembelajaran. Jakarta: CV Mandiri

Basyirudin Usman. (2002). Materi Pokok Dasar-Dasar Atletik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Demaja, Christiana. 2004. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar. Artikel. http://artikel1.us/christiana6-04.html/

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gagne, RM., Briggs, L.J. 1979. Principles of Instructional Design. Holt. Rinehart and Winston.

Hilgard, Ernest R. 1948. Theories of Learning. East Norwalk, CT, US: Appleton-Century-Crofts.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

Puskur-Dit. PTKSD. (2003) Kurikulum 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rahmanelli. 2005. Skolar Jurnal Kependidikan. Vol 6. Nomor 2. Padang. UNP.

Ruseffendi. 1996. Pendidikan Matematka 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sardiman. 2009. Teori Pembelajaran. Jakarta: Karya Mandiri

Sudiarto. 1990. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.

Suharsimi Arikunto. 1993. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suharsimi Arikunto. 1997. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suharsimi Arikunto. 2003. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumanto, Y.D. 2008. Gemar Matematika 6. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.