PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TPS

DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS IV

SD N DUREN 3 SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2019/ 2020

 

Mugiyanto

Sekolah Dasar Negeri Duren 03 Tengaran

 

ABSTRAK

Berdasarkan observasi dan refleksi peneliti di kelas IV SD N Duren 3 menunjukkan bahwa siswa belum aktif saat kegiatan diskusi kelompok, ketika diminta mengerjakan soal siswa kurang memahami bagaimana penyelesaiannya, guru kurang memanfaatkan ICT sebagai media pembelajaran. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Adapun solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD N Duren 03? Penelitian tindakan kelas ini meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus dengan tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian ini terdiri dari guru dan siswa kelas IV SD N Duren 3. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes (observasi dan dokumentasi). Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: keterampilan guru pada siklus 1 memperoleh rata-rata skor 22 (baik) meningkat pada siklus ke 2 menjadi 29 (sangat baik; aktivitas siswa siklus 1 memperoleh rata-rata skor 16,6 (baik) dan pada siklus ke 19,6 (sangat baik); hasil belajar siswa memperoleh prosentase pra siklus 21%, siklus 1 50% dan siklus 2 86%. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika kelas IV SD N Duren 3 Saran yang dapat diberikan adalah pemberian motivasi kepada siswa yang lebih beragam, mempertimbangkan volume penggunaan media dengan kondisi kelas, pemberian PR atau tugas terkait materi yang akan dipelajari, serta pemanfaatan software lain agar pembuatan media CD interaktif lebih kreatif dan menarik minat siswa.

Kata Kunci: CD interaktif, kualitas pembelajaran matematika, TPS.

 

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selain standar isi dan standar kompetensi lulusan, dalam melaksanakan suatu pembelajaran dibutuhkan adanya standar proses.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pengawasan proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.

Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat SD/MI yang tercantum dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 pada mata pelajaran matematika, diharapkan bahwa semua peserta didik mempunyai standar kompetensi, yaitu: (1) memahami konsep bilangan bulat dan cacah, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; (2) memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari; (3) memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Memperhatikan hal tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran yang berkualitas untuk dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar sarana dan prasarana Bab VII pasal 42 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta bahan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (Depdiknas, 2005: 82). Sarana pembelajaran yang memadai akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.

Menurut Uno (2012:153), kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula. Dalam hal ini lembaga pendidikan mengelola secara optimal semua komponen pembelajaran berupa pendidik, siswa, kurikulum, bahan ajar, iklim pembelajaran, media pembelajaran, fasilitas belajar dan materi belajar ditata sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal. Menurut Depdiknas (2004: 9) indikator kualitas pembelajaran meliputi, yaitu: (1) perilaku pembelajaran dosen atau pendidik guru (teacher educator’s behavior); (2) perilaku dan dampak belajar mahasiswa calon guru/ siswa(student teacher’s behavior); (3) iklim pembelajaran (learning climate); (4) materi pembelajaran; (5) kualitas media pembelajaran; (6) dan sistem pembelajaran.

Praktik di lapangan, menunjukkan masih banyak permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia khususnya pada pembelajaran matematika. Berdasarkan Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika oleh Depdiknas (2007: 12) diketahui bahwa dari data hasil identifikasi berdasarkan aspek pelaksanaan pembelajaran SD/MI ditemukan permasalahan metode pembelajaran di kelas kurang bervariasi, guru cenderung selalu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Proses pembelajaran matematika kebanyakan masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan, upaya guru ke arah peningkatan kualitas proses belajar mengajar belum optimal, metode, pendekatan dan evaluasi yang dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional, dan hal ini berdampak negatif terhadap daya serap siswa yang ternyata masih tetap lemah. KBM yang konvensional dengan metode ceramah merupakan cara yang paling aman untuk mengejar pencapaian target pembelajaran. Padahal zencapaian kompetensi sebagaimana tertuang dalam SK dan KD memerlukan metode dan pendekatan aktif learning yang bervariasi guna meningkatkan kemampuan siswa menguasai suatu kompetensi. Selain itu, sumber belajar masih terfokus pada buku pegangan belum melibatkan penggunaan ICT dan lingkungan.

Berdasarkan refleksi awal yang dilakukan antara peneliti dengan kolaborator ditemukan bahwa kualitas pembelajaran matematika di SD N Duren 3 belum maksimal. Hal ini terbukti dengan ditemukannya beberapa masalah, diantaranya dari faktor siswa dan guru. Dari faktor siswa, kemandirian siswa dalam mengerjakan soal latihan masih rendah karena siswa masih saling tergantung antara satu sama lain dan belum mempunyai rasa percaya pada kemampuan diri sendiri, pada saat diskusi kelompok yang beranggotakan 3-4 orang siswa, hanya 2-3 orang siswa yang aktif berdiskusi, sedangkan anggota kelompok yang lain hanya menyalin pekerjaan teman, bahkan ada beberapa yang bermain sendiri. Ketika siswa dihadapkan pada soal-soal latihan operasi hitung bilangan bulat, siswa kurang paham bagaimana seharusnya menyelesaikan soal walaupun bentuk soal yang sama kerap disajikan dalam buku ajar, siswa tidak begitu yakin apakah jawabannya benar atau salah.

Permasalahan ini didukung oleh data hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SDN Duren 3tentang materi operasi hitung bilangan bulat menunjukkan bahwa dari jumlah 14 siswa, terdapat 11 siswa (79%) mendapatkan nilai dibawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70 dan hanya 3 siswa (21%) yang sudah mencapai KKM. Data hasil belajar tersebut ditunjukkan dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 58,9.

Melihat data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN Duren 3, perlu sekali adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yang dapat mendorong siswa untuk aktif, kreatif, mandiri, kerjasama dan toleransi dalam pembelajaran. Berdasarkan diskusi yang dilakukan peneliti bersama kolaborator yaitu guru kelas IV menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, iklim pembelajaran, kualitas materi pembelajaran, kualitas media pembelajaran, dan hasil belajar siswa. Pembelajaran inovatif mengutamakan peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator disamping informator. Selain itu, selama proses pembelajaran matematika diharapkan antusias dan keaktifan siswa meningkat, mengembangkan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, mengembangkan keaktifan siswa dalam bertanya dan menyampaikan pendapat. Penggunaan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga akan menumbuhkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika sehingga hasil belajar siswa pun akan meningkat.

Dalam penelitian ini, peneliti telah menganalisis beberapa model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, dan didapat model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut yaitu dengan penerapan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dengan media CD Interaktif dalam pembelajaran matematika. Dengan menerapkan model pembelajaran TPS dengan media CD Interaktif maka guru akan melibatkan siswa dalam pembelajaran serta dapat menarik minat dan perhatian siswa dalam belajar, sehingga diharapkan akan mengurangi sikap apatis siswa dalam proses pembelajaran termasuk dalam diskusi kelompok, penerimaan terhadap individu lebih besar karena siswa tidak hanya sebagai pendengar tetapi siswa akan terlibat dalam permasalahan yang diberikan oleh guru, serta pemahaman konsep siswa tentang operasi hitung bilangan bulat lebih mendalam dan hasil belajar siswa lebih optimal.

Penggunaan CD Interaktif yang dipadukan dengan model pembelajaran TPS ini akan membuat pembelajaran Matematika menjadi lebih menarik, sehingga siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pernyataan tersebut ditunjang oleh pendapat Indriana (2011: 116) bahwa CD Interaktif merupakan media pengajaran dan pembelajaran yang sangat menarik dan paling praktis penyajiannya dengan memanfaatkan komputer. Media komputer dengan menggunakan CD ini bersifat interaktif, yang dapat menerima respons balik dari anak didik sehingga mereka langsung belajar dan memahami materi pengajaran yang telah disediakan, sehingga akan cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multimedia terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. CD Interaktif mempunyai kelebihan antara lain bersifat fleksibel, bersifat content-rich dan bersifat interaktif. CD Interaktif juga memiliki kekurangan antara lain hanya akan berfungsi untuk hal-hal sebagaimana yang telah diprogramkan, memerlukan peralatan multimedia (komputer) untuk mengaksesnya, pengembangannya memerlukan adanya tim yang profesional, dan pengembangannya memerlukan waktu yang cukup lama (Azizah, 2010: 1).

Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti bersama dengan kolaborator mengkaji masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran TPS dengan Media CD Interaktif pada Siswa Kelas IV SD N Duren 3 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/ 2020.”

RUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan, maka yang menjadi fokus rumusan masalah yang akan peneliti kemukakan adalah “Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD N Duren 3?”.

Rumusan masalah tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika?
  2. Bagaimanakah model pembelajaran TPS dengan media CD Interaktif dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SD N Duren 3?
  3. Bagaimanakah model pembelajaran TPS dengan media CD Interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Duren 3 untuk pelajaran matematika?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Mendeskripsikan peningkatan kualitas pembelajaran matematika di SD N Duren 3.

Tujuan Khusus

  1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif pada siswa kelas IV SD N Duren 3.
  2. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif pada siswa kelas IV SD N Duren 3.
  3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif pada siswa kelas IV SD N Duren 3.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat Teoretis

Model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran matematika. Selain itu, dapat menambah hasanah bagi dunia pendidikan dan sumber informasi kepada pendidik dalam mengajar di kelas.

Manfaat Praktis

Bagi Guru

  • Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran yang inovatif.
  • Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
  • Dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar.
  • Guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga suasana belajar lebih bermakna dan menyenangkan.
  • eningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran sehingga penyampaian ilmu lebih mudah.
  • Meningkatkan kreativitas guru dalam menciptakan dan mengembangkan media pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif sehingga merangsang minat dan perhatian siswa untuk belajar.

Bagi Siswa

  • Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran matematika.
  • Meningkatkan kemandirian siswa dalam memecahkan permasalahan matematika.
  • Meningkatkan keaktifan siswa dalam berdiskusi kelompok.
  • Siswa menjadi lebih aktif, kreatif memiliki rasa ingin tahu tinggi, perhatian dan minat terhadap mata pelajaran matematika.

Bagi Sekolah

  • Model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam perbaikan pembelajaran yang lebih inovatif dan bervariasi, sehingga mutu sekolah dapat meningkat.
  • Meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada mata pelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran yang inovatif serta memaksimalkan kinerja guru.

 

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

KAJIAN TEORI

Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif dan merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran (Suprijono, 2013: 13).

Menurut Aqib (2014:66) pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran efektif belum tentu efisien, karena pembelajaran efisien tidak cukup diindikasikan dengan tambahnya informasi baru bagi siswa, tetapi lebih kepada terwujudnya suasana yang nyaman, menyenangkan, menggairahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik setelah siswa berinter aksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dan sekitarnya (Hamdani, 2011: 23). Pada dasarnya, semua siswa memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud skemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada, siswa menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka mengonstruksi interpretasi pribadi serta makna-maknanya. Makna dibangun ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk membangun makna tersebut, proses belajar mengajar harus berpusat pada siswa.

Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar mengajar dimana guru berperan sebagai fasilitator dengan menyediakan fasilitas belajar dan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran harus ada komunikasi yang aktif antara siswa dengan guru. Pembelajaran yang efektif dan efisien harus memenuhi syarat-syarat seperti guru yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/lingkungan belajar yang mendukung.

Model Pembelajaran TPS

Menurut Slavin (2014:257) TPS adalah metode sederhana tetapi sangat bermanfaat dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.

Aqib (2014:24) mengemukakan TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

Pendapat Aqib tersebut juga didukung oleh pendapat Hamdayama (2014: 202-203) yang menyatakan bahwa model pembelajaran tipe TPS terdiri atas lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas, yaitu tahap pendahuluan think, pair, dan share, penghargaan.

Beberapa kelebihan model pembelajaran TPS menurut Hamdayama (2014: 203-204) sebagai berikut: 1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; 2) memperbaiki kehadiran; 3) angka putus sekolah berkurang; 4) sikap apatis berkurang; 5) penerimaan terhadap individu lebih besar; 6) hasil belajar lebih mendalam; dan 7) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sedangkan beberapa kelemahan model pembelajaran TPS menurut Hamdayama (2014: 204-205) sebagai berikut: 1) tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik; 2) lebih sedikit ide yang masuk; 3) jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor; 4) jumlah murid yang ganjil beerdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan; 5) jumlah kelompok yang terbentuk banyak; dan 6) menggantungkan pada pasangan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik yang terdiri dari 3 langkah utama yakni thinking, pairing, sharing.

Media CD Interaktif

Hamdani (2011: 243) menyatakan bahwa media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

Multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi dan lain-lain yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik. Sedangkan pengertian interaktif terkait dengan komunikasi dua arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis komputer) adalah hubungan antara manusia (sebagai user/pengguna produk) dan komputer (software/aplikasi/produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD).

Menurut Indriana (2011: 116), CD multimedia interaktif merupakan media pengajaran dan pembelajaran yang sangat menarik dan paling praktis penyajiannya dengan memanfaatkan komputer. Media komputer dengan menggunakan CD ini bersifat interaktif, yang dapat menerima respons balik dari anak didik sehingga mereka secara langsung belajar dan memahami materi pengajaran yang telah disediakan. Dengan cara demikian, media pembelajaran ini akan cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Media ini bersifat interaktif dan berbentuk multimedia yang memiliki unsur-unsur media secara lengkap, seperti sound, animasi, video, teks, dan grafis.

Thorn (dalam Rusman, 2013: 61) mengajukan enam kriteria untuk menilai keefektifan multimedia interaktif, yaitu: (1) kemudahan navigasi, sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga peserta didik yang belajar tidak perlu belajar komputer terlebih dahulu; (2) kandungan kognisi; (3) pengetahuan dan presentasi informasi, kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah telah memenuhi kebutuhan pembelajaran peserta didik atau belum; (4) integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan keterampilan yang harus dipelajari.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa CD interaktif adalah multimedia berbasis komputer yang menggabungkan semua media yang terdiri dari teks, grafis, foto, video, animasi, numerik, narasi dan interaktifitas yang diprogramkan berdasarkan teori pembelajaran dan dikemas dalam bentuk piringan CD.

KERANGKA BERPIKIR

Mata pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat masih tergolong rendah karena pembelajaran matematika di SDN Duren 03 belum optimal. Siswa belum mampu memahami materi pembelajaran matematika. Konsentrasi siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung masih kurang. Siswa kurang aktif saat diskusi kelompok. Hal ini menjadikan proses KBM berpusat pada guru karena siswa terlalu pasif saat pembelajaran. Ketika siswa dihadapkan pada soal-soal latihan operasi hitung bilangan bulat, siswa kurang paham bagaimana seharusnya menyelesaikan soal walaupun bentuk soal yang sama kerap disajikan dalam buku ajar, siswa tidak begitu yakin apakah jawabannya benar atau salah. Penggunaan media menggunakan teknologi dan informasi (ICT) yang kurang sehingga siswa kurang antusias untuk belajar, siswa hanya menggunakan buku pegangan sebagai sumber belajar.

Salah satu model yang dikembangkan dan diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar matematika pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif. Penggunaan model TPS dan media CD interaktif pada pembelajaran matematika maka guru akan melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan perhatian siswa, serta pemahaman konsep siswa tentang operasi hitung bilangan bulat dan hasil belajar siswa akan meningkat.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan pada hari Rabu tanggal 4 Februari 2015 untuk siklus I, siklus II pada hari Rabu tanggal 11 Februari 2015, dan siklus III pada hari Rabu tanggal 18 Februari 2015.

 

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Duren 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.

Alasan Penelitian Dilakukan di SD N Duren 03

Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas IV, karena siswa kelas IV itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan mata pelajaran matematika.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Duren 03 Desa Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 14 orang yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 9 orang.

Sumber Data

Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran Matematika dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai 21% yang memenuhi ketuntasan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes.

Metode Observasi

Menurut Sukmadinata (2012: 220), observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan keterampilan guru, aktivitas siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, dan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif.

Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 193). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dalam aspek kognitif yang menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Tes dilakukan setiap akhir pertemuan pada proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif dan dibuat dalam bentuk tertulis.

 

Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010: 201), di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui data awal dari evaluasi kemampuan siswa dan data-data lain dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dalam pembelajaran matematika.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Duren 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas IV sebanyak 14 siswa. Letak SD Negeri Duren 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Sekolah Dasar Negeri Duren 03 terletak di desa Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Duren 03 masih asri dengan suasana pedesaan.

Keadaan Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas IV SD Duren 03 Desa Duren pada semester I diperoleh data yaitu dari 14 siswa yaitu 5 laki-laki dan 9 orang perempuan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Kemampuan Siswa

Dalam kegiatan orientasi dan identivikasi masalah terlebih dahulu dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes awal).

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2.

Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan

No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen (%)
1. Tuntas 3 21
2. Belum tuntas 11 79
Jumlah 14 100

 

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 3 siswa atau 79%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 3 siswa dengan persentase 21%.

 

Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1

Hasil Belajar Siswa Siklus I

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6.

Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar Siklus I

No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen (%)
1. Tuntas 7 50
2. Belum tuntas 7 50
Jumlah 14 100

 

Ketuntasan belajar siswa siklus 1 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 7 siswa atau 50%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 7 siswa dengan persentase 50%.

Deskripsi dan pembahasan Siklus II

Pada Siklus ke 2, guru telah melakukan semua aktivitas yang ada dalam lembar observasi. Siklus II dilakukan untuk materi operasi hitung bilanagan bulat. Pada kegiatan awal, guru mengawali pembelajaran dengan menanyangkan CD Interaktif berisi materi bilanagan bulat. Guru memberikan pertanyaan dari hasil tayangan dan emmeberikan permasalahan terkait materi tersebut kepada siswa. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi bersama kelompok. Setelah selesai guru meminta salah satu kelompok untuk memepresentasikan hasil diskusi dan meminta kelompok untuk menanggapi atau memberikan pertanyan. Guru menanggapi jawaban siswa pada hasil diskusi.

Hasil Belajar Siswa Siklus 2

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai siklus 2 dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.12.

Tabel 4.12 Ketuntasan Belajar Siklus 2

No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen (%)
1. Tuntas 12 86
2. Belum tuntas 2 14
Jumlah 14 100

 

Ketuntasan belajar siswa siklus 2 dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70), ada 2 siswa atau 14% dan yang telah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 14 siswa dengan persentase 86%.

Revisi Tindakan Siklus 2

Berdasarkan deskripsi data perlaksanaan tindakan siklus 2 pada pembelajaran Matematika melalui pembelajaran TPS dengan media CD Interaktif pada kelas IV SD Negeri Duren 03 diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti menetapkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dicukupkan pada siklus 2. Namun penelitian tindakan kelas masih dimungkinkan untuk dilanjutkan.

Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika melalui pembelajaran TPS dengan media CD Interaktif dengan pada siklus 1 dan Siklus 2 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran TPS dengan media CD Interaktif pada Siswa  Kelas IV dalam Pembelajaran Matematika

No Aspek yang diamati Sebelum Perbaikan Siklus 1 Siklus 2
1 Ketrampilan Guru Cukup Baik Sangat Baik
2 Aktivitas Siswa Cukup Baik Sangat Baik
3 Hasil Belajar 21% Tuntas 50% Tuntas 86% Tuntas

 

Keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih sangat baik pada siklus 2. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih sangat baik pada siklus 2. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 21%, siklus I 50% dan siklus II 86%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan beberapa paparan di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV di SD N Duren 03 melalui pembelajaran TPS dengan media CD Interaktif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada hasil belajar siswa.

PENUTUP

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada siswa kelas IV SD N Duren 03 melalui model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa selama pembelajaran, menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, kualitas materi pembelajaran yang lebih baik serta penggunaan media pembelajaran yang lebih inovatif, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran matematika telah meningkat.

Adapun simpulan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Keterampilan guru pada siklus I memperoleh rata-rata skor 22 dengan kategori baik, siklus II mengalami peningkatan rata-rata skor menjadi 29 dengan kategori sangat baik.
  2. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata-rata skor 16,7 dengan kategori baik, siklus II mengalami peningkatan rata-rata skor menjadi 19,6 dengan kategori sangat baik.
  3. Hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 21%, meningkat pada siklus I mendapat ketuntasan klasikal sebesar 50%. Pada siklus II presentase ketuntasan klasikal meningkat menjadi sebesar 86%.

 

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran TPS dengan media CD interaktif di kelas IV SD N Duren 03, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

  1. Dalam membangkitkan motivasi pada siswa, guru sebaiknya tidak hanya dengan mengajak siswa untuk tepuk semangat, tapi juga dapat menggunakan cara lain, misalnya menyampaikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari setelah melakukan pembelajaran tersebut.
  2. Dalam menggunakan media CD interaktif guru diharapkan mempertimbangkan volume suara dengan kondisi di dalam kelas, sebaiknya guru menggunakan alat bantu sound system agar seluruh siswa dapat mendengar dengan jelas isi materi dalam CD interaktif tersebut.
  3. Pada kegiatan penutup, sebaiknya guru menyampaikan materi yang harus dipelajari terlebih dahulu sebelum pembelajaran selanjutnya, selain itu guru juga dapat memberikan PR atau tugas terkait materi yang akan dibelajarkan pada pertemuan selanjutnya agar siswa dapat mempersiapkan diri sebelumnya.
  4. Media CD interaktif yang digunakan dalam proses pembelajaran sebaiknya dibuat dengan animasi yang lebih menarik dan dibuat dengan menggunakan aplikasi atau software yang lebih kreatif lagi agar lebih menarik minat dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas, dkk. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Andriastuti, Marita. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS untuk Meningktakan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal 2.2: 1-15

Aqib,     Zainal dkk. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

_______________. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010.. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan            Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah, Nur. 2010. Karakteristik CD Multimedia Interaktif. Online http://anis-azizah.blogspot.com/2010/07/karakteristik-cd-multimedia-interaktif.html diakses tanggal 16 Januari 2015 pukul 21.24 WIB.

Daryanto. 2013. Media Pembelajaran Peranannya sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Delianti, Vera Irma. 2013. Pengembangan CD Multimedia Interaktif Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas X SMA Negeri 2 Bukittinggi. Jurnal 1.1: 1-15.

Depdiknas. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

_________. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Fadlah, Fauziah. 2014. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share di Kelas V SD. Jurnal 2.1: 1-14.

Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hasibuan, J.J, dkk. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.

Iskandar. 2014. Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Think Pair Share Kelas V. 1.1: 1-9.

Isnani.  2011. Keefektifan metode Think Pair Share dalam pembelajaran Matematika Berbantuan CD Interaktif Materi Bangun Ruang Kelas V. Jurnal 6.11: 1-10.

Juniari. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS terhadap Hasil Belajar Perkalian dan Pembagian Pecahan pada Siswa Kelas V SD. Jurnal 1.1: 1-11.

Karso. 2007. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

Kusrini. 2012. Teaching Speaking for Senior High School Students Using Cooperative Learning Think Pair Share. Jurnal 3.7: 60-63.

Martin, Rose Lawson and Anthony H. Normore. 2011. Effects of Cooperative and Individual Integrated Learning System on Attitudes and Achievement in Mathematics. Jurnal 11.2: 535-544.

Muhsetyo, Gatot, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

__________________. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munir. 2013. Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.