PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMATIK

SELALU BERHEMAT ENERGI MENGGUNAKAN METODE COLLABORATIVE LEARNING KELAS IV SEMESTER I SDN BERBAK, KEC. NGAWEN TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Faozy Edi Handono

SD Negeri Berbak, Kec. Ngawen, Kab. Blora

 

ABSTRAK

Pada pembelajaran Tematik Materi Selalu Berhemat Energi banyak sekali siswa yang kurang minat terhadap pelajaran tersebut. Apalagi kalau metode yang digunakan hanya ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga Menggunakan metode Collaborative Learning dapat meningkatkan hasil belajar tematik tentang Selalu Berhemat Energi bagi siswa kelas IV SDN Berbak, Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi ternyata hanya 8 siswa dari 15 Siswa atau 53% yang mencapai tingkat ketuntasan. Sehingga banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).Peningkatan hasil tes formatif siswa pra siklus nilai rata-rata hanya 74 Siklus I mengalami peningkatan menjadi 83 dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 93. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 47%, Siklus I menjadi 80% dan Siklus II 100%..

Kata Kunci: Selalu Berhemat Energi, Collaborative Learning, Kualitas Pembelajaran

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Maslaah

Sekolah dan pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk kehidupan setiap orang, mulai dari TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi. Mungkin beberapa dari kita sudah melalui semua tingkat pendidikan tersebut, tapi apakah kita sudah merasa puas dengan apa yang kita lalui selama kita mengenyam pendidikan itu sendiri? Pendidikan juga sangat penting untuk orang-orang di Desa dan tempat terpencil, sekarang pemerintah sudah memberikan sekolah gratis untuk orang-orang di Desa dan tempat terpencil, sekarang pemerintah sudah memberikan sekolah gratis untuk orang-orang di Desa dan tempat yang jauh dari sentuhan modernisasi. Walaupun sudah ada bantuan dari Pemerintah tapi apakah cukup, apakah merata, puaskah mereka? Dan apakah tempat belajar mereka layak? Walaupun sudah banyak bantuan yang diberi tapi masih banyak juga dari mereka yang tidak merasakan yang namanya bersekolah. Idealnya pendidikan itu 12 tahun sampai tamat SMA, akan tetapi banyak anak dari pedalaman Desa yang putus sekolah karena mungkin jarak yang putus sekolah karena mungkin jarak yang terlalu jauh, atribut sekolah tak m emadai, dan kurangnya pemahaman mereka tentang pentingnya sekolah. Pendidikan diyakini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan seseorang, karena dengan suatu pendidikan manusia akan dapat membekali diri guna mencapai Sumber Daya yang berkualitas, sehingga mampu bersaing dengan masyarakat yang lain dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa itu sendiri. Perjuangan pergerakan kemerdekaan indonesia yang telah mengantarkan pembentukan suatu pemerintahan negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…..” menuntut penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan yang dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa Indonesia.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan hal-hal berikut. Pertama, membentuk manusia seutuhnya sebagai manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu mandiri. Kedua, memberikan dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang terwujudnya kemampuan bangsa. Ketiga, mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa. Keempat, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia serta mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dengan demikian sistem pendidikan nasional adalah wahana untuk mencapai cita-cita tujuan nasional.

Sejak tahun 1989, dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan Nasional dirumuskan sebagai berikut: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang termasuk dalam UU No. 2 Tahun 1989. Diantaranya dibuktikan dengan semakin luasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan; meningkatnya jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia serta tenaga yang terlibat dalam pendidikan, serta meningkatnya mutu pendidikan dibandingkan dengan dimasa-masa sebelumnya. Dan untuk mencapai tujuan itu pula, peneliti perlu melakukan upaya yang disengaja dan terencana meliputi upaya bimbingan dan pengajaran, salah satu diantaranya adalah melalui pembelajaran matematika.

Tujuan dari pendidikan Nasional yang diatur dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2013 pasal 3 berbunyi “pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokrasi yang bertanggung jawab”. Dengan melihat tujuan dan fungsi dari Pendidikan Nasional, maka lembaga pendidikan saling berlomba-lomba guna meningkatkan kualitas pendidikan yang sekarang sedang berjalan. Permasalahan pendidikan yang sekarang sedang timbul dalam pengajaran di sekolah adalah banyak peserta didik yang menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, karena hanya duduk berjamjam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan sebagai beban daripada upaya aktif untuk memperdalam ilmu. Menurunnya gairah belajar, selain disebabkan oleh ketidak tepatan metodologis juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal dan ceramah, tanpa pernah diselingi berbagai metode yang menantang untuk berusaha. Termasuk adanya penyekat ruang struktural yang begitu tinggi antara guru dan peserta didik.

Pendidikan merupakan suatu hal penting untuk menentukan maju munduranya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia yang baik sebagai subjek dalam pembangunan, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri. Hal ini berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran di sekolah yang merupakan bagian dari pendidikan.

Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang bertugas melaksanakan administrasi; pengelolaan, pengembangan; pengawasan; dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Secara lebih rinci tugas guru sebagai tenaga kependidikan yang profesional adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian (terutama penelitian tindakan kelas). Seakan Muchith (2012:1) memberi pandangan bahwa pabaila pembelajaran yang dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit untuk dikembangkan atau diberdayakan.

Mata Pelajaran Selalu Berhemat Energi mencakup banyak sekali disiplin ilmu diantaranya Geografi, Sejarah, dan Sosiologi Menurut paham Progresivisme Jhon Dewey (Pahyono, 2004: 4). Oleh karena itu studi ihwal manusia tidak cukup hanya menggunakan satu disiplin ilmu saja, tetapi membutuhkan banyak disiplin ilmu, sehingga setiap ilmu secara khusus dapat menelaah setiap dimensi yang dimiliki manusia tersebut. Untuk itu anak SD sudah diberi Pelajaran Selalu Berhemat Energi agar diharapkan bisa menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab dan menjadi warga negara yang cinta damai.

Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Biasanya ditentukan dengan nilai berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembelajaran selama ini (Sukmadinata 2003: 15). Penulis mengalami/menemui masalah-masalah yaitu banyak siswa dalam pelajaran berlangsung jarang sekali yang berani mengajukan pertanyaan, siswa pasif tidak memberikan tanggapan terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Mereka tidak bertanya karena sudah mengerti atau tidak memahami pelajaran ini. Dalam proses pembelajaran interaksi antara guru dan siswa menjadi kurang kondusif. Jadi apa yang direncanakan guru dalam pembelajaran itu tidak berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.

Pada pembelajaran Tematik Materi Selalu Berhemat Energi banyak sekali siswa yang kurang minat terhadap pelajaran tersebut. Apalagi kalau metode yang digunakan hanya ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga. Ketika guru memberikan satu soal dan meminta salah satu siswa mengerjakan di papan tulis hanya 4 siswa dari 15 Siswa yang berani mengajungkan tangan.

Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi ternyata hanya 8 siswa dari 15 Siswa atau 53% yang mencapai tingkat ketuntasan. Sehingga banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Indetifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis meminta bantuan teman sejawat untuk melakukan penelitian tindakan kelas dan upaya mengidentifikasi kekurangan. Hasil pengamatan teman sejawat dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu:

  1. Pembelajaran Tematik Materi Selalu Berhemat Energi masih bersifat hafalan saja jadi pembelajaran kurang bermakna dan sulit dipahami siswa.
  2. Pelaksanaan pembelajaran Tematik Materi Selalu Berhemat Energi masih menggunakan model pembelajaran klasikal seperti ceramah yang kurang menarik bagi siswa.
  3. Bahan ajar peraga masih kurang, sehingga guru dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya IPS terutama bermuatan karakter, untuk meningkatkan sikap toleransi diantara siswa.

Rumusan Masalah

Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengetahuai sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru dan siswa kelas IV yang meliputi: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Tematik Tema Selalu Berhemat Energi Menggunakan Metode Collaborative Learning di Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 di SDN Berbak, Kec. Ngawen.

Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 (empat), diantaranya sebagai berikut:

Bagi Kepala Sekolah

  1. Dapat mengembangkan dan memperbaiki pola pembelajaran yang diajarkan oleh guru kepada peserta didik
  2. Dapat mengembangkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan
  3. Dapat memotivasi guru dan peserta didik untuk belajar mengembangkan pola pembelajaran yang lebih menarik
  4. Dapat meningkatkan tanggung jawab Guru dan Peserta terhadap tugasnya secara professional.

Bagi Guru

  1. Dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi
  2. Dapat membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
  3. Membantu guru berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
  4. Dapat memperbarui sistem belajar siswa sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.

Bagi Sekolah.

  1. Menciptakan sistem pembelajaran ilmiah, mengerti dan lengkap.
  2. Ditemukannya salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk pelaksanan kegiatan belajar.
  3. Penelitian ini dilakukan sebagai momentum refleksi diri bagi sekolah tempat penelitian, baik sebelum ataupun sesudah adanya penelitian.

Bagi Perpustakaan

Dengan danya penelitian tindakan kelas ini, makin bertambahlah referensi buku-buku perpustakaan dan akhirnya bertambahlah wawasan para pembaca perpustakaan.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Teori

Pengertian Belajar

Belajar merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka untuk mencapai suatu yang ingin di capai menurut Suryabrata (2002:232) menyimpulkan tentang belajar yaitu: 1. Belajar itu membawa perubahan, 2. Perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecapakan baru. 3. Perubahan terjadi karena usaha dengan sengaja.

Belajar adalah suatu proses dimana suatu tindakkan muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi (Sukmadinata 2003: 15).

Dalam hal ini belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan perubahan pada diri siswa dan perubahan itu merupakan hasil belajar yang melibatkan segi jasmani dan rohani yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan tingkah laku serta semua aspek yang ada dalam indiovidu. Menurut paham Progresivisme Jhon Dewey (Pahyono, 2004: 4).

Metode Collaborative Learning

Collaborative Learning adalah metode belajar dengan menerapkan cara berfikir runtun terhadap suatu permasalahan bagaimana bisa terjadi sampai pada penyelesaiannya. Pengajaran melalui Collaborative Learning disajikan dalam bentuk skema yang memiliki hubungan sebab akibat dan saling berpengaruh. Metode belajar dengan Collaborative Learning ini mampu meningkatkan analisis dan berfikir kritis siswa sehingga memahami sesuatu secara keseluruhan dari awal sampai akhir.

Metode Collaborative Learning (Peta Pikiran) adalah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Tony Buzana, kepala Brain Foundation. Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Setelah selesai, catatan yang dibuat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama di tengah, sementara subtopik dan perincian menjadi cabang-cabangnya.6 Cabang-cabang tersebut juga bisa berkembang lagi sampai ke materi yang lebih kecil. Sebagaimana struktur keturunan manusia yang bisa berkembang terus sampai hari akhir tiba, sehingga terbentuklah sebuah sistem keturunan manusia hidup sampai hari akhir.

Belajar berbasis pada konsep Peta Pikiran (Collaborative Learning) merupakan cara belajar yang menggunakan konsep pembelajaran komprehensif Total- Mind Learning (TML). Pada konteks TML, pembelajaran mendapatkan arti yang lebih luas. Bahwasanya, di setiap saat dan di setiap tempat semua makhluk hidup di muka bumi belajar, karena belajar merupakan proses alamiah. Semua makhluk belajar menyikapi berbagai stimulus dari lingkungan sekitar untuk mempertahankan hidup.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat Pelaksanaan

Lokasi: Kelas IV, SDN Berbak, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora

Waktu Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Tematik Selalu Berhemat Energi dilaksanakan dalam 2 siklus:

  • Pra Siklus, Kamis, 8 Agustus 2019
  • Siklus I, Kamis, 22 Agustus 2019
  • Siklus II, Kamis, 11 September 2019

Subjek Penelitian

Jumlah siswa Kelas IV SDN Berbak adalah 15 Siswa terdiri dari laki-laki 5 dan perempuan 10 dari segi kecerdasannya rata-rata cukup artinya tidak ada yang menonjol bahkan ada beberapa anak yang tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pra Siklus

Pada awalnya siswa kelas IV nilai rata-rata pembelajaran sangat rendah khususnya khususnya dalam tentang mata menggunakan alat peraga Selalu Berhemat Energi pada kompetensi yang harus dikuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 15 Siswa terdapat 8 siswa atau 53% yang baru mencapai ketuntasan minimal sedangkan 7 siswa atau 47% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang melibatkan tentang Selalu Berhemat Energi yang menggunakan alat peraga Selalu Berhemat Energi yang telah ditentukan yaitu 75 sedangkan hasil nilai pra siklus terdapat nilai tertinggi 80 terendah 60 rata-rata kelas 74.

Dari hasil tes Pra siklus, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 0 siswa atau 0%, sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 8 siswa atau (53%). Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) 7 Siswa atau (47%) sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) 0 siswa atau (0%) sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) 0 siswa atau (0%).

Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa dari sejumlah 15 Siswa terdapat 8 siswa (53%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 7 siswa (47%) belum mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 80 terendah 60 dengan nilai rata-rata 74.

Siklus 1

Berdasarkan ketuntasan siswa dari sejumlah 15 Siswa terdapat 12 siswa atau 80% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 3 siswa atau 20%, belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 90 nilai terendah 70 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 83.

Siklus II

Dari pelaksanaan tindakan siklus II dapat di ketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 12 siswa (80%). Sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 3 siswa atau (20%) sedangkan yang mendapat nilai (C) adalah 0 siswa (0%) sedangkan yang mendapat nilai (D) adalah 0 siswa atau (0%) dan E tidak ada atau 0% sedangkan nilai rata-ratanya kelas adalah 93.

Berdasarkan ketuntasan siswa dari sejumlah 15 Siswa terdapat 15 Siswa atau 100% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari hasil nilai siklus II dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 nilai terendah 80 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 93.

Pembahasan

Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus II sudah jelas ada peningkatan yang cukup signifikan, baik peningkatan yang cukup siknifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata-rata kelas. Dari sejumlah 15 Siswa sudah mengalami ketuntasan dengan nilai rata-rata 88.

Peningkatan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.15. Perbandingan Nilai ketuntasan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

PRA SIKLUS Siklus I Siklus I I
Nilai rata- rata Jumlah siswa Persen tase Nilai rata- rata Jumlah siswa Persen tase Nilai rata-rata Jumlah siswa Persen tase
Tnts Blm Tnts Blm Tnts Blm
74 8 7 53% 83 12 3 80% 93 15 0 100%

 

Dari ketiga tabel dan grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa pra siklus nilai rata-rata hanya 74 Siklus I mengalami peningkatan menjadi 83 dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 93. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 47%, Siklus I menjadi 80% dan Siklus II 100%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.

 

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:

Diskusi kelompok mampu mengaktifkan semua siswa sehingga proses pembelajaran berlangsung hidup.

Penggunaan alat bantu/alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran secara maksimal akan meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

Untuk menguatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, siswa diberi tes Selalu Berhemat Energi yang berupa pekerjaan rumah.

Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai bentuk tindak lanjut, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru:

  1. Untuk melayani kemampuan daya tangkap siswa yang agak lambat, guru membiasakan diri bersikap sabar dan tidak terburu-buru.
  2. Dalam mengelola kegiatan diskusi kelompok, guru harus memantau setiap kelompok dan mendorong siswa yang kurang aktif ikut berpartisipasi.
  3. Guru harus bisa memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pengajaran secara maksimal.

Tindak lanjut peningkatan profesional guru, kita harus sering bertukar pikiran secara objektif dengan teman sejawat atau sekolah, bahkan sampai ke kegiatan KKG dan KKKS tentang strategi metode yang berhubungan dengan keberhasilan dan proses belajar mengajar yaitu:

Bagi Siswa

  • Hendaknya siswa berusaha untuk memiliki sikap kreatif untuk selalu bertanya pada guru sesuai materi yang diterangkan jika ada materi pelajaran yang belum di mengerti.
  • Berusaha untuk berbahasa yang baik dan benar dalam upaya melatih siswa mampu memahami dan mencerna setiap pelajaran yang diberikan maupun soal-soal yang diberikan terutama dalam pelajaran matematika.

Sekolah

Hendaknya pihak sekolah dapat memberikan atau meningkatkan fasilitas atau sarana dan prasarana sekolah yang memadai sehingga dapat memudahkan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.

Guru

  • Hendaknya guru dapat menunjang kecerdasan dan ketrampilan anak didik dalam menyelesaikan soal-soal, baik untuk bidang studi matematika maupun bidang studi yang lain agar dapat dimulai melalui peningkatan kemampuan mengerjakan mengajar materi Membaca peta lingkungan setempat (Kabupaten/ Kota, Provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

Peneliti

  • Untuk peneliti yang mengambil ruang lingkup yang sama hendaknya menambah variabel lain selain kedua variabel tersebut.
  • Hendaknya peneliti mencari aspek lain yang lebih luas dari aspek yang ada di sini untuk menambah luasnya cakupan variabel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Kosasih Djahiri. 1978/1979.101. SBM (Strategi Belajar Mengajar). Gagne: (Mengelompokkan Hasil Belajar dalam 5 Kategori)

Nanik Supartini. (2005). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Metode Problem Solving pada Pembelajaran Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran Selalu Berhemat Energi di SD. Universitas Terbuka Semarang.

Ruseffendi (1991:124). Pengajaran IPS Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.

Roestiyah, N.K. 2001-SBM (Strategi Belajar Mengajar). Jakarta: Rineka Cipta.

Whiterington dalam buku Educational Psychology.