PENINGKATAN MINAT TERHADAP BIMBINGAN KLASIKAL

MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BAGI PESERTA DIDIK

KELAS VII F SMP NEGERI 2 MARGOREJO SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Susanto

Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 2 Margorejo Kabupaten Pati

 

ABSTRAK

Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal akan berhasil dengan baik dan tercapai tujuan yang diinginkan apabila peserta didik memiliki semangat dan minat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan layanan tersebut. Dengan minat yang tinggi dimungkinkan peserta didik akan lebih mudah menerima dan menyerap materi yang disampaikan dalam bimbingan klasikal. Tetapi dalam kenyataannya berbeda dengan yang diharapkan, yaitu minat peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 margorejo terhadap layanan bimbingan klasikal tergolong rendah. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal adalah guru bimbingan dan konseling belum menggunakan media secara variatif dalam pemberian layanan. Rendahnya minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal dan guru belum menggunakan media yang bervariatif itulah yang menjadi latar belakang dilaksanakannya penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) ini. Tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan ini adalah: (a) untuk mengetahui bagaimana dengan menggunakan media audio visual dalam layanan bimbingan klasikal dapat meningkatkan minat peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo semester I tahun pelajaran 2018 / 2019. (b) untuk mengetahui seberapa banyak peningkatan minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual. Dalam penelitian ini media audio visual yang dipakai adalah video. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan alokasi waktu setiap siklus adalah 2 x 40 menit atau setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dalam layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan minat peserta didik dapat dilaksanakan dengan kategori Baik (B) baik pada siklus I maupun siklus II. Sedangkan kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan klasikal ada pada kategori Cukup (C). Penggunaan media audio visual juga terbukti dapat meningkatkan minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal. Peningkatan minat ini dapat ditunjukkan dari hasil analisis angket minat peserta didik, pada kondisi awal rata – rata persentase minat peserta didik adalah 54,97% (kategori rendah), siklus II meningkat 69,80% (Sedang) dan siklus II menjadi 77,20% (Tinggi). Dengan demikian peningkatan dari kondisi awal ke siklus II adalah sebesar 22,23%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui media audio visual dapat meningkatkan minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal bagi peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo semester I tahun pelajaran 2018 / 2019.

Kata kunci: Minat, Audio visual, Bimbingan klasikal.

 

PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan guna memfasilitasi perkembangan peserta didik agar mampu mengaktualisasikan potensi dirinya dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal. Fasilitasi dimaksudkan sebagai upaya memperlancar proses, karena secara kodrati manusia berpotensi untuk berkembang. Peserta didik SMP adalah individu yang sedang berkembang. Untuk mencapai perkembangan yang optimal, potensi – potensi peserta didik perlu difasilitasi melalui berbagai komponen pendidikan, yang salah satu diantaranya adalah layanan bimbingan dan konseling. (Kemdikbud, 2016: 1)

Komponen program bimbingan dan konseling di SMP meliputi: (1) Layanan Dasar, (2) Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual, (3) Layanan Responsif, dan (4) Layanan Dukungan Sistem. Salah satu strategi dalam pelaksanaan layanan dasar adalah melalui layanan bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal merupakan program bimbingan yang dirancang dengan mengadakan pertemuan secara tatap muka dengan peserta didik dan berbasis kelas. Pertemuan diadakan di kelas secara terjadwal dengan materi yang telah diprogramkan dalam bentuk program semester/ tahunan.

Dalam kenyataannya, berdasarkan pengamatan peneliti dan teman sejawat minat peserta didik dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal masih rendah. Hai ini dibuktikan masih banyak peserta didik yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru bimbingan dan konseling. Peserta didik sibuk dengan dirinya sendiri, dengan teman, berbincang bincang dengan teman sebangku bahkan kadang kadang mengganggu teman yang lain. Kelas VII E yang siswanya berjumlah 30 anak menunjukkan perilaku kurang berminat dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Hal ini ditunjukkan juga dari hasil angket minat peserta didik dalam mengikuti bimbingan klasikal yang tergolong rendah.

Dari permasalahan yang peneliti alami dalam memberikan layanan bimbingan klasikal , akhirnya peneliti berupaya untuk introspeksi / mawas diri dan mengevaluasi apa yang telah peneliti lakukan saat melaksanakan bimbingan klasikal, sehingga peserta didik kurang berminat dalam mengikuti layanan. Peneliti menyadari bahwa dalam memberikan layanan bimbingan klasikal belum menggunakan media yang variatif dan menarik minat peserta didik. Selama ini peneliti masih cenderung menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan tanpa ada media layanan yang menarik.

Berdasarkan masalah yang diuraikan di atas, diidentifikasi beberapa permasalahan bahwa (1) peserta didik kurang berminat dan kurang memperhatikan pada saat guru bimbingan dan konseling memberikan layanan bimbingan klasikal, (2) peserta didik kurang aktif dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal, (3) selesai pelaksanaan layanan bimbingan klasikal, ternyata peserta didik kurang memahami materi layanan yang telah diberikan, dan (4) guru bimbingan dan konseling belum menggunakan media bimbingan klasikal yang bervariatif. Dalam penelitian ini permasalahan yang dibahas adalah (1) rendahnya minat peserta didik dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal, dan (2) guru bimbingan dan konseling belum variatif menggunakan media dalam layanan bimbingan klasikal.

Identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas diajukan rumusan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana dengan menggunakan media audio visual dalam layanan bimbingan klasikasl dapat meningkatkan minat peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo semester I tahun pelajaran 2018 / 2019 dan seberapa banyak peningkatan minat terhadap layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual pada peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo semester I tahun pelajaran 2018 / 2019.

Tujuan umum dari penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini adalah untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan klasikal sehingga dapat meningkatkan minat peserta didik dalam mengikuti layanan. Tujuan khusus penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini adalah untuk mengetahui apakah melalui media audio visual dapat meningkatkan minat terhadap layanan bimbingan klasikal bagi peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo semester I tahun pelajaran 2018 / 2019.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat praktis dapat diperoleh oleh peserta didik, guru maupun sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Secara teoritis penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang layanan bimbingan dan konseling tentang peningkatan minat peserta didik dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui media audio visual.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi peserta didik, guru dan sekolah. Manfaat bagi peserta didik adalah peserta didik akan lebih berminat dan semangat dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal, pemahaman peserta didik terhadap materi layanan bimbingan klasikal akan lebih meningkat, dan peserta didik mendapatkan layanan bimbingan klasikal yang lebih bermanfaat dan berkualitas. Manfaat bagi guru adalah memberikan layanan bimbingan klasikal dengan media yang lebih bervariasi sehingga meningkatkan minat peserta didik dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling, dan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru bimbingan dan konseling melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan. Manfaat bagi sekolah yaitu membantu mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, dan membantu meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Negeri 2 Margorejo.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008: 101) mengartikan minat (interest) suatu aktivitas menimbulkan rasa ingin tahu dan menarik, biasanya disertai oleh keterlibatan kognitif dan efek yang positif. Slameto (2003: 180) mendefinisikan minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatun hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh “. Beliau juga menjelaskan bahwa siswa yang memiliki minat terhadapterhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Selanjutnya beliau mengidentifikasi timbulnya minat seseorang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu rasa tertarik atau sengang, perhatian dan kebutuhan.

Muhibbin Syah (2003: 151) mendefinisikan minat sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan Pitadjeng (2006: 16) memberikan pengertian minat adalah perhatian yang mengandung unsur – unsur perasaan. Berdasarkan pendapat tentang minat dapat diambil kesimpulan tentang pengertian minat. Minat merupakan suatu ketertarikan terhadap suatu kegiatan atau benda. Minat ini selanjutnya dapat menimbulkan motivasi untuk mempelajari lebih jauh dan menaruh perhatian terhadap sesuatu yang diminatinya tersebut untuk mendapatkan kepuasan.

Jeanne Ellis Ormrod (2008: 101) mengatakan bahwa para ahli psikologi membedakan dua jenis minat, yaitu minat situasional yang dipicu oleh sesuatu di lingkungan sekitar. Minat yang dipicu secara temporer oleh sesuatu di lingkungan sekitar; dan minat pribadi memiliki preferansi pribadi tentang topik – topik yang mereka kejar dan aktivitas yang mereka ikuti. Minat semacam ini relatif stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat siswa. Minat dalam sebuah topik tertentu memicu semangat untuk mempelajari lebih dalam tentang topik tersebut, dan pengetahuan yang bertambah sebagai akibat dari proses pembelajaran itu dan pada gilirannya meningkatkan minat yang lebih besar.

Sedangkan Dewa Katut Sukardi (1994: 117) mengemukakan bahwa ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat seperti (1) minat yang diekspresikan (Expressed interest) yaitu seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata – kata tertentu; (2) minat yang diwujudkan (Manifest interest) yaitu seseorang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata – kata melainkan dengan tindakan atau perbuatan, dengan ikut serta dan berperan aktif dalam suatu kegiatan, missal olahraga atau pramuka yang menarik perhatiannya; (3) minat yang diinventarisasikan (Inventorized interest) yaitu seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk aktivitas tertentu. Minat yang diekspresikan dan minat yang diwujudkan keduanya merupakan petunjuk yang bermakna dari minat siswa.

Dari pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa minat dibedakan menjadi dua jenis yaitu minat situasional dan minat pribadi. Minat situasional merupakan minat yang muncul ketika keadaan di sekitar individu mendukung adanya minat tersebut. Sedangkan minat pribadi merupakan minat yang ada dalam diri individu tersebut tanpa dipengaruhi situasi atau rangsangan dari luar individu tersebut.

Faktor yang mempengaruhi minat menurut Abdul Hadis (2006: 45) mengemukakan bahwa minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya objek belajar, metode sebagai strategi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, sikap dan perilaku guru, media pembelajaran, lingkungan belajar dan suara guru. Sedangkan Slameto (2010: 54) menjelaskan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi minat yaitu faktor intern terdiri atas faktor jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh dan faktor psikologis seperti perhatian, rasa tertarik dan aktivitas; dan faktor ekstern meliputi faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan, faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran dan keadaan gedung.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat anak terhadap pembelajaran atau bimbingan klasikal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: penggunaan metode dan media pembelajaran/ pembimbingan yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam penelitian ini digunakan media audio visual yang diyakini sesuai dengan karakteristik peserta didik yang cenderung senang menonton audio visual seperti video.

Dalam panduan operasional penyelenggaraan bimbingan dan konseling SMP yang diterbikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016: 63) disebutkan bahwa pengertian bimbingan klasikal adalah merupakan kegiatan layanan yang diberikan kepada sejumlah peserta didik/ konseli dalam satu rombongan belajar dan dilaksanakan di kelas dalam bentuk tatap muka antara guru bimbingan dankonseling atau konselor dengan peserta didik/ konseli.

Bimbingan kelas/ klasikal menurut Djoko Budi Santoso (2011: 139) adalah program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik. Kegiatan bimbingan klasikal ini bisa berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat). Bimbingan klasikal merupakan layanan dasar yang dirancang dan ditujukan kepada sejumlah peserta didik yang dilaksanakan di kelas dalam bentuk tatap muka antara guru bimbingan dan konseling dengan peserta didik.

Kegiatan layanan bimbingan klasikal bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai kemandirian dalam kehidupannya, perkembangan yang utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan karir, serta mencapai keselarasan antara pikiran, perasaan dan perilaku (Kemdikbud, 2016: 63). Beberapa metode yang dapat digunakan dalam layanan bimbingan klasikal menurut Romlah (2006) dalam Ramli dkk (2016: 5) adalah (1) metode ekspositori yaitu cara melaksanakan layanan dalam bimbingan klasikal dengan menyampaikan informasi atau penjelasan kepada sekelompok peserta didik / konseli; (2) metode ceramah merupakan prosedur layanan bimbingan klasikal dengan cara menyampaikan informasi atau penjelasan secara lesan; (3) metode ekspositori tertulis dapat diartikan sebagai cara memberikan pelayanan bimbingan, dengan menyampaikan informasi secara tertulis; (4) metode diskusi kelompok dapat diartikan sebagai suatu percakapan yang direncanakan antara tiga orang atau lebih bertujuan untuk memperjelas atau memecahkan suatu masalah yang dihadapi di bawah pimpinan seorang pemimpin; (5) metode permainan peranan (Roleplaying) dipandang sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan, dimana individu memerankan suatu situasi yang imajinatif (pura – pura), bertujuan untuk membantu individu dalam mencapai pemahaman diri, meningkatkan ketrampilan dalam berhubungan dengan orang lain; (6) metode permainan simulasi merupakan salah satu jenis permainan yang digunakan untuk merefleksikan situasi – situasi yang terdapat dalam kehidupan nyata; dan (7) metode homeroom untuk menciptakan suasana yang hangat, akrab, menyenangkan seperti suasana di lingkungan keluarga.

Tahap pelaksanaan meliputi melaksanakan layanan bimbingan klasikal sesuai dengan jadwal dan materi yang telah dirancang, mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang telah diberikan, dan mencatat peristiwa atau hal – hal yang perlu perbaikan dan atau tindak lanjut setelah layanan bimbingan klasikal dilaksanakan. Tahap evaluasi dan tindak lanjut meiputi melakukan evaluasi proses layanan bimbingan bimbingan klasikal, dan melakukan evaluasi hasil layanan bimbingan klasikal yang telah diberikan.

Menurut Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2011: 3) media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Menurut Hamdani (2010: 248) media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu media visual, media audio dan media audiovisual. Menurut Hamdani (2010: 254) ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk penggunaan media, yaitu ciri fiksatif (fixitif property), ciri manipulasi (manipulative property), dan ciri distributif (distributive property)

Menurut Irsyad Ashar (1997: 141) media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Hamdani (2010: 249) menyatakan media audio visual adalah merupakan kombinasi antara audio dan visual atau bisa disebut sebagai media pandang dengar. Media audio visual menurut Irsyad Ashar (1997:141) dibagi menjadi dua jenis, yaitu Audio Visual diam dan Audio Visual gerak.

Kelebihan media audio visual adalah (1) film dan video dapat melengkapi pengalaman dasar peserta didik, karena jenjang sekolah adalah awal mula pengalaman dibentuk baik dengan teman, guru maupun dengan berbagai sarana prasarana di sekolah terkait dengan pembelajaran di sekolah; (2) dapat meyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung. Dengan media audio visual bisa memperlihatkan hal-hal yang berbahaya sekaligus walaupun tidak melihatnya secara langsung. Namun penggambarannya sama dengan aslinya. (3) dapat dilihat oleh kelompok kecil maupun besar. Tidak terbatas penonton bisa dalam lingkup besar maupun kecil; dan (4) mendorong motivasi dan menanamkan sikap dan segi afektif lainnya.

Kelemahan media audio visual adalah (1) pengadaan memerlukan biaya yang cukup mahal dan (2) tidak sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali dirancang terlebih dulu untuk kebutuhan sendiri.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2018 / 2019 selama empat setengah bulan, dimulai dari minggu pertama bulan Agustus sampai dengan minggu kedua bulan Desember 2018. Penelitian dilaksanakan di kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo, yang beralamat di desa Margorejo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo tahun pelajaran 2018/ 2019 sebanyak 30 anak yang terdiri dari 14 anak laki – laki dan 16 anak perempuan.

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah pedoman observasi yang dibuat peneliti dan kolaborator dan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses bimbingan klasikal. Data kemudian dianalisis mengunakan analisis data kuantitatif dan data kualitatif pada metode observasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Di kelas VII selama ini telah dilaksanakan layanan bimbingan klasikal secara terjadwal dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran setiap minggu. Materi bimbingan klasikal yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yaitu berdasarkan analisis dari angket kebutuhan. Dengan materi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik ini diharapkan peserta didik memiliki motivasi, minat dan dapat konsentrasi penuh dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Hasil angket minat peserta didik pada kondisi awal / pra siklus

 

 

 

Range Persentase minat

Kategori

Frekuensi

Persentase%

85,01% – 100%

Sangat tinggi

0

0

70,01% – 85,00%

Tinggi

2

6,66

55,01% – 70 ,00,%

Sedang

12

40,00

40,01% – 55,00%

Rendah

16

53,33

25,00% – 40,00%

Sangat rendah

0

0

Rata – rata persentase skor minat peserta didik

(pada kondisi awal)

54.97%

(Rendah)

 

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, dari 30 peserta didik yang ada di kelas VII F tidak ada yang memiliki minat sangat tinggi, 2 anak atau6,66% memiliki minat tinggi, 12 anak atau 40% memiliki minat sedang, 16 anak atau 53,33% memiliki minat rendah dan tidak ada satupun anak yang memiliki minat sangat rendah. Sedangkan rata – rata perentase skor minat peserta didik adalah sebesar 54, 97% dan termasuk kategori rendah (R). Hasil pengamatan proses pelaksanaan bimbingan klasikal pada kondisi awal / pra siklus

NO

KOMPONEN KEGIATAN

SKOR

1

Persiapan Bimbingan Klasikal

10

2

Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

44

3

Kegiatan Penutup

8

Total Skor

62

Rata – rata Skor

2,48

Kategori Skor

Cukup Baik

 

Dari tabel hasil pengamatan tersebut dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang dilakukan guru bimbingan dan konseling selama ini masih belum baik atau dikategorikan Cukup baik. Itulah sebabnya perlu ada perbaikan pada siklus selanjutnya.

Deskripsi Siklus I

Komponen proses layanan bimbingan klasikal yang diamati meliputi 3 kegiatan, yaitu: persiapan layanan bimbingan klasikal, pelaksanaan dan kegiatan penutup. Dari hasil pengamatan teman sejawat atau kolaborator diperoleh hasil sebagaimana pada tabel hasil pengamatan proses pelaksanaan bimbingan klasikal pada siklus I

NO

KOMPONEN KEGIATAN

SKOR

1

Persiapan Bimbingan Klasikal

10

2

Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

52

3

Kegiatan Penutup

11

Total Skor

73

Skor rata – rata

2,92

Kategori Skor

Baik

 

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa proses pelaksanaan bimbingan klasikal dengan materi motivasi berprestasi dapat terlaksana dengan skor rata – rata 2,92 dan termasuk dalam kategori baik (B). Secara umum pelaksanaan bimbingan klasikal telah berjalan dengan baik tetapi dilihat dari aspek pengamatan yang jumlahnya 25, masih ada beberapa aspek dengan skor 2. Beberapa aspek dengan skor 2 antara lain penggunaan metode yang variatif, penetapan strategi layanan, kemampuan menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengambil kesimpulan. Aspek – aspek tersebut perlu diperbaiki pada siklus ke II sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

Minat peserta didik terhadap bimbingan klasikal diungkap dengan menggunakan instrumen angket dengan jumlah pernyataan sebanyak 25. Dari data hasil angket yang telah direkapitulasi diperoleh data sebagai berikut:

Range Persentase minat

Kategori

Frekuensi

Persentase%

85,01% – 100%

Sangat tinggi

0

0

70,01% – 85,00%

Tinggi

20

66,66

55,01% – 70 ,00,%

Sedang

9

30

40,01% – 55,00%

Rendah

1

3,33

25,00% – 40,00%

Sangat rendah

0

0

Rata – rata persentase skor minat peserta didik

(pada siklus I)

69,80%

(Sedang)

 

Dari data tabel diatas dapat dijelaskan bahwa berdasarkan kategori minat peserta didik kelas VII F yang berjumlah 30 anak, pada siklus I tidak ada anak yang memiliki minat sangat tinggi, 20 anak atau 66,66% memiliki minat tinggi, 9 anak atau 30% memiliki minat sedang, 1 anak atau 3,33% memiliki minat rendah dan tidak ada anak yang memiliki minat sangat rendah. Sedangkan rata – rata persentase minat peserta didik adalah 69,80% dan termasuk dalam kategori minat sedang (S).

Dengan demikian pada siklus I ada peningkatan rata – rata persentase minat dibanding dengan kondisi awal atau pra siklus, tetapi peningkatan ini belum mencapai target yang diinginkan dalam penelitian. Target yang diinginkan adalah rata – rata persentse minat diatas 70% atau kategori tinggi (T) sedangkan pada siklus I baru mencapai rata – rata 69,80% atau kategori sedang (S). Oleh sebab itu penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus yang ke II dengan beberapa perbaikan berdasarkan hasil refleksi.

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mencermati tujuan penelitian tindakan bimbingan dan konseling, hasil analisis dan interpretasi data yeng diperoleh dari perencanaan tindakan untuk mengevaluasi ketercapaian penelitian tindakan yang telah dilakukan. Hasil pengamatan pada siklus I proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikal secara umum telah terlaksana dengan kategori baik yaitu dengan skor rata – rata 2,92. Namun masih ada beberapa aspek dalam lembar pengamatan yang yang mendapatkan skor 2, dan ini perlu untuk diperbaiki atau ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Beberapa aspek yang mendapatkan skor 2 yaitu: penggunaan metode yang variatif, penetapan strategi layanan, kemampuan menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengambil kesimpulan. Aspek – aspek ini perlu diperbaiki dalam pelaksanaan bimbingan klasikal pada siklus ke 2, sehingga diharapkan akan terlaksana lebih baik.

Sedangkan hasil analisis angket minat peserta didik terhadap bimbingan klasikal telah menunjukkan bahwa ada peningkatan minat peserta didik. Pada kondisi awal rata – rata persentase minat peserta didik adalah 54,97% atau kategori rendah dan pada siklus I meningkat menjadi 69,80% atau kategori minat sedang. Peningkatan minat ini belum memenuhi target yang diinginkan dalam penelitian yaitu rata – rata persentase minat diatas 70% atau kategori tinggi..

Kekurangan atau kelemahan yang ditemukan pada siklus I terkait proses layanan bimbingan klasikal maupun terkait minat peserta didik akan diperbaiki dalam siklus II.

 

 

Deskripsi Siklus II

Pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dengan menggunakan lembar pengamatan bertujuan untuk mengetahui baik tidaknya proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual. Komponen yang diamati meliputi: persiapan layanan, pelaksanaan layanan dan kegiatan penutup. Pengamatan dilaksanakan selama pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Hasil dari pengamatan ditunjukkan dalam tabel hasil pengamatan proses pelaksanaan bimbingan klasikal pada siklus II

NO

KOMPONEN KEGIATAN

SKOR

1

Persiapan Bimbingan Klasikal

11

2

Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

57

3

Kegiatan Penutup

12

Total Skor

80

Skor rata – rata

3,20

Kategori Skor

Baik

 

Berdasarkan data dalam tabel diatas dapat dijelaskan bahwa secara umum proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikal memperoleh skor rata – rata 3,20 atau dalam kategori terlaksana dengan baik. Dibandingkan dengan siklus pertama telah menunjukkan kenaikan skor rata – rata walaupun kategorinya tetap sama yaitu baik (B). Selain terjadi peningkatan skor rata – rata juga menunjukka semua aspek yang dinilai memperoleh skor minimal 3 seperti yang ditunjukkan dalam lampiran rekapitulasi skor minat peserta didik. Dengan demikian pada siklus ke II proses pelaksanaan bimbingan klasikal dapat dikatakan telah terlaksana dengan baik dan maksimal.

Anget minat yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan minat peserta didik terhadap bimbingan klasikal diberikan pada akhir pertemuan kedua dan diisi langsung oleh peserta didik. Dengan diisi langsung oleh peserta didik atau subyek penelitian diharapkan hasilnya akan lebih valid. Hasil dari pengolahan angket minat peserta didik terhadap bimbingan klasikal seperti dalam tabel di bawah ini.

Range Persentase minat

Kategori

Frekwensi

Persentase%

85,01% – 100%

Sangat tinggi

1

3,33

70,01% – 85,00%

Tinggi

24

80

55,01% – 70 ,00,%

Sedang

5

16,66

40,01% – 55,00%

Rendah

0

0

25,00% – 40,00%

Sangat rendah

0

0

Rata – rata persentase skor minat peserta didik

(pada siklus II)

77,20%

(Tinggi)

 

Data tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada siklus II keadaan minat peserta didik mengalami perubahan dibanding dengan siklus I. Perubahan yang terjadi dari 30 peserta didik ada 1 anak atau 3,33% memiliki minat yang sangat tinggi, 24 anak atau 80% memiliki minat tinggi, 5 anak atau 16,66% memiliki minat sedang serta tidak ada anak yang memiliki minat yang rendah ataupun sangat rendah.

Sedangkan berdasarkan data rekapitulasi skor minat peserta didik menunjukkan bahwa rata – rata persentase skor minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal adalah 77,20% dan termasuk dalam kategori minat tinggi (T). Dengan demikian pada siklus II peningkatan minat peserta didik telah memenuhi target keberhasilan dalam penelitian ini yaitu minimal diatas 70% atau kategori minat tinggi.

Berdasarkan pengamatan pada siklus II telah terjadi peningkatan kualitas proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikal, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata – rata skor yaitu 3,20 dan termasuk kategori baik. Dan pada setiap aspek pengamatan tidak ada skor 2. Dengan demikian proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikal telah memenuhi target penelitian yaitu baik. Selain itu rata – rata persentase minat peserta didik terhadap bimbingan klasikal juga mengalami peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 77,20% dan termasuk dalam kategori minat tinggi (T). Peningkatan minat peserta didik ini disebabkan oleh penggunaan media audio visual berupa video dan pemberian tugas setelah selesai mencermati tayangan video. Dari tabel masih terdapat ada 5 anak atau 16,66% yang memiliki minat sedang , hal ini menjadi tantangan peneliti untuk mencoba menggunakan metode atau media yang lain pada kesempatan yang lain.

Dengan demikian dari pengolahan data pengamatan proses pelaksanaan bimbingan klasikal dan data minat pada siklus II telah menun jukkan tercapainya target dalam penelitian, sehingga penelitian ini diakhiri pada siklus II.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilaksankan tentang proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikal pada kondisi awal/ pra siklus, siklus I dan siklus II dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut:

NO

KOMPONEN KEGIATAN

SKOR

Perolehan peningkatan

Pra

siklus

Siklus 1

Siklus 2

1

Persiapan Bimbingan Klasikal

10

10

11

1

2

Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

44

52

57

13

3

Kegiatan Penutup

8

11

12

4

Total Skor

62

73

80

21

Skor rata – rata

2,48

2,92

3,20

0,72

Kategori Skor

Cukup

Baik

Baik

 

 

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa telah terjadi peningkatan skor rata – rata proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikal mulai dari kondisi awal atau prasiklus, siklus I dan siklus II. Peningkatan skor rata – rata proses pelaksanaan bimbingan klasiakal yaitu pada prasiklus 2,48 kategori cukup, siklus I rata – rata skor 2,92 kategori baik dan pada siklus II rata – rata skor 3,20 kategori baik. Perolehan peningkatan skor rata – rata proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikaldari prasiklus ke siklus II adalah sebesar 0,72. Sedangkan target keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah kategori baik. Dengan demikian target penelitian terkait proses layanan bimbingan klasikal dapat tercapai dengan baik.

Sedangkan data minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal mulai dari prasiklus, siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam tabel dibawah ini.

Peningkatan minat peserta didik dari prasiklus ke siklus II

Range Persentase minat

Kategori

Persentase jumlah peserta didik (%)

Peruba han

Pra

siklus

Siklus

 1

Siklus 2

85,01% – 100%

Sangat tinggi

0

0

3,33

3,33

70,01% – 85,00%

Tinggi

6,66

66,66

80

76,66

55,01% – 70,00%

Sedang

40

30

16,66

– 26,67

40,01% – 55,00%

Rendah

53,33

3,33

0

-53,33

25,00% – 40,00%

Sangat rendah

0

0

0

0

Rata – rata persentase skor minat peserta didik

54,97%

69,80%

77,20%

22,23%

Kategori

Rendah

Sedang

Tinggi

 

Dari tabel tentang peningkatan minat peserta didik dapat dijelaskan bahwa telah terjadi perubahan atau peningkatan dari kondisi prasiklus, siklus I dan siklus II. Dari 30 peserta didik kelas VII F pada prasiklus dan siklus I tidak ada satupun anak yang memiliki minat sangat tinggi, tetapi pada siklus II ada 1 anak atau 3,33% anak memiliki minat sangat tinggi.Kategori minat tinggi pada prasiklus ada 2 anak atau 6,66%, pada siklus I ada 20 anak atau 66,66% dan pada siklus II ada 24 anak atau 80%.Kategori minat sedang pada prasiklus ada 12 anak atau 40%, pada siklus I ada 9 anak atau 30% dan pada siklus II ada 5 anak atau 16,66%. Kategori minat rendah pada prasiklus ada 16 anak atau 53,33%, pada siklus I ada 1 anak atau 3,33% dan pada siklus II tidak ada anak yang memiliki minat rendah. Dan tidak ada satupun anak yang memiliki minat sangat rendah pada prasiklus, siklus I maupun siklus II.

Sedangkan rata – rata persentase skor minat peserta didik mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada prasiklus rata – rata persentase minat peserta didik adalah 54,97% atau kategori rendah, pada siklus I meningkat menjadi 69,80% atau kategori sedang dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 77,20% atau kategori tinggi. Dengan demikian peningkatan perolehannya adalah 22,23%. Rata – rata persentase minat peserta didik yang dicapai pada siklus II sebesar 77,20% berarti sudah melampau target yang diinginkan dalam penelitian.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data hasil penelitian yang diuraikan diatas, diperoleh hasil sebagai berikut:

1.     Data hasil pengamatan terhadap proses pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visualmengalami peningkatan rata – rata skor dari 2,48 atau kategori cukup pada prasiklus, menjadi 2,92 atau kategori baik pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 3,20 atau kategori baik. Atau dengan kata lain mengalami peningkatan sebanyak 0,72. Data ini membuktikan bahwa dengan menggunakan media audio visual dalam layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan minat peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo semester I tahun pelajaran 2018 / 2019 mengalami peningkatan atau terlaksana dengan baik.

2.     Data hasil pengolahan atau analisis angket minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual menunjukkan peningkatan rata rata persentase skor minat dari 54,97% atau kategori minat rendah pada prasiklus menjadi 69,80% atau kategori sedang pada siklus I dan meningkat menjadi 77,20% atau kategori tinggi pada siklus II. Atau dengan persentase perolehan sebesar 22,23%. Hal ini membuktikan bahwa minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal melalui media audio visual mengalami peningkatan dan melampaui target keberhasilan penelitian.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan data hasil penelitian tindakan bimbingan dan konseling telah diuraikan bahwa dengan menggunakan media audio visual dalam bimbingan klasikal ternyata dapat meningkatkan minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa:

1.     Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal ternyata dapat berjalan dengan baik, pada peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo Semester I Tahunpelajaran 2018 / 2019

2.     Penggunaan media audio visual dalam bimbingan klasikal terbukti dapat meningkatkan minat peserta didik kelas VII F SMP Negeri 2 Margorejo semester I tahun pelajaran2 018 / 2019 sebesar 22,23%. Pada kondisi awal rata – rata persentase minat peserta didik adalah 54,97% dan pada siklus II meningkat menjadi 77,20%

Implikasi

1.     Dengan menggunakan media audio visual dalam bimbingan klasikal terbukti dapat meningkatkan minat peserta didik terhadap layanan bimbingan klasikal, hal ini akan menimbulkan meningkatnya perhatian, semangat dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling.

2.     Dengan menggunakan media audio visual terbukti dapat meningkatkan minat peserta didik terhadap bimbingan klasikal dan akan menimbulkan keinginan guru bimbingan dan konseling lain untuk menggunakan media audio visual dalam memberikan layanan bimbingan klasikal. Sehingga diperlukan dukungan dari pihak yang berkepentingan agar dapat memfasilitasi sarana atau fasilitas yang diperlukan.

3.     Layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual ternyata memberikan pengaruh yang positif dalam bimbingan dan konseling, yaitu meningkatnya minat peserta didik dalam mengikuti layanan. Oleh sebab itu untuk pelaksanaa nbimbingan klasikal selanjutnya penelitiakan erupaya menggunakan media audio visual yang sesuai dengan materi layanan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi guru, sekolah maupun penelitis elanjutnya. Saran tersebut adalah:

1.     Dalam rangka mendukung pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang menarik minat dan perhatian peserta didik hendaknya guru bimbingan dank onseling dapat menggunakan media yang menarik dan variatif.

2.     Guru bimbingan dan konseling sebaiknya menggunakan media dalam layanan bimbingan klasikal, salah satunya adalah menggunakan media audio visual.

3.     Sekolah hendaknya memfasilitasi guru bimbingan dan konseling agar dapat menggunakan media audio visual dalam layanan bimbingan klasikal.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar (2011) Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press

Ashar, I. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: GrafindoPersada

Hadis, Abdul. (2006). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Hamdani (2010) Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV PustakaSetia