Upaya Peningkatan Kedisiplinan Masuk Sekolah Melalui Layanan Bimbingan Kelompok
UPAYA PENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH
MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TRANGKIL
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019
Hadliri
Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 2 Trangkil Kabupaten Pati
ABSTRAK
Disiplin adalah suatu sikap mengikuti dan mentaati suatu peraturan dengan tertib dan teratur serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab. Siswa yang disiplin mempunyai pemahaman yang baik mengenai perilaku, mempunyai sikap mental yang baik dan menujukkan sikap kesungguhan dalam mentaati tata tertib. Fenomena yang ada di SMP Negeri 2 Trangkil masih ada siswa yang memiliki tingkat perilaku disiplin masuk sekolah yang rendah, layanan bimbingan kelompok ini akan digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa masuk sekolah yang masih rendah. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana layanan bimbingan kelompok yang dapat meningkatkan perilaku kedisiplinan siswa masuk sekolah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan subjek penelitian siswa kelas 8 yang mempunyai kecenderungan perilaku disiplin masuk sekolah rendah. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklusnya terdiri dari (1) Penyusunan rencana tindakan (2) Tindakan (3) Observasi (4) Reflesi. Untuk memperoleh data digunakan sumber data dan observasi. Sedangkan analisisnya menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaan tindakan dilakukan peneliti melalui bimbingan kelompok dengan meggunakan diskusi, ceramah, permainan.sehingga meningkatkan kenaikan yang signifikan. Sedang pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan sebesar 18.76% dari kondisi awal, setelah siklus II terjadi peningkatan sebesar 28.68% setelah siklus I berarti kalau dari kondisi awal terjadi peningkatan sebesar 40.63% dan dari 8 siswa, 7 siswa mempunyai disiplin tinggi dan 1 orang siswa mempunyai disiplin sedang. Perubahan siswa mempunyai perilaku disiplin tinggi karena memilki pemahaman peraturan tata tertib sekolah dan memahami tentang manfaat sekolah untuk masa depan. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini disarankan pada siswa untuk dapat meningkatkan perilaku disiplin lebih dan dapat memanfatkan layanan bimbingan kelompok dan bagi pembimbing dapat meningkatkan disiplin siswa yang dirancang melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan media yang tersedia di sekolah. Mengingat bahwa disiplin siswa sangat penting karena dapat memacu siswa menjadi tertib terhadap disiplin siswa itu sendiri.
Kata Kunci: peningkatan kedisiplinan, bimbingan kelompok
PENDAHULUAN
Disiplin adalah sesuatu aturan yang harus ditaati semua siswa untuk mengatur siswa agar menjadi lebih baik perilakunya, Kehadiran siswa di sekolah menjadi lebih penting, karena siswa yang sering tidak masuk sekolah, maka siswa ketinggalan materi pelajaran. Menurut tata tertib sekolah bahwa siswa diwajibkan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut aturan siswa diwajibkan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sebanyak sembilan puluh persen, siswa akan mendapatkan tugas dari guru. Menurut mata pelajaran baik secara individual maupun kelompok dan pekerjaan rumah.
Peneliti telah mengamati bahwa masih banyak siswa yang dating terlambat dengan berbagai macam alas an karena menunggu angkot, menunggu teman, bangun kesiangan dan tidak ada yang membangunkan bahkan membolos karena ajakan teman. Adanya permasalahan tersebut di atas, maka perlu ada perhatian dan kerja sama dari berbagai pihak baik guru mata pelajaran, kesiswaan, wali kelas dan orang tua.
Dalam permasalahan tersebut, guru BK (Bimbingan dan Konseling) mempunyai peran penting dalam memecahkan masalah tersebut. Hasil temuan di SMP Negeri 2 Trangkil ada sebagian siswa yang menunjukkan perilaku sebagai indikator rendahnya kesadaran untuk mentaati tata tertib terutama masalah kehadiran masuk sekolah.
Penyebab keterlambatan dan ketidakhadiran masuk sekolah di SMP Negeri 2 Trangkil di antaranya adalah keadaan ekonomi orang tua berada pada tingkat menengah ke bawah dimana orang tua selalu dituntut untuk bekerja keras demi meghidupi keluarga dan banyak orang tua yang bekerja sebagai TKW di luar negeri dan ayah bekerja di luar kota sehingga siswa tinggal dengan kakek dan nenek yang menyebabkan siswa kurang perhatian dan pengawasan orang tua, lingkungan/ pergaulan dengan teman yang mengarah kepada pergaulan yang tidak sehat, penggunaan handphone android yang dipakai untuk main game dan mengakses fitur-fitur yang berbau pornografi. Hal ini akan mempengaruhi teman-temannya untuk membolos di warung kopi dan warung internet. Dengan ekonomi rendah para orang tua sulit untuk mengawasi anaknya karena orang tua dari subuh sudah pergi dari rumah untuk mencari nafkah keluarganya. Hal ini perlu mendapatkan penanganan secepatnya agar tidak melebar dan mempengaruhi teman-temannya yang masih antusias terhadap kegiatan belajar mengajar.
Bimbingan dan konseling memiliki peran strategis dalam upaya peningkatan kedisiplina nmasuk sekolah. Salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang tepat adalah layanan bimbingan kelompok karena situasi dalam kelompok akan memberikan banyak keuntungan bagi siswa. Dalam situasi kelompok siswa ada perasaan senasib dan saling berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok, sehingga mereka akan berusaha saling membantu temannya dengan cara menggali informasi, tanggapan, pendapat selama konseling terjadi. Jika dalam bimbingan kelompok terjadi situasi yang menyenangkan, maka bukan tidak mungkin para siswa menemukan hal-hal yang baru.
Menurut Prayitno (1995: 178) Bimbingan Kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok, artinya semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi memberikan saran.
Dengan adanya bimbingan kelompok siswa akan mencoba memecahkan masalahnya secara berkelompok dan bersama-sama. Dari situasi yang ada, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Upaya Peningkatan Kedisiplinan Kehadiran Siswa Masuk Sekolah Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Trangkil Semester I Tahun 2018/ 2019â€.
Berdasarkan latar belakang dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kedisiplinan dalam masuk sekolah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trangkil semester I TahunPelajaran 2018/2019?; dan seberapa besar peningkatan kedisiplinan kehadiran masuk sekolah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trangkil semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui layanan bimbingan kelompok?
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kedisiplinan kehadiran masuk sekolah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trangkil semester I Tahun Pelajaran 2018/2019; (2) mengetahui berapa besar peningkatan kedisiplinan kehadiran masuk sekolah melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trangkil semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.
Manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritisnya adalah mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang peningkatan kedisiplinan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trangkil semester I Tahun Pelajaran 2018/ 2019 dan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Sementara manfaat pratisnya bagi siswa, guru, sekolah, dan perpustakaan sekolah. Manfaat bagi siswa adalah siswa bisa meningkatkan disiplin sehingga bisa meningkatkan prestasi belajarnya dan perbaikan perilaku. Manfaat bagi guru adalah guru lebih nyaman dan lancar dalam mengajar karena siswa memiliki disiplin yang tinggi sehingga nilai yang diperoleh siswa menjadi lebih baik dan prestasi meningkat. Manfaat bagi sekolah adalah terlaksananya pembelajaran yang berkualitas karena siswa sudah memiliki disiplin yang tinggi dan nilai yang baik juga, nama sekolah di masyarakat menjadi baik dan sekolah lebih dipercaya masyarakat. Manfaat bagi perpustakaan sekolah ialah menambah jumlah karya ilmiah sebagai bahan bacaan bagi pengunjung dan bisa menjadi referensi yang positif bagi peneliti selanjutnya.
KAJIAN PUSTAKA
Kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin. Kennet W Requene menjelaskan kata disiplin yang dalam bahasa Inggris disiplin berasal dari akar kata bahasa Latin yang sama (disciplus) yang dengan kata discipline mempunyai makna mengikuti pemimpin yang dihormati (Kenne W Requene, 2005: 21) Dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan mental discipline. Mental discipline adalah teori yang latihan khususnya menghasilkan perbaikan fungsi atau perilaku umum kemampuan mental di mana mental discipline disamakan dengan (education). Disiplin merupakan hal yang mutlak dalam kehidupan manusia karena manusia tanpa disiplin akan merusak sendi-sendi kehidupan yang membahayakan dirinya dan manusia lainnya bahkan alam sekitarnya (Hani, 2008: 17).
Dalam pengertian disiplin secara konvensional bahwa hadiah adalah pendorong terbaik dalam membentuk individu untuk melakukan yang lebih baik (Kennet W, 2005: 12). Dengan demikian disiplin bisa mengarahkan orang berbuat lebih baik. Disiplin dapat memudahkan orang mencapai suatu keberhasilan. Sedangkan disiplin menurut pengertian modern adalah kontrol terhadap kelakuan (Muhaimin, 1996: 21).
Menurut Hasibuan (2002: 62) displin adalah suatu sikap menghormati dan menghargai sesuatu peraturan yang berlaku baik secara lisan maupun tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak menolak menerima sanksi-sanksi apabila dia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Disiplin menurut Depdikbud (2001: 52) disiplin adalah suatu sikap konsistensi dalam melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini disiplin sebagai konsistensi dalam melakukan sesuatu.James Drever (sisi Psikologis) disiplin adalah kemampuan mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai dengan hal-hal yang telah diatur dari luar atau norma yang sudah ada. Dengan kata lain, disiplin dari segi psikologis adalah perilaku seseorang yang muncul dan mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang telah ditetapkan.
Menurut Prijodarminto (1994: 23 – 24) kedisiplinan itu ada 3 aspek yaitu sikap mental, sikap kelakuan dan indikasi perilaku disiplin. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil pengulangan dan latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Pemahaman yang baik mengenahi system perilaku, nurma, kreteria dan setandar yang demikian rupa sehingga pemahaman tersebut menimbulkan pengertian yang mendalam bahwa ketaatan aturan atau norma merupakan standar untuk mencapai hasil yang sukses. Sikap kelakuan secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Dalam hal ini kedisiplinan mempunyai 3 aspek penting yaitu sikap, mental, pemahaman yang lebih mengenahi aturan perilaku dan sikap kelakuan yang menujukkan kesungguhan hati untuk mentaati aturan yang ada.
Indikasi perilaku disiplin yang dikutip dari Rohman (2011: 25) adalah suatu syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat dikategorikan mempunyai prilaku indikasi tersebut antara lain ketaatan terhadap perilaku, kedisiplinan terhadap lingkungan, partisipasi dalam proses belajar mengajar dan kepatuhan menjauhi larangan. Ketaatan terhadap perilaku menjelaskan peraturan merupakan suatu pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut dapat dittetapkan oleh orang tua, guru, pengurus atau teman bermain.tujuannya untuk membekali anak dengan peraturan perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
Kedisiplinan terhadap lingkungan menjelaskan pemahaman dan pembentukan disiplin ditentukan oleh keadaan lingungan. Keadaan suatu lingkungan dalam hal ini ada dan tidak adanya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kelancaran kegitan belajar mengajar. Partisipasi dalam proses belajar mengajar menerangkan bahwa partisipasi dalam disiplin juga bisa berupa perilaku yang ditunjukan seseorang yang keterlibatannya dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat berupa absen dan datang setiap kegiatan tepat pada waktunya, bertanya dan menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan tugas yang dilakukan tepat pada waktunya. Kepatuhan menjahui larangan menjelaskan bahwa ada suatu peraturan juga ada larngan – larangan yang harus dipatuhi. Dalam hal ini larangan bertujuan untuk mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
Kedisiplinan merupakan tindakan yang tidak menyimpang dari tata tertib atau aturan yang berlaku untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain, kedisiplinan sangat erat sekali hubungannya dengan peraturan, kepatuhan terhadap pelanggaran (Hani, 2008; 25). Menurut Charles Schifer (Yasin, 2013: 28) tujuan kedisiplinan ada 2 macam yaitu tujuan jangka pendek adalah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan mereka dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas dan tujuan jangka panjang adalah perkembangan pengendalian diri sendiri dan mengarahkan diri sendiri (self control) dan (self direction) yaitu dalam hal di mana anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Berdisplin akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik yang merupakan bentuk proses kearah petkembangan yang lebih baik akan meciptakan suatu pribadi yang luhur (The Liang Gie, 1988: 59). Fungsi disiplin menurut EB Hurlock (2003: 97) ada dua fungsi disiplin yaitu fungsi yang bermanfaat dan fungsi tidak manfaat. Fungsi disiplin yang bermanfaat yaitu untuk mengajarkan perilaku tertentu selalu diikuti hukuman namun yang lain diikuti pujian dan untuk membentuk siswa mengembangkan pengendalian diri sehinggga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka. Fungsi tidak manfaat yaitu untuk menakut-nakuti dan sebagai pelampiasan agresi orang lain.
Kedisiplinan tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem nilai budaya yang telah ada didalam masyarakat terdapat unsur pokok yang membentuk kedisiplinan yaitu sikap yang telah ada pada manusia dan sistem nilai budaya yang telah ada dalam masyarakat dan perpaduan antara sikap dan sistem nilai budaya yang menjadi pengaruh dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan dan tingkah laku. Menata kehidupan adalah berguna untuk menyadarkan siswa bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku sehungga tidak merugikan orang lain.
Menurut G R. Terry (2011: 25-30) mengatakan jenis – jenis menciptakan sebuah kedisiplinan yang dapat tumbuh dengan baik dari diri sendiri maupun diperintah yaitu self imposed disciplin yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran dan bukan timbul atas paksaan kedisiplinan ini timbul karenaseseorang meras terpenuhi kebutuhan; dan comunal discipllin yaitu kedisiplinan yang timbul karena paksaan perintah hukuman serta kekuasaan. Jadi, kedisiplinan ini bukan timbul karena di luar agar kedisiplinan tetap terjaga maka organisasi atau lembaga perlu melaksanakan pendisiplinan.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dengan cara menghidupkan dinamika kelompok dalam membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi peserta didik, pencegahan maupun pengetesan masalah, membahas masalah aktual dan penting yang berkembang di masyarakat. Lewat pembahasan masalah, anggota bimbingan kelompok dapat memperoleh pencerahan tentang suatu masalah dan kemungkinan penerapannya terhadap diri mereka. Peserta bimbingan kelompok dapat mengambil sikap terbaik dalam bertindak berdasarkan suatu pemahaman. Peserta didik dapat mengerjakan suatu tindakan tertentu berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai.
Kelompok individu dalam melakukan aktivitas kelompok dikenal adanya kelompok primer dan kelompok sekunder, kelompok psikologis dan social, in-group dan out-group, kelompok tertutup dan berkeseimbangan.
Dinamika kelompok merupakan kondisi yang harus dihidupkan dalam kegiatan berkelompok. Hidup tidaknya dinamika kelompok akan sangat bergantung pada masing-masing anggota dalam memainkan perannya dalam aktivitas kelompok ialah manakala mereka mau (1) mencurahkan semua perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok; (2) berusaha agar yang dilakukan itu membantu tercapainya tujuan bersama; (3) membantu tersusunya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik; (4) benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam keseluruhan kegiatan kelompok; (5) mampu berkomunikasi secara terbuka; (6) berusaha membantu yang lain; (7) memberi kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan perannya; dan (8) menyadari pentingnya kegiatan kelompok.
Dalam rangka mempersiapkan anggota kelompok dimaksud pimpinan kelompok dalam hal ini guru pembimbing harus menyampaikan berikut: membantu terbinaya suasana keakraban dalam hubungan antaranggota kelompok; tentang apa-apa yang di harapkan dari para anggota, seperti suasana khusus yang terjadi dalam kelompok yang diselenggarakan, peran yang harus dimainkan pemimpin kelompok; bahwa keikutsertaan dalam kelompok adalah sukarela; bahwa anggota kelompok bebas menanggapi hal-hal yang disampaikan atau menolak saran-saran yang disampaikan anggota lain; bahwa hasil kegiatan kelompok tidak mengikat para anggota kelompok dalam kehidupan mereka di luar kelompok; bahwa segala yang terjadi dan menjadi isi dari kegiatan kelompok adalah bersifat rahasia sehingga anggota dan pemimpin kelompok wajib menjaga kerahasiaan tersebut; penghargaan terhadap kesukarelaan dan keberanian anggota kelompok mengikuti kegiatan kelompok.
Tahapan bimbingan kelompok meliputi tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran. Tahap I pembentukan meliputi penjelasan tentang pengertian dan tujuan bimbingan kelompok dan penjelasan tentang cara kerja, khususnya yang menyangkut sifat masalah atau topik, masalah umum yang bersifat tugas atau bebas. Tahap II peralihan meliputi penjelasan asal datangnya masalah atau topik, penjelasan tentang masalah atau topik “tugasâ€, dan ajakan untuk membahas, memahami, dan memecahkan masalah atau topik umum. Tahap III kegiatan inilah penyusunan bimbingan kelompok menampilkan jati dirinya. Kegiatan pada tahap ketiga meliputi pokok bahasan masalah atau topik umum, baik yang bersifat “bebas†atau “tugasâ€, dan para peserta melakukan pembahasan tanpa secara khusus menyangkut pautkan isi pembicaraanya itu kepada peserta tertentu. Tahap IV pengakhiran di mana anggota memberikan kesan-kesan para peserta, yaitu isi yang sesuai dengan pokok bahasan yang mereka selenggarakan pada tahap ketiga
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 2 Trangkil tahun pelajaran 2018/2019 mulai bulan Agustus sampai Oktober 2018. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trangkil tahun pelajaran 2018/2019 berjumlah 8 siswa yang terdiri atas 3 siswa VIII A, 1 siswa VIII B, 1 siswa VIII C, 1 siswa VIII D dan 2 siswa VIII E.
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Penjelasannya berikut.
1. Perencanaan, meliputi membuat skenario layanan bimbingan dengan menggunakan metode bimbingaan kelompok, membuat pedoman observasi untuk melihat aktivitas guru dalam melaksanakan bimbingan kelompok, membuat pedoman observasi untuk siswa sewaktu mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dan antusias siswa serta keaktifan siswa, dan membuat pedoman observasi untuk mengamati situasi dan kondisi pada saat kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung.
2. Pelaksanaan tindakan, meliputi peneliti memberikan informasi kepada siswa tentang penyelenggaraan bimbingan kelompok, menetapkan siswa-siswa yang menjadi anggota kelompok bimbingan, melaksanakan layanan bimbingan kelompok dan bersama anggota kelompok membahas topik masalah.
3. Pengamatan, dilakukan oleh peneliti dan kolaborator dengan mengamati pelaksanaan bimbingan kelompok yang dilakukan peneliti, mengamati siswa selama mengikuti layanan bimbingan, dan mengamati antusiame siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
4. Refleksi, hasil pengamatan dianalisis untuk mengetahui keberhasilaan proses bimbingan kelompok dan dilakukan untuk melakukan perencanaan siklus 2 atau mengambil kesimpulan.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah pedoman observasi yang dibuat peneliti dan kolaborator dan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses bimbingan kelompok. Data kemudian dianalisis mengunakan analisis data kuantitatif dan data kualitatif pada metode observasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kedisiplinan kehadiran siswa masuk sekolah pada kondisi awal masih rendah dikarenakan oleh berbagai sebab. Kedisiplinan mempunyai arti dan pengaruh yang penting dalam proses belajar mengajar. Kedisiplinan siswa akan mengarahkan pada pembiasaan dalam kehidupan, terutama yang berkaitan dengan belajar.muara akhir dari dimilikinya. Kedisiplinan olehsiswa dapat mengarahkan siswa yang bersangkutan untuk dapat berprestasi dengan lebih baik, khususnya di sekolah. Kurangnya kedisiplinan kehadiran siswa masuk sekolah dapat dilihat dari presensi siswa dan pengecekan tiap istirahat dan saat upacara pada kondisi awal di kelas VIII.
Hal ini nampak dalam penjelasan berikut. Jumlah siswa SMP Negeri 2 Trangkil sebanyak 403 orang siswa, terdiri dari kelas VII 150 orang siswa, kelas VIII 141 orang siswa dan kelas IX 102 orang siswa. Tiap kelas terbagi atas 5 kelas paralel. Pengamatan pada saat upacara tanggal 19 September ada 8 siswa yang terlambat dan ada 8 siswa yang sering terlambat masuk sekolah, kemudian peneliti memfokuskan 8 siswa kelas VIII yang sering tidak masuk sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Trangkil yang melanggar tata tertib sekolah tersebut. Semua siswa laki-laki, dan termasuk siswa heterogen dan mempunyai kebiasaan dan perilaku yang berbeda dari keseluruhan siswa.
Dari hasil wawancara dari guru maka diperoleh data absensi siswa sebanyak 8 siswa yang sering tidak masuk sekolah dan dari hasil wawancarakepada siswa bahwa kurang memiliki disiplin masuk sekolah karena siswa tempatnya tidak ada transportasi, bangun kesiangan, tidak ada yang membangunkan,malas dan tempat tinggal jauh. Tentunya hal semacam ini harus segera mendapat pemecahan masalah, agar bisa meminimalkan siswa yang sering tidak masuk. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus dilaksanakan 2 layanan bimbingan kelompok.
Dalam penelitian ini peneliti tampilkan kondisi awal tentang siwa SMP Negeri 2 Trangkil berikut.
Nama siswa |
Prosentasi% |
Kategori |
SW |
41.66 |
Rendah |
BR |
50 |
Rendah |
AB |
41.66 |
Rendah |
GS |
41.66 |
Rendah |
ML |
66.66 |
Sedang |
MF |
41.55 |
Rendah |
EH |
41.66 |
Rendah |
ZK |
41.66 |
Rendah |
Rata-rata |
45.82 |
|
Deskripsi Siklus I
Berdasarkan perencanaaan layanan bimbingan kelompok yang dibuat oleh guru peneliti bersama kolaborator, dilaksanakan layanan bimbingan kelompok pada 8 siswa bermasalah dalam disiplin masuk sekolah dalam mengikuti upacara layanan bimbingan kelompok dilaksanakan mengikuti tahap-tahap bimbingan kelompok sebagaimana yang telah dilakukan. Berdasarkan pengamatan terhadap siswa sewaktu mengikuti kegiatan layanan diperoleh temuan sebagai berikut ini:
Kondisi Siswa dalam Pelayanan BKp (Bimbingan Kelompok) Siklus I
Subjek |
Kondisi Pelayanan BKp |
Rata-Rata |
Kategori |
|||
BKp I |
BKp II |
|
||||
SW |
41,66% |
41.66% |
41.66% |
Rendah |
||
BR |
58.33% |
75.% |
66.66% |
Sedang |
||
AB |
41.66% |
58.33% |
49.99% |
Rendah |
||
GS |
58.33% |
66.66% |
62.49% |
Sedang |
||
ML |
66.66% |
66.66% |
66.66% |
Sedang |
||
MF |
50% |
75% |
58.33% |
Sedang |
||
EH |
41.66% |
58.33% |
49.99% |
Rendah |
||
ZK |
58.33% |
75% |
66.66% |
Sedang |
||
Jml |
416.63% |
516% |
462.44% |
|
||
Rata-rata |
52.07% |
64.58% |
57.80 |
|
||
Dari tabel di atas di ketahui bahwa 5 orang siswa kondisinya berada pada level kategori sedang dan 3 orang siswa berada pada kondisi rendah. Berarti masih ada yang memiliki kedisiplinan rendah, maka perlu ada upaya peningkatan lagi hal ini perlu adanya kegiatan bimbingan kelompok lagi.
Refleksi pada siklus I ini telah dilaksanakan layanan bimbingan kelompok, hasilnya dibandingkan dengan kondisi awal dengan 7 siswa kategori rendah 1 siswa kategori 1 sedang, menjadi 3 siswa kategori rendah 5 siswa kategori sedang, sehingga pada siklus I layanan bimbingan kelompok berhasil meningkatkan jumlah rata-rata 52.07% menjadi 64.58% dengan kata lain layanan bimbingan kelompok ini sudah ada peningkatan sebesar 12.51% (dari kondisi awal sebesar 18.76%).
Masih tingginya tingkat pelanggaran tata tertib kedisiplinan siswa masuk sekolah tersebut menginformasikan bahwa dalam proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Kekurangan yang terjadi selama proses kegiatan layanan Bkp siklus I terletak pada peran guru pembimbing peneliti dalam setiap tahap bimbingan kelompok yang belum dapat terlaksana dengan baik. Untuk memantapkan evaluasi terhadap kekurangan di maksud, perlu dikaitkan dengan hasil observasi terhadap murid sewaktu mengikuti kegiatan kelompok dan situasi berlangsungnya bimbingan kelompok.
Kondisi siswa sewaktu mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok masuk dalam kategori cukup baik, walaupun masih menepati posisi bawah sebanyak 5 orang kategori sedang (62.5%, 62.5%, 66.66%, 66.66%, 66.66%) dan sebanyak orang 3 siswa (41.66%, 49.99%, 49.99%) dalam kategori rendah. Kondisi siswa yang demikian terjadi dapat dimungkinkan karena pada tahap pembentukan terasa agak kaku khususnya sewaktu guru pembimbing menjelaskan tentang asas-asas kegiatan. Dalam menjelaskan tentang asas kegiatan masih terpaku pada definisi tekstual, sehingga nampak di antara anggota Bkp kurang tertarik. Di samping itu empati guru pembimbing peneliti masih berada pada tahapan “memperhatikan†pada saat anggota Bkp mengungkapkan diri tetapi pada kegiatan Bimbingan Kelompok yang ke 2 (dua) situasi lebih mengalir setelah guru pembimbing memberikan tambahan penjelasan yang bersifat kontekstual.
Bertolak dari temuan kekurangan/ketidaktepatan tindakan guru pada setiap tahapan bimbingan kelompok yang substansinya terletak pada peran yang harus dimainkan pada setiap tindakan tersebut, maka perlu diupayakan tindakan pembaharuan atau penyempurnaan pada setiap tahapan untuk diterapkan pada siklus berikutnya. Hasil refleksi ini digunakan oleh guru pembimbing peneliti untuk memperbaiki proses pemberian bimbingan kelompok pada siklus II.
Deskripsi Hasil Siklus II
Hasil refleksi pada siklus I ditemukan adanya beberapa hal yang belum dapat dijalankan oleh guru peneliti dalam melaksanakan perannya pada setiap tahapan dalam layanan bimbingan kelompok yang diselenggarakan. Temuan-temuan tersebut sekaligus merupakan rekomendasi bagi guru pembimbing peneliti untuk dapat dijalankan pada pelaksanaan layanan BKp pada siklus II. Berdasarkan hasil pelaksanaan layanan BKp yang telah diperbaharui pada siklus II dapat diketahui bahwa pelaksanaan tindakan guru pembimbing peneliti dalam layanan bimbingan kelompok termasuk kategori tindakan baik. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada siklus II berikutnya maka tindakan-tindakan yang belum baik pada setiap tahapan pada siklus I perlu di ketahui terlebih dahulu. Hasil pelaksanaan BKp pada siklus II menunjukan adanya peningkatan kualitas layanan dari kegiatan BKppertama ke kegiatan BKp ke dua. Hasil yang dicapai meskipun belum sampai pada tahap ideal, namun sudah masuk ke dalam kategori baik.
Berdasarkan pengamatan terhadap siswa sewaktu mengikuti kegiatan layanan Bkp diperoleh temuan sebagai berikut ini.
Kondisi Siswa dalam Pelayanan BKp (Siklus II)
Subjek |
Kondisi Pelayanan BKp |
Rta-Rata |
Kategori |
|
BKp I |
BKp II |
|||
SW |
66.66% |
66.66% |
66.66% |
Sedang |
RB |
91.66% |
100% |
95.83% |
Sangat tinggi |
AB |
75% |
83.33% |
79.16% |
Tinggi |
GS |
83.33% |
83.33% |
83.33% |
Tinggi |
ML |
83.33% |
91.66% |
87.49% |
Sangat Tinggi |
MF |
91.66% |
100% |
95.83% |
Sanat Tinggi |
EH |
83.33% |
91.66% |
87.49% |
Sangat Tinggi |
ZK |
91.66% |
100% |
95.83% |
Sangat Tinggi |
Jml |
666.63% |
716.64% |
691.62% |
|
Rata-rata |
83.32% |
89.58% |
86.45% |
|
Dari table di atas di ketahui bahwa 5 orang siswa kategori sangat tinggi, 2 siswa tinggi dan 1 orang siswa berada kategori sedang. Peningkatan kedisiplinan siswa masuk sekolah yang dilakukan oleh siswa anggota Bkp setelah mereka mengikuti kegiatan layanan Bkp siklus II.
Pelanggaran yang masih terjadi perlu dicemati lebih lagi untuk menentukan perlunya dilaksanakan BKp pada tahap selanjutnya, dan atau diganti dengan menggunakan pendekatan yang lain yang lebih sesuai.
Refleksi proses penyelenggaraan layanan BKp siklus II ditambah dengan pengamatan di lapangan diperoleh temuan, bahwa BKp telah dilaksanakan oleh guru pembimbing peneliti dengan predikat “baikâ€. Perlakuan yang baik tersebut menjadikan siswa anggota BKp mampu berperanserta secara aktif dalam kategori “cukup baik†dan “amat baikâ€. Penyelenggaraan layanan BKp dalam suasana yang cair, dan karenanya dalam pelaksanaan BKp yang didapati tinggal 1 orang anggota yang kategori sedang.
Sekalipun penyelengaraan layanan BKp siklus II dapat dikatakan telah berhasil dipergunakan untuk meningkatkan disiplin kerapihan dalam upacara, tetapi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan pada kegiatan berikutnya, perlu dicermati adanya tindakan yang perlu diperbaiki atau disempurnakan.
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil PTK BK dapat dipaparkan berdasarkan tabel berikut:
Tidakan Guru Pembimbing |
Dampak Tindakan |
Hasil |
Layanan BKp Siklus I =Baik |
Kondisi siswa = 5 siswa “Kategori sedangâ€, dan 3 siswa “Kategori rendahâ€. Iklim penyelenggaraan = baik |
Peningkatan kedisiplinan masuk sekolah, dari 8 siswa yang sering tidak masuk sekolah menjadi 3 masih jarang masuk. |
Layanan BKp Siklus II = baik |
Kondisi siswa = 3 siswa “Kategori sedangâ€2 menjadi kategori tinggi |
Peningkatan kedisiplin masuk sekolah dari 3yang jarang masuk masih 2 siswa sudah kategori tinggi tinggal 1 siswa yang kategori sedang.artinya dari 8 siswa 7 siswa disiplinya tinggi 1siswa disiplinya sedang. |
Iklim penyelenggaraan = baik |
Tabel tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kedisiplinan siswa masuk sekolah dapat ditingkatkan melalui penerapan layanan bimbingan kelompok (BKp). Hasil penelitian ini dikatakan berhasil karena ada kesesuaian antara kekhasan anak usia SMP dan kekhasan yang melekat pada cara BKp itudilaksanakan mencapai 86,45%.
Siswa SMP berada pada rentang usia 12 – 15 tahun, yang dalam literatur dikatakan terhisap dalam golongan usia yang disebut “early adolescent†(Soepartinah Pakasi, 1981: 84), yang disebut juga sebagai masa puber. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam masa puber ini anak mengalami perubahan jasmaniah yang nampak dari luar, dan perubahan organis yang dengan cepat menuju ke kematangan. Proses ini oleh si anak dihayati dengan rasa malu, aneh dan risau, bersalah (guilty), tetapi kemudian dengan rasa bangga, karena pertumbuhan ini memberikan kesadaran kepadanya, bahwa ia bukan lagi seorang kanak-kanak.
Masa pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, oleh karena itu tingkah laku mereka ingin melepaskan diri dari orang tua (merasa dewasa), namun belum mampu karena sesungguhnya mereka sedang akan meninggalkan masa kanak-kanak. Dalam kondisi yang demikianlah, sering dijumpai anak yang sulit diatur, bertindak sesuka hatinya seperti tidak mau mentaati peraturan, berperilaku seperti tokoh idolanya, dan sebagainya.
Kebutuhan meniru bagi remaja pubertas meliputi seluruh lapangan hidup, sehingga menjadi suatu “kebudayaan†tertentu, dankarena kebudayaan ini bersumber pada, dan berkembang dalam, dunia mereka yang sebaya, kebudayaan ini disebut “peerculture†(Soepartinah Pakasi, 1981: 86). Dicontohkan misalnya seorang remaja mengintrodusir suatu song atau nyanyian, tarian atau gaya pakaian baru, tidak lama kemudian seluruh puber (adolescent) menjadi kerajinan terhadap nyanyian, tarian atau pakaian itu. Tingkah laku menyimpang pada usia pubertas menurut istilah Soepartinah Pakasi (1981: 89) disebut sebagai “emotional immaturityâ€, suatu kementahan emosional yang dalam pertumbuhan mereka sebagai kebutuhan yang ditunjukkan kepada hal-hal yang tidak baik. Dikatakan lebih lanjut bahwa kebutuhan dimaksud disebut “neurotic needs†dalam arti bahwa kondisi tersebut menyebabkan individu bertingkah laku secara tidak “matangâ€, kurang realistis dan tidak sesuai dengan keinginan sendiri.
Di sekolah kondisi yang demikian menjadikan anak rentan untuk melakukan pelanggaran seperti terhadap tata tertib sekolah, karena apa yang diharapkan sekolah sebagaimana tertuang dalam tata tertib tidak sesuai dengan kondisi dan suasana hati mereka. Mereka merasa tersinggung jika dinasehati atau diperingatkan oleh pihak lain dalam hal ini sekolah/orang dewasa. Perbedaan pendapat dan pandangan anak pubertas dengan lingkungan merupakan serentetan “penderitaan dan kegelisahan†yang harus mereka atasi. Keadaan ini yang menyebabkan mereka melawan terhadap aturan dari lingkungan. Untuk inilah mereka membutuhkan suatu kekompakan dalam “geng†yang dapat memberikan perasaan aman pada diri mereka. Lagi pula tidak menyesuaikan diri dengan peerculture atau tidak bersatu dengan “geng†berarti lebih kurang dari orang lain, berarti tidak dikenal, tidak diterima oleh “gengâ€. Dalam peerculture inilah remaja puber menjalin keakraban dan sekaligus ketaatannya dalam bertindak. Karena sesungguhnya mereka sadar akan tindakannya yang salah, dan karena rasa tidak enak, merasa tertekan dan kurang aman, para pubertas merasa betah dalam perculture.
Kekhasan pubertas pada paparan diatas menunjukkan bahwa tingkah laku mereka adalah hal yang berhubungan, dan bahkan inhernt dengan perkembangan mereka. Karena itu tidak dapat diubah dengan serta merta oleh lingkungan orang dewasa/sekolah. Tetapi dengan mencermati kondisi pubertas tersebut masih ada peluang bagi orang dewasa/sekolah untuk menjadikan mereka mentaati tata tertib sekolah khususnya dalam kedisiplinan masuk sekolah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatakan kedisplinan
2. Penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kedisiplinan siswa masuk sekolah di SMP N 2 Trangkil sebesar 86,45%
SARAN
Dari hasil PTK BK ini kepada pihak-pihak terkait disarankan kepada:
1. Guru pembimbing peneliti lainnya untuk melakukan PTK BK dengan layanan bimbingan kelompok..
2. Guru pembimbing supaya meningkatkan layanan bibingan kelompok dan layanan lainnya
3. Guru pembimbing perlu koordinasi dan kolaborasi dengan semua pihak
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.
Haksasi, B S. 2011. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) sertifikasi Guru dalam Jabatan. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 39 IKIP PGRI Semarang.
Mulyadi, Agus. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Departemen Pendidikan Nasional.
Sukirman, 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Pembimbing. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Suwarjo dan Imania Elisa. 2010. Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Raharjo Susilo dan Gudnanto. Pemahaman Individu. Kudus: Nora Medica Enterprise.
Prayitno, E.A. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia
Kasbolah, Kasihani. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.
Prijodarminto, Sugeng, 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Paramita.