PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF

MELALUI TEKNIK REWARD PADA SISWA KELAS 1

SD NEGERI 2 MANGUNREJO

KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sriyatun

Guru SD Negeri 2 Mangunrejo Kec. Pulokulon Kab. Grobogan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran tematik integratif melalui teknik reward. Jenis penelitian ini adalah PTK dengan pola kolaboratif menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian ini siswa kelas 1 sebanyak 22 siswa. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan skala psikologi. Analisis data menggunakan tehnik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Kriteria keberhasilan tindakan penelitian ini adalah persentase dari skala motivasi belajar mencapai ≥ 75%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik reward pada pembelajaran tematik integratif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 1. Teknik reward yang diterapkan adalah reward verbal dan non verbal. Hasil skala motivasi belajar siswa secara klasikal pada pratindakan adalah 54,06%, siklus I sebesar 73,86% dan siklus II sebesar 88,15% sehingga telah mencapai kriteria keberhasilan. Hasil skala motivasi belajar siswa secara individu atau jumlah siswa yang memenuhi kriteria keberhasilan pada pratindakan adalah belum ada atau 0,00%, siklus I sejumlah 11 siswa atau 50,00%, siklus II sejumlah 19 siswa atau 83,36%.

Kata kunci: motivasi belajar, pembelajaran tematik integratif, dan teknik reward

 

PENDAHULUAN

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.”

Menurut Hamzah B. Uno (2003: 78) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.

Pembelajaran di SD pada kurikulum 2013 baik kelas rendah maupun kelas tinggi menggunakan pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai macam tema (Permendikbud, 2013).

Kegiatan belajar dan pembelajaran hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar serta ciri-ciri dari pembelajaran yang digunakan agar meminimalisir permasalahan belajar. Permasalahan belajar seperti yang dimaksud di atas terjadi di kelas 1 SD Negeri 2 Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan pada pembelajaran tematik integratif dengan tema Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku subtema Benda Hidup dan Benda Tak Hidup di Sekitarku. Masalah tersebut adalah kurangnya antusias belajar siswa yang disebabkan oleh kurangnya apersepsi dari guru, metode ceramah masih mendominasi kegiatan guru dalam mengajar, kurangnya media pembelajaran yang digunakan guru, kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran, keadaan kelas yang kurang kondusif, dan kurangnya motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa masalah yang muncul tersebut peneliti memfokuskan pada masalah kurangnya motivasi belajar siswa. Karena motivasi memiliki peranan penting dalam belajar dan pembelajaran. Menurut Hamzah B. Uno (2013: 27), peranan penting motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain: menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai, dan menentukan ketekunan belajar.

Peneliti memilih teknik reward sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Pemberian stimulus/ rangsangan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui teknik reward, mengacu pada teori belajar behavioristik Skinner yaitu belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (Hamzah B. Uno, 2013: 13).

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran tematik integratif melalui teknik reward pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2018/2019?”

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran tematik integratif melalui teknik reward pada siswa kelas 1. Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran untuk mengetahui manfaat pemilihan teknik reward guna meningkatkan motivasi belajar siswa, sedang manfaat praktisnya adalah membantu siswa membangkitkan motivasi internal dalam pembelajaran tematik integratif melalui motivasi eksternal yang diberikan guru berupa teknik reward.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2007: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan memunculkannya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2008: 136) motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditegaskan motivasi adalah adanya dorongan dari dalam diri seseorang, rangsangan dari luar, ataupun dari keduanya untuk melakukan perubahan tindakan karena adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai, sehingga motivasi akan tumbuh dengan adanya tujuan yang hendak dicapai.

Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 97-99), terdapat beberapa unsur/ faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain: cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan upaya guru membelajarkan siswa

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2013: 29-33) motivasi dipengaruhi oleh faktor pribadi dan faktor lingkungan yang keduanya saling bersangkutan. Faktor pribadi dalam belajar dan pembelajaran, dengan sendirinya keberhasilan yang dilatarbelakangi oleh motif berprestasi lebih baik dari dalam diri siswa. Sedangkan faktor lingkungan mempengaruhi motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu untuk dikembangkan, diperbaiki, atau diubah setelah dibentuk oleh pengaruh lingkungannya.

Pembelajaran Tematik Integratif

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/ MI menyebutkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai tema.

Menurut Kemendikbud (dalam Trianto, 2011: 165-166) pembelajaran tematik integratif memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1) Holistik; pembelajaran integratif memungkinkan memahami fenomena dari segala sisi. 2) Bermakna; hubungan antara konsep-konsep yang disajikan akan berdampak pada kebermaknaan materi yang dipelajari. 3) Autentik; pembelajaran tematik integratif memungkinkan siswa memahami langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan langsung. 4) Aktif; pembelajaran tematik integratif menekankan keaktifan secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Teknik Reward

Menurut kamus bahasa Inggris-Indonesia (2003: 485) reward berarti penghargaan atau hadiah. Reward (penghargaan, hadiah atau ganjaran), merupakan suatu penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik. Menurut Ngalim Purwanto (2002: 182) reward adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditegaskan bahwa reward adalah segala sesuatu berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa oleh guru karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik.

Menurut Oemar Hamalik (2008: 167) reward atau penghargaan memiliki tiga fungsi penting. Pertama adalah sebagai nilai pendidikan. Kedua sebagai motivasi bagi anak untuk mengulangi perilaku yang diterima oleh lingkungan atau masyarakat. Fungsi yang terakhir ialah untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial dan tiadanya penghargaan (reward) melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku tersebut.

Menurut Uzer Usman (2006: 80) ada 2 jenis reward yaitu: Reward Verbal yang berupa ungkapan melalui kata-kata seperti pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya. Reward Non verbal yang berupa gerak/isyarat, melalui pendekatan, sentuhan (contact), kegiatan menyenangkan, dan simbol atau benda.

Kerangka Pikir

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (Hamzah B. Uno, 2013:11). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah motivasi belajar (Muhibbin Syah 2008: 132-139). Motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2013:23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Menurut Sardiman (2007: 89), reward (hadiah, penghargaan atau ganjaran) mempengaruhi motivasi belajar. Tujuan pemberian reward adalah untuk lebih mengembangkan dan mengoptimalkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ekstrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan karena timbul kesadaran dari siswa itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kerangka berfikir bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran tematik integratif akan meningkat dengan menerapkan tehnik reward dalam pembelajaran.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Teknik reward dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran tematik integratif pada siswa Kelas 1 SD Negeri 2 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019.”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus dengan setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action) dan pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). (Suharsimi Arikunto, 2006: 93).

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 SD Negeri 2 Mangunrejo pada bulan Maret 2019 semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 yang berjumlah 22 anak, terdiri dari 11 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Objek penelitian ini adalah motivasi belajar siswa kelas 1 SD Negeri 2 Mangunrejo.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, skala psikologi, dan catatan lapangan. Observasi berupa lembar observasi meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru pada pembelajaran tematik integrative. Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi belajar siswa.

Instrumen yang digunakan peneliti adalah lembar observasi yang terdiri lembar observasi siswa, lembar observasi guru, dan skala motivasi belajar. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa jenis skala likert dan lembar observasi guru jenis skala Guttman. Sedangkan skala psikologi menggunakan instrument skala motivasi siswa jenis skala Guttman berbentuk kuesioner.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa angka, sedangkan deskriptif kualititatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa informasi berbentuk kalimat.

Hasil persentase yang diperoleh dikualifikasikan ke dalam tiga kriteria seperti pada tabel berikut.

Persentase Kriteria
75,00% ≤ P Tinggi
50,00% ≤ P <75,00% Sedang
P ˂ 50,00% Rendah

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran tematik integratif baik dalam penugasan maupun proses pembelajaran, adanya teknik reward yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran tematik integratif sebagai penghargaan atas hasil kerja siswa baik berupa secara verbal dan nonverbal, dan meningkatnya persentase skala motivasi belajar siswa mencapai ≥75%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pratindakan

Hasil observasi aktivitas siswa secara klasikal pada tahap pratindakan adalah rata-rata sebesar 51,48% dalam kategori sedang. Hasil observasi aktivitas siswa secara individu pada pratindakan adalah 16 siswa termasuk dalam kategori sedang atau sebesar 72,73% dan 6 siswa masih dalam kategori rendah atau sebesar 27,27%.

Hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran tematik integrative dengan tehnik reward pada pratindakan adalah sebesar 71,79%.

Rata-rata hasil observasi skala motivasi belajar siswa secara klasikal pada pratindakan adalah sebesar 54,06% dalam kategori sedang. Hasil skala motivasi belajar siswa secara individu pada pratindakan adalah 13 siswa termasuk dalam kategori sedang atau sebesar 59,09% dan 9 siswa masih dalam kategori rendah atau sebesar 40,91%.

Siklus I

Berdasarkan hasil observasi siklus I, aktivitas siswa secara klasikal rata-rata sebesar 71,10% dalam kategori sedang. Aktivitas siswa secara individu pada siklus I adalah 7 siswa termasuk dalam kategori tinggi atau sebesar 31,82%, dan 15 siswa termasuk dalam kategori sedang atau sebesar 68,18% dan tidak ada siswa dalam rendah.

Hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran tematik integrative dengan tehnik reward pada siklus I menghasilkan jumlah skor 31,5 dari skor total 39 atau sebesar 80,76%.

Rata-rata hasil observasi skala motivasi belajar siswa secara klasikal pada siklus I adalah sebesar 73,86% dalam kategori sedang dimana terdapat ketercapaian 4 indikator motivasi belajar. Sementara itu masih ada 3 indikator belum tercapai. Skala motivasi belajar siswa secara individu pada siklus I adalah 11 siswa atau 50,00% termasuk dalam kategori tinggi, 10 siswa atau 45,45% termasuk dalam kategori sedang, dan 1 siswa atau 4,55% masih tergolong dalam kategori rendah.

Rata-rata persentase skala motivasi belajar siswa secara klasikal pada siklus I adalah 73,86% dan masih tergolong sedang. Skala motivasi belajar siswa secara individu pada siklus I menjunjukkan 11 siswa atau 50,00% termasuk dalam kategori tinggi. Siswa yang termasuk kategori tinggi belum mencapai ≥75%. Hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Siklus II

Berdasarkan hasil observasi siklus II, aktivitas siswa secara klasikal rata-rata adalah sebesar 87,99% dalam kategori tinggi. Aktivitas siswa secara individu pada siklus II adalah 22 siswa termasuk dalam kategori tinggi atau sebesar 100,00%. Berdasarkan hasil aktivitas belajar siswa baik secara klasikal maupun individu telah mengalami peningkatan dan telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Artinya, bahwa aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran tematik integratif dengan menggunakan teknik reward telah meningkat.

Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada pembelajaran tematik integrative dengan tehnik reward pada siklus II adalah sebesar 100%. Rata-rata persentase pelaksanaan aspek pembelajaran yang sesuai dengan teknik reward pada siklus II adalah 97,43%.

Berdasarkan hasil skala motivasi belajar yang diperoleh pada siklus II, motivasi siswa secara klasikal rata-rata sebesar 88,15% dalam kategori tinggi dan telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Skala motivasi belajar siswa secara individu pada siklus II adalah 19 siswa atau 86,36% termasuk dalam kategori tinggi, 3 siswa atau 13,64% termasuk dalam kategori sedang.

Pembahasan Hasil Penelitian

Penerapan teknik reward dalam pembelajaran menjadikan siswa lebih aktif dan lebih antusias untuk mendapatkan reward dari guru. Tujuan yang harus dicapai dalam menggunakan teknik reward adalah untuk lebih mengembangkan dan mengoptimalkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ekstrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri.

Hasil observasi aktivitas guru menunjukkan peningkatan dari pratindakan sebesar 71,79% menjadi 80,76% pada siklus I, dan menjadi 100% pada siklus II. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari pratindakan ke siklus I sebesar 8,97%, dari siklus I ke siklus II sebesar 19,24%. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dari pratindakan sampai siklus II sebesar 28,21%. Peningkatan aktifitas guru berupa kegiatan guru dalam pembelajaran tematik integrative menggunakan teknik reward. Peningkatan aktivitas guru tersebut memberikan dampak pada meningkatnya aktivitas siswa dan hasil skala motivasi belajar siswa.

Hasil observasi aktivitas siswa baik secara klasikal maupun individu menunjukkan adanya peningkatan setelah diterapkannya teknik reward pada pembelajaran tematik integrative. Rata-rata aktifitas siswa secara klasikal pada tahap pratindakan sebesar 51,48%, menjadi 71,10% pada siklus I, dan mencapai 87,99% pada siklus II. Hal ini membuktikan bahwa rata-rata aktifitas siswa secara klasikal dari pratindakan ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 19,62%, dan dari siklus I ke siklus II sebesar 16,89%. Jadi peningkatan rata-rata aktifitas siswa secara klasikal dari pratindakan sampai siklus II adalah sebesar 36,51%.

Aktivitas siswa secara individu juga mengalami peningkatan setelah diterapkannya teknik reward pada pembelajaran tematik integratif dari pratindakan ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi aktivitas siswa pada pratindakan menunjukkan belum ada siswa yang tergolong dalam kategori tinggi. Sejumlah 16 siswa atau 72,73% tergolong dalam kategori sedang, 6 siswa atau 27,27% tergolong dalam kategori rendah. Pada siklus I terdapat peningkatan aktifitas siswa secara individu, yaitu 7 siswa atau 31,82% tergolong dalam kategori tinggi, 15 siswa atau 68,18% tergolong dalam kategori sedang dan tidak ada siswa tergolong dalam kategori rendah. Pada siklus II aktifitas siswa secara individu semakin meningkat. Hasil observasi aktivitas siswa secara individu siklus II menunjukkan bahwa 22 siswa atau 100,00% tergolong dalam kategori tinggi, dan tidak siswa yang tergolong dalam kategori sedang maupun rendah.

Dari perolehan hasil persentase aktivitas siswa tersebut, dapat disimpulkan terdapat peningkatan aktivitas siswa dari pratindakan ke siklus I, maupun dari siklus I sampai siklus II. Peningkatan aktivitas siswa ini dipengaruhi aktivitas guru yang semakin meningkat dalam menerapkan teknik reward pada pembelajaran tematik integratif. Hal ini menggambarkan pembelajaran tematik integratif dengan penerapan teknik reward membuat pembelajaran lebih efektif.

Berdasarkan hasil skala motivasi belajar siswa kelas 1 SD Negeri 2 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkannya teknik reward pada pembelajaran tematik integratif. Peningkatan skala motivasi belajar siswa dianalisis secara klasikal dan secara individu. Peningkatan skala motivasi belajar siswa ditunjukkan dengan ketercapaian ketujuh indikator.

Skala motivasi siswa secara klasikal tahap pratindakan menunjukkan 2 indikator masih tergolong pada kriteria rendah, dan 5 indikator lain tergolong pada kriteria sedang. Pada siklus I, diperoleh peningkatan yang ditunjukkan dengan ketercapaian 4 indikator motivasi belajar, sementara itu masih ada 3 indikator belum tercapai. Pada siklus II ketujuh indikator termasuk dalam kategori tinggi. Sehingga semua indikator mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari hasil skala motivasi belajar siswa dari pratindakan, siklus I dan siklus II.

Sedangkan ditinjau secara individu, pencapaian hasil skala motivasi dari pratindakan ke siklus I, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Skala motivasi siswa secara individu pada pratindakan menunjukkan 13 siswa atau 59,09% tergolong dalam kategori sedang, dan 9 siswa atau sebesar 40,91% tergolong dalam kategori rendah. Pada siklus I terjadi peningkatan hasil persentase skala motivasi belajar yakni sebanyak 11 siswa atau 50,00% tergolong dalam kategori tinggi, 10 siswa atau 45,45% tergolong dalam kategori sedang, dan 1 siswa atau 4,55% tergolong dalam kategori rendah. Siklus II pun mengalami peningkatan hasil persentase skala motivasi belajar yaitu sebanyak 19 siswa atau 86,36% tergolong dalam kategori tinggi, 3 siswa atau 13,64% tergolong dalam kategori sedang dan tidak ada siswa yang tergolong dalam kategori rendah. Secara keseluruhan hasil skala motivasi dari pratindakan ke siklus I, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik reward dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 1 SD Negeri 2 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Peningkatan motivasi belajar terlihat dari hasil skala motivasi belajar siswa secara klasikal pada pratindakan memperoleh persentase 54,06%, siklus I memperoleh persentase 73,86% dan siklus II memperoleh persentase 88,15% sehingga telah mencapai kriteria keberhasilan. Peningkatan motivasi belajar siswa dilihat dari persentase rata-rata hasil skala motivasi belajar siswa secara individu, pada pratindakan belum ada siswa yang memenuhi kriteria keberhasilan, siklus I sejumlah 11 siswa atau sebesar 50,00%, siklus II sejumlah 19 siswa atau sebesar 86,36%.

Saran

Guru perlu menggunakan teknik reward berupa reward verbal dan non verbal dalam pembelajaran tematik integratif untuk meningkatkan motivasi siswa dengan menyesuaikan karakteristik siswa kelas 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan pembelajaran yang efektif dengan meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan teknik reward.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno. (2013). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Gorontalo: Bumi Aksara.

Kemendikbud. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

                        . (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang No. 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/ MI. Jakarta: Kemendikbud.

Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. (2002). Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis. Bandung: Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

                        . (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sardiman A. M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar edisi revisi. Jakarta: Rajawali.

                        . (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.

User Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.