PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR

MELALUI �SUDUT ILMU PENGETAHUAN ALAM�

PADA SISWA SMP 1 KUDUS

Abdul Rochim

Guru SMP 1 Kudus

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi karena sebagian besar siswa SMP 1 Kudus motivasi belajar IPA sangat kurang, sehingga perlu dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan meningkatkan motivasi belajar IPA. �Sudut IPA� merupakan tempat media pamer dan diskusi yang berisi bahan-bahan di sekitar kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran IPA. Penelitian dilakukan di SMP 1 Kudus tahun pelajaran 2011/2012 pada siswa kelas VIII F berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 16 perempuan dan 14 laki-laki. Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Respon kemajuan meningkatnya motivasi belajar diperoleh dari angket siswa, observasi, wawancara dan learning log siswa. Sedangkan hasil belajar ditentukan melalui tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa �Sudut IPA� dapat meningkatkan motivasi belajar fisika dari 50% sebelum siklus menjadi 62% pada siklus pertama dan menjadi 86% pada siklus kedua. Begitu pula dengan hasil ulangan harian mengalami peningkatan dari 70 menjadi 76 pada siklus pertama dan menjadi 85 pada siklus kedua atau naik 21%. dan ketuntasan belajar mencapai 86%.

Kata Kunci: Motivasi, Sudut IPA


LATAR BELAKANG

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajar-annya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembang-kan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Kodisi di lapangan menunjukkan bahwa pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika dirasakan sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan, seperti menurut penuturan salah seorang siswa Faishol � fisika pelajaran yang sulit karena banyak teorinya dan rumusnya, sehingga kurang bias dipahami �. Hal ini juga ditunjukkan dengan hasil ulangan harian mata pelajaran IPA di SMP 1 Kudus kelas VIII F belum mencapai tuntas belajar dengan rata-rata 70 dan ketuntasan belajar 68%. Kenyataan lain dalam kegiatan belajar mengajar IPA di SMP 1 Kudus, umumnya siswa menampakkan sikap kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap menerima pelajaran, sehingga motivasi belajar siswa juga sangat rendah.

Hal ini merupakan tantangan penulis, untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, dengan cara menumbuhkan keyakinan pada siswa bahwa sebenarnya siswa telah belajar fisika sepanjang hari dengan tanpa disadarinya. Berawal dari pengalaman penulis dalam menjelaskan tentang cermin cembung dan cekung, melalui media peraga sebuah sendok dan ternyata siswa sangat antusias untuk melakukan proses pembelajaran tersebut, maka penulis akan mengembangkan salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa dengan berbagai media dan alat peraga yang ada di lingkungan sekitar yang berupa mainan, alat rumah tangga, dan benda-benda lainnya yang dikemas dalam �Sudut IPA�.

Sudut Ilmu Pengetahuan Alam selanjutnya disebut �Sudut IPA� dibuat di dalam kelas dengan menyediakan sebuah tempat, bisa di sudut depan kelas kalau mungkin diletakkan satu buah meja yang dapat digunakan untuk mengadakan eksperimen atau pameran. Meja tersebut berisi benda-banda baik alat dan bahan praktikum maupun benda di sekitar kita yang berhubungan dengan bahasan yang akan di pelajari, bias berupa mainan, alat dapur, alat rumah tangga, alat pertukangan maupun benda yang dijumpai. Siswa juga harus diajak dan didorong untuk membawa bahan-bahan untuk dipamerkan di �Sudut IPA� ini. Bahan-bahan tersebut jangan dibiarkan terlalu lama terletak di atas meja sehingga nilai minatnya menjadi hilang. �Sudut IPA� harus menjadi tempat penuh kegiatan dan perubahan.

Di atas �Sudut IPA�dapat ditempatkan sebuah papan yang diberi nama Papan Ilmu Pengetahuan Alam (�Papan IPA�) yang merupakan tempat memamerkan tulisan, gambar, grafis, table, artikel dan lainnya yang dapat dibuat sendiri maupun hasil guntingan dari surat kabar, majalah dan jurnal-jurnal. Tulisan yang tertempel dapat berupa kejadian/fenoma actual yang berhubungan dengan konsep fisika atau berupa hasil karya tugas-tugas saat pembelajaran fisika. Dengan kemasan yang menarik, maka semua siswa bahkan guru yang lainpun akan tergoda untuk melihat dan mengapresiasi tempelan tersebut.

Menurut Yohanes Surya (2008) Fisika itu benar-benar GASING (gampang, asyik, menyenangkan) dan gak bikin pusing. Belajar fisika dengan menekankan konsep sederhana dengan dihadapkan pada peristiwa di sekitar kita.

Berdasarkan deskripsi masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?, dan (2) Apakah melalui �Sudut IPA� dapat meningkatkan motivasi belajar fiisika pada siswa kelas VIII F SMP 1 Kudus?. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui �Sudut IPA�, dan meningkatkan juga hasil belajar fisika siswa kelas VIII F SMP 1 Kudus.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: (1) Bagi siswa, dapat meningkat-kan motivasi sekaligus hasil belajar fisika dengan �Sudut IPA�, (2) Bagi guru, dapat menemukan cara pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar fisika, (3) Bagi sekolah, mutu sekolah menjadi lebih baik, dan (4) Bagi khasanah ilmu pengetahuan, merupakan salah satu masukan pengembangan ilmu pengetahuan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas VIII F SMP 1 Kudus tahun pelajaran 2011/2012 semester pertama. Kelas VIII F SMP 1 Kudus terdiri dari 16 perempuan dan 14 laki-laki sehingga jumlah siswanya 30. Latar belakang siswa berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas dengan pekerjaan orang tua rata-rata wiraswasta dan pegawai negeri dan swasta. SMP 1 Kudus terletak di pusat perkotaan. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2011.

Hal-hal yang disiapkan dalam penelitian ini meliputi: menetapkan jumlah siklus dan lamanya tiap siklus, menetapkan kelas yang digunakan untuk penelitian tindakan, menetapkan jenis data dan cara pengumpulannya, menyusun jadwal kunjungan, menyusun lembar kerja siswa, menyusun setting tempat, menyusun lembar observasi, menyusun format catatan lapangan, menyusun tes, menetapkan jenis data dan pengolahannya. Seadangkan pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, catatan lapangan, LKS, dan tes hasil belajar tiap akhir siklus.

Dalam penelitian ini digunakan 2 siklus dan masing-masing siklus berlangsung selama 3 pertemuan yaitu dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2011, dilanjutkan dengan pengolahan data dan pelaporan sampai bulan oktober 2011. Adapun tahap tiap siklus adalah sebagai berikut:

Siklus Pertama

Siklus ini terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Pada siklus ini guru merencanakan setting tempat beserta kelengkapannya, kemudian guru merencanakan bahan-bahan yang akan dipamerkan di �Sudut IPA� maupun di �Papan IPA�, dengan dibantu siswa dalam menata bahan tersebut. Pada saat pembelajaran siswa dipandu guru mendiskusikan bahan-bahan yang berada di �Sudut IPA�, guru dan kolaborator juga melakukan pengamatan sesuai dengan lembar observasi. Setelah siklus pertama selesai diadakan refleksi untuk menentukan langkah selanjutnya pada siklus kedua.

Siklus Kedua

Siklus ini juga terjadi dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus ini perlakuan yang diberikan siswa sama dengan siklus pertama tapi ada tambahan yaitu sebelum pelajaran berikutnya Siswa dikelompokkan untuk mendiskusikan bahan-bahan yang relevan dengan pokok bahasan yang akan di bawa pada pertemuan yang akan datang, dan siswa juga di beri kesempatan untuk ikut mengisi pada �Sudut IPA� dan �Papan IPA�. Guru membimbing dengan memberi daftar isian dan menjelaskan secara singkat tentang bahasan yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang. Persiapan �Sudut IPA� bisa dilaksanakan pada setelah jam KBM.

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah: (1) Rata-rata nilai harian sekurang-kurangnya naik 15%, Ketuntasan belajar secara klasikal sekurang-kurangnya mencapai 85% dan motivasi belajar siswa mencapai 85%.

HASIL PENELITIAN

Data awal sebelum penelitian berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan sebelum penelitian, data berupa hasil ulangan harian yang berupa rata-rata dan ketuntasan belajar maupun motivasi belajar dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus pertama diamati motivasi pembelajaran siswa saat KBM, diakhir siklus diadakan ulangan harian, begitu juga dengan siklus kedua. Adapun perbandingan hasil pada sebelum siklus, siklus pertama dan siklus kedua sebagai berikut:

Tabel 1 Perbandingan hasil pada siklus

No

Uraian

Sebelum Siklus

Siklus Pertama

Siklus

Kedua

1.

Rata-rata Ulangan harian

70

76

85

2.

Ketuntasan belajar klasikal

68%

80%

86%

3.

Motivasi siswa

50 %

62%

86 %

Berdasarkan data di atas, pada siklus pertama rata-rata nilai ulangan harian 76 atau hanya meningkat 8%, ketuntasan belajar baru mencapai 80% dan motivasi belajar juga masih 80%. Karena belum mencapai indikator kinerja maka diputuskan untuk melanjutkan ke siklus kedua. Pada siklus kedua rata-rata nilai ulangan harian 85 atau meningkat 21% sudah melebihi indicator kinerja yang mensyaratkan naik 15%, begitu juga dengan ketuntasan belajar sebesar 86% dan motivasi belajar sebesar 86% sudah melebihi indicator kinerja. Karena data hasil penelitian pada siklus kedua sudah melebihi indicator kinerja maka penelitian hanya sampai siklus kedua.

PEMBAHASAN

Pada siklus pertama pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan, maupun learning log siswa. Pelaksanaan observasi ini dilakukan oleh peneliti dan rekan peneliti. Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa siswa akan tertegun dan tertarik saat guru menunjukkan benda/bahan alat rumah tangga yang telah dipersiapkan dan mendiskusikan kaitannya dengan bahasan yang dipelajari. Begitu pula ketika ditunjukkan bahan-bahan lain yang akan dididiskusikan oleh kelompok-kelompok.

Berdasarkan hasil observasi dengan model flenders diperoleh data prosentase perilaku siswa dalam proses pembelajaran yang utama adalah sebagai berikut: (1) melakukan penelitian / percobaan sebesar 18,48% ; (2) diskusi antar sesama siswa sebesar 14,36% ; (3) tugas berkelompok sebesar 10,24% ; (4) melaporkan hasil sebesar 9,12% ; dan (5) bertanya tidak untuk informasi sebesar 8,34% , dengan total kegiatan oleh siswa sebesar 62%.

Dari hasil model flenders di atas menunjukkan bahwa pelaksanan kegiatan belajar mengajar lebih banyak didominasi siswa walaupun peran guru juga masih banyak memberi informasi dari pada mengamati dan membantu siswa berdiskusi. Menurut penuturan dari salah seorang siswa yang bernama Laras menyatakan bahwa: “Saya senang sekali dijelaskan pak guru, jadi mudeng, ternyata banyak benda di rumah yang dapat dijelaskan dengan fisika.” Penuturan tersebut menunjukkan bahwa siswa akan lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran fisika jika dijelaskan tidak hanya dengan teori saja, tapi dijelaskan tentang kegunaan dan aplikasinya pada benda, bahan maupun kejadian sehari-hari dengan secara langsung berinteraksi dengan benda tersebut.

Selain pengamatan aktivitas siswa untuk melihat besar motivasi pada proses pembelajaran, Pada akhir silkus pertama juga diadakan ulangan harian dengan hasil rata-rata nilai ulangan harian 76 atau hanya meningkat 8%, ketuntasan belajar baru mencapai 80%, Karena belum mencapai indikator kinerja maka diputuskan untuk melanjutkan ke siklus kedua.

Hasil refleksi dengan teman sejawat ditemukan beberapa kekurangan dan kelemahan yang akan diperbaiki dengan: (1) pembentukan kelompok berdasarkan keragaman kemampuan, (2) siswa berdasarkan kelompoknya diberi tugas untuk membawa bahan-bahan yang akan dipamerkan pada pertemuan yang akan dating, (3) secara bergiliran setiap kelompok diberi tugas untuk mengisi �Papan IPA� dengan artikel, gambar, tulisan yang diambil dari Koran, majalah, jurnal dan lainnya yang berhubungan dengan pelajaran fisika, dan (4) persiapan dapat dilaksanakan pada jam diluar KBM, terutama untuk �Papan IPA�.

Pada siklus kedua berdasarkan observasi model flenders diperoleh data prosentase perilaku siswa dalam proses pembelajaran yang utama adalah sebagai berikut: (1) melakukan penelitian/ percobaan sebesar 24,42% ; (2) diskusi antara sesama siswa sebesar 14,66% ; (3) tugas kelompok sebesar 21,14% ; (4) melaporkan hasil sebesar 10,40% ; dan (5) bertanya untuk tidak informasi sebesar 7,66% atau total sebesar 86%.

Dari model flenders di atas terlihat bahwa pelaksanaan pratikum lebih berjalan optimal dimana siswa lebih aktif dibandingkan guru. Jika dibandingkan dengan siklus pertama, maka siklus kedua ini perilaku siswa dalam hal melakukan penelitian. Diskusi antara siswa dan tugas berkelompok lebih meningkat. Sedangkan kegiatan guru dalam hal mengelompokkan siswa, membantu siswa mengerjakan tugas justru menurun. Salah satu penuturan siswa dalam learning log menyatakan “pelajaran fisika jadi tidak bosan, banyak yang baru dan ternyata semuanya bisa diterangkan dengan fisika�

Selain pengamatan aktivitas siswa untuk melihat besar motivasi pada proses pembelajaran, Pada akhir silkus kedua juga diadakan ulangan harian dengan hasil rata-rata nilai ulangan harian 85 atau hanya meningkat 21%, ketuntasan belajar sudah mencapai 86%, berdasarkan indikator kinerja perolehan rata-rata nilai ulangan harian, ketuntasan belajar dan motivasi belajar sudah maka diputuskan disimpulkan penelitian hanya sampai pada siklus kedua.

Refleksi dari hasil pengamatan yang dilakukan baik oleh penulis maupun kolaborator maka terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar. Demikian pula pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih optimal karena belajar dengan efektif dengan penuh dinamika. Begitu juga dengan adanya �Papan IPA�dapat menarik perhatian tidak hanya siswa kelas tersebut, siswa kelas yang lainpun saat jam istirahat selalu melihat, bahkan guru yang mengajarpun tidak luput dari perhatian. Dengan tampilan yang menarik dan berita yang actual dan selalu berganti akan dapat menambah daya tarik �Papan IPA�.

Dengan digunakannya �Sudut IPA� siswa merasa lebih termotivasi dalam belajar fisika dan pada akhirnya hasil belajar juga semakin meningkat yang ditunjukkan oleh rata-rata ulangan harian meningkat. Dari serangkaian siklus yang telah dijalankan, terdapat kenaikan yang signifikan. Hal ini terjadi karena pada setiap siklus diberikan perlakukan sesuai dengan rencana tindakan pada tiap siklus, motivasi belajar siswa akan meningkat sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan secara optimal dan muaranya hasil belajar Fisika akan meningkat.

KESIMPULAN

1. Sudut Ilmu Pengetahuan Alam merupakan tempat media pamer dan diskusi yang berisi bahan-bahan di sekitar kehidupan sehari-hari.

2. Dengan �Sudut IPA�, siswa akan tertarik dan termotivasi belajar fisika, karena belajar fisika akan selalu bermakna.

3. Dengan aktifnya siswa dalam pembelajaran, motivasi siswa akan meningkat dan pada akhirnya hasil belajar juga akan meningkat terlihat dengan hasil penelitian nilai rata-rata ulangan harian meningkat 21%, ketuntasan belajar 86% dan motivasi belajar 85%

SARAN

1. �Sudut IPA� berisi bahan-bahan yang sering berinteraksi dengan siswa dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi siswa, �Sudut IPA� merupakan sarana untuk menyadari bahwa belajar fisika tidak hanya berada di dalam kelas, tanpa disadari ternyata kita telah belajar fisika dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi guru, kreativitas dan inovasi pembelajaran selalu dikembangkan untuk perbaikan kualitas pembelajaran.

4. Jika memungkinkan guru mempunyai ruang kelas khusus pelajaran fisika, agar persiapan dan setting pembelajaran dapat dipersiapkan semaksimal mungkin dan tidak terganggu guru atau mata pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bharata, 1989. Sumber Ilmu Pengetahuan Alam.. Jakarta. Karya Aksara

Lockard David, 1986. New Unesco Source Book for Science Teaching, Paris. Unesco

Suryabrata, Sumadi., 1984. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali

Surya, Y., 2002. Fisika Itu Mudah, Jakarta: PT Bina Sumber Daya MIPA

Surya, Y., 2008. IPA Fisika Gasing 2, Jakarta: PT Bina Sumber Daya MIPA

Winataputro, 1993. Strategi Belajar Mengajar IPA, Jakarta: Depdikbud

Winskel, WS., 1987. Psikologi Pengajaran,Jakarta: Gramedia

�

—., 2006. PP No 23, Jakarta.Depdiknas