Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Dengan Pendekatan Terpadu
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN DENGAN PENDEKATAN TERPADU PADA SISWA KELAS IX A SEMESTER GASAL
SMP NEGERI 1 PUCAKWANGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Nurhadi
SMP Negeri 1 Pucakwangi Kabupaten Pati
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Pucakwangi dengan menggunakan pendekatan terpadu pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus di mana tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan motivasi menganalisis unsur-unsur cerpen dengan menggunakan pendekatan terpadu pada siswa dengan perolehan nilai hasil pengamatan terhadap siswa dari rata-rata 2,12 pada siklus I menjadi 2,982 pada siklus II. Di samping itu, ada peningkatan hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen dari siklus I 74,46 menjadi 78,50 siklus II.
Kata Kunci: motivasi, hasil belajar, cerpen, pendekatan terpadu
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Cerita pendek atau cerpen adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Cerita pendek mengisahkan sepenggal kehidupan manusia yang penuh pertikaian mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, sebagian besar peserta didik berkata bahwa hanya menganalisis ketika peserta didik mendapat tugas dari guru. Sebaliknya, kurang dari satu pertiga peserta didik itu bercerita mereka hanya menganalisis buku harian, itupun tidak semua peserta didik menganalisis secara rutin setiap hari dengan alasan waktu yang peserta didik miliki terbatas.
Dari fenomena di atas dapat diketahui bahwa kemampuan menganalisis, lebih-lebih menganalisis sastra dalam bentuk puisi atau cerpen rendah. Banyak peserta didik beranggapan bahwa menganalisis atau berkarya di bidang sastra adalah bakat. Kenyataan inilah yang menjadi motivasi peneliti untuk melaksanakan penelitian menganalisis unsur intrinsik cerpen siswa.
Dalam meningkatkan kemampuan menganalisis unsur cerpen ini, peran model pembelajaran juga sangat dibutuhkan. Adanya pendekatan pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan minat peserta didik sejak awal pembelajaran dan mempermudah menganalisis unsur cerpen yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan menganalisis puisi lama cerpen dan puisi baru.
Pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen dalam penelitian ini menggunakan Pendekatan Integratif. Pendekatan ini merupakan cara yang digunakan untuk menguasai kompetensi menganalisis atau mengarang secara bebas sesuai kompetensinya sendiri-sendiri. Di sini perserta didik diberi kebebasan untuk menuangkan segala ide atau gagasan, pendapat atau opini, imajinasi atau daya khayal, ke dalam bentuk tulisan atau karangan.
Penggunaan pendekatan pembelajaran integraif ini bertujuan agar peserta didik dapat menganalisis karya sastra yang dibacanya dengan kemampuan sesuai dengan peristiwa yang terjadi dalam cerpen sehingga menjadi sebuah karya sastra baru yang isinya sama.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apakah pendekatan integratif dapat meningkatkan motivasi belajar menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen bagi siswa?; dan 2) Apakah pendekatan integratif dapat meningkatkan hasil belajar menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen bagi siswa?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan adanya peningkatan motivasi menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen pada siswa setelah dilakukan pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen dengan menggunakan pendekatan integratif, 2) Mendeskripsikan hasil belajar siswa mengikuti pembelajaran menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan pendekatan integratif.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis terhadap pengembangan kemampuan menganalisis. unsur intrinsik cerpen. Selain itu, sebagai bahan memperkaya khasanah penelitian, khususnya penelitian di bidang pendidikan. Secara praktis penelitian ini bermanfaat: bagi guru, diharapkan dapat memperkaya khasanah model dalam memahami cerpen, memperbaiki model pembelajaran yang selama ini digunakan, dan menciptakan susasana belajar yang menarik dan tidak membosankan. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dalam menganalisis karangan, meningkatkan kemampuan mengamalisis unsur intrinsik cerpen, serta meningkatkan kreativitas siswa dalam menuangkan gagasannya dalam bentuk sastra umumnya, cerpen khususnya.
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Motivasi dan Hasil Belajar
Hamalik (2003: 158) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari pendapat ini adanya energi atau kekuatan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya belajar. Menurut Uno (2011: 23), belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Winkell (1989: 82), hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai siswa yakni prestasi siswa di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka.
Hakikat Cerpen
Cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek.Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata.Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk (Kosasih 2008: 53). Menurut jabrohim (1994: 166) cerpen dapat dilihat dari segi, yaitu (a) berdasarkan panjang pendeknya cerita: cerpen singkat, cerpen sedang, dan cerpen panjang; (b) berdasarkan nilai sastranya: cerpen hiburan dan cerpen sastra; (c) berdasarkan corak unsur struktur ceritanya: cerpen konvensional dan cerpen kontemporer.
Menurut Haris (dalam Nurgiyantoro 2001: 306) unsur-unsur karangan adalah contect (isi, gagasan yang dikemukakan), formt (organisasi isi), grammer (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya, pilihan, struktur dan kosakata), dan mechanics (ejaan). Cerita pendek terdiri atas unsur-unsur intrinsik: alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.Tema cerita menyangkut segala persoalan, yaitu persoalan kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebaginya. Untuk mengetahui tema sebuah cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan/ bisa saja tema “dititipkan” dalam unsur penokohan, alur, atau latar (Kosasih 2008: 55).
Mengamalisis unsur intrinsik cerpen tentang kehidupan diri sendiri merupakan sebuah karangan. Keterampilan menganalisis unsur intrinsik cerpen merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi kehidupan manusia yaitu sebagai alat komunikasi. Penulis menyampaikan informasi kepada pembacanya melalui simbol-simbol bahasa yang dapat dibaca, dipahami, dan dimengerti.
Pendekatan Terpadu
Pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungknkan siswa baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Dengan pendekatan terpadu ini siswa akan terlatih untuk dapat mencari, dan menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, otentik, bermakna dan aktif. Selain itu, para siswa pun dapat memperoleh pengalaman secara langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Hakim (2009: 195) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu mempunyai sebagai berikut: a) Meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran, b) Meningkatkan minat dan motivasi siswa, c) Dapat tercapai beberapa kompetensi dasar sekaligus, dan d) Dalam bidang bahasa, pembelajaran terpadu bertujuan agar siswa menguasai kemahiran berbahasa secara utuh seperi yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata atau dalam kehidupan sehari-hari.
Kerangka Berpikir
Ada kaitan antara penyajian pendekatan pembelajaran terpadu pada materi ajar menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran mengapresiasi cerpen yang dibaca. Serangkaian kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu dapat membantu pemahaman peserta didik tentang cerita pendek yang akan dinalisis. Pemahaman itu penting untuk bekal kegiatan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek.
Model pembelajaran yang disajikan dalam pembelajaran menganalisis unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang dibacanya ini dapat menuntun peserta didik menceritakan apa yan telah dibacanya. Hal ini terjadi karena dengan menganalisis unsur-unsur cerpen berarti peserta didik telah menguasai dan memahami unsur-unsur untuk menceritakan dan mengembangkan ide cerita dengan unsur pokok cerpen. Model pembelajaran terpadu menganalisis unsur-unsur cerpen dapat mendorong siswa untuk mencari dan menemukan unsur pembangun cerpen dari dalam. Dengan memahami jalan cerita atau alur cerita, siswa akan lebih mudah menganalisis unsur intrinsik cerpen yang dibacanya.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan penelitian ini sebagai berikut: 1) Penggunaan pendekatan terpadu, diduga motivasi belajar menganalisis unsur -unsur intrinsik cerpen pada siswa dapat meningkat, serta dapat mengubah perilaku siswa ke arah yang positif, dan 2) Penggunaan pendekatan terpadu diduga dapat meningkatkan hasil belajar menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen yang dibaca pada siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini mengambil lokasi di kelas IXA SMP N 1 Pucakwangi pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Adapun waktu pelaksanaannya pada tanggal 1 September hingga 30 November 2015.
Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini data berupa skor atau nilai yang diperoleh pada prasiklus, nilai pada siklus I dan pada siklus II. Juga data kualitatif berupa data hasil pengamatan/observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui aktivitas siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ada dua macam yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen, sedangkan bentuk nontes dalam penelitian ini berupa lembar observasi, lembar angket, dan lembar jurnal yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku siswa.
Teknik yang dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Pada teknik kuantitatif, peneliti menganalisis hasil kuantitatif dari peserta didik. Hasil penghitungan nilai peserta didik ini kemudian dibandingkan, yaitu antara hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II, kemudian dihitung persentase nilai setiap aspek pada siklus I dan siklus II.
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data-data kualitatif. Data-data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengetahui perubahan perilaku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran model pembelajaran menganalisis imajinatif.
Indikator kinerja dalam peneilitian ini meliputi indikator kuantitatif dan kualitatif. Indikator kuantitatif penelitian ini adalah tercapainya target mengamalisis unsur intrinsik cerpen melalui teknik tes. Indikator kualitatif penelitian ini adalah adanya perubahan perilaku.
Penelitian ini menggunakan desain PTK dengan dua siklus yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menganalisisunsur-unsur cerpen peserta didik dan siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengamalisis unsur intrinsik cerpen setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Prasiklus
Sebelum dilaksanakan kegiatan penelitian, diadakan tes kemampuan menganalisis unsur-unsur cerpen untuk mengetahui kondisi awal para siswa. Hasil belajar siswa menunjukan bahwa nilai rata-rata 6,70 belum menunjukan peningkatan belajar baik ketentuan individual dan ketentuan klasikal. Hal itu disebabkan pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen baik menggunakan metode alami atau pendekatan komunikatif, atau belum digunakan pendekatan interatif (terpadu).
Deskripsi Siklus I
Gambaran motivasi peserta didik pada kegitan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen yang dibaca dengan pendekatan terpadu (integratif), ada ketertarikan siswa terhadap mapel Bahasa Indonesia yaitu 2,30. Siswa berperan aktif dalam kerja sama ada 1,60. Siswa merasa menyesal jika guru tak hadir sebesar 1,84. Keberanian mengemukakan pendapat dalam diskusi 1,84 dan kesungguhan mengerjakan yang diberikan guru mencapai 2,48.
Nilai rata-rata 6,70 belum menunjukan peningkatan belajar baik ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Hal itu disebabkan pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen masih menggunakan metode awal atau pendekatan konvensional, atau belum digunakan pendekatan integratif (terpadu). Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa diperoleh data bahwa para siswa sebagian besar sudah menunjukkan aktivitas di atas cukup, yaitu 2,084.
Hasil belajar lebih tinggi daripada hasil belajar pada prasiklus. Hasil belajar pada siklus I rata-rata 74,46%. Artinya nilai tersebut belum menunjukan ketuntasan belajar yang diharapkan. Ada peningkatan hasil belajar mengamalisis unsur intrinsik cerpen yang dibaca setelah digunakan Pendekatan Terpadu (integratif). Hasil belajar nilai rata-rata 74,46, Ada peningkatan hasil belajar dari 67 menjadi 74,46 yaitu 7,46. Dengan demikian, penggunaan pendekatan Terpadu pada pembelajaran mengamalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa menunjukan hasil yang baik.
Berdasarkan hasil belajar menganalisis unsur intrinsik cerpen yang dibaca dengan Pendekatan Terpadu dan refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa: a) Sebagian besar siswa belum menguasai metode menganalisis unsur-unsur cerpen nya, b) Sebagian kecil siswa ada yang menguasai materi yang diajarkan, c) Sebagian besar sudah mampu memahami dan menganalisis unsur -unsur cerpen nya, tetapi belum lengkap dengan unsur-unsur pembelajarannya. Guru perlu lebih menjadikan unsur-unsur pembelajaran dari dalam cerpen agar pembaca dapat memahami yang pada akhirnya dapat menganalisis kembali cerpen dengan baik.
Deskripsi Siklus II
Dari observasi yang dilakukan terhadap peserta didik,diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut: Siswa tertarik pada Mapel Bhs. Indonesia menunjukkan hasil 3,06 termasuk kategori baik. Partisipasi dalam kerjasama kelompok sebesar 2,60 termasuk kategori baik. Perasaan menyesal siswa jika guru tak hadir sebesar 2,75 juga termasuk kategori baik. Adapun keberanian mengeluarkan pendapat dalam diskusi sebesar 3,00 termasuk kategori baik juga. Siswa yang aktif menyelesaikan tugas yang diberikan guru sebesar 3,50 termasuk sangat Baik.
Hasil belajar menganalisis unsur -unsur cerpen dengan Pendekatan Terpadu menunjukan nilai yang signifikan. Dari hasil belajar pada akhir I ke siklus II ada peningkatan hasil akhir I rata-rata 74,46 menjadi 80,66. Ada peningkatn 6,20% pada siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus II dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: a) Sebagian besar siswa sudah dapat mengamalisis unsur intrinsik cerpen yang dibacanya, b) Siswa yang aktif membaca cerpen dengan memahami unsur-unsur dapat menganalisis unsur -unsur cerpen jumlahnya meningkat dari siklus I ke siklus II, c) Dari siklus I rata-rata nilai 74,46 meningkat menjadi 80,66, d) Sebagian siswa sudah mewujudkan aktivitas belajar yang baik, e) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, semua siswa membawa buku cerpen bahasa Indonesia, LKS, dan buku pegangan lainnya, f) Hasil pembelajaran menjadi lebih baik setelah mendapat bimbingan guru dan perbaikan hasil pembelajaran yang diberikan, g) Sesuai dengan pembelajaran terpadu lebih memperhatikan aktivitas pelajar yang lebih baik dan meningkatkan serta membuktikan keaktifan siswa, h) Kualitas pembelajaran pada kegiatan siklus II lebih baik, i) Ditemukan kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran kemudian dibetulkan secara langsung. Hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 75%.
Pembahasan
Hasil observasi terhadap motivasi belajar sudah menunjukkan perubahan ke arah lebih baik setelah diterapkannya pendekatan terpadu dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang tertarik pada materi bahasa menunjukkan peningkatan 0,76%. Partisipasi siswa dalam kerjasama meningkat 1,0, keberanian mengemukakan pendapat juga ada peningkatan 1,16, penyesalan siswa jika guru bahasa tak hadir mencapai 0,91. Kesungguhan mengerjakan tugas yang diberikan guru menunjukkan hasil 1,62 (2,48 menjadi 3,50 pada siklus II).
Berdasarkan tes yang dikerjakan siswa diperoleh hasil belajar yang cukup memuaskan. Pada siklus I, nilai rata-rata mencapai 74%. Pada siklus II, nilai rata-rata nilai mencapai 80,66%. Ada peningkatan nilai sebesar 6,20%. Ada peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2. Siswa yang memperoleh nilai kategori sangat baik meningkat 14,81%. Pada nilai kategori baik juga mengalami kenaikan 33,35%. Kategori cukup ada peningkatan 37,06%. Siswa kategori SB ada kenaikan 4 orang sehingga menjadi 7. Pada kategori B ada kenaikan 9 orang sehimgga menjadi 14 orang, dari 3 orang. Pada kategori C ada kenaikan dari 12 siswa menjadi 10 orang ada 37,06%. Dari siklus 1 sebesar 2,48 menjadi 3,64. Ada peningkatan nilai rata-rata 1,16 pada siklus 2.
PENUTUP
Simpulan
(1) Ada peningkatan motivasi menganalisis unsur -unsur cerpen dengan menggunakan pendekatan terpadu pada siswa kelas IXA tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai hasil pengamatan terhadap siswa pada saat pembelajaran dari rata-rata 2,12 pada siklus I menjadi 2,982 pada siklus II. Dengan demikian, ada peningkatan motivasi belajar 0,862. (2) Ada peningkatan hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpennya dengan kalimat sendiri dengan pendekatan terpadu pada siswa kelas IXA semester gasal tahun 2015/2016. Peningkatan dari siklus I 74,46 menjadi 78,50 siklus II yaitu 4.04.
Saran
(1) Kepala Sekolah hendaknya memberi dorongan kepada guru untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan lain yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang efektif. (2) Guru hendaknya melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan terpadu. Dengan pendekatan terpadu, para peserta didik dapat lebih aktif dan kreatif dalam belajar dan menumbuhkan kreativitas siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukman.2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung; Wacana Prima.
Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Jabrohim (Ed). 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kosasih, E. 2008. Apesiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Novel Edumedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sumardjo, Jakob. 1997. Apresisasi kesusatraan Indonesia. Jakarta: Gramedia.