UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BEREKSPLORASI

MENEMUKAN KONSEP PERBANDINGAN PECAHAN

MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 LALUNG SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sri Purwanti

Guru Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Karanganyar

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018. (3) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini mengambil lokasi di SD Negeri 02 Lalung Karanganyar. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu dari 2 September 2017 s.d. 30 November 2017. Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa SD Negeri 02 Lalung pada kelas IV Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 21 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan dokumentasi. Analisis Data dengan menggunakan analisis diskripsi kualitatif. Prosedur penelitian dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari 2 (dua) siklus. Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: (1) Pada pra siklus diperoleh hasil sebanyak 14 siswa atau 67% tidak tuntas. Sedangkan 7 siswa atau 33% dinyatakan tuntas. Rata-rata hasil belajar secara klasikal 58,81. (2) Siklus I, sebanyak 14 siswa atau 67% tuntas, sedangkan 7 siswa atau 33% siswa tidak tuntas. Peningkatan ketuntasan belajar siswa ini masih di bawah 85%. Rata-rata hasil belajar secara klasikal 64,10. (3) Siklus II, sebanyak 21 siswa atau 100% tuntas dan tidak ada siswa atau tidak tuntas atau 0%, hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan 100% yang berada di atas 85% ini menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika Materi Bereksplorasi Menemukan Konsep Perbandingan Pecahan kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semerster 1 Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: Kooperatif Tipe Jigsaw, Motivasi dan Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, mengatakan bahwa guru sebagai penggagas perubahan di tengah masyarakat, dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sebagai agen pembelajaran guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar dan pendidik saja, tetapi harus pula memiliki kemampuan dalam memilih metode pembelajaran yang paling akomodatif dan kondusif untuk siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara afektif dan efisien.

Namun dalam kenyataannya guru seringkali mendapat kendala bagaimana memilih dan menggunakan metode dalam pembelajaran, metode dan strategi yang bagaimana yang paling tepat untuk membahas satu materi pembelajaran, atau metode apakah yang paling dimotivasii oleh sebagian besar siswa di SD, sehingga tercipta pembelajaran yang PAIKEM, yaitu Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Edukatif, Menyenangkan. Penulis sebagai guru kelas IV sering kali menghadapi berbagai kendala dalam menyampaikan materi pembelajaran, khususnya dalam memilih metode, apalagi mata pelajaran Matematika merupakan ilmu hitung yang dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan. Selama ini pembelajaran matematika dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: (1) guru menerangkan Materi baru; (2) memberi contoh soal dan pemecahannya, (3) meminta siswa mengerjakan soal latihan secara individu; (4) mengumpulkan hasil pekerjaan siswa; (5) menugasi siswa secara bergiliran mengerjakan soal di papan tulis, dan (6) menjelaskan materi yang dianggap sulit oleh siswa. Ternyata dengan pembelajaran seperti itu terus menerus membuat siswa merasa bosan dan menjadi pasif selama pembelajaran, terlebih untuk siswa yang berkemampuan rendah dalam pelajaran matematika. Adanya variasi dalam hal tingkat kemampuan matematika siswa memang kurang tepat kalau pembelajarannya dilakukan dengan metode yang sama terus menerus. Oleh karenanya, untuk meningkatkan motivasi belajar matematika, pemilihan metode yang digunakan dalam pembelajaran kelas haruslah bervariasi dan inovatif sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam menghadapi mata pelajaran yang sulit.

Penggunaan metode kooperatif model Jigsaw menjadi salah satu alternatif yang dipandang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 02 Lalung. Dengan metode kooperatif Jigsaw diharapkan (1) ada kerjasama antara siswa yang pandai, sedang, dan kurang, (2) semua peserta didik aktif dalam pembelajaran di kelas untuk mengerjakan tugas, dan (3) peserta didik yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Berdasarkan pada kenyataan tersebut di atas, penulis menganggap sangat perlu melakukan penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Adapun tipe Jigsaw adalah sebagai alternatif yang paling tepat dan berharap dengan pendekatan ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.     Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018?”.

2.     Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018?”.

3.     Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018?”.

 

Tujuan yang akan dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:

1.     Untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018.

2.     Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018.

3.     Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Matematika Materi Bereksplorasi menemukan konsep perbandingan pecahan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018.

LANDASAN TEORI

Pengertian Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2013: 63) bahwa belajar adalah kegiatan yang memproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Sofan Amri (2015: 4) menjelaskan bahwa, “Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mamppu, dari tidak mau menjadi mau, dan lain-lain sebagainya”. Namun demikian tidak semua perubahan pasti merupakan peristiwa belajar. Yang dimaksud dengan perubahan dalam belajar adalah perubahan yang relatif, konstan dan berbekas. Relatif artinya tergantung dari lingkungan, sedangkan konstan dan berbekas artinya perubahan itu akan bertahan lama, sehingga apabila digunakan akan segera dapat direproduksi.

Suyono dan Hariyanto (2014: 9) berpendapat bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian”. Dalam konteks menjadi tahu atau suatu proses memperoleh pengetahuan diistilahkan dengan pengalaman. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan.

 

 

Menurut ketiga pendapat di atas dapat penulis ungkapkan bahwa belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku baru pada diri seseorang baik yang berupa aktual maupun potensial yang diperoleh dari interaksi antara individu dan lingkungannya yang berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap yang bersifat konstan dan berbekas yang berlaku dalam waktu relatif lama.

Motivasi Belajar

Motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual.

Sardiman (2014: 85) berpendapat bahwa motivasi berasal dari kata “motif,” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.   Sardiman (2014: 75) berpendapat bahwa, “Motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.”

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Hasil Belajar

Menurut Asep Jihad (2012: 14) berpendapat bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Menurut Muhibin Syah (2013: 216), bahwa pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah spikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil berlajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

Kata hasil belajar identik dengan kata prestasi belajar. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi danbelajar. Secara umum prestasi belajar banyak didefinisikan, seberapa jauh hasil yang sudah didapat siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam waktu tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013: 876), prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dekerjakan, dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Pengertian prestasi belajar bisa mempunyai arti sebagai tingkat keterkaitan siswa di dalam proses belajar mengajar sebagai evaluasi yang dilakukan oleh guru. Prestasi belajar siswa adalah sebuah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dituliskan dalam bentuk simbol angka atau huruf dan kalimat yang bisa menunjukkan hasil yang telah didapat oleh setiap siswa pada periode tertentu misalnya ulangan harian, catur wulan, semester, ataupun ujian akhir.

Menurut Slameto (2013: 21) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar, maka prestasi yang diperoleh dari mata pelajaran Tematik pada materi pelajaran Matematika adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses pembelajaran Tematik pada materi pelajaran Matematika.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw       Menurut Sugiyanto (2009: 37), pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pada pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.

Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di atas, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dimana pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw setiap siswa berkewajiban mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka secara bersama pada kelompok ahli, kemudian setiap siswa harus menyampaikan materi yang sudah dipelajarinya dalam kelompok asal, sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung. Tingkat aktivitas pada kooperatif Jigsaw lebih tinggi karena semua siswa berpartisipasi dan punya tanggung jawab baik individu maupun kelompok.

 

 

 

Hipotesis Tindakan

1.    Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.

2.    Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Matematika pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.

3.    Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar mata pelajaran Matematika pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 02 Lalung selama 3 bulan yaitu mulai dilaksanakan dari tanggal 2 September 2017 sampai dengan tanggal 30 November 2017.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas IV Semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Jumlah siswa di kelas ini adalah 21 siswa. Sementara itu guru yang dijadikan subjek penelitian adalah penulis sendiri dengan dibantu oleh teman sejawat yang juga guru kelas dari sekolah yang sama.

Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang motivasi dan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: (1) Informasi atau nara sumber, yaitu siswa dan guru/teman sejawat; dan (2) Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil evaluasi siswa, dan penilaian observasi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data dengan menggunakan:

a.     Observasi, yaitu pengamatan terhadap subyek penelitian, dimana penulis mencatatnya dalam lembar observasi hasil pengamatan tersebut.

b.     Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa catatan-catatan mengenai pokok-pokok permasalahan yang diteliti, seperti: data siswa dan daftar nilai siswa.

Validitas Data

Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan kevalidan dan kesahihan suatu alat instrument. Suatu alat instrumen dikatakan valid dan sahih apabila mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah seberapa jauh materi tes sesuai dengan materi yang diukur. Adapun perangkat pembelajaran yang divalidasi adalah soal evaluasi dan lembar pengamatan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis.    Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan hasil antar siklus yaitu hasil belajar siswa sebelum siklus, siklus I dan siklus II.

Sedangkan teknik analisis kritis untuk menganalisis hasil observasi dari teman sejawat selaku observer dan wawancara dengan siswa yang telah terkumpul. Langkah-langkahnya yaitu dengan mengumpulkan data yang diperoleh, mengidentifikasikan, mengklarifikasikan, menghubungkan dengan teori literatur yang mendukung masalah kemudian menarik simpulan berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan. Untuk memperoleh gambaran riil tingkat ketuntasan pembelajaran baik pada pra siklus, siklus I, dan siklus II mata pelajaran Matematika dianalisis dengan teknik persentase.

Indikator Kinerja / Keberhasilan

Penelitian ini dianggap berhasil apabila:

1.     Tingkat motivasi siswa pada dengan kriteria motivasi yang tinggi dalam belajar Matematika mencapai 75%.

2.     Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65. Keberhasilan siklus apabila siswa yang mendapatkan nilai KKM > 65 lebih dari 85% dari jumlah siswa.

3.     Rata-rata prestasi belajar > 70

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal / Pra Siklus

Pada kondisi awal pemberian materi Subtema 1. Macam-macam Sumber Energi untuk materi PPKn dan SBdP peserta didik dapat mengikuti dengan cukup baik, tetapi ketika pembelajaran Matematika banyak peserta didik yang tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari sikapnya ketika menerima pelajaran, yaitu ada yang bercakap-cakap, bermain dengan alat tulisnya, mengantuk dan tidak mencatat materi yang disampaikan guru. Ketika diadakan tanya jawab banyak peserta didik yang tidak dapat menjawab pertanyaan guru, dan akhirnya guru sendiri yang harus menjawab pertanyaannya. Dan ketika peserta didik disuruh bertanya mengenai materi yang belum jelas, mereka hanay diam saja.

Hasil evaluasi belajar Matematika siswa Kelas IV SD Negeri 02 Lalung sangat rendah, dimana rata-rata kelas adalah 58,81. Sedangkan dilihat dari ketuntasan belajar siswa hanya 7 siswa atau 33% siswa yang menuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, sisanya 14 siswa atau 67% tidak tuntas karena nilainya di bawah 65.

Motivasi Siswa dalam belajar terbagi menjadi 3 kelompok yaitu siswa yang mempunyai motivasi tinggi sebanyak 3 siswa atau 14%, siswa yang bermotivasi sedang 10 siswa atau 48%, dan siswa yang motivasinya rendah sebanyak 8 siswa atau 38%.

Berdasarkan hasil tersebut penulis merefleksikan diri mengenai kegagalan pembelajaran matematika ini. Adapun hasil refleksi dari pra siklus adalah:

1. Siswa motivasinya rendah untuk belajar matematika

2. Hasil belajar siswa rendah.

Dari hasil refleksi tersebut, guru mencoba mengadakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw. Dengan perbaikan ini diharapkan siswa mau berlatih dengan belajar kelompok sehingga akan menambah pemahaman pada materi yang diajarkan, dan pada akhirnya berpengaruh pada perolehan hasil belajarnya.

Siklus I

Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I sangat rendah, dimana sebanyak 7 siswa atau 33% dinyatakan tidak tuntas karena nilainya di bawah 65. Sedangkan nilai rata-rata kelas juga rendah yaitu hanya 58,81 belum mencapai rata-rata 70 sebagaimana dipersyaratkan dalam indikator keberhasilan. Demikian juga motivasi siswa yang tinggi pada siswa hanya 10 siswa atau 48% yang masih jauh dari indikator keberhasilan sebesar 75%.

Kegagalan ini dikarenakan siswa menganggap Matematika pelajaran yang sulit sehingga anak malas untuk belajar. Metode pembelajaran yang diberikan oleh guru mempunyai tujuan agar siswa belajar dan untuk memperdalam pemahaman materi yang diajarkan di sekolah. Pada siklus I guru belum memberikan penguatan atas hasil belajar dengan metode kooperatif tipe jigsaw. Siswa juga belum mendapatkan penguatan atas motivasi yang tinggi dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan observasi dan evaluasi pelaksanaan siklus I, peneliti perlu mengadakan perbaikan dengan melaksanakan siklus II. Pelaksanaan siklus II menggunakan langkah-langkah Kooperatif Tipe Jigsaw untuk menumbuhkan motivasi anak dalam belajar Matematika. Pada siklus II diharapkan ada peningkatan dalam proses belajar, yaitu meningkat Motivasi Siswa dan meningkat hasil evaluasi belajarnya, dan meningkat rata-rata kelasnya sehingga kegiatan belajar kelompok Kooperatif Tipe Jigsaw akan berpengaruh pada hasil yang lebih baik di siklus II.

Siklus II

Pada siklus II, siswa yang sudah memenuhi KKM (< 65) adalah sebanyak 21 siswa atau 100% sedangkan yang belum memenuhi KKM (>65) adalah sebanyak 21 siswa atau 100%. Dengan demikian tingkat ketuntasan siswa sudah melebihi 85% sehingga tindakan perbaikan pembelajaran Materi Bereksplorasi Menemukan Konsep Perbandingan Pecahan dapat meningkat dan telah memenuhi indikator keberhasilan. Motivasi Siswa yang diberikan oleh guru terbagi menjadi 3 kelompok yaitu siswa dengan Motivasi Tinggi sebanyak 16 siswa atau 76%, siswa dengan motivasi sedang 5 siswa atau 24%, dan siswa yang motivasinya rendah sebanyak 0 siswa atau 0%.

Berdasarkan hasil ini, maka siswa yang mempunyai Motivasi tinggi sebanyak 16 siswa atau 76%, sehingga sudah melampaui indikator keberhasilan yang dipersyaratkan yaitu 75% siswa telah memiliki motivasi tinggi, sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Pada pelaksanaan siklus II ini, peneliti menyimpulkan bahwa banyaknya motivasi siswa yang mengerjakan soal matematika sudah 76%, sehingga hasilnya lebih baik. Dari pelaksanaan tindakan II ini, proses pembelajaran semakin meningkat, bisa dilihat dari hasil yang diperoleh siswa semakin baik jika kita bandingkan dengan siklus I. Masalah-masalah yang ada pada siklus I, sudah dapat diatasi atau ditangani pada siklus II.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, siswa dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pembelajaran Matematika, sehingga pendekatan tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran yang efektif di Kelas IV SD Negeri 02 Lalung.

2.     Dengan berhasilnya penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan guru kelas pada bidang studi Matematika atau bidang studi lainnya dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran yang dianggap sulit.

3.     Hasil penelitian ini dapat untuk referensi dan menambah khasanah keilmuan terutama bagi profesi keguruan dan dunia pendidikan khususnya bidang studi Matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Sulistyono. 2003. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Hamdani. 2012. Strategi Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia

Made Wena. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Prenadamedia Group.

Muhibbin Syah. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

 

 

Purwadarminta, WJS, 2013, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Sardiman A.M. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sofan Amri. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sugiyanto, 2009, Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press.

Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.

TIM. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Wina Sanjaya. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Winkel. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.