Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Consept Sentence
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA DALAM MEMBUAT PANTUN ANAK
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONSEPT SENTENCE
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GUMPANG 02
KARTASURA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Teminah
SD Negeri Gumpang 02 Kartasura
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1) motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia; dan 2) hasil belajar Bahasa Indonesia materi “Membuat pantun anak†bagi siswa kelas IV semester II SD Negeri Gumpang 02 Kecamatan Nguter tahun pelajaran 2016/2017 melalui model pembelajaran Consept Sentence. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Gumpang 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo pada semester II tahun pelajaran 2016/2017 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV Semester II di SD Negeri Gumpang 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 12 orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Penggunaan model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan motivasi tinggi pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah siswa dengan bermotivasi tinggi mengalami peningkatan dari sebesar 16.67% pada kondisi awal meningkat menjadi 33.33% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 50.00% pada tindakan Siklus II; dan 2) Penggunaan model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi “Membuat pantun anak†bagi siswa kelas IV semester II SD Negeri Gumpang 02 Kecamatan Nguter tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 62.50 pada kondisi awal menjadi 72.50 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80.83 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 41.67% pada kondisi awal meningkat menjadi 58.33% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
Kata Kunci: Motivasi belajar , hasil belajar, model pembelajaran Consept Sentence.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu pesrta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam. Untuk menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra siswa sekolah dasar diperlukan bimbingan dan pemberian motivasi dari guru-guru pengajar atau guru kelas yang bersangkutan. Bimbingan dalam menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode.
Waktu belajar siswa yang selama ini digunakan guru untuk ceramah, hendaknya dikembalikan pada siswa agar mereka dapat belajar aktif, kreaitf. Untuk itu guru harus mempersiapkan kegiatan belajar mengajar yang menarik, merangsang, menantang dan menyenangkan, melalui cara belajar yang bermakna dan bervariasi agar siswa gemar belajar. Adapun yang menjadi dasar mempelajari suatu ilmu pengetahuan adalah mengetahui dan paham apa yang dipelajari terutama bahasa yang digunakan. Dengan demikian bahasa merupakan syarat mutlak bagi anak untuk memahaminya. Oleh karena itu alokasi waktu pelajaran Bahasa Indonesia yang diwajibkan di Sekolah Dasar paling besar dari mata pelajaran lainnya.
Mengingat akan pentingnya pemahaman dan penguasaan bidang studi bahasa Indonesia sebagai modal utama dalam komunikasi dan kegiatan pembelajaran, maka dirasa sangat penting untuk segera menuntaskan kendala dan hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran bahasa guna memenuhi target kurikulum dan harapan semua pihak yang berkompeten dengan dunia pendidikan, khusunya dalam pendidikan berbahasa yang baik dan benar pada siswa. Berbagai permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia perlu segera diupayakan pemecahannya. Seperti yang dialami penulis di kelas IV SD Negeri Gumpang 02 dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya materi â€Membuat Pantun Anak†siswa mengalami kesulitan. Untuk mengetahui penyebab kegagalan pembelajaran penulis sebagai guru kelas IV dibantu oleh teman sejawat.
Rendahnya tingkat keterampilan dan penguasaan ini pada umumnya dilatar belakangi:1) Rendahnya motivasi siswa dalam menyerap informasi dari berbagai sumber termasuk di dalamnya guru dan media; 2) Metode pembelajaran yang kurang diminati siswa; 3) Rendahnya perhatian guru dalam proses pembelajaran yang mengkondisiskan penggunaaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; 4) Rendahnya perhatian guru dalam pembelajaran karya sastra anak.
Salah satu upaya guna meningkatkan pemahaman dan penguasaan serta hasil belajar siswa pada materi “Membuat Pantun Anak†dengan menggunakan permainan kartu kata. Kegiatan pembelajaran ini terangkum dalam sebuah kegiatan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dalam Membuat Pantun Anak Melalui Model Pembelajaran Consept Sentence pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gumpang 02 Kartasura Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 “.
Rumusan Masalah
1. Apakah dengan model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan motivasi siswa belajar Bahasa Indonesia di SD Negeri Gumpang 02 ?
2. Apakah dengan model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas IV SD Negeri Gumpang 02 ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah dengan model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan motivasi siswa belajar Bahasa Indonesia di SD Negeri Gumpang 02 ?
2. Apakah dengan model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas IV SD Negeri Gumpang 02 ?
KAJIAN PUSTAKA
Model Pembelajaran Consept Sentence
Consept Sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning, dimana siswa belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap siswa. Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari sebelumnya. Consept Sentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk memenangkan games ini. Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan oleh guru , setelah diberikan batas waktu tertentu , maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan. Wakil dari kelompok diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan.
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan. Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal: 1) Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok; 2) Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain; 3) Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan 4) Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.
Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.
Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007:52). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2005:124).
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Harmer (Santrock, 2007:38), yaitu: motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. 1) Motivasi intrinsik, sebagai dorongan yang berakar dari adanya suatu keinginan untuk mendapatkan penghargaan dari luar. Oleh Harmer dikatakan bahwa “extrinsic motivation stems from a desire for an external rewardâ€. 2) Motivasi ekstrinsik, merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri individu. Oleh Harmer dikatakan bahwa “intrinsic motivation consists of learning for personal reasons as an end in itselfâ€.
Menurut Brophy (2004:40), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu: 1) harapan guru; 2) Instruksi langsung; 3) Umpan-balik (feedback) yang tepat; 4) Penguatan dan hadiah; dan 5) Hukuman.
Hasil Belajar
Belajar menurut Nana Sudjana (2002; 28), adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slamento (2001; 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencangkup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan sementara.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni et al. 2005). Perolehan aspek-aspek perubahan perilku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom dalam Anni et al. (2005) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sardiman (2010:135) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.
Pembelajaran Karya Sastra Anak di SD
Pengertian, Sifat dan Hakekat Saatra Anak
Kata sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa (Rene Wellek, 2001: 31). Kata anak diartikan sebagai manusia yang masih kecil. Jadi secara sederhana istilah sastra anak dapat diartikan sebagai karya seni yang imaginatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, bik lisan atau tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.
Menurut Riris K. Toha Sarumpaet (2006:21) menyatakan bahwa sastra anak adalah karya sastra tang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua.
Ciri Sastra Anak
Menurut Riris K. Toha Sarumpaet (2006: 29-32) mengemukakan bahwa menandai sastra anak berbeda dengan sastra orang dewasa yaitu: 1) Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat. 2) Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasarannya. 3) Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampila khusus maupun untuk pertumbuhan anak.
Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat dikenal dalam bahasa-bahasa nusantara. Dalam bahasa jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima / sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Kerangka Berfikir
Dari kajian pustaka yang penulis kemukakan dan dari permasalahan yang timbul untuk diberikan solusi agar hasilnya bisa memuaskan,maka penulis memberikan gambaran singkat pada pembaca tentang alur berpikir dalam pelaksanaan perbaikan dalam upaya memberikan solusi terhadap permasalahan yang timbul.
Rendahnya tingkat pemahaman dan penguasaan serta hasil belajar siswa pada materi “Membuat Pantun Anak†daripada materi lain karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan penggunaan alat peraga yang kurang efektif, efisien dan menyenangkan.
Guna meningkatkan pemahaman dan penguasaan serta hasil belajar siswa pada materi “Membuat Pantun Anak†maka digunakan permainan kartu kata dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Concept Sentence.
Melalui Model Pembelajaran Concept Sentence kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia meningkat sehingga hasil belajar juga meningkat.
Hipotesis Tindakan
1. Model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan motivasi siswa belajar Bahasa Indonesia di SD Negeri Gumpang 02 ?
2. Model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas IV SD Negeri Gumpang 02 ?
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas IV semester II SD Negeri Gumpang 02 Kartasura tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2016/2017 selama 3 (tiga) bulan, yaitu dimulai pada bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Maret 2017.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SD Negeri Gumpang 02 Kartasura tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 12 orang siswa.
Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi “Membuat pantun anakâ€. Berdasarkan jenis data tersebut, maka data dalam penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi: 1) Nara sumber, yaitu siswa kelas IVsemester II SD Negeri Gumpang 02 Kartasura Sukoharjo, tahun pelajaran 2016/2017. 2) Tempat berlangsungnya proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi “Membuat pantun anakâ€; dan 3) Dokumen atau arsip yang antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku penilaian.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, teknik tes, dan analisis dokumen.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan lembar pengamatan.
1. Instrumen tes disusun berdasarkan kisi-kisi materi “Membuat pantun anakâ€.Tes terdiri dari 5 soal uraian.Adapun untuk skor dengan rentang antara 0 – 20 untuk masing-masing soal.
2. Lembar pengamatan untuk mengamati motivasi belajar siswa disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar.Skoring diberikan dengan rentang antara 1 – 4 untuk setiap aspek pengamatan. Hasil skoring selanjutnya diklasifikasi ke dalam 3 kategori motivasi, yaitu kategori motivasi rendah dengan rentang skor antara 15 – 30; kategori sedang dengan rentang skor antara 31 – 45; dan kategori tinggi dengan rentang skor antara 45 – 60.
Validasi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain adalah menggunakan teknik triangulasi, dan memperpanjang masa pengamatan.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif – kuantitatif.Analisis data secara kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif, seperti hasil observasi dan studi dokumentasi. Tahapan analisis data deskriptif kualitatif terdiri dari: pemaparan data, reduksi (data yang sudah ada di cek dan dicatat kembali), kategorisasi (data dipilah-pilah), penafsiran dan penyimpulan.
Analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisa data kuantitatif, seperti hasil tes. Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa yang didapat dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif misalnya, mencari nilai rerata (Arikunto, 2010: 189).
Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari indikator motivasi belajar dan hasil belajar:
1. Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa dengan motivasi belajar kategori tinggi dan sedang> 80.00% dari jumlah siswa.
2. Siswa dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesiamateri “Membuat pantun anak†apabila sudah memperoleh nilai hasil belajar mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM >69.00.
3. Siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesiamateri “Membuat pantun anak†apabila sudah memperoleh nilai rata-rata hasil belajar mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM >69.00.
4. Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM >69.00 sudah mencapai > 80.00% dari jumlah siswa.
Prosedur Penelitian
Prosedur PTK ini mengikuti prinsip-prinsip PTK, yaitu terdiri dari beberapa tahap diantaranya; tahap planning (rencana tindakan), implementing (tindakan), observing (observasi), dan reflecting (refleksi) yang kemudian diikuti dengan perencanaan ulang pada siklus kedua, dan seterusnya.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan dan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.Siklus pertama dilaksanakan selama dua minggu dan siklus kedua juga dilaksanakan selama dua minggu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Data refleksi diperoleh dari hasil tes ulangan harian dan data hasil non tes berupa pengukuran terhadap motivasi belajar siswa yang diperoleh berdasarkan sebaran kuesioner tentang motivasi belajar.
1. Hasil Non Tes
Hasil non tes diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner tentang motivasi belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil sebaran kuesioner menunjukkan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 25 dan skor tertinggi sebesar 46. Skor rata-rata motivasi belajar yang diperoleh siswa adalah sebesar 35.08. Data motivasi belajar selanjutnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori motivasi, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategori motivasi belajar tinggi didasarkan pada rentang skor antara 46 – 60, kategori sedang didasarkan pada rentang skor antara 31 – 45, dan kategori rendah dengan rentang skor antara 15 – 30.
Berdasarkan data pengamatan, dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar dengan kategori tinggi pada kondisi awal adalah sebanyak 2 orang siswa atau 16.67%. Siswa dengan motivasi belajar kategori sedang sebanyak 6 orang atau 50.00%. Siswa dengan motivasi belajar kategori rendah sebanyak 4 siswa atau 33.33%.
2. Hasil Tes
Hasil tes menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50.00 dan nilai tertinggi adalah sebesar 80.00. Nilai rata-rata kelas adalah sebesar 62.50. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) kelulusan yang ditetapkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada tahun pelajaran 2016/2017 adalah dengan KKM > 69.00. Secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar Bahasa Indonesia pada materi â€Membuat pantun anakâ€. Ditinjau dari ketuntasan belajar yang sudah mencapai batas tuntas minimal yang dipersyaratkan baru mencapai 5 orang siswa atau 41.67%. Sisanya sebanyak 7 orang siswa atau 58.33% belum mencapai batas tuntas dengan KKM > 69.00.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Sebelum melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I penulis menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran dengan merumuskan tujuan meningkatkan ketrampilan membuat pantun anak berdasarkan ciri – ciri pantun melalui model pembelajaran Consept Sentence. Pelaksanaan tindakan pembelajaran Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama materi yang dibahas berupa †Membuat pantun anakâ€. Pertemuan kedua kegiatan yang dilakukan adalah pembahasan tugas yang telah diberikan dari pertemuan sebelumnya. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas secara individu untuk mengukur kemampuan siswa dalam mendalami materi dan mendistribusikan kuesioner.
1. Motivasi Belajar Siswa
Hasil pengukuran motivasi belajar pada tindakan pembelajaran Siklus I menunjukkan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 28 dan skor tertinggi sebesar 52. Skor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 40.00. Diketahui bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar dengan kategori tinggi pada tindakan Siklus I adalah sebanyak 4 orang siswa atau 33.33%. Siswa dengan motivasi belajar kategori sedang sebanyak 6 orang atau 50.00%. Siswa dengan motivasi belajar kategori rendah sebanyak 2 siswa atau 16.67%.
2. Hasil Tes
Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60.00, sedangkan nilai tertinggi adalah 80.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 72.50. Berdasarkan nilai KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 69.00, maka siswa kelas IV Semester II SD Negeri Gumpang 02 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017 secara klasikal sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar. Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai batas dengan nilai KKM > 69.00 adalah sebanyak 7 orang siswa atau 58.33%. Jumlah siswa yang masih belum mencapai batas tuntas sebanyak 5 orang siswa atau 41.67%. Berdasarkan hasil perolehan tes awal dan tes tindakan pembelajaran Siklus I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dibandingkan pada kondisi awal. Peningkatan tersebut adalah dari 62.50 pada kondisi awal menjadi 72.50 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I.
Atas dasar hasil observasi pada Siklus I maka diperlukan adanya beberapa perbaikan yang dilakukan pada tindakan Siklus II.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Rencana pembelajaran tindakan ini merupakan hasil revisi dalam rangka perbaikan pembelajaran tindakan siklus I yang dinilai belum berhasil membawa siswa mencapai penguasaan kompetensi penuh. Beberapa upaya perbaikan yang akan dilaksanakan dalam tindakan pembelajaran Siklus II menyangkut upaya: 1) meningkatkan motivasi siswa dalam belajar; 2) meningkatkan kemandirian belajar siswa; 3) meningkatkan peran guru sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II memfokuskan pada penggunaan bahasa yang mudah dipahami siswa atau bahasa yang komunikatif dalam menginformasikan tujuan pembelajaran.
Hasil-hasil observasi pembelajaran tindakan pada Siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Motivasi Belajar Siswa
Hasil pengukuran motivasi belajar menunjukkan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 38 dan skor tertinggi sebesar 53. Skor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 45.75. Berdasarkan data observasi, dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar dengan kategori tinggi pada tindakan Siklus II adalah sebanyak 6 orang siswa atau 50.00%. Siswa dengan motivasi belajar kategori sedang sebanyak 6 orang atau 50.00%.
2. Hasil Tes
Hasil tes akhir pembelajaran tindakan Siklus II menunjukkan adanya peningkatan dalam hal hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 70.00 sedangkan nilai tertinggi adalah sebesar 90.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 80.83. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata kelas > nilai KKM yang ditetapkan dengan KKM > 69.00, dengan demikian maka secara klasikal siswa kelas IV dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan belajar. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, seluruh siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 69.00 atau 100% siswa sudah tuntas. Atas dasar hal tersebut maka ketuntasan belajar siswa sudah terlampaui.
Pembahasan Hasil Tindakan
Model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Hasil penyebaran kuesioner motivasi belajar pada tahap awal menunjukkan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 25, skor tertinggi sebesar 46, dan skor rata-rata sebesar 35.08. Motivasi belajar siswa pada tindakan pembelajaran Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan pada kondisi awal. Hal ini ditunjukkan dengan skor terendah yang diperoleh siswa sebesar 28, skor tertinggi sebesar 52, dan skor rata-rata sebesar 40.00. Pada tindakan pembelajaran Siklus II, motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada tindakan Siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan skor terendah yang diperoleh siswa sebesar 38, skor tertinggi sebesar 53, dan skor rata-rata sebesar 45.75.
Motivasi belajar dengan kategori tinggi pada kondisi awal 2 anak, pada tindakan siklus I ada 4 anak dan pada tindakan Siklus II sebanyak 6 anak. Pada kategori sedang kondisi awal 6 anak, pada tindakan siklus I ada 6 anak dan pada tindakan Siklus II sebanyak 6 anak. Dan pada kategori rendah mengalami penurunan pada kondisi awal 4 anak turun menjadi 2 anak pada tindakan siklus I.
Tabel Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kondisi Awal – Siklus II
No. |
Motivasi berdasar kategori |
Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1. |
Tinggi |
2 |
4 |
6 |
2. |
Sedang |
6 |
6 |
6 |
3. |
Rendah |
4 |
2 |
0 |
Model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan Hasil belajar Siswa
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Gumpang 02 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Semester II tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi Membuat pantun anak terbukti kebenarannyaâ€. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Hasil belajar siswa pada kondisi awal masih cukup rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 50.00, nilai tertinggi sebesar 80.00, dan nilai rata-rata sebesar 62.50. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan pembelajaran pada Siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 60.00, nilai tertinggi sebesar 90.00, dan nilai rata-rata sebesar 72.50. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa pada akhir tindakan Siklus I sedikit lebih tinggi dari KKM yang ditetapkan dengan KKM > 69.00, yaitu 72.50 > 69.00. Adanya perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan pembelajaran Siklus II mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 70.00, nilai tertinggi sebesar 90.00, dan nilai rata-rata sebesar 80.83. Atas dasar hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel Hasil belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
No. |
Nilai Hasil Belajar |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1. |
Nilai Terendah |
50.00 |
60.00 |
70.00 |
2. |
Nilai Tertinggi |
80.00 |
90.00 |
90.00 |
3. |
Nilai Rata-rata |
62.50 |
72.50 |
80.83 |
Ditinjau dari ketuntasan belajar, tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan pembelajaran adalah sebesar 41.67%. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I mengalami peningkatan menjadi 58.33%. Tingkat ketuntasan belajar siswa tersebut mengalami peningkatan menjadi 100% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
Tabel Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II
No. |
Ketuntasan |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1. |
Tuntas |
5 |
41.67 |
7 |
58.33 |
12 |
100 |
2. |
Belum Tuntas |
7 |
58.33 |
7 |
41.67 |
0 |
0 |
Jumlah |
12 |
100 |
12 |
100 |
12 |
100 |
Peningkatan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dampak produk proses pembelajaran menjadi semakin jelas dan nyata. Hasil ini bila dikaji dari tingkat ketuntasan belajar siswa akan menjadi semakin jelas. Permainan kartu kata yang digunakan guru mampu mendorong siswa untuk teribat dalam proses pembelajaran secara aktif. Motivasi siswa untuk belajar Bahasa Indonesia lebih tinggi.
Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran pada gilirannya akan mampu menjadikan peserta didik untuk mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
P E N U T U P
Simpulan
1. Model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penyebaran kuesioner motivasi belajar yang mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
2. Model pembelajaran Consept Sentence dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi “Membuat pantun anak†bagi siswa kelas IV semester II SD Negeri Gumpang 02 Kartasura, Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 62.50. Nilai rata-rata tersebut mengalami peningkatan menjadi 72.50 pada akhir tindakan Siklus I dan menjadi sebesar 80.83 pada akhir tindakan Siklus II. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa, tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan pembelajaran adalah sebesar 41.67%. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I mengalami peningkatan menjadi 58.33%. Tingkat ketuntasan belajar siswa tersebut mengalami peningkatan menjadi 100% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
Saran
1. Kepada para pengambil kebijakan di tingkat sekolah untuk lebih mendorong para guru agar mau mencoba menggunakan berbagai metode pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada para guru tentang metode-metode pembelajaran yang menarik.
2. Kepada para guru untuk mau meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariatif dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
3. Bagi peneliti yang akan datang untuk mengkaji lebih dalam sehingga hasil yang diperoleh lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T; Rifai, A; Purwanto, E; Purnomo, D. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Brophy, Jere. E. 2004. Motivating Students to Learn 2nd Edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Endraswara, Suwardi. 2002. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widya Utama.
Harminingsih. 2008. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hudoyo, Herman. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Malang: IKIP Malang.
Mayarina.2001. Memudahkan anak belajar. Jakarta: Kompas
Rusyan, A. Tabrani. 2005. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santrock, John. W. 2007. Child Development. New York: McGraw-Hill Companies.
Sardiman, A.M. 2005 Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta; Bina Aksara.
Sarumpaet, Riris K. Toha. 2003. Struktur Bacaan Anak, dalam “Teknik Menulis Cerita Anakâ€. Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati
Slameto. 2001. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soeparno. 2002. Ilmu dan teknologi daging cetakan ke tiga. Gadjah mada university, Yogyakarta