Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Penggunaan Media Film Anak
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DRAMA
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANAK
BAGI SISWA KELAS VI SDN GOTPUTUK
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Nyarianto
Guru SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama bagi siswa kelas VI SDN Gotputuk melalui penggunaan media film anak. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus dengan subjek penelitian siswa kelas VI SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen sejumlah 8 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Data tes diperoleh dengan pemberian butir soal sedangkan teknik non tes diperoleh dari observasi, angket dan dokumentasi foto. Analisis data meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa hasil ketuntasan minimal belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 12,50%, siklus I meningkat menjadi 57,14%, dan siklus II menjadi 100%. Penggunaan media film anak menjadikan peserta didik termotivasi dalam pembelajaran. Motivasi siswa dalam pembelajaran pada pra siklus sangat rendah, pada siklus I mengalami peningkatan, dan pada siklus II minat siswa menjadi sangat tinggi. Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran melalui penggunaan media film anak dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama bagi siswa kelas VI SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen serta media pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemilihan media pembelajaran Bahasa Indonesia.
Kata kunci: hasil belajar, drama, dan media film anak
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SD/ MI/ SDLB/ Paket A adalah menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung (Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 ). Kompetensi ini akan tercapai melalui serangkaian proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diawali dengan perencanaan yang tepat, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang baik, dan penilaian yang akurat.
Keterampilan berbahasa yang baik sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman mata pelajaran yang lain. Sehingga secara jelas dapat dikatakan bahwa keterampilan berbahasa sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa secara menyeluruh. Pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra merupakan rangkaian kegiatan dalam melatih keterampilan berbahasa siswa.
Kenyataan yang Penulis alami di lapangan yaitu di Kelas VI SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen pada Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 adalah masih rendahnya keterampilan berbahasa siswa terutama pembelajaran apresiasi sastra pada materi mengidentifikasikan unsur-unsur drama anak. Hal ini dapat dibuktikan ketika pembelajaran berlangsung ada siswa yang saling bicara, ada yang berbisik-bisik membicarakan film di televisi yang baru ditontonnya tadi malam, ada pula yang tampak mengantuk bahkan ada yang mengganggu temannya dengan memukul-mukul sandaran tempat duduk dari belakang siswa tersebut. Pada akhir pembelajaran ketika diadakan post tes, nilai ulangan harian untuk materi tersebut masih rendah. Dari 8 siswa, hanya 1 siswa atau 12,5% yang telah mencapai atau melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 75, sedangkan 7 siswa atau 87,5% masih memperoleh nilai di bawah KKM.
Setelah Penulis melakukan refleksi dan meminta masukan dari teman sejawat ada temuan-temuan berupa kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru masih dominan menggunakan metode konvensional. Buku dianggap sumber belajar yang paling cocok untuk materi ini. Kegiatan membaca dan menulis paling banyak dilaksanakan selama pembelajaran. Penulis belum mampu memilih media yang lebih sesuai untuk karakteristik materi yang diajarkan. Guru kurang merespon kondisi siswa yang kurang bersemangat selama mengikuti proses pembelajaran. Selama pembelajaran hanya 1 (satu) orang siswa yang bertanya tentang materi pelajaran. Sebaliknya, ketika guru mengajukan pertanyaaan secara klasikal hanya 1 (satu) orang siswa yang menjawab.
Dari hasil refleksi tersebut maka Penulis dapat mengidentifikasi penyebab rendahya hasil belajar siswa kelas VI SDN Gotputuk untuk materi mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik drama adalah: (1) Minat siswa terhadap pelajaran sangat rendah. (2) Aktifitas siswa masih rendah. (3) Guru lebih dominan menggunakan metode konvensional. (4) Guru belum memanfaatkan media sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi minat siswa.
Berdasarkan kondisi di atas maka dalam penelitian ini Penulis mengambil judul Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Mengidentifikasi Unsur-unsur Drama Melalui Penggunaan Media Film Anak Bagi Siswa Kelas VI SDN Gotputuk Tahun Pelajaran 2018/2019.
Tujuan Penelitian
Karena Penulis menganggap keterampilan berbahasa sangat penting bagi siswa dan kenyataan masih rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi mengidentifikasi unsur-unsur drama anak maka Penulis mengadakan penelitian ini dengan tujuan: (1) Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media film dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mengidentifikasi unsur drama bagi siswa kelas VI SDN Gotputuk (2) Meningkatkan motivasi siswa sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa secara klasikal. (3) Meningkatkan hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 80% dari jumlah siswa secara klasikal.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Manfaat praktis penelitian ini, Bagi Siswa: (1) Meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Memberikan pengalaman belajar yang menarik motivasi siswa. Bagi Guru (1) Bahan masukan bagi guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran. (2) Memberi motivasi kepada guru untuk lebih optimal dalam memanfaatkan media pembelajaran. Bagi Sekolah (1) Meningkatkan kerjasama berbagai pihak yang ada di sekolah. (2) Meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di sekolah. (3) Menambah bahan referensi yang ada di perpustakaan sekolah.
Kajian Pustaka
Landasan Teori
Hakikat Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005:55). Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007: 61).
Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1992: 3).
Belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,2002:280).
Djamarah mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah,1991:19-21). Sedangkan menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2). Dengan merujuk pendapat beberapa ahli tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan.
Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.
Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk. (2010: 28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat Penulis simpulkan bahwa hasil belajar sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Hakikat Media Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya (2010) secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.
Selanjutnya dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam Interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno, 2010:65).
Menurut Azhar Arsyad (2002:81) salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan atau respons siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana maupun sangan kompleks. Akan tetapi media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik.
Hakikat Media Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film diartikan: 1) selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negative (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop), 2) lakon (cerita) gambar hidup.
Azhar Arsyad (2002) menyatakan film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik sendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli tersebut penulis dapat menyimpilkan bahwa media film adalah perantara atau penyampai pesan pembelajaran berupa gambar hidup yang mengandung komponen visual dan suara.
Unsur-Unsur Intrinsik Drama
Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang turut serta membangun sebuah cerita. Termasuk dalam unsur intrinsik drama adalah tema, tokoh, watak, alur/plot, dialog, latar/setting, dan amanat.(Umri Nuraini,dkk,2008:17)
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang lebih menarik. Tema dikembangkan melalui alur dramatik melalui dialog tokoh-tokohnya. Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik. (Sukini,dkk,2008:2)
Perwatakan atau karakter tokoh adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis lakon untuk diwujudkan oleh para pemain drama. Tokoh-tokoh drama disertai penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya. 3 macam perwatakan yakni (1) Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat, (2) Protagonis, tokoh utama berprilaku baik, (3) Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu.
Alur/plot cerita atau jalan cerita. Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan peleraian, dan tahapan akhir.
Latar adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat, tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang menjadi latar ceritanya.
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Pesan ini tidak disampaikan secara langsung, tapi lewat naskah drama yang ditulisnya atau lakon drama itu sendiri. Penonton atau pembaca harus menyimpulkan sendiri pesan moral apa yang diperoleh dari membaca naskah atau menonton drama tersebut.
Dasar Pemikiran
Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur drama disebabkan guru belum memanfaatkan media pembelajaran secara optimal. Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dengan memanfaatkan media film diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran tersebut sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan dasar pemikiran maka Penulis dapat mengemukakan hipotesis:
Melalui penggunaan media film dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mengidentifikasi unsur-unsur drama bagi siswa kelas VI SDN Gotputuk Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Gotputuk Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan September 2018 sampai dengan bulan November 2018 yang terbagi dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Gotputuk Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 8 anak.
Sumber data dalam penelitian ini Penulis peroleh dari (1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari subjek penelitian yaitu siswa. Data primer yang Penulis kumpulkan yaitu nilai rapor, nilai ulangan harian, portopolio, dan nilai tugas terstruktur. (2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh selain dari subjek penelitian. Data ini Penulis peroleh dari dokumen perangkat pembelajaran ( silabus, KKM, RPP ) dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat selama proses pembelajaran berlangsung.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui obeservasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/ diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan data pembelajaran siklus I dan pembelajaran siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 3 (tiga) kali pertemuan. Pembelajaran pertemuan ke 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Oktober 2018 pukul 07.35 – 08.45 WIB. Pembelajaran pertemuan ke 2 dilaksanakan hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018 pukul 07.00 – 08.10 WIB. Pembelajaran pertemuan ke 3 dilaksanakan hari Sabtu tanggal 20 Oktober 2018 pukul 09.35 – 10.00 WIB. Setiap pertemuan terbagi menjadi 3 (tiga) kegiatan pembelajaran yaitu: 1). Kegiatan awal, 2). Kegiatan inti, dan 3). Kegiatan penutup.
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 2 orang siswa. Guru membagi lembar kerja sesuai kelompok masing-masing. Guru menjelaskan petunjuk Lembar Kerja Siswa secara klasikal. Secara klasikal, guru memutar film anak berjudul “Lestari Hutanku” berdurasi 15 menit. Siswa menyimak film tersebut. Guru menghentikan film tersebut beberapa saat untuk menyamakan persepsi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang tema dan judul film. Beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan yaitu film bertemakan lingkungan hidup dengan judul “Lestari Hutanku”. Guru melanjutkan pemutaran film hingga selesai. Setelah film selesai diputar, secara berkelompok, siswa diminta mengerjakan Lembar Kerja sesuai petunjuk dan bimbingan guru.
Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran selama siklus I, baik refleksi selama proses pembelajaran, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, maupun refleksi terhadap hasil tes tertulis. Hasil belajar siswa pada siklus I berdasarkan nilai tes evaluasi siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 72,14, di mana jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 4 siswa atau 57,14% dan jumlah siswa yang belum tuntas belajar pada siklus I sebanyak 3 siswa atau 42,86% dari 7 siswa yang diteliti. Sedangkan 1 siswa yang diberikan pengayaan memperoleh nilai 90.
Siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana selama 3 (tiga) kali pertemuan. Pembelajaran pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2018 pukul 07.35 – 08.45 WIB. Pembelajaran pertemuan ke 2 dilaksanakan hari Kamis tanggal 1 November 2018 pukul 07.00 – 08.10 WIB. Pembelajaran pertemuan ke 3 dilaksanakan hari Sabtu tanggal 3 November 2018 pukul 09.35 – 10.10 WIB. Setiap pertemuan terbagi menjadi 3 (tiga) kegiatan pembelajaran yaitu: 1). Kegiatan awal, 2). Kegiatan inti, dan 3). Kegiatan penutup.
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok beranggotakan 4 orang siswa. Hal ini dilakukan karena siswa dalam satu kelas berjumlah 8 anak tetapi yang diteliti hanya 7 anak. Guru membagi lembar kerja sesuai kelompok masing-masing. Guru menjelaskan petunjuk Lembar Kerja Siswa secara klasikal. Secara klasikal, guru memutar film anak berjudul “Pencemaran Bengawan Solo” berdurasi 25 menit. Secara berkelompok siswa menyimak film tersebut. Guru menghentikan film tersebut beberapa saat untuk menyamakan persepsi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang tema dan judul film. Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan yaitu film bertemakan lingkungan hidup dengan judul “Pencemaran Bengawan Solo”. Guru melanjutkan pemutaran film hingga selesai.
Setelah film selesai diputar, secara berkelompok, siswa diminta mengerjakan Lembar Kerja sesuai petunjuk dan bimbingan guru. Di sini aktifitas siswa tampak semakin hidup. Dari hasil observasi, sebagian besar siswa mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh dan tampak bersemangat. Hal ini disebabkan jumlah anggota kelompok bertambah dari 2 menjadi 4 siswa sehingga pembagian tugas dan gagasan dalam kelompokpun semakin baik.
Kegiatan dilanjutkan dengan pembahasan hasil kerja siswa secara klasikal dengan bimbingan guru. Pertama, guru mempersilakan salah satu kelompok yang diwakili salah satu anggota kelompoknya untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Disini siswa tampak bersemangat. Masing-masing kelompok berebut untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Akhirnya guru menunjuk salah satu kelompok. Kelompok yang lain diberi tugas untuk memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok temannya. Kegiatan ini berlangsung sampai 2 kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya. Sebagian besar siswa tampak bersemangat untuk memberikan tanggapan, sementara siswa yang masih terlihat agak pasif mendapat bimbibgan guru untuk memunculkan gagasannya. Selanjutnya siswa mengerjakan tes tertulis.
Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran selama siklus II, baik refleksi selama proses pembelajaran, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, maupun refleksi terhadap hasil tes tertulis. Hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan nilai tes evaluasi siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 85, di mana jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebanyak 7 siswa atau 100%.
Pembahasan
Dari 7 orang siswa, dengan Kreiteria Ketuntas Belajar (KKM) 75, sejumlah 4 orang atau 57,14% telah mencapai batas kelulusan (nilai di atas atau sama dengan 75), sedangkan sisanya sejumlah 3 siswa atau 42,86% masih memiliki nilai dibawah batas kelulusan. Dengan rincian nilai terendah 60 diperoleh 1 siswa, nilai 65 diperoleh 1 siswa, nilai 70 diperoleh 1 siswa, nilai 75 diperoleh 2 siswa, dan nilai 80 diperoleh 2 siswa.
Dari 7 orang siswa, dengan Kreiteria Ketuntas Belajar (KKM) 75, sejumlah 7 orang atau 100% telah mencapai batas kelulusan (nilai di atas atau sama dengan 75). Adapun rincian nilai yaitu terendah 80 diperoleh 2 siswa, nilai 85 diperoleh 3 siswa, dan nilai tertinggi 90 diperoleh 2 siswa.
Perbandingan hasil belajar antara kondisi awal, siklus I, dan siklus II disajikan pada tabel 4.7 berikut.
Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
NO | Ketuntasan Belajar | Nilai Ketuntasan | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | |||
Jml | % | Jml | % | Jml | % | |||
1. | Tuntas | ≥ 75 | 1 | 12,5 | 4 | 57,14 | 7 | 100 |
2. | Blm Tuntas | < 75 | 7 | 87,5 | 3 | 42,86 | 0 | 0 |
Jumlah | 8 | 100 | 7 | 100 | 7 | 100 | ||
Nilai Tertinggi | 80 | 80 | 90 | |||||
Rata-rata | 63,75 | 72,14 | 85,00 | |||||
Nilai Terendah | 50 | 60 | 80 |
Dari tabel 4.7 tersebut ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari kondisi awal 12,50%, siklus I 57,14%, dan siklus II 100%. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 63,75, pada siklus I 72,14, dan pada siklus II 85,00.
Dari data-data yang diperolen penulis bersama dengan guru mitra pada siklus I dan siklus II di atas menunjukkan bahwa penggunaan media film anak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur drama dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Gotputuk.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari kondisi awal dengan membandingkan kondisi setelah diadakan tindakan pada siklus I dan siklus II maka penulis dapat menyimpulkan bahwa penggunaan media film anak dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsure-unsur drama di kelas VI SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.
Hal ini ditunjukkan dengan membandingkan kondisi awal dengan KKM 75 tingkat ketuntasan 12,5% dengan kondisi setelah tindakan siklus I ketuntasan 57,14% dan kondisi setelah tindakan siklus II dengan ketuntasan 100%. Nilai rata-rata juga meningkat dari kondisi awal sebesar 63,75, setelah tindakan siklus I sebesar 72,14, dan setelah tindakan siklus II sebesar 85,00.
Saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh, maka untuk memperbaiki pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur drama dengan menggunakan media film anak, penulis memberikan saran sebagai berikut: (1) Siswa diharapkan aktif dalam pembelajaran agar tercipta suasana kelas yang kondusif menyenangkan. (2) Guru hendaknya dapat memanfaatkan media yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran sehingga siswa tidak merasa bosan dan kesulitan dalam materi pelajaran. (3) Hendaknya sekolah dapat mengakomodir kebutuhan siswa dan guru khususnya dalam penggunaan media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dalyono. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah. 1991. Pengukuran dan Penelitian Hasil Belajar. Skripsi. IKIP Bandung.
Fathurrohman dan Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar.Bandung: Refika Aditama.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Nur’aini, Umri dan Indriyani.2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permendiknas. 2006. Standar Penilaian Pendidikan Dan Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BP Cipta Jaya
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sukini dan Iskandar. 2008. Bahasa Indonesia untuk Kelas 6 SD/MI. Jakarta: Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B., Abdul Karim Rauf, dan Najamuddin Petta Solong. 2008.Pengantar Teori Belajar dan Pembelajaran. (Cet. II). Gorontalo: Nurul Jannah.
Usman, Moh Uzer dan Lilis Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran:Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.