Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Melalui Supervisi Akademik Berkelanjutan
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU
DALAM PENGGUNAAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN IPA
PADA GURU KELAS DI SD NEGERI 01 KALIPUTU
DAN SD NEGERI 01 BURIKAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019 MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN
Sutriman
Pengawas Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) mengetahui langkah-langkah pelaksanaan supervisi akademik berkelanjutan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan alat peraga pembelajaran IPA; dan 2) meningkatkan kemampuan guru menggunakan alat peraga pembelajaran IPA melalui supervisi akademik berkelanjutan.Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan. Penelitian dilakukan di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Subyek penelitian ini adalah guru guru-guru kelas terdiri dari guru kelas II hingga kelas VI. Objek penelitian berupa supervisi akademik guna meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA yang dilakukan Pengawas sekolah. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan supervisi akademik berkelanjutan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan alat peraga pembelajaran IPA bagi guru kelas dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Pelaksanaan dilakukan dengan model office conference dengan pemberian bimbingan dan supervisi di kelas pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan; dan 2) Supervisi akademik berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan guru menggunakan alat peraga pembelajaran IPA bagi guru kelas. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Kata kunci: supervisi akademik berkelanjutan, alat peraga IPA, pembelajaran IPA.
PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Maka guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan.
Cara paling efektif guna mengenalkan konsep-konsep berpikir ilmiah bagi siswa SD yang masih dalam tahap perkembangan operasional konkrit adalah melalui penggunaan alat peraga pembelajaran. Dengan menggunakan alat peraga, maka siswa akan terbantu dalam mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain.
Kenyataan di lapangan mengindikasikan hal yang berbeda dengan prinsip-prinsip tersebut di atas, khususnya dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru baik di kelas II sampai dengan kelas VI sebagian besar hanya menggunakan LKS dan disampaikan dengan metode ceramah. Hal ini berakibat pada kurang optimalnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep ilmu pengetahuan alam yang diajarkan.
Ditinjau dari aspek kelengkapan alat peraga, SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus sebenarnya sudah memiliki alat peraga pembelajaran IPA yang cukup lengkap. Meskipun demikian, para guru belum optimal dalam memanfaatkan alat peraga pembelajaran yang tersedia. Hal ini berakibat pada banyaknya alat peraga pembelajaran yang terbengkelai karena tidak dimanfaatkan.
Kondisi tersebut memerlukan suatu penanganan sehingga pemanfaatan sumber daya sekolah menjadi lebih optimal. Langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan supervisi akademik guna meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA. Melalui kegiatan supervisi akademik, guru diharapkan dapat lebih optimal dalam memanfaatkan sumber daya sekolah guna mendukung kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian tindakan ini antara lain adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan supervisi akademik berkelanjutan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan alat peraga pembelajaran IPA; dan 2) Untuk meningkatkan kemampuan guru menggunakan alat peraga pembelajaran IPA di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2013/2018 melalui supervisi akademik berkelanjutan.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Supervisi Akademik
Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut: “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik“. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar; dan b) Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan personal, kemampuan profesional dan kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru, maka tersebut pula “Pembinaan profesional guru” yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.
Tujuan supervisi akademikmenurut Glickman dan Sergiovanni adalah: a) Membantu guru mengembangkan kompetensinya; b) Mengembangkan kurikulum; dan c) Mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing penelitian tindakan kelas (Glickman & Sergiovanni, dalam Purwanto, 2003).
Prinsip-prinsip dalam supervisi akademik meliputi antara lain sebagai berikut (Depdiknas, 2004): 1) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah; 2) Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran; 3) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrument; 4) Realistis, artinya berdasrkan kenyataan sebenarnya; 5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi; 6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam mengembangkan pembelajaran; dan 7) Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
Alat Peraga Pembelajaran
Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa belajar.
Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis. Pelajaran tidak sekedar menerawang pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses empirik yang konkrit yang realistik serta menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah dilupakan.
Fungsi dan manfaat alat peraga pembelajaran menurut Russefendi, (1997: 227-228) antara lain meliputi: 1) Meningkatkan motivasi siswa belajar karena peraga dapat merangsang tumbuhnya perhatian serta mengembangkan keterampilan; 2) Peraga dapat memfokuskan perhatian siswa, pendidik dapat menggunakan peraga dengan melihat benda yang sesungguhnya di luar kelas atau dalam kelas; 3) Alat peraga pembelajaran dapat mengubah guru sebagai transmisi yang berfungsi sebagai penghantar menjadi fasilitator, peraga membuat siswa lebih aktif; 4) Alat peraga membuat siswa menjadi lebih aktif berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena siswa tidak sekedar mengingat dan mendengarkan, namun mengembangkan pikirannya dengan fakta; dan 5) Alat peraga lebih meningkatkan interaksi antar siswa dalam kelas sehingga transformasi belajar dapat berkembang dinamis.
Kerangka Pemikiran
Pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Karakteristik siswa di Sekolah Dasar secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai mampu berpikir logis yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai berkembang. Oleh karenanya, dalam pembelajaran IPA tersebut guru perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan.
Salah satu upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain adalah dengan menggunakan alat peraga. Akan tetapi kurangnya kemampuan guru menjadi penghambat dalam optimalisasi pemanfaatan alat peraga tersebut. Hal ini diindikasikan dengan kurang optimalnya penggunaan alat peraga pembelajaran yang ada oleh guru sehingga menjadi terbengkelai.
Guna mengoptimalkan penggunaan alat peraga, diperlukan suatu dorongan dari kepala sekolah yang dilakukan melalui kegiatan supervisi. Melalui kegiatan supervisi tersebut, guru diberi arahan dan bimbingan dalam memanfaatkan alat peraga pembelajaran sehingga guru lebih menguasai penggunaan alat peraga pembelajaran.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir dan landasan teori tersebut di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”supervisi akademik berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran IPA pada guru kelas di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Semester II Tahun Pelajaran 2013/2018”.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah guru-guru kelas di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus terdiri dari guru kelas II hingga kelas VI. Sedangkan objek penelitian berupa supervisi akademik guna meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA yang dilakukan pengawas sekolah.
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian, maka penelitian dilakukan di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Dipilihnya SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus sebagai tempat penelitian didasarkan pada adanya fakta bahwa guru-guru di sekolah tersebut kurang optimal dalam memanfaatkan sumber daya sekolah berupa alat peraga pembelajaran IPA dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Penelitian dilakukan selama 9 (Sembilan) minggu, yaitu dimulai pada minggu ke-2 bulan Juli hingga minggu ke-2 bulan September 2018.
Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan (Action Research). Secara operasional, tidakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini mencakup empat tahap yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan refleksi.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan melalui empat tahap, yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan interpretasi dan 4) analisis dan refleksi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi. Selain observasi, teknik lain yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan analisis dokumen.
Teknik Analisis Data
Mengacu pada model penelitian tindakan yang digunakan, alur pikir dalam penelitian diawali dari diagnosis masalah dan faktor penyebab masalah, dilanjutkan dengan memilih tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan, penetapan desain penelitian dan prosedur pengumpulan data, analisis data, dan refleksi.
Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kemampuan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran IPA pada Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdiri dari 35 indikator dengan skala penilaian antara 0 – 1 dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA masih rendah. Hal ini dapat diketahui bahwa dari 10 orang guru kelas yang ada, baru ada tiga orang guru atau 30% yang mempunyai kualifikasi C atau berkemampuan cukup. Hal ini diartikan bahwa ada 7 orang guru yang kurang menguasai penggunaan alat peraga pembelajaran IPA atau memperoleh skor < 15 dalam pengamatan pada kondisi awal.
Kenyataan lapangan mengindikasikan bahwa semua alat peraga pembelajaran yang dimiliki masih tersimpan rapi di dalam almari dan kelihatan terbengkalai.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA kondisi awal pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor terendah adalah 10, skor tertinggi 17, dan skor rata-rata kemampuan guru adalah 13,70. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA pada kondisi awal dapat diklasifikasikan ke dalam kategori kurang.
Berdasarkan tingkat ketercapaian pada setiap aspek, hasil pengamatan menunjukkan bahwa skor rata-rata pada aspek persiapan pembelajaran (I) adalah sebesar 2,8. Sedangkan standar yang harus dicapai adalah 7. Dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek persiapan pembelajaran baru mencapai 40.0%.
Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran pendahuluan (IIA) adalah sebesar 2,60. Sedangkan standar yang harus dicapai adalah 5. Dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran pendahuluan (IIA) baru mencapai 52.0%.
Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran inti (IIB) adalah sebesar 6,90. Sedangkan standar yang harus dicapai adalah 20. Dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran inti (IIB) baru mencapai 34.5%.
Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran penutup (IIC) adalah sebesar 1,4. Sedangkan standar yang harus dicapai adalah 3. Dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran penutup (IIC) baru mencapai 46.67%. Secara keseluruhan tingkat ketercapaian dari standar yang ditetapkan sebesar 35 adalah 13.70 atau baru mencapai 39.14%. Dengan demikian maka secara umum kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA masih dalam klasifikasi kurang.
Berdasarkan data pada tabel 6 di atas, selanjutnya dapat diringkaskan bahwa guru yang sudah menguasai penggunaan alat peraga pembelajaran IPA dengan sangat baik (A) adalah 0, berkemampuan baik (B) 0, berkemampuan cukup (C) adalah 3 orang atau 30.0% dan kurang menguasai penggunaan alat peraga sebanyak 7 orang atau 70,00%.
Kemampuan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran IPA pada Tindakan Siklus I
Berdasarkan kondisi kemampuan awal tersebut, selanjutnya dilakukan tindakan berupa supervisi akademik berkelanjutan dengan pendekatan kelompok. Tindakan dalam Siklus I mencakup empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi hasil tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanan antara lain adalah mempersiapkan instrumen supervisi. Instrumen terdiri dari instrumen wawancara dan instrumen pengamatan. Selain mempersiapkan instrumen, dalam tahap ini, Pengawas selaku supervisor juga mempersiapkan materi yang disampaikan dalam program supervisi kelompok.
Pelaksanaan kegiatan supervisi dilakukan dengan office conference, yaitu semua guru kelas dikumpulkan pada waktu yang ditentukan. Waktu pelaksanaan adalah pada minggu ke III bulan Juli 2018. Tempat pelaksanaan kegiatan supervisi dilakukan di ruangan kantor guru di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Pemilihan waktu dilakukan dengan tidak mengganggu jam pelajaran sekolah, yaitu pada hari Sabtu seusai jam pelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu minggu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini dapat diketahui dari hasil penilaian terhadap kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran yang semakin meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA tindakan Siklus I pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor terendah adalah 15, skor tertinggi sebesar 24, dan skor rata-rata sebesar 19,30. Atas dasar hal tersebut maka kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran IPA pada tindakan Siklus I dapat diklasifikasikan ke dalam klasifikasi C atau cukup.
Skor rata-rata pada aspek persiapan pembelajaran (I) adalah sebesar 4,1. Sedangkan standar yang harus dicapai adalah 7. Dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek persiapan pembelajaran baru mencapai 58.6%.
Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran pendahuluan (IIA) adalah sebesar 3,50. Sedangkan standar yang harus dicapai adalah 5. Dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran pendahuluan (IIA) baru mencapai 70.0%.
Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran inti (IIB) adalah sebesar 9,40. Sedangkan standar yang harus dicapai adalah 20. Dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran inti (IIB) baru mencapai 47.0%. Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran penutup (IIC) adalah sebesar 2,30. Sedangkan standar yang harus dicapai adalah 3. Dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran penutup (IIC) sudah mencapai 76.7%.
Secara keseluruhan tingkat ketercapaian dari standar yang ditetapkan sebesar 35 adalah 19.30 atau baru mencapai 55.14%. Dengan demikian maka secara umum kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA masih dalam klasifikasi cukup.
Data hasil pengamatan pada tabel di atas selanjutnya diklasifikasikan ke dalam kemampuan guru berdasarkan kualifikasi kemampuan menggunakan alat peraga pembelajaran. Hasil kualifikasi menunjukkan bahwa guru yang mempunyai kemampuan dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA pada tindakan supervisi Siklus I adalah sebagai berikut.
Guru dengan kemampuan menggunakan alat peraga pembelajaran dengan kualifikasi A atau sangat baik adalah sebanyak 0. Jumlah guru yang mempunyai kemampuan dalam menggunakan alat peraga pembelajaran dengan kualifikasi B atau baik adalah sebanyak 4 orang guru atau 40.0%. Jumlah guru yang mempunyai kemampuan dalam menggunakan alat peraga pembelajaran dengan kualifikasi C atau cukup adalah sebanyak 4 orang guru atau 40.00%. Guru dengan kemampuan menggunakan alat peraga pembelajaran dengan kualifikasi D atau kurang adalah sebanyak 2 orang atau 20.00%.
Berdasarkan hasil-hasil yang sudah dicapai pada tindakan supervisi Siklus I di atas, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi sebagai berikut:
- Kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA mengalami peningkatan setelah dilakukan supervisi akademik berkelanjutan dengan pendekatan kelompok metode direktif meskipun belum optimal, yaitu belum mencapai 80%. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam setiap aspek pembelajaran.
- Kelemahan yang masih ada pada guru adalah dalam hal kegiatan inti pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat ketercapaian yang baru mencapai 47% dan 55,6%.
- Hal-hal yang masih kurang menjadi fokus supervisi pada tindakan siklus berikutnya. Kelemahan tersebut adalah dalam aspek kegiatan inti dan penutup pembelajaran.
Kemampuan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran IPA pada Tindakan Siklus II
Perencanaan dalam tindakan Siklus II dilakukan dengan mengacu pada hasil refleksi dari tindakan Siklus I. Perencanaan pada tindakan Siklus II adalah sebagai berikut: 1) Pengawas mempersiapkan materi bimbingan dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA dengan fokus pada kegiatan pokok pembelajaran; 2) Materi yang disampaikan berupa berbagai metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran; dan 3) Pengawas mempersiapkan instrumen pengamatan.
Pelaksanaan tindakan supervisi Siklus II dilakukan pada hari Sabtu setelah selesai jam pelajaran yang didahului dengan pengumuman pelaksanaan kegiatan satu hari sebelumnya. Pelaksanaan dilakukan pada minggu III bulan Agustus tahun 2018. Kegiatan supervisi dilakukan dengan model office conference di ruang guru di SD Negeri 01 Kaliputu UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
Pada tahap ini, Pengawas memberikan materi bimbingan berupa beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran yang menggunakan alat peraga pembelajaran. Kegiatan diakhiri dengan simulasi salah satu metode pembelajaran yang dipilih berupa metode pembelajaran kooperatif yang dapat melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran. Beberapa orang guru diminta melakukan simulasi kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pengamatan dilakukan dengan melakukan kunjungan kelas sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama dengan guru kelas. Pengamatan dilakukan terhadap aspek-aspek perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan supervisi diakhiri dengan wawancara dengan guru kelas tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran meningkat dibandingkan pada tahap sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya guru yang memperoleh kualifikasi nilai lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA tindakan Siklus II pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor terendah adalah sebesar 21, skor tertinggi sebesar 31, dan skor rata-rata sebesar 26,40. Atas dasar hal tersebut maka kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA pada tindakan Siklus II dapat diklasifikasikan ke dalam kkualifikasi B atau baik.
Skor rata-rata pada aspek persiapan pembelajaran (I) adalah sebesar 5,3. Standar yang harus dicapai adalah 7, dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek persiapan pembelajaran sudah mencapai 75.7%. Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran pendahuluan (IIA) adalah sebesar 3,90. Standar yang harus dicapai adalah 5, dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran pendahuluan (IIA) mencapai 78.0%. Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran inti (IIB) adalah sebesar 14,2. Standar yang harus dicapai adalah 20, dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran inti (IIB) mencapai 71.0%.
Skor rata-rata pada aspek kegiatan pembelajaran penutup (IIC) adalah sebesar 3,00. Standar yang harus dicapai adalah 3, dengan demikian maka tingkat ketercapaian pada aspek kegiatan pembelajaran penutup (IIC) sudah mencapai 100%.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru yang mempunyai kemampuan menggunakan alat peraga pembelajaran pada tindakan supervisi Siklus II adalah sebagai berikut. Guru dengan penilaian kemampuan pembelajaran dengan kualifikasi sangat baik atau A adalah sebanyak 4 orang atau 40.00%. Jumlah guru yang mempunyai kemampuan dalam pembelajaran dengan kualifikasi B atau baik adalah sebanyak 4 orang guru atau 40.00%. Jumlah guru yang mempunyai kemampuan dalam pembelajaran dengan kualifikasi C atau cukup adalah sebanyak 2 orang guru atau 20.00%.
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus II, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan sebagai berikut:
- Supervisi akademik dengan pendekatan kelompok metode direktif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran IPA. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan guru baik dalam tahap persiapan maupun pelaksanaan pembelajaran. Jumlah guru dengan kemampuan menggunakan alat peraga pembelajaran IPA dengan kualifikasi A (Sangat Baik) adalah sebanyak 4 orang atau 40,0%. Jumlah guru dengan kemampuan menggunakan alat peraga pembelajaran IPA dengan kualifikasi B (Baik) adalah sebanyak 4 orang atau 40,00%. Jumlah guru dengan kemampuan menggunakan alat peraga pembelajaran IPA dengan kualifikasi C (Cukup) adalah sebanyak 2 orang atau 20,00%.
- Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan Pengawas dapat meningkatkan pemanfaatan sumberdaya sekolah baik oleh guru maupun siswa. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya penggunaan alat peraga pembelajaran oleh guru.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan supervisi akademik yang dilakukan Pengawas di Gugus Sukun I UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2013/2018 dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA bagi guru kelas di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya kualifikasi kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA. Kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA pada kondisi awal adalah kurang. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata kemampuan dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA sebesar 13.70 atau berada dalam kategori kurang atau D.
Kegiatan supervisi berupa bimbingan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya kualifikasi kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA yang ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 19.30 atau pada kategori C (Cukup). Kegiatan supervisi pada tindakan Siklus II semakin meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya kualifikasi kemampuan guru pada tindakan Siklus II hingga mencapai skor rata-rata sebesar 26.40 atau masuk ke dalam klasifikasi B (Baik).
Data peningkatan kemampuan guru berdasarkan kualifikasi dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Peningkatan Kemampuan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga
No. | Aspek Penilaian | Awal | Siklus I | Siklus II |
1. | Aspek I | 2.8 | 4.1 | 5.3 |
2. | Aspek IIA | 2.6 | 3.5 | 3.9 |
3. | Aspek IIB | 6.9 | 9.4 | 14.2 |
4. | Aspek III | 1.4 | 2.3 | 3 |
5. | Total | 13.7 | 19.3 | 26.4 |
Kegiatan supervisi akademik merupakan salah satu kegiatan pembinaan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Supervisi akademik sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan melalui tahapan pra-observasi, observasi pembelajaran, dan pasca observasi.
Sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran, supervisi akademis yang dilakukan Pengawas dalam meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran yang dilakukan. Peningkatan kemampuan tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya kualifikasi penilaian yang diperoleh guru pada setiap tindakan yang dilakukan.
Adanya peningkatan dalam hal kemampuan guru pada setiap siklus tindakan menunjukkan bahwa supervisi yang dilakukan secara tepat akan lebih optimal. Langkah perbaikan yang dilakukan Pengawas pada setiap siklus tindakan yang dilakukan efektif dalam meningkatkan kemampuan guru sesuai fokus dan penekanan bimbingan yang dilakukan.
Hasil tersebut sesuai dengan konsep utama supervisi akademik menurut Glickman (dalam Purwanto, 2004) yang menjelaskan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam menggunakan alat peraga pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran Glickman (1981). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, selanjutnya dapat diperoleh simpulan penelitian sebagai berikut:
- Pelaksanaan supervisi akademik berkelanjutan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan alat peraga pembelajaran IPA bagi guru kelas di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2013/2018 dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Pelaksanaan dilakukan dengan model office conference dengan pemberian bimbingan dan supervisi di kelas pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan.
- Supervisi akademik berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan guru menggunakan alat peraga pembelajaran IPA bagi guru kelas di SD Negeri 01 Kaliputu dan SD Negeri 01 Burikan UPT Pendidikan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2013/2018. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran IPA pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, selajutnya dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
- Bagi Pengawas Sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi yang dilakukan secara sistematis mampu meningkatkan kemampuan menggunakan alat peraga pembelajaran IPA bagi guru. Untuk itu disarankan kepada pengawas agar dalam melakukan supervisi akademik dilakukan secara konstruktif dan sistematis serta berkelanjutan.
- Bagi Guru Kelas. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas bukanlah untuk mencari kesalahan guru, untuk itu disarankan kepada para guru agar dapat memanfaatkan kegiatan supervisi guna meningkatkan kemampuan dalam penggunaan alat peraga pembelajaran yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008a. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Anonim. 2008b. “Inisiasi Pembelajaran IPA 1: Hakekat IPA” Artikel. Diambil darihttp://fip.uny.ac.id/pjj/wp-content/uploads/2008/02/inisiasi_pengem-bangan_pembelajaran _ipa_1.pdf
Anonim. 2008c. “Inisiasi Pembelajaran IPA 4: Konsep Pembelajaran IPA SD” Artikel., diambil dari: www.geocities.com/no_vyant/Ss_inisiasi_sem2/ Inisiasi_Pengembangan_Pembelajaran_IPA_4.doc –
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media.
Arsyad, Azhar. 2004. “Media Pembelajaran”. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Depdiknas. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual, dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Good, Thomas L., and Jere E. Brophy. 1998. Educational Psychology: A Realistic Approach. Fourth Edition. London: Longman.
Hamalik, Oemar.2000. Metode dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Purwanto Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Razik Taher A., and Austin D. Swanson. 1995. Fundamental Concepts of Educational Leadership and Management. New Jersey: Prentice Hall.
Usman, Uzer dan Setiawati Lilis. 2003. “Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMT)”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya