PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DALAM MENGENAL PECAHAN SEDERHANA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW BAGI SISWA KELAS III SDN 1 WONOREJO

SEMESTER 1 TAHUN 2014/2015

Ida Nursanti

SD Negeri Wonorejo I Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara

ABSTRAK

Hasilbelajarmatematikasiswakelas3 SD Negeri1Wonorejosering kali masihrendah, banyaksiswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).Salah satu upaya untuk mengatasinya dengan diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu strategi pembelajaran di manasiswa belajar dalam kelompok kecil dan bertanggungjawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompoknya. Penelitian tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam mengenal pecahan sederhanabagisiswakelas3 SD Negeri1Wonorejo semester I tahunpelajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitianini adalahsiswakelas3 SD Negeri1 Wonorejo, Jeparatahunpelajaran 2014/2015 yang berjumlah 36siswa, seorang guru pengajardandua orang guru pengamat. Penelitian ini dilaksanakan dalam tigasiklus, dantiapsiklusdilaksanakandalam 4 tahap, yaitu:perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisisisdanrefleksi. Setiap akhir siklus diadakan postes untuk mengetahuipeningkatanhasilbelajar.Kemudiandibandingkanantara rata-rata postes akhir siklus dengan nilai rata-rata siklussebelumnya.Indikatorkeberhasilanpenelitianiniadalah rata-rata postes klasikal 75 danketuntasanbelajarklasikal 85%.Selama proses pembelajaran dilakukano bservasi untuk guru maupunsiswadenganmenggunakanpedomanobservasi. Hasilpostespadaakhirsiklus I diperolehnilai rata-rata sebesar61,06denganketuntasanbelajarklasikalsebesar27,78%. Hasilpostes padaakhirsiklus II diperolehnilai rata-rata sebesar 74,42 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 55,56%. Sedangkanhasilpostespadaakhirsiklus III diperolehnilai rata-rata sebesar 85,3 dengan ketuntasanbelajarklasikalsebesar86,11%. Dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa padaakhirsiklus III dibandingkandengansiklussebelumnya.Dari hasil observasi juga diperoleh peningkatan kinerja guru dansiswadalampembelajarankooperatiftipe jigsaw menuju kea rah perbaikan. Hal inimenunjukkanbahwadenganpenerapanpembelajarankooperatiftipe jigsaw dapat meningkatkan hasilbelajarmatematikadalam mengenal pecahan sederhanabagisiswakelas3 SD Negeri1 Wonorejo semester I tahunpelajaran 2014/2015. Disarankan agar pembelajarn kooperatiftipe jigsaw diterapkandalam proses pembelajaransebagaisalahsatu alternative strategipembelajaranuntukmeningkatkanhasilbelajarmatematika.

Kata Kunci: hasil belajar, matematika, kooperatif, jigsaw

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan siswa yang mempunyai semangat untuk terus belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu dan keinginan untuk menambah ilmu, meskipun pendidikan formal mereka telah berakhir. Kunci untuk terwujudnya semua itu adalah motivasi yang kuat dan terpelihara dalam diri siswa untuk belajar (Suciati, 2007:3.3).

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berhitung siswa khususnya di SDN 1 Wonorejo masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil penilaian prestasi belajar matematika yang masih belum memuaskan. Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan permasalahan umum yang dijumpai ternyata banyak yang mengalami kesulitan di antaranya dalam pengerjaan hitung pecahan, menyelesaikan masalah pecahan, serta pengerjaan soal cerita.

Dalam beberapa kali ulangan harian, hanya 10 siswa dari 36 siswa kelas 3 SD Negeri 1 Wonorejo yang mencapai tingkat penguasaan di atas 70%. Selama pembelajaran berlangsung, jarang siswa yang mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Penyebab indikasi permasalahan di atas adalah (1) guru kelas khususnya dalam pembelajaran matematika masih menerapkan pembelajaran mono metode, sumber dan media, sehingga belum mampu mendorong siswa secara aktif dan kreatif mengkonstruksi pengetahuannya; (2) pembelajaran lebih berorientasi pada target penguasaan materi (content based) dan mengenyampingkan pembentukan karakter bangsa (character building).

Salah satu alternatif model pembelajaran Matematika yang dapat diimplementasikan, sebagai bentuk pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM) adalah kooperatif. Untuk itu peneliti mencoba memecahkan permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelaiaran cooperative learning tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika, yaitu sebagai berikut Pertama yaitu membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antarpeserta didik untuk saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru sehingga semua peserta didik akan lebih mudah memahami berbagai konsep; Kedua, yaitu membuat suasana penerimaan terhadap sesama peserta didik yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan, hal ini memberi kesempatan yang sama kepada semua peserta didik terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas; Ketiga, yaitu mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan, keterampilan ini sangat penting bagi peserta didik sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat, selain itu, para peserta didik belajar untuk saling menghargai satu sama lain.

Berdasarkan masalah di atas peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul:Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika dalam Mengenal Pecahan Biasa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas SDN 1 Wonorejo semester ITahun 2014/2015.

Rumusan Masalah

Apakah melalui penerapan model pembelajaran pembelaiaran Cooperative learning tipe Jigsaw, dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika dalam mengenal pecahan sederhana bagi siswa kelas 3 SD Negeri 1 Wonorejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika tentang mengenal pecahan sederhana melalui penerapan model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw bagi siswa kelas 3 SD Negeri 1 Wonorejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 dan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika tentang mengenal pecahan sederhana melalui penerapan model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw bagi siswa kelas 3 SD Negeri 1 Wonorejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi siswa memperoleh pengalaman suasana pembelajaran yang lebih menarik, melatih siswa untuk belajarar bersosialisasi melalui pembelajaran kooperatif dan melatih bertanggung jawab dalam pembelajaran, berpikir kritis dan logis. Manfaat bagi guru melatih guru untuk berpikir kritis dalam mengatasi berbagai persoalan pembelajaran serta meningkatkan keprofesionalismean guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.

KAJIAN TEORI

Pembelajaran Matematika

Pada hakikatnya matematika telah berurat akar dalam setiap sendi kegiatan manusia, dari kehidupan sehari-hari sampai penelitian lanjut oleh para ahli dalam berbagai bidang. Kita semua adalah ahli matematika menurut ukuran masing-masing. Kita menggunakan ilmu hitung dalam kehidupan kita; untuk mengetahui waktu kita menggunakan jam dinding atau jam tangan, ketika kita menghitung harga pembelian dan uang kembali yang kita terima, kita mencatat nilai dalam permainan tenis dan sebagainya (Soedjadi , 1994:1).

Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dari objek dasar berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya pola-pola, struktur-struktur dalam matematika dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam matematika itu adalah deduktif bahkan suatu struktur yang lengkap adalah deduktif asiomatik. Di jenjang sekolah dasar, tekanan pembelajaran matematika adalah number sense yang tidak hanya bermakna mengenal dan terampil melakukan operasi pada bilangan, tetapi lebih dari itu, antara lain dapat memanfaatkan pengetahuan tentang bilangan untuk berbagai bidang tanpa melakukan operasi hitung (Soedjadi, 1994:1)

Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika, diperlukan strategi, yaitu strategi yang dapat mengaktifkan siswa untuk belajar. Strategi tesebut bertumpu pada dua hal yaitu optimalisasi interaksi antar semua elemen pembelajaran ( guru, siswa, dan media ) dan optimalisasi keikutsertaan seluruh sense siswa yaitu panca indra, nalar, rasa, dan karsa. (Soedjadi, 1994:1)

Pembelajaran matematika yang efektif adalah pembelajaran melalui pengalaman mengacu pada learning in which the learning in touch with realities being stuie. Menurut Keeton and Tate ( dalam Suciwati, 2007: 4.3) bahwa belajar melalui pengalaman melibatkan siswa langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari.

Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Hamalik, 1992:173).

Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Dalam hubungan ini, perlu diingat, bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu belum tentu berarti bahwa anak itu bodoh terhadap mata pelajaran itu. Seringkali terdapat seorang anak malas terhadap suatu mata pelajaran, tetapi sangat giat dalam mata pelajaran yang lain.

Tujuan motivasi dalam belajar matematika adalah untuk menggerakkan atau menggugah siswa atau peserta didik agar timbul keinginan dan kemauannya untuk belajar matematika sehingga dapat memperoleh hasil belajar matematika .

Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai yang diberikan oleh guru.

Dilihat dari uraian di atas maka hasil belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat berupa penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.

Model pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik pembelajaran yang memfasilitasi siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, dan saling membantu belajar. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar pada setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Baharuddin, (2007:128) menjelaskan cooperative learning adalah siswa belajar dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu memecahkan problem yang dihadapi.

Lie (2004:12) menjelaskan, bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur. Pembelajaran kooperatif juga disebut pembelajaran gotong royong. Dalam pembelajaran kooperatif guru bertindak sebagai fasilitator.

Strategi pembelajaran kooperatif adalah pembentukan kelompok-kelompok kecil, dalam kelompok tersebut terdapat kerja sama antaranggota kelompok dengan cara berdiskusi. Pembelajaran ini terdiri atas kelompok-kelompok yang heterogen dan kompetisi diperlukan untuk membantu anggota dalam kelompok (Slavin, 1995: 11)

Seperti pendapat Roger dan Johnson yang dikutip Lie (2004: 31) menyebut, bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap kooperatif. Untuk dapat mencapai hasil yang maksimal lima prisip model pembelajaran kooperatif, yaitu (1) saling ketergantunagn positif; (2) tanggung jawab perseorangan; (3) bekerja sama dalam kelompok; (4) tumbuh kecakapan social dan kerja sama; (5) terjadi interaksi antaranggota secara langsung.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran kooperatif pada prinsipnya pembelajaran yang menekankan adanya kerja sama, yakni kerja sama antarsiswa yang tergabung dalam satu kelompok belajar untuk mencapai tujuan belajar secara bersama. Kelompok terdiri atas 4-5 siswa. Tujuan pembelajaran kooperatif untuk membangkitkan interaksi antarsiswa melalui diskusi dan untuk berbagi keberhasilan dalam menyelesaikan tugas guru.

Setiap model pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan. model pembelajaran perlu dipadukan satu dengan lainnya. Dengan bervariarinya penggunaan model pembelajaran, maka akan lebih sempurna dalam kegiatan belajar.

Berkaitan dengan pembelajaran kooperatif, Leokona (dalam Hermanto 2001:6) menyebutkan enam kelebihan pembelajaran kooperatif, yaitu (1) mengajarkan nilai-nilai melalui kerja sama antarteman; (2) membangun masyarakat dalam kelas; (3) mengajarkan keterampilan dasar dalam kehidupan sosial; (4) mengembangkan kemampuan akademik, percaya diri dan sikap saling menghargai terhadap sesama teman yang mempunyai kemampuan tinggi maupun rendah; (5) menawarkan jalan alternatif; (6) menekankan adanya aspek kompetisi.

Kelemahan pembelajaran kooperatif ada tiga, yaitu (1) memerlukan waktu yang relatif banyak; (2) membutuhkan persiapan yang lebih terprogram dan sitematis; dan (3) kalau peserta didik belum terbiasa dan menguasai model pembelajaran kooperatif pencapaian hasil belajar tidak dapat maksimal.

Salvin (1995:5) menyebutkan ada lima macam model pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan dan dapat digunakan semua subjek dan tingkatan. (1)Student Teams Achievement Division (STAD), (2) Team Games Tournament (TGT) (3) Jigsaw II, (4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), (5) Team Accelerated instruction. Pada penelitian ini akan diaplikasikan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1)Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok yang heterogen, baik heterogen jenis kelamin maupun heterogen kemampuan; 2)Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda; 3)Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; 4)Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka; 5)Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh; 6)Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; 7)Guru memberi evaluasi dan 8)Penutup.

Kerangka Berpikir

Kondisi awal sebelum dilakukan penelitian, guru belum menerapkan pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran matematika. Maka siswa kelas 3 SDN 1 Wonorejo motivasi dan hasil belajar matematika tentang menegnal pecahan sederhana, hal ini dapat dilihat pada saat pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan sedangkan yang lain malas menghitung dan lebih suka meniru pekerjaan temannya. Selain itu hasil belajar matematika juga rendah yaitu nilai rata – rata ulangan banyak yang masih di bawah KKM.

Supaya motivasi dan hasil belajar matematika meningkat maka peneliti perlu melakukan tindakan. Tindakan yang dilakukan yaitu menerapkan pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran matematika, caranya melakukan terdapat dua tindakan dalam dua siklus. Tindakan pertama dalam siklus pertama yaitu menerapkan pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw secara berkelompok ( tiap kelompok 3 siswa) dalam pembelajaran matematika. Apabila tindakan pertama pada siklus satu belum berhasil, maka pada siklus berikutnya tindakan yang dilakukan adalah menerapkan pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw secara berkelompok (tiap kelompok 5-6 siswa) dalam pembelajaran matematika.

Hipotesis Tindakan

Diduga melalui penerapan model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw, dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika tentang mengenal pecahan sederhana bagi siswa kelas III SDN 1 Wonorejo semester I tahun pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 3 SD Negeri 1 Wonorejo semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 36 siswa, terdiri dari 18 putra dan 18 putri. Keadaan sosial ekonomi orang tua siswa rata-rata menengah ke bawah. Tempat tinggal siswa kebanyakan berasal dari kawasan pedesaan yang umumnya orang tuanya bekerja sebagai petani, baruh indutri mebel. Hal inilah yang menyebabkan motivasi belajar siswa juga rendah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data yang berasal dari siswa, guru, maupun sumber lain. Banyak data dalam penelitian ini ada tiga. Data pertama adalah data awal yaitu data sebelum penelitian dilakukan. Data kedua adalah diambil setelah siklus I dilaksanakan. Data ketiga yang diambil setelah siklus II.

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Siklus I

Yang mendapat nilai 30 ada 0 siswa, nilai 40 ada 6 siswa, nilai 50 ada 6 siswa, nilai 60 ada 7 siswa, nilai 70 ada 7 siswa, nilai 80 ada 5 siswa, nilai 90 ada 3 siswa dan nilai 100 ada 2 siswa. Siswa yang tuntas ada 10 siswa dari 36 siswa atau 27,78%. Siswa yang belum tuntas ada 26 siswa atau 72,22%.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, hasil belajarnya belum maksimal dikarenakan siswa belum memahami cara menentukan bilangan pecahan dari bangun datar dan garis bilangan.

Deskripsi Siklus II

Yang mendapat nilai 40 ada 4 siswa, nilai 50 ada 4 siswa, nilai 60 ada 6 siswa, nilai 70 ada 6 siswa, nilai 80 ada 8 siswa, nilai 90 ada 5 siswa, dan nilai 100 ada 3 siswa. Siswa yang tuntas ada 16 siswa dari 36 siswa atau 55,56%. Siswa yang belum tuntas ada 20 siswa atau 44,44%.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, hasil belajarnya belum maksimal dikarenakan siswa belum memahami cara membandingkan pecahan dan mengrutkan pecahan penulis mengulanginya lagi pada siklus III dengan model yang berbeda.

Deskripsi Siklus III

Yang mendapat nilai 60 ada 2 siswa, nilai 70 ada 3 siswa, nilai 80 ada 13 siswa, nilai 90 ada 10 siswa dan nilai 100 ada 8 siswa. Siswa yang tuntas ada 31 siswa dari 36 siswa atau 86,11%. Siswa yang belum tuntas ada 5 siswa atau 13,89%. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III hasil belajar sudah sesuai harapan maka tidak perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Pembahasan

Berdasarkan data hasil perbaikan pembelajaran di atas diketahui pada siklus I nilai rata-rata 61,06, nilai terendah 30, nilai tertinggi 100, dan tingkat ketuntasannya 27,78%. Oleh karena itu penulis mengadakan perbaikan pembelajaran siklus II, dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw.

Pada siklus II setelah penulis menerapkan penerapan model pembelajaran pembelaiaran Cooperative learning tipe Jigsaw terjadi perbaikan yaitu rata-rata 74,42, nilai terendahnya 40, nilai tertingginya 100, dan tingkat ketuntasan 55,56%. Penulis merasakan belum puas dengan hasil tersebut oleh karena itu penulis merencanakan pelaksanaan siklus III

Pada siklus III rata-rata 85,3 nilai terendah 60, nilai tertinggi 100 dan tingkat ketuntasannya 86,11%. Hal ini menunjukkan bahwa langkah yang diambil pada setiap siklus sebagai bagian dari strategi perbaikan pembelajaran yang ditempuh telah berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika tentang mengenal pecahan sederhana bagi siswa kelas 3 SD Negeri 1 Wonorejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015. Dengan demikian langkah pembelajaran dengan menggunakan menerapkan model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw telah berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu kesadaran pada diri guru bahwa dalam perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Sesuai pendapat Slameto (1995:97). Mengatakan bahwa memahami kesulitan belajar pada hakikatnya adalah mencakup problema-problema belajar yang perlu dihayati subjek belajar. Untuk perlu pengamatan secara cermat dan penuh perhatian terhadap sikap dan kebiasaan belajar siswa.

Dengan demikian langkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw telah berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam motivasi dan hasil belajar matematika tentang mengenal pecahan sederhana bagi siswa kelas 3 SD Negeri 1 Wonorejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini sejalan dengan tujuan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yaitu memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan dengan terus menerus selama kegiatan penelitian dilakukan, ciri ini merupakan ciri khas Penelitian Tindakan yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil yang baik (Wardani, 2006:1.7)

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan di SDN 1 Wonorejo, Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara pada mata pelajaran matematika kelas 3 semester 1 tentang mengenal pecahan sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut. 1)Dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw telah berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika tentang mengenal pecahan sederhana akan meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Dan melalui model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika karena pembelajaran menjadi bermakna dan tujuan dapat tercapai. Sebagai bukti pada siklus I nilai rata-rata 61,06, nilai terendah 40, nilai tertinggi 100, dan tingkat ketuntasannya 27,78%; Pada siklus II setelah penulis menerapkan penerapan model pembelajaran pembelaiaran Cooperative learning tipe Jigsaw terjadi perbaikan yaitu rata-rata 74,42, nilai terendahnya 40, nilai tertingginya 100, dan tingkat ketuntasan 55,56%; Pada siklus III rata-rata 85,3 nilai terendah 60, nilai tertinggi 100, dan tingkat ketuntasannya 86,11%.

Saran

Berdasarkan simpulan tersebut penulis ingin ingin memberikan saran pembelajaran matematika khususnya mengenal pecahan sederhana, guru hendaknya mempersiapkan (1) penggunaan metode dan proses yang sesuai dengan matematika, (2) penggunaan bahasa yang komunikatif, (3) soal-soal latihan yang sesuai dengan kelas yang diajar, (4) guru hendaknya aktif melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan, supaya masalah yang dihadapi segera teratasi, (5) guru hendaknya dapat menjadikan PTK sebagai sarana meningkatkan profesionalitas sebagai guru SD.

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Asep Hery dkk.2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Muhsetyo, Gatot dkk. 2007 Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

M. Khafid, Suyati. 2004. Pelajaran Matematika Penekanan Berhitung untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga

Poerwadarminta WJS. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka

Sardjiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindi Persada.

Setawan, Denny dkk. 2007.Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang memepengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Soepardjo. 2000 . Pelajaran Matematika Gemar Berhitung. Solo: Tiga Serangkai

Suciati,dkk.2007. Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka

Wardani dkk.2006. Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: Universitas Terbuka

Yuniarto, Sri Rahayu. 2003. Pandai Belajar Matematika Untuk SD Kelas IV . Bogor: Regina

Zainul, Asnawi, dkk .2007. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka