UPAYA PENINGKATAN KARAKTER KOMUNIKATIF

DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

TENTANG MENYEDERHANAKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD

(STUDENT TEAM ACHIEVMENT DEVISION) DENGAN BERMAIN KUIS BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 JOBOKUTO SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Asniarti

Guru SDN 2 Jobokuto Jepara

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian adalah apakah penerapan model pembelajaran STAD dengan bermain kuis dapat meningkatkan karakter komunikatif dan hasil belajar matematika tentang menyederhanakan dan mengurutkan pecahan.Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan karakter komunikatif dan hasil belajar matematika tentang menyederhanakan dan mengurutkan pecahan.Dalam proses di awal pembelajaran belum menerapkan metode STAD. Metode ini baru dipakai saat pengambilan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jobokuto Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas VI semester 2. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut: 1)Pembelajaran Matematika dengan menerapkan model pembelajaran STAD di kelas VI SD Negeri 2 Jobokuto Jepara dapat meningkatkan karakter komunikatif dan hasil belajar siswa dalam menyederhanakan dan mengurutkan pecahan tahun pelajaran 2011/2012; 2)Aktifitas belajar siswa pada saat diterapkan model pembelajaran STAD dengan kuis juga mengalami peningkatan. Meningkatnya nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal sebelum diterapkan model pembelajaran STAD, nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 58,7 dengan ketuntasan belajar 61,11 % dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas 68 sedangkan ketuntasan belajar mencapai 80,56 %.

Kata Kunci: karakter komunikatif, hasil belajar matematika, STAD

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagaimana termaktub dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006, pembelajaran matematika diarahkan agar siswa mampu memecahkan masalah yang meliputi kemapuan memahami masalah, merancang model pembelajaran matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Pembelajaran matematika diberikan kepada siswa sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.Untuk membantu siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam penjelasan masalah diperlukan: (1) Pengenalan masaloah yang sesuai konteks; (2) peningkatan keefektifan pembelajaran dengan menggunakan tehnologi informasi dan komunikasi, seperti ; computer, alat peraga, atau media lainnya.

Sering dikeluhkan oleh guru bahkan dirasakan penulis sendiri, bahwa pembelajaran matematika tidak jarang menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.Sebagian besar siswa mengatakan kalau matematika adalah pelajaran tersulit dan membingungkan. Kondisi yang sama juga terjadi di SD Negeri 2 Jobokuto Jepara. Keberhasilan proses belajar mengajar matematika dapat dilihat dari perolehan nilai siswa yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah. Jika nilai yang diperoleh siswa kurang dari KKM maka dikatakan siswa belum tutas belajar.

Dalam pembelajaran matematika banyak siswa yang kurang komunikatif, keadaan ini terlihat dari sikap mereka yang cenderung diam tidak mau bekerjasama dengan siswa lainnya sehingga pembelajaran tidak diikuti dengan sungguh-sungguh yang menyebabkan hasil belajarnya rendah.

Memecahkan masalah yang berkaitan dengan menyederhanakan dan mengurutkan pecahan merupakan bagian dari pembelajaran matematika yang harus dikuasai siswa. Namun, dalam pelaksanaan pembelajaran masih dijumpai banyak nilai yang didapat oleh siswa kelas VIrendah dengan rata-rata 51,3 jauh dari KKM yang ditentukan.

Berdasarkan masalah tersebut perlu ada alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan penulis merenung kembali pembelajaran matematika dalam aplikasi sehari-hari yang sesuai dengan lingkungan anak-anak adalah mengaplikasikan kehidupan sehari-hari.Yang sebelumnya belum terpikirkan oleh penulis.Seperti dalam mengajar setiap hari hanya berpedoman kepada buku panduan saja, juga hanya meggunakan metode ceramah dan penugasan.Berdasarkan itulah penulis tertarik dengan model pembelajaran STAD (student team achievment devision) dengan bermain kuis. Diharapkan karakter komunikatif dan hasil belajar matematika tentang menyederhanakan dan mengurutkan pecahan meningkat.

Rumusan Masalah

Permasalahan dirumuskan berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terinci sebagai berikut: Apakah dengan metode STAD (student team achievment devision) dengan bermain kuis dapat meningkatkan karakter komunikatif dan hasil belajar matematika tentang menyederhanakan dan mengurutkan pecahan pada sisswa kelas VI SD Negeri 2 Jobokuto Jepara semester II tahun pelajaran 2011/2012?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakter komunikatif dan hasil belajar matematika tentang menyederhanakan dan mengurutkan pecahan melalui metode STAD (student team achievment devision) pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Jobokuto Jepara semester II tahun pelajaran 2011/2012.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi siswa melatih siswa agar mampu memahami konsep yang ada pada pembelajaran Matematika yang pada akhirnya mendorong siswa untuk aktif dalam memahami isi materi pembelajaran Matematika dan melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

KAJIAN TEORI

Karakter Komunikatif Dalam Belajar Matematika

Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip.Dari objek dasar berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya pola-pola, struktur-struktur dalam matematika dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam matematika itu adalah deduktif bahkan suatu struktur yang lengkap adalah deduktif asiomatik. Di jenjang sekolah dasar, tekanan pembelajaran matematika adalah number sense yang tidak hanya bermakna mengenal dan terampil melakukan operasi pada bilangan, tetapi lebih dari itu, antara lain dapat memanfaatkan pengetahuan tentang bilangan untuk berbagai bidang tanpa melakukan operasi hitung (Soedjadi, 1994: 1 )

Sedangkan menurut kurikulum sekolah 2006 (2006:1-2) menyebutkan bahwa matematika di sekolah adalah matematika yang diajarkan untuk belajar atau hal yang dipelajari, atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan suatu penalaran.

Fungsi matematika sekolah adalah mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika diagram, grafik atau tabel dalam sistem proses mengajar belajar untuk mencapai tujuan sekolah.Tujuan pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam menerapkan matematika.

Karakter Komunikaitif

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. ( Hasan, Said. 2010: 2 )

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya lingkungan alamnya.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.Karakter komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

Hasil Belajar Matematika Menyederhanakan dan mengurutkan Pecahan

W. S Winkel berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Darsono, 2001: 4). Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan (Nana Sudjana, 1988: 17). Herman Hudoyo mengungkapkan belajar adalah suatu proses untuk mendapat pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia, dan tingkah laku ini sukar untuk diubah dengan modifikasi yang sama (Herman Hudoyo, 1983: 10).

Slameto mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).

Hasil belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai yang dibeikan oleh guru.

Pecahan merupakan bagian dari keseluruhan (Mustaqim, Burhan. 2008: 163 ). Pecahan dapat disederhanakan dengan mencari FPB dari pembilang dan penyebutnya ( Permana 2008: 67). Menyederhanakan pecahan pada dasarnya adalah mencari pecahan senilai yang paling sederhana.Caranya yaitu dengan membagi pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama sampai tidak dapat dibagi lagi.

Untuk mengurutkan bilangan cacah seperti 10, 8, 15, 6, 20, mulai dari yang terkecil mungkin kamu lebih mudah mengurutkannya, yaitu 6, 8, 10, 15, 20.Akan tetapi, untuk mengurutkan bilangan pecahan, apalagi pecahan yang tidak sejenis kamu perlu mempelajari langkah-langkahnya.Dalam mengurutkan pecahan, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan penyebutnya. Jika penyebutnya sama, urutkan pecahan-pecahan tersebut dari yang pembilangnya terkecil sampai dengan yang terbesar atau sebaliknya. Jika penyebutnya tidak sama, samakan dahulu penyebut pecahan-pecahan tersebut dengan menggunakan KPK dari penyebut-penyebut tersebut. Setelah itu, urutkan pecahan-pecahan tersebut dari yang pembilangnya terkecil sampai dengan yang terbesar atau sebaliknya.

Hasil belajar matematika dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa atau peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar matematika yang dapat berupa penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran matematika yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.

Setelah siswa belajar matematika tentang menyederhanakan dan mengyrutkan pecahan, maka indikatornya adalah 1.menyederhanakan dan mengurutkan pecahan; 2.mengubah bentuk pecahan; 3.menentukan nilai pecahan dari suatu bilangan atau kuantitas tertentu; 4.melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan; dan 5.memecahkan masalah perbandingan dan skala.

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Team Achievement Devision) dengan bermain kuis dalam Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14). Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebisaaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokulturaldari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. Implikasi dari teori Vygotsky ini dapat berbentuk pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contextual teaching and learning), yaitu tentang learning community (Depag RI, 2004).

Kerangka berpikir

Di duga melalui penerapan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Devision) dengan bermain kuis, dapat meningkatkan karakter komunikatif dan hasil belajar matematika tentang menyederhanakan dan mengurutkan pecahan bagi siswa kelas VI SDN 2 Jobokuto Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hipotesis Tindakan

Melalui penerapan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Devision) dengan bermain kuis dapat meningkatkan karakter komunikatif dan hasil belajar matematika tentang menyederhanakan dan mengurutkan pecahan bagi siswa kelas VI SDN 2 Jobokuto Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jobokuto Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas VI semester 2.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 2 Jobokuto Jepara, teman sejawat sebagai pengamat dan peneliti. Cara pengumpulan data dengan menggunakan model observasi dan model tes. Data diperoleh dengan observasi yang dilengkapi dengan lembar pengamatan dan diskriptif.

Indikator Keberhasilan sebagai tolok ukur (kriteria) keberhasilan tindakan kelas ini berhasil bila:terjadi peningkatan karakter komunikatif siswa dan Rata-rata nilai hasil belajar meningkat minimal 60

Prosedur penelitian menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Dalam pelaksanaannya penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan/Pengumpulan data/Instrumen dan Refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskrispsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil pembelajaran pada kondisi awal masih banyak nilai siswa yang rendah di bawah KKM, Terlihat sebagian besar siswa tidak mengerti cara menyederhanakan dan mengurutkan pecahan. Hal ini tampak pada tabel berikut.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus I baru mencapai indikator cukup. Hal ini disebabkan: !)Siswa yang siap mengikuti pelajaran baru 60 %; 2)Konsentrasi siswa dalam pembelajaran baru mencapai 70 %; 3)Tingkat komunikatif siswa 65 %; 3)Pembelajaran dalam kelompoknya baru mencapai 70 %.

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan belajar pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan sebagai berikut:1)Lebih dari 60 % siswa aktif mengikuti pembelajaran; 2)Pembelajaran secara klasikal sudah mencapai 80 %; 3)Komunikatif siswa 80 %; 4)Kreatifan dalam kelompoknya 75 % dan 5) Melaksanakan tugas individu mencapai 75 %

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I, menunjukkan kegiatan pembelajaran masih rendah dengan 40 % siswa belum siap dan belum berperan aktif dan komunikatif dalam mengikuti pembelajaran klasikal secara kelompok maupun secara individu. Hasil rata-rata ulangan harian mencapai 58,7dengan ketuntasan belajar 61,11 %.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: kesiapan siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan dan peranan model pembelajaran STAD dengan kuis untuk konsep penyederhanan pecahan belum optimal.

Berdasar hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan perubahan-perubahan berarti, kesiapan dan keaktifan siswa mencapai 75%, mampu menyelesaikan dan mempelajari matematika dengan baik hingga nilai rata-rata kelas 68 sedangkan ketuntasan belajar mencapai 80,56 %.

Dari peningkatan-peningkatan pada siklus I, dan II menunjukkan bahwa hasil-hasil pembelajaran tersebut telah dapat mencapai target keberhasilan penelitian ini.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut: 1)Pembelajaran Matematika dengan menerapkan model pembelajaran STAD di kelas VI SD Negeri 2 Jobokuto Jepara dapat meningkatkan karakter komunikatif dan hasil belajar siswa dalam menyederhanakan dan mengurutkan pecahan tahun pelajaran 2011/2012; 2)Aktifitas belajar siswa pada saat diterapkan model pembelajaran STAD dengan kuis juga mengalami peningkatan. Meningkatnya nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal sebelum diterapkan model pembelajaran STAD, nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 58,7 dengan ketuntasan belajar 61,11 % dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas 68 sedangkan ketuntasan belajar mencapai 80,56 %.

Saran

Saran penelitian bagi siswa diharapkan meningkatkan komunikasi antar siswa atau kelompoknya. Saran bagi guru sebaiknya kolaborasi dengan sesama guru perlu dikembangkan lebih intensif agar usaha peningkatan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran menjadi baik.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Depdikbud, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depag RI. 2004. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: Rosda Karya

Djaelani, Haryono. 2008. Matematika Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Hasan, Said. 2010. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Jakarta L Depdiknas

Hudoyo, Herman. 1983. Teori Belajar Untuk Pengaaran Matematika. Jakarta: Departemen Penddikan dan Kebudayaan

Mustaqim, Burhan. 2008. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Rosda Karya Bandung

Soetomo, dkk. 1993. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta: Universitas Terbuka.

Soedjadi. 1994. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slameto, 2003.Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta

Permana, 1991, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Yogyakarta: Andi Erman Suherman.