peningkatan MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MEMBACA Melalui Metode Pembelajaran Konstekstual

PADA SISWA KELAS II SD Negeri GONDANG 6 GONDANG Sragen SEMESTER I tahun 2018/2019

 

Tri Warsini

SD Negeri Gondang 6 Sragen

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah: (1). Untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan metode pembelajaran kontekstual pada materi pembelajaran membaca lancar siswa kelas II SD Negeri Gondang 6 Kecamatan Gondang (2). Mendiskripsikan penerapan metode pembelajaran konstektual untuk meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas II SD Negeri Jambanan 1 Kecamatan Sidoharjo semester I tahun 2018/2019. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diketahui bahwa. 1. Nilai rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia dalam materi membaca siswa kelas II Semester I sebelum siklus I sebesar 62, pada siklus II Pertemuan II sebesar 80 sehingga terdapat kenaikan nilai rata-rata dari sebelum siklus ke setelah siklus II pertemuan II sebesar 18%. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konstekstual mampu meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas II SD Negeri Gondang 6.

Kata Kunci: Motivasi, Keterampilan Membaca, Model Kontekstual

 

PENDAHULUAN

Pada saat memasuki Sekolah Dasar anak–anak sudah memiliki sejumlah pengetahuan dasar dalam berbahasa yang didapat dari hasil belajar di TK maupun berasal dari bahasa ibunya, dan hampir seluruh kaidah dasar tatabahasa dikuasainya. Pada kesempatan ini anak telah dapat membuat kalimat tanya, berita, negatif, majemuk dan sejumlah konstruksi yang lain. Mereka telah dapat menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang beraneka ragam. Seberapa banyak penguasaan bahasa bagi anak yang baru masuk sekolah dasar, tentulah bermacam ragam sejalan dengan kemampuan yang dimiliki anak. Dengan bekal kemampuan bahas yang dimiliki anak, maka guru bertugas untuk mengembangkan penguasaan dan kemampuan berbahasa si anak, agar anak terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kemampuan berbahasa seseorang meliputi kemampuan berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Setiap kemampuan tersebut erat sekali berhubungan dengan ketiga kemampuan berbahasa yang lain dengan cara ber­aneka ragam. Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, mula-­mula anak pada masa kecil belajar menyimak, kemudian baru belajar berbicara. Selanjutnya baru belajar kemampuan membaca dan menulis setelah mereka masuk seko­lah. Keempat kemampuan berbahasa (menyimak, berbi­cara, membaca, dan menulis) tersebut sangat erat kaitan­nya dengan proses berpikir seseorang dalam mendasari suatu bahasa.

Kondisi awal proses dan hasil belajar siswa Kelas II SD Negeri Gondang 6, Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2018/2019 terhadap keterampilan membaca mata pelajaran Bahasa Indonesia masih sangat rendah. Terlihat siswa tidak tertarik pada pelajaran tersebut dan kelihatan ogah-ogahan dalam mengerjakan tugas dari guru. Selain itu dari 35 jumlah siswa kelas II hanya 13 anak saja yang mampu menguasai membaca. Dengan kata lain pembelajaran pada pelajaran bahasa Indonesia materi membaca lancar pada kali ini belum memenuhi standar ketuntasan minimal karena rata-rata yang tuntas hanya 8 anak. Hal ini terbukti dari setiap ulangan harian daya serap siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Oleh karena itu perlu langkah yang jelas untuk menanggulangi permasalahan yang dihadapi oleh anak kelas II tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembngan pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model yang memungkinkan terjadinya interaksi siswa dengan siswa yang lain maupun siswa dengan guru.

Dalam praktek pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya ada­lah pengajaran kemampuan berbahasa, bukan penga­jaran tentang bahasa. Tatabahasa, kosakata, dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam kaitannya dengan kemampuan tertentu yang tengah diajarkan, bukan sebagai pengetahuan tatabahasa, teori pengembangan kosakata, teori sastra sebagai pendukung atau alat pen­jelas. Kemampuan -kemampuan berbahasa yang perlu ditekankan pengajaran berbahasa Indonesia adalah kemampuan reseptif (kemampuan mendengarkan dan membaca) dan kemampuan produktif (kemampuan menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran kemampuan reseptif, sedangkan kemampuan produktif dapat turut terting­katkan pada tahap-tahap selanjutnya. Seterusnya, peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.

Membaca sebagai bahan pembelajaran berbica­ra, dapat dilaksanakan dengan cara bertumpu pada bahan bacaan sederhana, kemudian siswa diminta untuk menceritakan kembali isi bacaan tersebut. Pada tahap awal, sebelum siswa dapat membaca, hal itu dapat dilakukan oleh guru dan siswa menyi­mak, kemudian siswa disuruh untuk menyatakan kembali isi bacaan tersebut sesuai dengan hasil penyimakan mereka.

Untuk memenuhi hal tersebut maka siswa diharapkan mampu berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa sendiri maupun siswa dengan guru apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar. Dari sini siswa dapat mengkaji dan menganalisa permasalahan-permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran dan prestasi belajar siswa. Salah satu metode yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi di atas yaitu pembelajaran kontekstual.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Jadi pengetahuan atau kemampuan itu akan ditemukan oleh siswa sendiri, bukan apa kata guru. Dalam pembelajaran kontekstual, cara belajar terbaik adalah siswa mengkonstruksikan secara aktif pemahamannya dalam situasi dunia nyata.

Langkah-langkah kegiatan proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia unuk keteram-pilan membaca yang kontekstual adalah sebagai berikut: Langkah (1): memahami masalah atau soal kontekstual; Langkah (2): menjelaskan masalah kontekstual; Langkah (3): menyelesaikan masalah kontekstual; Langkah (4): membandingkan dan mendiskusikan jawaban; Langkah (5): menyimpulkan konsep.

Berpijak pada latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah dengan metode pembelajaran konstektual dapat meningkatkan kemampuan membaca pada materi pembelajaran membaca lancar siswa Kelas II SD Negeri Gondang 6 Kecamatan Gondang? (2) Bagaimana penerapan metode pembelajaran konstektual dalam pembelajaran kemampuan membaca pada siswa Kelas II SD Negeri Gondang 6 Kecamatan Gondang ?

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan keteram-pilan membaca dengan metode pembelajaran kontekstual pada materi pembelajaran membaca lancar siswa Kelas II SD Negeri Gondang 6 Kecamatan Gondang. (2) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran konstektual pada siswa Kelas II SD Negeri Gondang 6 Kecamatan Gondang..

 

 

Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan

Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata–kata/bahasa tulis (Tarigan, 2005: 6). Sedangkan menurut Slamet (2007: 68) membaca adalah memahami isi ide/ gagasan baik tersurat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan. Dengan demikian pemahamanlah yang menjadi produk membaca yang bisa diukur, bukan perilaku fisik duduk berjam–jam di ruang belajar sambil memegang buku. Hakikat membaca adalah pemahaman.

Menurut Henry Guntur Tarigan (2005: 9) tujuan utama membaca adalah mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna arti (meaning) erat hubungannya dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Membaca sebagai kemampuan

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar–benar bahwa membaca adalah suatu kemampuan yang komplek, yang rumit yang mencakup atau melibatkan serangkaian kemampuan–kemampuan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain kemampuan membaca mencakup tiga komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda–tanda baca; (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur–unsur linguistik yang formal. (c) Hubungan lebih lanjut dari 1) dan 2) dengan makna atau meaning (Tarigan, 2005: 10)

Pembelajaran Konteksual

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau lebih terkenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata di siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan (Sardiman, 2004: 222). Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2005: 87-88) Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata di siswa, sehingga siswa dapat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan

Menurut Soedjadi (2001: 2) pembelajaran mata pelajaran dengan pendekatan kontekstual pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk mempelancar proses pembelajaran di sekolah secara lebih baik dari pada masa lalu.

Proses pembelajaran kontekstual berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa yang bekerja dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah dunia nyata.

Menurut Oktober Jer dalam (Suharta, 2002: 4) proses pembelajaran mata pelajaran yang kontekstual di kelas mempunyai lima karakteristik yaitu sebagai berikut: 1) Menggunakan masalah kontekstual; 2) Menggunakan model-model; 3) Menggunakan produksi dan kontruksi oleh siswa; 3) erdapat interaksi; 4) terdapat banyak keterkaitan di antara berbagai lapisan dari materi pembelajara.

Dalam pembelajaran kon-tekstual terdapat 7 (tujuh) komponen yaitu: (1) Konstruktivisme (Constructivism); (2) Menemukan (Inquiry); (3) Bertanya (Questioning); (4) Masyarakat Belajar (Learning Community); (5) Pemodelan (Modeling); (6) Refleksi (Reflection); dan (7) Penilaian yang otentik (Autentic Assesment).

Adapun langkah-langkah kegiatan proses pembelajaran mata pelajaran yang kontekstual adalah sebagai berikut: (1) memahami masalah atau soal kontekstual; (2) menjelaskan masalah kontekstual; (3) menyelesaikan masalah kontekstual; (4) membandingkan dan mendiskusikan jawaban; (5) menyimpulkan konsep.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori diatas, yang merupakan uraian pendapat dari para ahli, dapatlah dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Pada awalnya kemampuan membaca permulaan masih rendah. Dengan memilih model pembelajaran kontekstual keterampilan membaca permulaan menjadi meningkat.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas, ditarik hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penggunaan metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keterampilanan membaca pemulaan pada siswa Kelas II SD Negeri Gondang 6 Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen tahun 2018/2019.

 

 

Metodologi Penelitian

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Gondang 6 Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen pada siswa kelas II yang berjumlah 35 siswa dengan jumlah siswa laki-laki ada 19 siswa dan anak perempuan ada 16 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan Juli sampai November 2018.

Rancangan Penelitian

Pada strategi penelitian ini langkah-langkah yang diambil adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut: (a). Perencanaan; (b). Tindakan, (c). Pengamatan; (d). Refleksi.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang dikumpulkan adalah analisis kritis, yaloi mulai mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kerja guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar. Hasil analisis dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.

Indikator Kinerja

Indikator kerja dalam penelitian ini adalah apabila kesalahan yang dibuat oleh siswa dalam mengerjakan tugas test untuk mengetahui kemampuan membaca yang diberikan adalah kecil dan setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konstekstual, siswa yang mendapatkan nilai tuntas belajar (KKM sebesar 70) mencapai sebesar 80% dari seluruh siswa yang ada.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dipergunakan: (1) Teknik wawancara Langsung; (2) Metode Dokumentasi; dan Tes.

Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Penelitian kualitatif memiliki tiga kriteria untuk memeriksa keabsahan data, yaitu: credibility, trasferability, dan dependability.

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan iinformasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai melalui (a) membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang dalam situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang penelitian,(c) membandingkan apa yang dikatakan didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (d) membandingkan suatu hasil wawancara dengan isi dokumen yang terkait.

 

 

Teknik Analisis Data

Menurut L.J. Moleong analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (2006: 112). Sedang menurut Sumadi Suryabrata analisis data adalah “Proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan” (2004: 136).

Menurut H.B. Sutopo (2003: 18) “Dalam proses analisa ada tiga komponen yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah: 1) data reduksi; 2) sajian data, 3) penarikan kesimpulan atau verifikasi”.

Dalam penelitian ini digunakan model induktif interaktif. Model analisis ini memiliki tiga komponen pokok analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara empat komponen (termasuk proses pengumpuan data) selama proses pengumpulan data berlangsung. Kemudian setelah pengumpulan data peneliti bergerak diantara tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.

Selain menggunakan metode analisis interaksi maka digunakan analisis komparatif yang berarti membandingkan prosentase keberhasilkan belajar siswa setelah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru antara siklus I dengan siklus II.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Pra Siklus

Kondisi awal proses dan hasil belajar siswa Kelas II SD Negeri Gondang 6, Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2018/2019 terhadap keterampilan membaca muatan pelajaran Bahasa Indonesia masih sangat rendah. Terlihat siswa tidak tertarik pada pelajaran tersebut dan kelihatan ogah-ogahan dalam mengerjakan tugas dari guru. Selain itu dari 35 jumlah siswa kelas II hanya 13 anak saja yang mampu menguasai keterampilan membaca. Dengan kata lain pembelajaran pada pelajaran bahasa Indonesia materi membaca lancar pada kali ini belum memenuhi standar ketuntasan minimal karena yang tuntas hanya 13 anak. Hal ini terbukti dari setiap ulangan harian daya serap siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran Bahasa Indonesia dapat diindikasi beragam masalah sebagai berikut:

1.     Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, misalnya siswa tidak tertarik untuk berlatih membaca.

2.     Sistem pembelajaran di kelas masih didominasi guru, siswa terbatas hanya mendengar. Hal ini yang menjadikan siswa kurang termotivasi untuk berlatih membaca sendiri.    

3.     Motivasi siswa dalam proses belajar mengajar masih belum nampak.

Diskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Pada akhir pembelajaran siklus I, guru mengadakan post test yaitu dengan memberi pertanyaan sesuai bacaan yang harus dikerjakan oleh siswa. Hasil post tes pada siklus I pertemuan I tersebut yaitu: dari 22 anak yang mendapat mendapat nilai 75 ada 4 anak, 8 anak mendapat nilai 70, 4 anak mendapat nilai 65, 5 anak mendapat nilai 60, 1 anak mendapat nilai 55 dengan jumlah nilai 1475, dengan rata-rata 67.

Adapun hasil pengamatan pada siklus I pertemuan I terhadap pelaksanaan pembelajaran serta partisifasi anak-anak dalam proses belajar pad siklus 1 dapat dijabarkan sebagai berikut: dari aspek yang dinilai pada lembar pengamatan nomer yang mendapatkan nilai baik (3) ada 8 nomer (66,7%) dan yang mendapatkan skor sangat baik (4) ada 4 item (33,3%). Sedangkan hasil pengamatan kepada 22 siswa menunjukkan partisipasi siswa dalam pembelajaran dari 7 aspek yang dinilai rata-rata anak yang mendapatkan skor kurang ada 2 (13%), rata-rata skor kurang ada 4 (27%), yang mendapatkan rata-rata skor baik ada3 (20%) dan yang mendapatkan rata-rata skor sangat baik ada 6 (40%).

Diskripsi Hasil Penelitian Siklus II.

Pada akhir pembelajaran tiap pertemuan, guru mengadakan penilaian yang hasilnya sebagai berikut: yaitu dengan memberi pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa. Hasil dari post test pada siklus II pertemuan I tersebut temuat dalam rekap daftar nilai sebagai berikut: dari 22 anak yang mendapat mendapat nilai 85 ada 4 anak, 3 anak mendapat nilai 80, 8 anak mendapat nilai 75, 2 anak mendapat nilai 70, 5 anak mendapat nilai 65, dengan jumlah nilai 1645, dengan rata-rata 75.

Adapun hasil pengamatan pada siklus II terhadap pelaksanaan pembelajaran serta partisifasi anak-anak dalam proses belajar pad siklus 1 dapat dijabarkan sebagai berikut: dari aspek yang dinilai pada lembar pengamatan nomer yang mendapatkan nilai baik (3) ada 3 nomer (25%) dan yang mendapatkan skor sangat baik (4) ada 4 item (75%). Sedangkan hasil pengamatan kepada 22 siswa menunjukkan partisipasi siswa dalam pembelajaran dari 7 aspek yang dinilai rata-rata anak yang mendapatkan skor kurang ada 0 (0%), rata-rata skor kurang ada 2 (13%), yang mendapatkan rata-rata skor baik ada 5 (33%) dan yang mendapatkan rata-rata skor sangat baik ada 8 (53%).

Sedangkan hasil dari post test pada siklus II pertemuan II tersebut temuat dalam rekap daftar nilai sebagai berikut: dari 22 anak yang mendapat mendapat nilai 95 ada 1 anak, 2 anak mendapat nilai 90, 5 anak mendapatkan nilai 85, 7 anak mendapat nilai 80, 3 anak mendapat nilai 75, 3 anak mendapat nilai 70, 1 anak mendapat nilai 65, dengan jumlah nilai 1760, dengan rata-rata 80.

Adapun hasil pengamatan pada siklus II pertemuan II terhadap pelaksanaan pembelajaran serta partisifasi anak-anak dalam proses belajar pada siklus II pertemuan II dapat dijabarkan sebagai berikut: dari aspek yang dinilai pada lembar pengamatan nomer yang mendapatkan nilai baik (3) ada 3 nomer (25%) dan yang mendapatkan skor sangat baik (4) ada 4 item (75%). Sedangkan hasil pengamatan kepada 22 siswa menunjukkan partisipasi siswa dalam pembelajaran dari 7 aspek yang dinilai rata-rata anak yang mendapatkan skor kurang ada 0 (0%), rata-rata skor kurang ada 2 (13%), yang mendapatkan rata-rata skor baik ada 5 (33%) dan yang mendapatkan rata-rata skor sangat baik ada 8 (53%).

 

 

Hasil Belajar.

Hasil pembelajaran yang diperoleh siswa pada kondisi awal pembelajaran yang dilaksanakan masih sangat rendah. Ini terlihat dari hasil ulangan harian dengan hasil sebagai berikut: Nilai Terendah 50, Nilai tertinggi 75, Nilai rata-rata 62. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran berikutnya dilaksanakan perbaikan pada siklus I pertemuan I yang hasilnya menunjukkan peningkatan sebagai berikut: Nilai Terendah 55, Nilai tertinggi 75, Nilai rata-rata 67, pada siklus I pertemuan II yang hasilnya menunjukkan peningkatan sebagai berikut: Nilai Terendah 60, Nilai tertinggi 85, Nilai rata-rata 71. Dan demi meningkatkan hasil belajar yang optimal maka penulis melaksanakan lagi perbaikan pembelajaran pada siklus II pertemuan I yang hasilnya sebagai berikut: Nilai terendah 65. Nilai Tertinggi 85. Nilai rata-rata 75, sedangkan pada siklus II pertemuan II yang hasilnya sebagai berikut: Nilai terendah 65. Nilai Tertinggi 95. Nilai rata-rata 80 pada siklus II pertemuan II atau yang disebut kondisi akhir.

Diskriptif Komparatif: Nilai terendah meningkat yaitu dari 50 menjadi 65. Nilai Tertinggi meningkat dari 75 pada kondisi awal menjadi 95 pada kondisi akhir. Nilai rata-rata juga ikut meningkat dari kondisi awal yang hanya 62 meningkat menjadi 80 pada kondisi akhir.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:.

1.     Nilai rerata hasil belajar Bahasa Indonesia dalam materi membaca siswa kelas II Semester I pada sebelum siklus I sebesar 62, pada siklus II Pertemuan II sebesar 80 sehingga terdapat kenaikan nilai rata-rata dari sebelum siklus ke setelah siklus II pertemuan II sebesar 18%. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konstekstual mampu meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas II SD Negeri Gondang 6.

2.     Presentase ketuntasan belajar siswa pada sebelum siklus I menunjukkan angka sebesar 23,73% (5 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 22 siswa), pada siklus II pertemuan II sebesar 95.45% (21 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 22 siswa). Dengan demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari sebelum siklus I ke setelah siklus II Pertemuan II.

3.     Hasil Pengamatan pada kegiatan pembelajaran baik pada guru maupun pada siswa senantiasa mendapatkan peningkatan yang berarti (dari hasil pengamatan pada guru pada siklus I yang mendapatkan skor 3 (baik) ada 8 (66,7%); yang mendapatkan skor 4 (sangat baik) ada 4 atau 33,3%, sedangkan pada siklus II yang mendapatkan skor 3 (baik) ada 3 (25%); yang mendapatkan skor 4 (sangat baik) ada 9 atau 75%)

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut: Penerapam pembelajaran dengan metode konstektual dapat meningkatan kemampuan membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa kelas II Semester I SD Negeri Gondang 6 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2018/2019.

Implikasi Penelitian

Dari hasil kesimpulan dan pembahasan dalam penelitian yang telah diuraikan di muka, beberapa implikasi dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya pada materi membaca dengan menggunakan benda-benda di sekitar siswa, karena dengan media ini siswa menjadi lebih paham, karena pembelajaran menjadi lebih konkrit dan realistis.

Supaya anak dapat memahami konsep pembelajaran Bahasa Indonesia jadi meningkat, perlu adanya sarana (media) yang bisa membawa anak pada pengalaman pengamatan langsung pada peristiwa atau objek yang nyata dapat diamati dengan indera penglihatan yang berupa gambar dari suatu peristiwa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2006. PTK. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan penelitian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. 2003. Jakarta: Depdikbud

Iskandar, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Kasnadi,Sutardjo, 2008. Dasar – dasar Kemampuan Berbahasa Indonesia. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press

L.J. Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muchith, Saekhan, 2010. Pembelajaran Konstekstual. Semarang: Rasail Media Group

 Ratnaningsih, Rina Iriani Sri, 2008. Membaca Penerapan Model Tutor Sebaya. Surakarta: UNS Press

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slamet. 2007. Dasar–Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press

. 2007. Dasar–dasar Ketrampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press

Soedjadi, 2001. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Dep Dik Nas.

Suharta LP. 2002. Penerapan Pembelajaran IPA Biologi Realistik Untuk Mengembangkan Pengertian Siswa. Makalah disampaikan dalam Seminar IKIP Negeri Malang.

Tarigan, Henry Guntur. 2005. Membaca Sebagai suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wawan Gunawan, 2007. Model Pengajaran Membaca (Suatu Pengembangan Tindakan Pada Sekolah Dasar di Kotamadya Jambi) Jambi: Universitas Jambi

Winkel.WS. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Winkel W.S. dan Hastuti, Sri. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Yogyakarta: Media Abadi

Wiriaatmadja Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.