Peningkatan Motivasi Memahami Melalui Metode Think Pair Share
PENINGKATAN MOTIVASI MEMAHAMI
SAKRAMEN BAPTISAN KUDUS DAN HASIL BELAJAR
MELALUI METODE THINK PAIR SHARE BAGI PESERTA DIDIK KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Eko Warsono
SMP Negeri 1 Sragen
ABSTRAK
Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VII yang beragama Kristen semesteri I SMP Negeri 1 Sragen tahun pelajarann 2015/2016 yang berjumlah 15 peserta didik. Hasil penelitian yang didapat adalah penerapan metode Think Pair-Share dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik ditinjau dari Observasi motivasi, sikap dan keterampilan belajar peserta didik selama pembelajaran mengalami peningkatan sebagai berikut: (1) Nilai kompetensi sikap berdasarkan modus dapat disimpulkan bahwa pada siklus I nilai sangat baik (SB) hanya mencapai 1 peserta didik atau 6,67%, siklus II menjadi 6 peserta didik atau 40%, siklus I nilai baik (B) berjumlah 12 peserta didik atau 80%, sikls II menjadi 9 peserta didik atau 60%. Sedangkan siklus I nilai cukup (C) berjumlah 2 peserta didik atau 13,33%, siklus II tidak ada. (2) Rata-rata kelas aspek keterampilan siklus I sebesar 76,22 konversi 3,00 dengan predikat B, siklus II meningkat menjadi 84,78 konversi 3,33 dengan predikat B+. sehingga aspek keterampilan meningkat sebesar 8,56 poin. (3) Nilai rata-rata kelas pada siklus I mencapai 77,47 yang dikonversi 3,00 dengan predikat B, siklus II meningkat menjadi 86,33 yang dikonversi 3,67 dengan predikat A. Sehingga rata-rata kelas meningkat sebesar 8,86%.
Kata Kunci: Pembelajaran Agama Kristen, Model Think-Pair-Share, motivasi belajar, Hasil belajar.
PENDAHULUAN
Sakramen Baptisan Kudus salah satu sakramen yang diakui gereja Kristen, digunakan sebagai tanda/meterai pertobatan orang Kristen. Untuk itu, orang Kristen hendaknya mengerti, memahami dan menerima sakramen Baptisan Kudus. Sebab dengan menerima Sakramen Baptisan Kudus maka orang Kristen akan senantiasa diingatkan akan kelahiran barunya sehingga orang akan senantiasa hidup seturut firman Tuhan.
Berdasarkan hasil koreksi ulangan harian nilai peserta didik kelas VII yang beragama Kristen diketahui nilai terendah 60 dikonversi 1,67 predikat C-, nilai tertinggi 80 dikonversi 3,00 predikat B, dan nilai rata-rata kelas sebesar 71,67 dikonversi 2,67 predikat B- Sedangkan batas minimal yang ditentukan guru dan sekolah sebesar 71-75 dikonversi 2,67 predikat B-. Dengan demikian peserta yang memenuhi syarat batas nilai minimal berjumlah 9 atau 60%.
Sedangkan nilai aspek keterampilan juga kurang memuaskan, yaitu nilai terendah 73 dikonversi 2,67 predikat B-, nilai tertinggi 77 dikonversi 3,00 predikat B dan rata-rata klasikal 75,69 dikonversi 3,00 predikat B, sedangkan ketentuan nilai minimal aspek keterampilan ≥76.
Faktor yang menjadi kendala rendahnya keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran materi Sakramen Baptisan Kudus dikategorikan dalam dua hal yakni: 1) faktor dari luar peserta didik yakni dari guru sepertinya kurangnya kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang tepat; 2) faktor dalam diri peserta didik sepertinya kurangnya pemahaman peserta didik tentang materi Sakramen Baptisan Kudus.
Model pembelajaran Think Pair Share salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Model pembelajaran Think Pair Share memberikan kesempatan kepada peserta didik bekerja sendiri serta bekerja dengan rekan didik lainnya. Pada model pembelajaran Think Pair Share mencoba mengoptimalisasikan partisipasi peserta didik. Model pembelajaran Think Pair Share memberikan kesempatan kepada peserta didik sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap peserta didik untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2005: 57).
Rumusan masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah: (1) Sejauhmana keaktifan belajar peserta didik selama pembelajaran berlangsung? (2) Apakah penerapan metode Think Pair Share dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang beragama Kristen Kelas VII SMP Negeri 1 Sragen? (3) Apakah penerapan metode kooperatif Model Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar materi Sakramen Baptisan Kudus bagi peserta didik yang beragama Kristen kelas VII SMP Negeri 1 Sragen?
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dalam memahami materi Sakramen Baptisan Kudus bagi peserta didik beragama Kristen kelas VII SMP Negeri 1 Sragen semester 1 Tahun 2016/2017. (2) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang beragama Kristen Kelas VII SMP Negeri 1 Sragen. (3) Meningkatkan hasil belajar materi Sakramen Baptisan Kudus bagi peserta didik beragama Kristen kelas VII SMP Negeri 1 Sragen semester 1 Tahun 2016/2017?
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Motivasi
Menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa peserta didik yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga peserta didik itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Pengertian Pemahaman Sakramen Pembabtisan
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008: 607-608)
Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain. Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using the tern “comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication.“ Artinya: Disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi.
Hakikat Pembelajaran
Definisi umum pembelajaran adalah proses yang berlangsung selama pelaksanaan pembelajaran. Ada beberapa pendapat mengenai definisi pembelajaran sebagai berikut:
- Purwanto (2003: 32) berpendapat bahwa, “Pembelajaran adalah suatu usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan faktor intern dalam kegiatan belajar mengajar”.
- Menurut Mulyasa (2003: 100) bahwa, “Pada hakekatnya pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dal am individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan”.
- Howard dalam (Slameto, 2003: 32) menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang, untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge”.
Berdasarkan pendapat tentang pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat peserta didik belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal yang datang dari dalam individu sedangkan faktor eksternal yang datang dari lingkungan pembelajaran.
Hasil Belajar Agama Kristen
Hasil belajar peserta didik merupakan hasil usaha peserta didik dalam proses belajar. Usaha tersebut dipengaruhi kondisi dan situasi tertentu. Hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini adalah keberhasilan peserta didik yang telah diperoleh yang ditunjukkan dengan penilaian hasil belajar peserta didik yang berwujud angka. Dengan demikian Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah peserta didik mengikuti pembelajaran agama Kristen.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:3) ”Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu dampak pengiring dan dampak pengajaran.
Hakikat Metode Pembelajaran
Menurut Tardif dalam Syah Muhibbin (2005: 201) ”Metode pembelajaran ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melakspeserta didikan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik”.
Disamping itu, metode atau teknik pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik Hamalik (2005: 72).
Dalam Kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk lebih aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga dalam melakspeserta didikan pembelajaran, guru dituntut untuk memposisikan peserta didik sebagai subyek dalam pembelajaran.
Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wiriaatmadja (2005:7) model atau metode adalah suatu cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan Sudjana (1996: 56-57) menyatakan bahwa metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada berlangsungnya pengajaran.
Metode pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya (Nur, 2005: 1).
Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share
Menurut (Ibrahim dkk, 2000: 26), model Think-Pair-Share (TPS). dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Pendekatan struktural “Think-Pair-Share” memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan menjawab serta saling membantu satu sama lain. Dalam menerapkan pendekatan struktural “Think -Pair-Share” digunakan tahap-tahap sebagai berikut: (1) Tahap-1: Think (berfikir). (2) Tahap -2: Pairing (berpasangan). (3) Tahap -3: Sharing (berbagi).
Menurut Lie (2002: 56) bahwa, “Menggunakan metode pembelajaran kooperatif model ”Think-Pair-Share” ini, memberi siswa kesempatan un tuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari model ”Think Pair-Share” ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Pada metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagi hasilnya untuk seluruh kelas, Teknik Berpikir-Berpasangan -Berempat ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain”.
Kerangka Pemikiran
Belajar merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Pada umumnya proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas yang merupakan satu kesatuan kegiatan guru dan peserta didik. Indikator keberhasilan peserta didik dalam belajar dapat dilihat pada hasil belajarnya. Berdasarkan pengalaman mengajar selama ini dalam membelajarkan Agama kristen masih berjalan monoton dengan metode yang kurang bervariasi.
Pada pembelajaran materi Penyimpangan sosial, dampak dan upaya pencegahannya ini guru menyajikan informasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Think-Pair-Share”.
Hipotesis Tindakan
Sesuai dengan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif model “Think -Pair-Share” dapat meningkatkan keaktifan peserta didik selama mengikuti pembelajaran? (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif model “Think -Pair-Share” dapat meningkatkan pemahaman pembaptisan bagi peserta didik. (3) 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif “Think -Pair-Share” dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sragen tepatnya Kelas VII yang beragama kristen.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap sejak analisis awal hingga penyelesaian penulisan laporan dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2015.
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII yang beragama kristen SMP Negeri 1 Sragen dengan jumlah siswa 15 peserta didik, sedangkan obyek penelitian motivasi pemahaman pembabtisan sakramen dan hasil belajar peserta didik.
Prosedur Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 16) dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Metode Dokumentasi (2) Metode Tes, (3) Metode Observasi, (4) Teknik Wawancara.
Alat Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 198-201) metode dan alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
- Observasi, digunakan untuk pengamatan (observasi) yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Karena pengamatan (observasi) merupakan suatu prosedur yang terencana, antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
- Dokumentasi, teknik dokumentasi digunakan untuk merekam sejumlah kegiatan nyata selama proses pembelajaran berlangsung.
- Butir Soal tes. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik adalah dengan teknis tes. Jenis soal yang dipakai adalah tes tertulis berbentuk obyektif atau essay terstruktur.
Teknik Validitas Data
Moleong (1989:195) berpendapat bahwa trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun definisi triangulasi metode menurut Sutopo (2002:80) adalah mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Triangulasi dilakukan dengan cara memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda beda untuk menggali data yang sejenis, selain itu juga ada cara lain yaitu dengan menggali informasi dari suatu narasumber tertentu, dari kondisi lokasinya, dari aktivitas yang menggambarkan prilaku orang atau warga masyarakat atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud peneliti.
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil jika penerapan metode pembelajaran “Think-Pair-Share” dapat meningkatkan motivasi melalui penilaian sikap, keterampilan, dan nilai pengetahuan peserta didik, yaitu
- Nilai pengetahuan dan keterampilan peserta didik minimal 71–75 atau dikonversi 2,67 dengan predikat B- mencapai 85% dari kelas yang diteliti yang berjumlah 15 peserta didik.
- Nilai sikap peserta didik yang mendapatkan nilai minimal 76–80 atau dikonversi 3,00 dengan predikat B mencapai 85% dari kelas yang diteliti
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Pra Siklus
Sebelum diterapkan metode Think Pair Share dalam pembelajaran, pada pra penelitian dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, tanya jawab secara klasikal, dan memberi tugas baik kelompok maupun tugas individu. Sehingga dampaknya peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran dan menyebabkan hasil belajar rendah yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1: Hasil Tes Pra Siklus
No | Uraian | Nilai | Konversi | Predikat | Persentase |
1 | Nilai terendah | 60 | 1,67 | C- | |
2 | Nilai tertinggi | 80 | 3,00 | B | |
3 | Rata-rata | 71,67 | 2,67 | B- | |
4 | Nilai ≥ 71 | Jumlah 12 peserta didik | 80% | ||
5 | Nilai ≤ 70 | Jumlah 3 peserta didik | 20% |
Tabel 2: Nilai Kompetensi Keterampilan Pra Siklus
No | Uraian | Nilai | Konversi | Predikat | Persentase |
1 | Nilai terendah | 73 | 2,67 | B- | |
2 | Nilai tertinggi | 77 | 3,00 | B | |
3 | Rata-rata | 75,69 | 3,00 | B |
Deskripsi Hasil Siklus I
Observasi Sikap peserta didik
Berdasarkan hasil observasi sikap peserta didik disimpulkan bahwa peserta didik yang mendapat nilai C hanya 3 peserta didik atau 20%, sedangkan yang mendapat nilai B sebesar 80%.
Observasi aspek keterampilan peserta didik
Berdasarkan hasil observasi keterampilan peserta didik disimpulkan sebagai berikut:
- Rata-rata peserta didik aktif terlibat diskusi sebesar 74,93 konversi 2,67 dengan predikat B-
- Rata-rata peserta didik mengumpulkan tugas individu sebesar 75,93 konversi 3,00 dengan predikat B
- Rata-rata peserta didik aktif presentasi sebesar 75,93 konversi 3,00 dengan predikat B
- Rata-rata aspek keterampilan sebesar 75,44 konversi 3,00 dengan predikat B
Deskripsi Hasil Siklus II
Observasi Keaktifan peserta didik
Berdasarkan hasil observasi sikap peserta didik dapat dideskripsikan dalam bentuk laporan sebagai berikut:
Berdasarkan laporan pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa:
- Nilai kompetensi sikap aspek spiritual: nilai sangat baik (SB) mencapai 7 peserta didik atau 46,67%, nilai baik (B) berjumlah 8 peserta didik atau 53,33%.
- Nilai kompetensi sikap aspek jujur: nilai sangat baik (SB) mencapai 8 peserta didik atau 53,33%, nilai baik (B) berjumlah 7 peserta didik atau 46,67%.
- Nilai kompetensi sikap aspek disiplin: nilai sangat baik (SB) mencapai 6 peserta didik atau 40%, nilai baik (B) berjumlah 9 peserta didik atau 60%.
- Nilai kompetensi sikap aspek kerjasama: nilai sangat baik (SB) hanya mencapai 7 peserta didik atau 46,67%, nilai baik (B) berjumlah 8 peserta didik atau 53,33%.
- Nilai kompetensi sikap aspek santun: nilai sangat baik (SB) hanya mencapai 4 peserta didik atau 26,67%, nilai baik (B) berjumlah 11 peserta didik atau 73,33%.
- Nilai kompetensi sikap berdasarkan modus dapat dijelaskan bahwa nilai sangat baik (SB) mencapai 6 peserta didik atau 40%, nilai baik (B) berjumlah 9 peserta didik atau 60%. Sehingga secara klasikal peserta didik sudah mencapai batas nilai minimal, B-
Observasi Aspek Keterampilan Peserta Didik
Berdasarkan hasil observasi keterampilan peserta didik dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Berdasarkan laporan di atas dapat disimpulkan bahwa:
- Rata-rata peserta didik aktif terlibat diskusi sebesar 83 konversi 3,33 dengan predikat B+
- Rata-rata peserta didik mengumpulkan tugas individu sebesar 85 konversi 3,33 dengan predikat B+
- Rata-rata persentase peserta didik aktif presentasi sebesar 86,33 konversi 3,67 dengan predikat A-
- Rata-rata persentase aspek keterampilan sebesar 84,78 konversi 3,33 dengan predikat B+
Hasil Belajar Peserta Didik
Nilai pengetahuan diperoleh berdasarkan hasil ulangan yang dilaksanakan pada akhir siklus II. Adapun hasil belajar peserta didik yang beragama Kristen dapat dilihat pada laporan berikut ini:
Berdasarkan hasil tes pengetahuan peserta didik dapat diketahui jumlah peserta didik yang mendapat nilai ≥ 76 berjumlah 15 peserta didik atau 100% dari 15 peserta didik dan tidak ada yang mendapat nilai ≤ 75. Untuk nilai terendah sebesar 80 yang dikonversi 3,00 dengan predikat B nilai tertinggi 95 yang dikonversi 4,00 dengan predikat A. Sedangkan rata-rata mencapai 86,33 yang dikonversi 3,67 dengan predikat A-.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan pembelajaran kooperatif “Think-Pair-Share” sebagai berikut:
- Nilai kompetensi sikap berdasarkan modus dapat disimpulkan bahwa pada siklus I nilai sangat baik (SB) hanya mencapai 1 peserta didik atau 6,67%, siklus II menjadi 6 peserta didik atau 40%, siklus I nilai baik (B) berjumlah 12 peserta didik atau 80%, sikls II menjadi 9 peserta didik atau 60%. Sedangkan siklus I nilai cukup (C) berjumlah 2 peserta didik atau 13,33%, siklus II tidak ada.
- Rata-rata kelas aspek keterampilan siklus I sebesar 76,22 konversi 3,00 dengan predikat B, siklus II meningkat menjadi 84,78 konversi 3,33 dengan predikat B+. sehingga aspek keterampilan meningkat sebesar 8,56 poin.
- Nilai rata-rata kelas pada siklus I mencapai 77,47 yang dikonversi 3,00 dengan predikat B, siklus II meningkat menjadi 86,33 yang dikonversi 3,67 dengan predikat Sehingga rata-rata kelas meningkat sebesar 8,86%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, antara lain:
- Guru agama Kristen SMP hendaknya mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif Think Pair Share.
- peserta didik jangan takut untuk share atau mempresentasikan pemahaman karena selain memperkuat hasil belajar juga dapat berlatih mental keberanian yang positif.
- Perlu penelitian lebih lanjut dengan perbaikan-perbaikan agar penerapan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share untuk pokok bahasan lain sehingga keaktifan dan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anne de Graaf. 1999. Kitab suci untuk anak anak 6 (Nabi Elia dan Nabi Yunus ). Yogyakarta: kanisius.
Abineno J.L.Ch. 2007. Roh Kudus & Perkerjaan-Nya. Jakarta: PT. BPK Gunung
Akitab. 2000. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia
Alkitab Hidup berkelimpahan. 1999. Jakarta: Gandum Mas
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Bumi Aksara
Bakker,FL, 1979. Sejarah kerajaan Allah II,Bpk. Jakarta
Benny Harahap. ddk. 2003. TerangNya Bercahaya I,II,III,Anugerah sejati.
Dewan Redaksi. 1983. Program PEK-DGI,Cermin Remaja I,II,III. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran, Studi dan PengajaranJakarta: Rineka Cipta.
Dien Sumiyatiningsih. Pdt.Dra.GD.Th.MA. dk. 2006. Sahabat sejati. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Groome.H.Thomas.2011.Chirstian Religious Eduction.Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Himawan Djaya Endra. M.Th. dkk. 2003. Hidup Baru Menjadi Terang. I,II,III, Bandung: CV. Bina Media Informasi.
Ibrahim, Muslimin, Rachmadiarti, Fida, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press.
Indonesia.Alkitab. LAI, Jakarta, 1997
Lie, Anita. 2002. Cooperatif Learning, Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang KelasJakarta: Grasindo.
Moleong, Lexy.J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulia.Bertens.K. 2011. Etika. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan,Implementasi.
Nur, Mohamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press.
Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarjono.Y.S.AG. dkk. 1997. Lentera Kasih,I,II,III. Surakarta: CV. Pancaran Kasih.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutopo. H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi PengajaranJakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Wiraatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Jakarta: Rosdakarya
Van Niftrik-B.J.Boland. 2010. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia.