Peningkatan Partisipasi Aktif dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode STAD
PENINGKATAN PARTISIPASI AKTIF DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII.2 SMP NEGERI 2 TEMBILAHAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Yenni
SMPN 2 Tembilahan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan partisipasi aktif dan hasil belajar siswa kelas VII.2 di SMP Negeri 2 Tembilahan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran PKn. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas. Subjek penelitian ini siswa kelas VII.2 di SMP Negeri 2 Tembilahan yang partisipasi aktif dan hasil belajar dalam mata pelajaran PKn masih rendah atau kurang dari 70 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan dokumentasi. Untuk menganalisis data dari hasil lembar observasi partisipasi aktif dan nilai rata-rata kelas mengunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan partisipasi aktif dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil observasi peningkatan partisipasi aktif belajar siswa pada siklus II. Pada Siklus I siswa yang melakukan partisipasi aktif yang mencapai kriteria sedang sebanyak 20 siswa, dimana skor yang diperoleh masih dibawah 70. Sedangkan yang mencapai kriteria baik 13 siswa sudah mendapat skor minimal 70. Pada Siklus II yang mencapai kriteria sedang hanya 9 orang, dan yang mendapat kriteria baik 25 orang. Dari data tersebut bisa dilihat adanya peningkatan, dimana pada Siklus I yang mendapat kriteria sedang dari 20 menurun menjadi 9 siswa pada siklus II, sedangkan yang mendapat kriteria baik dari siklus I sebanyak 13 siswa, naik menjadi 25 siswa. Dari hasil tersebut dapat dikatakan partisipasi aktif siswa meningkat karena sudah memehuni kriteria yang telah ditentukan, dimana yang mengikuti partisipasi aktif minimal 23 siswa dengan memperoleh skor minimal 70. Peningkatan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dari tahap Siklus I rata -rata yang diperoleh 69,09 naik menjadi rata-rata 76,97 pada tahap siklus II. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui terjadi peningkatan rata-rata 7,88 dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan dengan adanya perolehan nilai siswa rata-rata dari siklus I (69,09) meningkat cukup signifikan pada siklus II dengan nilai rata-rata (76,97).
Kata Kunci: Kooperatif Tipe STAD, Pkn, Hasil Belajar, STAD.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin modern, terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas tentu saja dengan jalan pendidikan. Salah satu usaha pembangunan adalah dengan meningkatkan mutu (kualitas), pendidikan merupakan modal jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi manusia pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut perlu adanya peningkatan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran yang diselengarakan secara formal di sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan dalam diri siswa secara terencana baik aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi oleh lingkungan, antara lain guru, murid, kepala sekolah, materi dan berbagai sumber. Menurut Sadali (Suyato, 2006: 98) kualitas pengajaran diukur dan ditentukan oleh seberapa besar kegiatan pembelajaran dapat menjadi alat pengubah tingkah laku individu kearah yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri, dimana tujuan dan visi dari mata pelajaran ini merupakan pelajaran yang berorientasi pada terbentuknya masyarakat sipil (Civil Society), dengan memberdayakan warga negara.
Menurut NCSS (National Council of Social Studies) PKn adalah proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksudkan untuk membentuk pandangan seorang warga negara dalam peranannya di masyarakat. Dalam pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sehubungan dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Sehingga masih perlu meningkatkan prestasi/hasil belajar. Dengan permasalahan kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah memperbaiki metode pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik dan menyenangkan ketika belajar. Dimana guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas hendaknya mampu mengembangkan pola interaksi sehingga siswa menjadi termotivasi, kreatif, responsif, interaktif dan evaluative. Dalam kenyataanya, guru dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran di kelas masih menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII.2 di SMP Negeri 2 Tembilahan, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah karena masih ada beberapa siswa yang belum mencapai taraf ketuntasan belajar yaitu ≥ 70 sehingga, masih diperlukan suatu perbaikan. Berdasarkan pengamatan penulis pada kelas VII.2 menunjukkan keadaan kelas yang selalu ribut, susah diatur, bahkan ketika guru menerangkan materi ada beberapa siswa yang tidur, juga pada waktu guru memberikan tugas ada beberapa siswa yang tidak mau mengerjakan. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa setiap diberi tugas mencapai rata-rata 65. Melihat permasalahan di atas, terdapat suatu gambaran bahwa akar penyebab masalah bermuara pada strategi pembelajaran yang kurang mampu membangkitkan keterampilan berpikir kritis siswa. Untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan metode pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.
Dengan memberikan pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah Pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerja sama-sama untuk mempelajari dan menyelesaikan suatu masalah. Salah satu tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif STAD adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu metode kooperatif yang paling sederhana, metode yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekaatan kooperatif. Bentuk pembelajaran ini melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut di atas, yaitu mengetahui pentingnya penerapan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses belajar mengajar khususnya didalam meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa di kelas, maka peneliti memfokuskan penelitiannya dengan melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam upaya meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas VII.2 SMP Negeri 2 Tembilahan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah dan batasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada sebagai beriku:
a. Bagaimana peningkatan partisipasi aktif siswa dengan pengunaan metode kooperatif tipe STAD pada kelas VII.2 bidang studi PKn di SMP Negeri 2 Tembilahan?
b. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan metode kooperatif tipe STAD pada kelas VII.2 bidang studi PKn di SMP Negeri 2 Tembilahan?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
a. Untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa kelas kelas VII.2 terhadap mata pelajaran kewarganegaraan melalui metode kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 2 Tembilahan.
b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.2 terhadap mata pelajaran kewarganegaraan melalui metode kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 2 Tembilahan.
Manfaat
a. Manfaat Teoritis
1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan memberikan sumbangan untuk meningkatkan hasil belajar pada umumnya dan pengajaran PKn pada khususnya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Peneliti ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke golongan IV/b.
2. Bagi Sekolah
Sebagai referensi metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan hasil penelitian ini dapat berguna dalam keefektifan kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
3. Manfaat bagi Guru
a) Guru memiliki alternatif pembelajaran PKn dengan menggunakan metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
b) Wawasan tambahan dalam menggunakan metode pembelajaran PKn.
c) Mempererat hubungan komunikasi dengan siswa.
4. Bagi siswa
a) Siswa lebih aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran dan membangkitkan motivasi diri siswa dalam belajar sehingga hasil belajar dapat meningkat.
b) Menjalin kerjasama dan komunikasi sesama siswa untuk saling menghormati dan menjelasakan serta antara guru dengan siswa selama pembelajaran PKn.
KAJIAN PUSTAKA
Partisipasi Aktif Siswa
Menurut Tjokrowinoto partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya berfikir dan perasaan mereka bagi terciptanya tujuan-tujuan, bersama bertanggungjawab terhadap tujuan tersebut. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 156). Partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lai:
a. Pengetahuan/kognitif berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan dan ketrampilan.
b. Kondisi situasional seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial dan faktor-faktor sosial.
c. Kebiasaan sosial seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.
d. Kebutuhan meliputi kebutuhan Approach (mendekatkan diri), Avoid (menghindari) dan kebutuhan individual.
e. Sikap meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial, minat dan perhatian.
Hasil Belajar
Pada hakekatnya menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya). Untuk mengetahui bahwa tidak semua perubahan yang terjadi pada manusia merupakan hasil belajar atau prestasi belajar. Perubahan yang dimaksud ini yaitu perubahan yang terjadi secara sadar dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian perubahan hasil belajar semakin banyak usaha yang dilakukan akan semakin baik perubahan yang akan dicapai. Gagne dalam Sutikno menyebutkan ada lima macam hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Jenis-jenis belajar ada 3 yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Siti Nurjanah, 2007: 14), hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan kepuasan kepada individu yang belajar. Nana Sudjana (2002: 22) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah seseorang memiliki pengalaman belajarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Hasil belajar ditentukan oleh evaluasi. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar. Tujuan utama evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen adalah suatu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksteren adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Menurut Slameto (1998:54-57), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu adalah:
a. Faktor intern meliputi: Faktor jasmaniah, faktor psikologi.
b. Faktor eksteren meliputi: Faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda. Menurut pendapat Kauchak (1998: 234) pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa untuk menemukan ilmu pengetahuan yang spesifik dan memberikan masukan antar personal dalam grup. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Thompson dalam disertasinya Hartati (1997: 22), mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akedemik dan keterampilan antar pribadi. Dari berbagai uraian yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif suatu strategi pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat saling bantu membantu antar anggota dalam kelompoknya untuk mencapai kemajuan kelompoknya. Menurut Slavin (1995: 5) tiga konsep penting yang menjadi central metode kooperatif learning adalah:
a. Team rewards, yang berarti suatu tim akan memperoleh penghargaan jika tim tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan.
b. Individual accountability, yang berarti kesuksesan tim tergantung pada belajar secara individu dari masing-masing anggota tim.
c. Equal opportunities for success, yang berarti setiap tim memiliki kesempatan yang sama untuk memberi konribusi bagi kesuksesan tim dengan perkembangan masing-masing anggota dalam pencapaian hasil belajar.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan yang positif, saling interaksi tatap muka, setiap individu bertanggungjawab, adanya komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya, sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk memberikan peran aktif dalam kegiatan kelompok. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok belajar dan bekerja, evaluasi, dan memberikan penghargaan (Suyatno, 2009: 52).
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement Division)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin, STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2009: 143). Tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Ciri-ciri pembelajaran tipe STAD, yaitu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, tiap kelompok terdiri 4-5 anggota yang heterogen, dan belajar dengan metode pembelajaran
PKN
Pada Hakekatnya PKn merupakan Civic Education. Menurut NCSS (National Council of Social Studies), PKn adalah proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksudkan untuk membentuk pandangan seorang warga negara dalam perananya di masyarakat. PKn mengambil bagian dari pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ciri yang penting dari PKN adalah (1) merupakan program pendidikan (proses yang meliputi pengaruh positif), (2) fokus materinya adalah ideologi nasional, proses pemerintahan sendiri, hak dan kewajiban asasi dan warga negara sebagaimana yang dijamin dalam konstitusi ditambah dengan pengaruh positif dari keluarga, sekolah dan masyarakat, (3) tujuannya adalah membentuk orientasi warga negara tentang peranannya dalam masyarakat (Cholisin, 2004: 7). Visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah berorientasi pada terbentuknya masyarakat demokratis yang lebih dikenal dengan masyarakat madani (civil society). Berdasarkan pada visi mata pelajaran PKn tersebut, maka dapat dikembangkan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru, yaitu membentuk warga Negara yang baik (good citizenship), yaitu menciptakan kompetensi siswa agar mampu berperan aktif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan pemerinthan demokratis melalui pengembangan pengetahuan karakter dan keterampilan warga Negara. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki fungsi sebagai wahana untuk membentuk warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia yang merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan PKn adalah membentuk warga negara yang lebih baik (a good citizen) dan mempersiapkannya untuk masa depan.
Matapelajaran Kewarganegaraan yaitu membantu terwujudnya warganegara yang ideal yaitu warganegara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan karakter sesuai dengan konsep dan prinsip pendidikan kewarganegaraan. Sehubungan dengan itu, Matapelajaran kewarganegaraan mencakup dimensi yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan nilai (values). Keterampilan kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya berperan aktif mewujudkan masyarakat madani, keterampilan mempengaruhi dan monitoring jalannya pemerintahan. Secara garis besar dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (Civic knowledge) yang tercukup dalam Matapelajaran Kewarganegaraan meliputi politik, hukum dan moral. Pendidikan kewarganegaraan dipandang sebagai matapelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu terbentuknya warganegara yang baik sesuai dengan falsafah dan konstitusi bangsa Indonesia.
Kerangka Berpikir
Siswa dapat dikatakan belajar apabila terjadi proses perubahan tingkah laku. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran itu tercapai dengan baik. Untuk dapat mengetahui ketercapainya tujuan pembelajaran maka perlu dilakukan evaluasi atau melakukan penilaian pada akhir proses pembalajaran. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan metode pembelajaran yang tepat dan efektif. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa secara aktif adalah metode kooperatif tipe STAD. Melalui penerapkan metode ini memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk mampu bekerja sama, bersosialisasi antar teman, belajar untuk saling berbagi pengetahuan dengan sesama anggota kelompoknya. Pembelajaran metode kooperatif tipe STAD tersebut diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Prestasi belajar siswa dapat diukur dari sejauh mana siswa menguasai, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi materi pembelajaran yang diberikan oleh guru, serta dapat menginterpretasikan informasi yang diperoleh selama proses pembelajaran.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pembelajaran PKn dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa.
b. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tembilahan, secara geografis terletak di Jl. Tanjung Harapan Tembilahan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 atau lebih tepatnya pada bulan Juli s/d Oktober 2017.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.2, dengan jumlah siswa 36. Sesuai dengan hasil pengamatan di kelas tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajarnya masih rendah, hal ini akan berakibat pada kurang meningkatnya hasil belajar siswa. Pada kelas tersebut yang nantinya akan dilakukan suatu tindakan kelas. Tindakan tersebut akan dilakukan dengan menerapkan pembelajaran metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Jenis Dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan classroom action research, dalam bahasa inggris. penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif berupa tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang akan digunakan ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, yang diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka dari partisipasi siswa dan tes hasil belajar siswa. Desain penelitian yang dikembangan dalam penelitian ini adalah desain yang diadaptasi dari Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya, 1994: 20), yang menggambarkan bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanaan melalui beberapa siklus dan masing-masing terdiri dari 4 tahap. Secara garis besar, penelitian tindakan kelas model Kemmis & Taggart terdiri dari empat aspek pokok, yaitu: Penyusunan rencana, Tindakan, Observasi dan Refleksi
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah
a. Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Pada pengamatan ini menggunakan observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kelompok yang sedang diamati.
b. Tes
Tes dalam hal ini berupa soal-soal yang diujikan kepada siswa mengetahui hasil belajar PKn. Data yang dikumpulkan yaitu data hasil belajar dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata perlajaran PKn.
c. Teknik dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160), instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa
b. Soal tes
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini di desain sebagai penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilakukan dengan beberapa siklus. Siklus I yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus II yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Juli 2017. Tindakan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Agustus 2017. Berdasarkan hasil observasi pada partisipasi aktif siswa dilihat dari hasil pengamatan yang di amati dalam setiap aspeknya, yang ada pada indikator sebagai berikut: Siswa aktif berperan serta dalam kegiatan pembelajaran dikelas selama proses pembelajaran, melakukan diskusi dalam kelompok STAD, mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan baik pada waktu diskusi kelompok, mengerjakan soal-soal kelompok dengan baik, dan mau bekerjasama dalam kelompok. Pada siklus pertama ini siswa yang hadir sebanyak 33 siswa. Skor partisipasi yang diperoleh masing-masing siswa siklus I menunjukkan bahwa dari 33 siswa, 20 siswa yang belum berhasil dalam pencapaian kriteria dalam partisipasi, belum dapat dikatakan melakukan aktivitas belajar, karena skor yang diperoleh kurang dari 70. Sedangkan siswa yang berhasil melakukan aktivitas hanya 13 siswa. Jadi pada siklus pertama ini partisipasi aktif siswa belum dikatakan meningkat karena belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang dicapai, dimana kriteria tersebut minimal 23 siswa yang melakukan aktivitas dengan mendapatkan skor minimal 70. Peningkatan partisipasi aktif siswa pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran pertemuan pertama siswa dikatakan belum berhasil.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa kemudian dicari skor rata-rata siswa secara keseluruhan dalam satu kelas, ini dilakukan untuk mengetahui keadaan hasil belajar siswa pada siklus I secara keseluruhan. Hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh setelah siswa mengerjakan post tes siklus I, nilai rata-rata hasil post test siklus I sebesar 74,09 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 65. Kekurangan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan pada siklus I antara lain: dalam penerapan model tersebut guru kurang memotivasi siswa sehingga siswa kurang semangat dalam proses pembelajaran, guru kurang mengontrol anak-anak dalam mengerjakan tugas diskusi, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, keadaan kelas yang ramai dan tidak kondusif mengakibatkan siswa kurang serius dalam proses belajar mengajar, dan siswa masih kurang berani dalam memberikan pendapat ketika siswa dari kelompok lain mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka perlu adanya siklus lanjutan untuk memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe STAD.
Siklus II
Siklus II dilakakukan dua kali pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Agustus 2017 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai dari jam 08.20 – 09.40 pada sub pokok bahasan “pengertian hukum dan pembagian hukumâ€. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Agustus 2017 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai dari jam 08.20 – 09.40 pada sub pokok bahasan “Arti penting hukum dalam kehidupan bernegaraâ€. Pada siklus ini siswa jumlah siswa yang hadir yaitu berjumlah 33 siswa. Berdasarkan hasil observasi bahwa di dalam proses pembelajaran melalui metode kooperatif tipe STAD ternyata dapat meningkatkan adanya partisipasi aktif siswa, hal ini bisa dilihat pada tabel diatas yang menunjukan bahwa siswa yang aktif berperan serta dalam proses pembelajaran dengan jumlah siswa 25, dengan mendapatkan skor minimal 70 dari lembar pengamatan. Sedangkan yang belum beraktifitas berkurang menjadi 9 siswa, yang belum mencapai criteria keberhasilan, karena skor yang diperoleh dari lembar pengamatan masih kurang dari 70. Siswa juga sudah lebih aktif dibandingkan sebelumnya, dan sudah mulai terbiasa dengan teman kelompoknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam partisipasi aktif siswa sudah dapat dikatakan meningkat, karena semua indikator dalam partisipasi aktif sudah mencapai kriteria yang telah ditentukan, yaitu minimal 23 siswa yang melakukan partisipasi aktif.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa kemudian dicarilah skor rata-rata siswa secara keseluruhan dalam satu kelas, ini dilakukan untuk mengetahui keadaan hasil belajar siswa pada siklus II secara keseluruhan. Adapun hasil perhitungan skor rata-rata dari 34 siswa secara keseluruhan dalam satu kelas adalah semua siswa sudah mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu memperoleh nilai ≥ 70 masing-masing siswa pada siklus ke II yaitu mencapai rata-rata 76,97. Maka dari hasil pengamatan dan refleksi di siklus II maka penerapan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan Partisipasi aktif siswa dan Hasil belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VII.2 di SMP Negeri 2 Tembilahan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan Partisipasi aktif belajar PKn siswa di kelas dilihat adanya peningkatan, dimana pada Siklus I yang mendapat kriteria sedang dari 20 menurun menjadi 9 siswa pada siklus II, sedangkan yang mandapat kriteria baik dari siklus I sebanyak 13 siswa, naik menjadi 25 siswa. Dari hasil peningkatan tersebut maka dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah dapat dikatakan meningkat partisipasi aktif siswa karena sudah memehuni kriteria yang telah ditentukan, dimana yang mengikuti partisipasi aktif minimal 23 siswa dengan memperoleh skor minimal 70. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap partisipasi aktif siswa pada mata pelajaran PKn.
b. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar belajar PKn siswa di kelas. Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat dari adanya perubahan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada pra tindakan dan setiap akhir siklus. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tahap siklus I 69,09 naik menjadi rata-rata 76,96 pada tahap siklus II. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui terjadi peningkatan siklus I dan peningkatan rata-rata 7,88 dari siklus I ke siklus II.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maupun kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
a. Di dalam proses belajar mengajar telah terbukti bahwa dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan Partisipasi Aktif siswa, diharapkan guru dapat mengembangkan metode STAD dalam proses belajar mengajar khususnya Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Di dalam proses belajar mengajar telah terbukti bahwa dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diharapkan guru dapat mengembangkan metode STAD dalam proses belajar mengajar khususnya Pendidikan Kewarganegaraan.
DAFTAR PUSTAKA
_____________ (1995). Cooperatif Learning, Theory, Research, and practice. London: Ally and Bacon.
_______________ (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakrta: Bumi Aksara.
Abdul Gafur. (2003). Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Siswa Sekolah Menengah Umum SMU. Yogyakarta: Pasca Sarjana UNY.
Anas Sudijono. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Anita Lie. (2002). Kooperatif learning: Mempraktekan kooperatif learning di Luar kelas. Jakarta:Grassindo.
Cholisin. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta: Fakultas Ilmu sosial dan Ekonomi UNY.
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud dan PT Renika Cipta.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHacea/7c4d72ac.dir/doc.pd f. Diambil pada tanggal 7 Juli 2017.
http://turindraatp.blogspot.com/2009/06/pengertian-partisipasi.html. Diambil pada tanggal 7 Juli 2017.
http://www.canboyz.co.cc/2010/05/pengertian-definisi-partisipasi.html. Diambil pada tanggal 7 Juli 2017.
Muktakim. (2001). Psikologi Pendidikan. Semarang: FTIW.
Nana Sudjana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. (1993). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Roskarya.
Robert E. Slavin. (2009). Cooperatif Learning teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa Media.
Rochiati Wiriaatmadja. (2006). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: Pascasarjan UPI dan PT Remaja Rosdakarya.
Siti Nurjanah. (2007). Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Pada Pokok Bahasan Pengerjaan Hitung Campuran Melalui Model Pembelajaran Semester 1 SDN Perumas Krapyak 2001.
Slameto. (1998). Belajar dan Fakto-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sotikno Sobry. (2004). Menuju Pendidikan Bermutu. Mataram: NTP Press.
Sri Hartati. (1997). Strategi pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar biologi di SMU:Edukasi.
Suharsimi Arikunto. (1997). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunarso dkk. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan pkn untuk perguruan tinggi.Yogyakarta: UNY Press.
Susilo. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: Pustaka Book Publishen.
Suwarsih Madya. (1994). Panduan Penelitian Tindakan. Lembaga Penelitian FKIP IKIP Yogyakarta.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara. Permen No.22 Tahun 2006 Tentang Standar isi.