PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI NEGARA MAJU

DAN NEGARA BERKEMBANG DALAM PEMBELAJARAN IPS

MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS IX B

SMP NEGERI SURAKARTA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Sri Andayani

Guru SMP Negeri 4 Surakarta

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai Negara Maju dan Negara Berkembang dalam pembelajaran IPS pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 atau tidak. 2) Untuk mengetahui sejauhmana peningkatan pemahaman siswa mengenai Negara Maju dan Negara Berkembang dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. 3) Untuk menjelaskan proses mengajar IPS dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, subjek penelitian adalah siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa yang dijadikan objek sebanyak 25 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan deskrptif komparatif dan kritis. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Penggunaan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa pada pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011, hal tersebut ditunjukkan dengan hasil belajar siswa pada kondisi awal nilai rata-rata kelas sebesar 65,24. Siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 71,16. Pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 76,52. 2) Peningkatan pemahaman siswa mengenai Negara Maju dan Negara Berkembang dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran NHT pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 dari kondisi awal sampai dengan siklus II yaitu rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 65,24 dan pada siklus II rata-rata kelas sebesar 76,52. Sehingga mengalami peningkatan sebesar 11,28. 3) Penerapan pengajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran NHT pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 dilaksanakan dengan menerapkan langkah-langkah sesuai model NHT yaitu: 1) Penomoran, 2) Mengajukan pertanyaan, 3) Berfikir Bersama, dan 4) Menjawab Pertanyaan.

Kata Kunci: Cooperative Learning, Numbered Heads Together, Pemahaman Siswa, Negara Maju dan Negara Berkembang


LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan bertujuan menumbuh kembangkan potensi manusia agar menjadi manusia dewasa, beradab, normal (Jumali, dkk, 2004: 1). Melalui pendidikan diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di bidangnya sehingga sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang tanpa adanya pendidikan. Dengan demikian, pendidikan harus diarahkan untuk membentuk manusia yang berkualitas, mampu bersaing, memiliki budi pekerti yang luhur dan bermoral baik.

Proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar selama ini masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH), siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran IPS karena selama ini pelajaran IPS dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar IPS siswa di sekolah. Masalah utama dalam pembelajaran IPS ialah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan seperti yang diinginkan.

Permasalahan mengenai proses pembelajaran IPS yang telah diuraikan di atas seringkali dialami oleh sekolah-sekolah. Salah satunya pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta. Berdasarkan hasil tes awal menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi Negara Maju dan Negara Berkembang siswa rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa, dari 25 siswa hanya 11 siswa (44%) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65, sedangkan 14 siswa (56%) memiliki nilai tidak tuntas atau di bawah KKM.

Hasil pengamatan awal pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta, dalam setiap proses pembelajaran yang terjadi, ternyata sebagian siswa belum memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Padahal setiap kali guru selesai mengajarkan materi, selalu bertanya kepada siswa mengenai kejelasan materi yang telah disampaikan tetapi tidak ada siswa yang bertanya. Namun, saat diberi latihan soal siswa kesulitan dan tidak bisa mengerjakan.

Guna mengatasi permasalahan di atas, peneliti berupaya mengatasinya dengan menerapkan metode pembelajaran Cooperative Learning Model Numbered Head Together (NHT). Menurut Nurhadi dkk (2004: 61) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait, elemen-elemen tersebut antara lain: 1) saling ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individual, 4) keterampilan menjalin hubungan antar individu.

Pembelajaran kooperatif model numbered head together merupakan sebuah varian diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Dengan langkah-langkah sebagai berikut (Nurhadi dkk, 2004:67); 1) Penomoran (numbering), 2) pengajuan pertanyaan (questioning), 3) berfikir bersama (head together), 4) pemberian jawaban (answering).

Perumusan Masalah

Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini ialah:

1. Apakah metode pembelajaran co-operative learning model Numbered Heads Together (NHT) dapat mening-katkan pemahaman siswa mengenai Negara Maju dan Negara Berkembang dalam pembelajaran IPS pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 atau tidak?

2. Seberapa jauh peningkatan pema-haman siswa mengenai Negara Maju dan Negara Berkembang dalam pem-belajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011?

3. Bagaimanakah penerapan pengajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011?

LANDASAN TEORI

Metode Cooperative Learning

Menurut Slavin (2009: 4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Anita Lie (2008: 12) mengungkapkan bahwa: Pembelajaran cooperative learning adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur.

Menurut Solihatin (2007:4) mengemukakan pandangannya bahwa: Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja didalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, yang keberhasilannya tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning merupakan model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikap siswa sesuai dengan kehidupan nyata melalui kerjasama diantara sesama siswa yang akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan prestasi belajar. Belajar kooperatif ini, tingkat keberhasilannya sangat ditentukan kerja team dalam kelompok.

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Menurut Anita Lie (2008: 59) model pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model pembelajaran NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama siswa. Pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan tentang keragaman dan pengembangan keterampilan. Model pembelajaran NHT mengutamakan kerja kelompok daripada individual sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Sedangkan menurut Ibrahim (2006: 28) NHT merupakan pendekatan setruktural pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagan, dkk. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.

Menurut Zaenal Arifin (2009: 14) Numbered Head Together (NHT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap siswa diberikan pertanyaan yang sama tetapi berada dalam kelompok yang berbeda) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa, mengumumkan hasil dan memberikan reward.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT sangat baik digunakan karena model NHT mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.

Langkah-Langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2006: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2006: 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut: (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban.

Kerangka Berpikir

Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap siswa diberikan pertanyaan yang sama tetapi berada dalam kelompok yang berbeda) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa, mengumumkan hasil dan memberikan reward.

Dengan metode pembelajaran tipe Numbered Head Together pada, diharapkan proses belajar mengajar tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja tetapi dibarengi dengan praktikum. Sehingga siswa lebih paham dan mengerti terhadap materi yang disampaikan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan yang penulis kemukakan dalam hal ini adalah: ”Penggunaan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai Negara Maju dan Negara Berkembang dalam pembelajaran IPS pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah di SMP Negeri 4 Surakarta. Pelaksanaan penelitian direnca-nakan pada bulan Agustus 2010 s/d Oktober 2010.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa yang dijadikan objek sebanyak 25 siswa.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari:

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Pengamatan atau Observasi

4. Evaluasi dan Refleksi

Jenis Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data merupakan sesuatu yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah:

a.   Hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang sebelum dan setelah menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT)

b.   Proses kegiatan pembelajaran de-ngan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT).

2. Sumber data

Sumber data adalah sesuatu yang menunjukkan darimana data itu diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1) peristiwa, 2) dokumen, 3) informan atau narasumber, 4) tes.

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di kelas.

2. Tes

Bentuk tes berupa pilihan ganda dan uraian, sehingga akan terlihat kemampuan siswa dalam mempresentasikan setiap soal yang diberikan disamping melihat langkah-langkah pengerjaan dari soal.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa Kelas IX B, serta foto proses kegiatan belajar mengajar.

4. Wawancara

Wawancara adalah alat untuk memperoleh data atau fakta atau informasi dari seseorang secara lisan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur, di mana dalam melaksanakan wawancara peneliti terlebih dahulu menyusun pedoman wawancara.

Validitas Data

Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, teman sejawat bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

2. Triangulasi Metode

Dimana peneliti membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu, (misalnya catatan lapangan yang dibuat selama melakukan observasi) dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode lain (misalnya transkip dari wawancara).

Teknik Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman dalam pengajaran data dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif komparatif dan kritis.

Dengan menggunakan analisis deskrptif komparatif dan kritis, maka peneliti menjabarkan mengenai berbagai kelemahan dan kelebihan motode pembelajaran yang digunakan, apakah metode tersebut efektif atau tidak serta menganalisis keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dalam pelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.

Indikator Pencapaian

Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

a.   Hasil peningkatan prestasi belajar IPS yang diperoleh siswa di atas Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) yaitu 65.

b.   Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran

Pada observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi Kelas IX B selama proses pembelajaran sebelumnya. Selain itu juga untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi negara maju dan negara berkembang dalam pembelajaran IPS siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta. Hasil observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS menunjukkan siswa kurang aktif, cenderung banyak diam dari pada bertanya. Berikut merupakan hasil obsrevasi keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS pada kondisi awal.

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kondisi Awal

Rentang Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

14-28

Tinggi

3

12%

29-42

Sedang

10

40%

43-56

Rendah

12

48%

Jumlah

25

100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang pada kondisi awal yaitu keaktifan siswa kategori tinggi sebanyak 10 siswa (40%), kategori sedang sebanyak 12 siswa (48%) dan ketgori rendah sebanyak 3 siswa (12%).

Berdasarkan hasil pre tes pada kondisi awal menunjukkan bahwa pema-haman siswa terhadap materi Negara Maju dan Negara Berkembang siswa rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa, dari 25 siswa hanya 11 siswa (44%) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65, sedangkan 14 siswa (56%) memiliki nilai tidak tuntas atau di bawah KKM, dengan rata-rata kelas sebesar 65,24.

Oleh karena itu peneliti melakukan tindakan melalui model cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai Negara Maju dan Negara Berkembang dalam pembelajaran IPS pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

Deskripsi Tindakan Penelitian

Adapun hal-hal yang akan diuraikan meliputi deskripsi tiap siklus dan hasil dari penelitian.

1. Tindakan Siklus I

a. Rencana Tindakan Siklus I

1) Perencanaan pembelajaran dibuat oleh peneliti bekerja sama dengan guru yaitu merencanakan tindakan menggunakan model cooperative learning tipe NHT pada proses belajar mengajar IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang.

2) Menyusun perangkat pembelajaran, berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP disusun oleh peneliti. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

3) Merumuskan langkah-langkah cooperative learning tipe NHT yang terdiri dari kegiatan awal dengan mempersiapkan kondisi kelas agar siap untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dimulai dengan berdoa, kemudian guru memberikan penjelasan singkat tentang materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran sampai pada penilaian. Kegiatan inti yang menekankan pada peningkatan aktivitas tanya jawab siswa, yaitu guru menggunakan model cooperative learning tipe NHT, dan membimbing siswa dalam kegiatan belajarnya. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan menutup pelajaran, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran, informasi untuk pembelajaran selanjutnya dan ditutup dengan salam.

4) Membuat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam menjelaskan materi berupa power point

5) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Agustus 2010 di Kelas IX B dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan jumlah siswa 25 siswa.

c. Observasi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil penelitian siklus I terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I

Rentang Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

14-28

Tinggi

10

40%

29-42

Sedang

12

48%

43-56

Rendah

3

12%

Jumlah

25

100%

Berdasarkan tabel dan di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I yaitu keaktifan siswa kategori tinggi sebanyak 10 siswa (40%), kategori sedang sebanyak 12 siswa (48%) dan ketgori rendah sebanyak 3 siswa (12%).

d. Refleksi Tindakan Siklus I

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I sudah baik, terbukti siswa mempunyai perhatian dan semangat saat mengikuti pelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang. Namun, konsentrasi siswa masih kurang dalam belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan serta kurang aktif berdiskusi dan tanya jawab sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal, yang dibuktikan dengan hasil tes prestasi belajar siklus I sebagai berikut:

Berdasarkan hasil tes awal menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi Negara Maju dan Negara Berkembang siswa sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa, dari 25 siswa yang masuk kategori tuntas sebanyak 21 siswa (84%) yang memperoleh nilai tidak tuntas sebanyak 4 siswa (16%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65, dan nilai rata-rata kelas sebesar 71,16.

2. Tindakan Siklus II

a. Rencana Tindakan Siklus II

Sesuai hasil refleksi pada siklus I, menunjukkan adanya beberapa kelemahan, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Perencanaan perbaikan tindakan untuk siklus II yaitu:

1)   Guru mencoba membuat suasana lebih akrab dan komunikatif serta memberikan motivasi dengan intensitas yang lebih tinggi kepada siswa sehingga merasa nyaman dalam pembelajaran. Tujuannya adalah membuat siswa berani untuk mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya

2)   Memberikan semangat pada siswa dan mengajak siswa untuk tetap fokus memperhatikan dan mengikuti jalannya diskusi, serta mengingatkan lagi tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok.

3)   Memacu siswa agar lebih berani dalam menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat ataupun menanggapi pendapat siswa lain.

4)   Guru lebih mengingatkan lagi tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok

5)   Menyusun perangkat pembelajaran, berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

6)   Merumuskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yang terdiri dari kegiatan awal dengan untuk mempersiapkan kondisi kelas agar siap untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dimulai dengan salam, kemudian guru memberikan penjelasan singkat tentang materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran sampai pada penilaian yang dilakukan. Kegiatan inti yang menekankan pada peningkatan aktivitas tanya jawab siswa, yaitu guru menggunakan model cooperative learning tipe NHT, dan membimbing siswa dalam kegiatan belajarnya. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan menutup pelajaran, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran, informasi untuk pembelajaran selanjutnya dan di tutup dengan salam.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

a)   Guru menyampaikan materi Negara Maju dan Negara Berkembang kepada siswa

b)   Guru menjelaskan langkah-langkah kerja dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tahap – tahapnya adalah sebagai berikut:

(1) Penomoran

Pada tahap ini guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok dibentuk dari data prestasi siswa dikelas, yaitu dari siswa yang mempunyai prestasi yang baik dalam pembelajaran IPS akan dikelompokkan dengan siswa yang mempunyai prestasi yang sedang dan rendah, sehingga setiap kelompok akan terdiri dari siswa dengan kemampuan heterogen. Ada lima kelompok yang berkemampuan heterogen yang berhasil dibentuk, setiap kelompokmya terdiri dari 5 orang anggota.

(2) Mengajukan pertanyaan

Setelah kelompok berhasil dibentuk, guru membagikan soal/pertanyaan pada siswa yang sudah dibagi dalam kelompok sesuai dengan nomor, pertanyaan tersebut dikerjakan secara individu, kemudian jawaban yang diperoleh didskusikan dengan anggota kelompoknya untuk menemukan jawab yang benar.

(3) Berfikir Bersama

Pada tahap ini siswa mulai berdiskusi untuk memperoleh jawaban ysng benar dari soal atau pertanyaan yang diajukan. Dalam berdiskusi siswa dituntut untuk aktif dan berpartisipasi mengeluarkan ide-ide atau gagasan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan. Hasil diskusi ini ditulis dalam buku masing-masing anggota kelompok untuk dipresentasikan dengan tidak mengubah jawaban yang telah dikerjakan. Hal ini dilakukan agar siswa dapat mengerti dan membedakan antara pekerjaan pribadinya dengan pekerjaan kelompok.

(4) Menjawab Pertanyaan

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang sudah diberikan dan memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok, kemudian siswa mengajukan jawaban-jawaban dan mempresentasikan, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain.

c)   Guru mengklarifikasi hasil diskusi atau presentasi apabila terjadi kesalahan.

d)   Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.

e)   Guru memberikan apresiasi terhadap siswa yang aktif dalam pembelajaran.

c. Observasi Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian siklus II terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II

Rentang Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

14-28

Tinggi

19

76%

29-42

Sedang

6

24%

43-56

Rendah

Jumlah

25

100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang pada siklus II yaitu keaktifan siswa kategori tinggi sebanyak 19 siswa (76%), kategori sedang sebanyak 6 siswa (24%) dan ketgori rendah tidak ada.

d. Refleksi Tindakan Siklus II

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II sudah baik, terbukti siswa mempunyai perhatian dan semangat saat mengikuti pelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang. Namun, konsentrasi siswa masih kurang dalam belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan serta kurang aktif berdiskusi dan tanya jawab sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal, yang dibuktikan dengan hasil tes prestasi belajar siklus II sebagai berikut:

Berdasarkan hasil siklus I menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi Negara Maju dan Negara Berkembang siswa sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa, dari 25 siswa semuanya masuk kategori tuntas (100%), dan nilai rata-rata kelas sebesar 76,52.

Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan maka refleksi pada aktivitas tanya jawab siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:

1)   Dengan tindakan melalui model cooperative learning tipe NHT, maka siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan anggota kelompok sehingga terdorong kebutuhan belajar, serta guru lebih memberikan perhatian, bimbingan, arahan, dan mengadakan pendekatan secara langsung kepada siswa yang masih mengalami kesulitan pada pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang.

2)   Dengan melakukan perbaikan pada tindakan melalui model cooperative learning tipe NHT mulai dari siklus pertama sampai siklus kedua, dapat meningkatkan aktivitas tanya jawab siswa pada pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Pembelajaran IPS Materi Negara Maju dan Negara Berkembang

Model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan positif. Model cooperative learning tipe NHT didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga memiliki tanggung jawab mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa guru dapat melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik. Pembelajaran diawali guru dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa dan melakukan apersepsi. Apersepsi dilakukan guru dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dipelajari sebelumnnya. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi dan dapat berperan penuh dalam pembelajaran karena siswa telah memiliki gambaran terhadap materi yang akan dipelajari sehingga materi yang dipelajari menjadi relevan bagi siswa.

Pada siklus I, pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model cooperative learning tipe NHT terdapat beberapa hambatan yang terjadi yaitu siswa belum terbiasa dengan pelaksanaan model cooperative learning tipe NHT, respon yang diberikan siswa masih kurang ketika guru memberikan kesempatan bertanya, siswa belum bisa bekerja secara optimal (berdiskusi) dengan temannya sebagai akibat dari pembelajaran kelompok yang ditentukan oleh guru bukan dari keinginan siswa, ada siswa yang terkesan canggung dan masih ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan diskusi dan kerjasama antar siswa dalam kerja kelompok masih kurang terutama dalam mempelajari materi, banyak siswa yang masih belajar sendiri-sendiri tidak berdiskusi dengan teman kelompoknya. Sehingga upaya perbaikan tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada siklus I agar tidak terjadi pada siklus II. Rencana perbaikan yang dilakukan antara lain:

a.   Guru mencoba membuat suasana lebih akrab dan komunikatif serta memberikan motivasi dengan intensitas yang lebih tinggi kepada siswa sehingga merasa nyaman dalam pembelajaran. Tujuannya adalah membuat siswa berani untuk mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya

b.   Memberikan semangat pada siswa dan mengajak siswa untuk tetap fokus memperhatikan dan mengikuti jalannya diskusi, serta mengingatkan lagi tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok.

c.    Memacu siswa agar lebih berani dalam menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat ataupun menanggapi pendapat siswa lain.

d.   Guru lebih mengingatkan lagi tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.

Pada siklus II dengan tindakan penerapan model cooperative learning tipe NHT yang telah melalui upaya perbaikan sudah terlaksana dengan baik. Siswa lebih terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa sudah lebih mengerti apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pembelajaran. Setiap siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar, aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang. Guru mencoba membuat suasana menjadi lebih akrab dan komunikatif serta memberikan motivasi dengan intensitas yang lebih tinggi kepada siswa sehingga siswa merasa nyaman dalam pembelajaran. Guru lebih melakukan interaksi dengan siswa, memberikan perhatian dan bimbingan langsung kepada siswa sehingga siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan kepada guru. Guru lebih mengingatkan lagi tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok tujuannya agar siswa lebih meningkatkan kerjasama dalam kelompok sehingga membuat siswa meningkatkan kerjasama dalam kelompoknya. Sehingga berdampak pada peningkatan aktivitas tanya jawab siswa di kelas dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang.

Untuk lebih jelasnya berikut peneliti sampaikan hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang menggunakan model cooperative learning tipe NHT dari kondisi awal sampai dengan siklus II sebagai berikut:

Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Rentang Skor

Kategori

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

14-28

Tinggi

3

10

19

29-42

Sedang

10

12

6

43-56

Rendah

12

3

Jumlah

25

25

25

Peningkatan Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT)

Aktivitas tanya jawab merupakan kegiatan yang berperan untuk mengaktifkan dan meningkatkan keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran berkenaan dengan tanya jawab materi sebagai sarana untuk menilai proses pembelajaran dalam mencapai tujuan instruksional. Dengan aktivitas yang tinggi siswa akan aktif melakukan kegiatan belajar dengan partisipasi yang tinggi, dan terarah sampai didapat hasil belajar yang maksimal.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan pembelajaran yang menarik, karena setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain. Kelebihan dari pembelajaran ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, serta mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama mereka, selain itu penentuan keberhasilan individu tergantung pada keberhasilan kelompok, sehingga setiap anggota kelompok tidak dapat bergantung pada anggota kelompok lain. Setiap siswa mendapat kesempatan sama untuk mengoptimalkan kerja kelompoknya dalam mendapatkan nilai yang maksimum, sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar

Berdasarkan teori dan hasil data penelitian yang telag dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa pada pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

Untuk lebih jelasnya berikut peneliti sampaikan hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dalam pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT sebagai berikut:

Hasil evaluasi pada kondisi awal, dari 25 siswa yang mengikuti pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang menggunakan model cooperative learning tipe NHT, hanya 11 siswa (44%) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65, sedangkan 14 siswa (56%) memiliki nilai tidak tuntas atau di bawah KKM, dengan rata-rata kelas sebesar 65,24. Siklus I hasil tes belajar siswa yaitu dari 25 siswa yang masuk kategori tuntas sebanyak 21 siswa (84%) yang memperoleh nilai tidak tuntas sebanyak 4 siswa (16%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65, dan nilai rata-rata kelas sebesar 71,16. Pada siklus II dari 25 siswa semuanya masuk kategori tuntas (100%), dan nilai rata-rata kelas sebesar 76,52. Dengan demikian peningkatan pemahaman siswa mengenai materi Negara Maju dan Negara Berkembang dalam penelitian ini yaitu pada kondisi awal nilai rata-rata sebesar 65,24 dan pada akhir siklus II sebesar 76,52, sehingga mengalami peningkatan sebesar 11,28.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan mengenai penerapan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang pada Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model cooperative learn-ing tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan pema-haman dan keaktifan siswa pada pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011, hal tersebut ditunjukkan dengan hasil belajar siswa pada kondisi awal, dari 25 siswa yang mengikuti pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang menggunakan model cooperative learning tipe NHT, hanya 11 siswa (44%) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65, sedangkan 14 siswa (56%) memiliki nilai tidak tuntas atau di bawah KKM, dengan rata-rata kelas sebesar 65,24. Siklus I hasil tes belajar siswa yaitu dari 25 siswa yang masuk kategori tuntas sebanyak 21 siswa (84%) yang memperoleh nilai tidak tuntas sebanyak 4 siswa (16%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65, dan nilai rata-rata kelas sebesar 71,16. Pada siklus II dari 25 siswa semuanya masuk kategori tuntas (100%), dan nilai rata-rata kelas sebesar 76,52.

2.   Peningkatan pemahaman siswa me-ngenai Negara Maju dan Negara Berkembang dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembe-lajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 dari kondisi awal sampai dengan siklus II yaitu rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 65,24 dan pada siklus II rata-rata kelas sebesar 76,52. Sehing-ga mengalami peningkatan sebesar 11,28.

3.   Penerapan pengajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 dilaksana-kan dengan menerapkan langkah-langkah sesuai model Numbered Heads Together (NHT) yaitu: 1) Penomoran, 2) Mengajukan pertanyaan, 3) Berfikir Bersama, dan 4) Menjawab Pertanya-an.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindak-an kelas yang bersifat kolaboratif yang telah dilaksanakan, maka diajukan bebera-pa saran yaitu:

1.   Model cooperative learning tipe Numb-ered Head Together (NHT) dapat memberikan dorongan pada siswa un-tuk mengikuti pembelajaran IPS serta menumbuhkan aktivitas belajar siswa karena adanya tanggung jawab siswa terhadap tugasnya dan keberhasilan individu tergantung pada keberhasilan kelompoknya sehingga baik untuk diterapkan pada pembelajaran IPS materi Negara Maju dan Negara Berkembang.

2.   Penerapan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) membutuhkan pengelolaan kelas dan waktu yang baik, sehingga diperlukan perencanaan kegiatan pembelajaran agar penggunaan waktu dalam pembelajaran dapat lebih optimal

3.   Model pembelajaran cooperative learning tipe Numbered Head Together diharapkan untuk diterapkan secara berkelanjutan pada pembelajaran khususnya pembelajaran IPS dan pembelajaran lain yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Grasindo

Arifin, Zainal, 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ibrahim, 2006, Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa. I

Jumali, dkk, 2004, Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press

Maftuh, Bunyamin dan Sapriya, 2005, Pembelajaran IPS Melalui Pemetaan Konsep. Jurnal Civicus I, Hal. 319-392.

Mohamad Surya, 2004, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisi.

Nana Sudjana, 2006, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhadi dkk, 2004, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press.

Nu’man Somantri, 2005, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Ruhimat, Toto, 2009, Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran, Bandung: Universitas Pendidikan. Indonesia (UPI).

Saiful Sagala, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning Analisi Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa. Media.

W. Gulo, 2005, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Zainal Aqib, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.