PENINGKATAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN

OLEH GURU KELAS MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SD NEGERI SUMOWONO KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Supriyati

SD Negeri Sumowono, Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi, kondisi objektif di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang semula: (1) guru kelas cenderung enggan untuk disupervisi, (2) admistrasi pembelajaran tidak semuanya lengkap, (3) kepala sekolah sebagai supervisor memiliki tugas yang cukup padat, (4) pelaksanaan supervisi klinis belum maksimal karena keterbatasan waktu, (5) semakin banyak jumlah guru kelas, pelaksanaan supervisi kurang efektif. Adapun kondisi yang diinginkan ialah (1) agar pelaksanaan supervisi optimal, (2) supervisor dapat melaksanakan supervisi secara kontinyu, (3) administrasi pembelajaran tertib, (4) pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas meningkat. Dengan kondisi tersebut, kepala sekolah melakukan supervisi klinis. Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Tindakan siklus I, hasil pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas ternyata lebih baik dari hasil kondisi awal. Hal tersebut terbukti pada pertemuan Kondisi Awal, pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas yang mencapai nilai 75 hanya 2 orang (33,3%) dari 6 guru kelas. Sedangkan pada Supervisi Klinis siklus I yang mencapai nilai 75 meningkat menjadi 4 guru kelas (66,7%), (2) Pada siklus II ini, pada Supervisi klinis siklus II guru kelas yang mencapai nilai 75 meningkat menjadi 6 guru kelas (100%) dari 6 guru kelas atau meningkat sebesar 33,3%, (3) Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas guru kelas sebelum Supervisi rata-rata 65,77, pada siklus I kinerja para guru kelas telah meningkat menjadi 74,4, dan pada siklus II pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas meningkat menjadi rata-rata 79,46%.

Kata kunci: pemanfaatan media pembelajaran, guru kelas, supervisi klinis

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar harus mengacu pada standar mutu berdasarkan kompetensi lulusan yang tidak terlepas kinerja para guru kelas. Dengan adanya Manajemen Mutu Terpadu di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang akan memperkecil masalah yang timbul dan sekaligus meningkatkan performansi dan mutu kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan yang dijamin akan dapat memenuhi tuntutan sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Proses pembelajaran yang baik dan benar tentu saja harus didukung oleh berbagai fasilitas selain kemampuan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran. Pemilihan dan pemanfaatan alat peraga pembelajaran menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran dapat lebih bermakna dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa usia 7 – 11 tahun sebenarnya berada pada tahapan yang sangat penting karena pada tahap ini siswa mampu memahami konsep berbagai materi pelajaran bila dibantu oleh benda-benda konkrit sebagai alat peraga pembelajaran. Penggunaan alat peraga pada proses belajar sangat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Karena itu pembelajaran yang dilakukan pada siswa usia ini harus benar-benar direncanakan dan dilaksanakan secara maksimal dengan menggunakan benda-benda konkrit atau alat peraga lainnya.

Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang saat ini terus ditingkatkan. Media pembelajaran atau media pembelajaran sebagai sarana belajar untuk siswa dan guru berfungsi menyediakan representasi visual dari subjek yang sedang dipelajari. Satu manfaat dari media pembelajaran adalah fungsinya sebagai alat pendidikan untuk belajar yang lebih efektif. Media pembelajaran lebih bisa dipahami siswa daripada dalam bentuk tulisan atau info karena yang disampaikan tidak sepenuhnya menyampaikan, seperti bagan, grafik dan gambar. Manfaat lain dari alat bantu visual yaitu dapat membantu siswa menggunakan kapasitas visual mereka. Media pembelajaran dapat berupa kartu pos ,poster atau bahkan presentasi komputer. Banyak pengajar yang akrab dengan proyektor, perangkat penting yang membantu pengajar menunjukkan topik tertentu melalui teks dan gambar diperbesar. Klip film juga digunakan sebagai alat bantu visual untuk merangsang berpikir siswa. Sarana bantu visual adalah alat kunci dalam belajar dan pengembangan berpikir karena dapat membantu meningkatkan minat siswa dalam suatu objek.

Media pembelajaran juga cenderung lebih interaktif, membantu siswa menjadi lebih terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri. Dalam era digital, manfaat lain dari media pembelajaran yaitu dapat meningkatkan pembelajaran karena efek interaktif yang digunakan untuk memperkuat materi yang dipelajari. Warna, efek dan format semua dapat disesuaikan untuk pengajaran yang efektif, yang membantu para siswa dalam memahami apa yang diterangkan. Media pembelajaran membantu menekankan titik dari tema yang dipelajari. juga membantu memecah sebuah informasi ke beberapa bagian yang selanjutnya dapat dipahami dan diserap oleh siswa. Media pembelajaran dapat menguntungkan orang-orang secara finansial juga karena pengajar dapat mengajar topik yang efektif untuk beberapa macam orang tanpa harus membeli alat mahal. Media pembelajaran dapat membuat ide abstrak menjadi lebih konkret untuk dipelajari. membantu para siswa untuk fokus pada pikiran dan ide-ide tentang sebuah masalah, yang pada gilirannya membantu mereka untuk memahami dan menafsirkan informasi yang telah disajikan.

Kepala Sekolah bertanggung jawab untuk mengarahkan semua sumber daya pendidikan termasuk di dalamnya guru kelas agar mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan melakukan supervisi klinis.

Secara umum supervisi klinis adalah usaha yang sistematik dan berkesinambungan untuk mendorong dan mengarahkan, menggiatkan pertumbuhan setiap guru kelas, sehingga bertambah lebih efektif dalam memberikan sumbangan bagi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian ini menunjukkan bahwa hakekat supervisi bukanlah pengawasan yang hendak mencari‑cari kesalahan guru kelas, melainkan bersifat membina dan membantu guru kelas dalam upaya memperbaiki penggunaan media pembelajaran. Karena sebagian guru masih enggan menggunakan media, ada juga yang menggunakan tetapi kurang tepat, atau bahkan tidak bisa menggunakan media pembelajaran modern berbasis digital. Hal ini perlu diperbaiki melalui supervise klinis.

Supervisi yang dilaksanakan pada SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang saat ini difokuskan pada peningkatan situasi belajar mengajar untuk membantu guru kelas dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi selama menjalankan tugasnya. Masalah pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas yang timbul dalam kegiatan pembelajaran antara lain (a) kemampuan pemanfaatan media pembelajaran rata-rata 65,77%; (b) guru yang memiliki kemampuan pemanfaatan media pembelajaran dengan skor 75 hanya 2 orang (33,33%). Aspek-aspek kinerja tersebut belum sesuai yang diharapkan agar para guru kelas mencapai kemampuan 75 sebanyak 80%. Supervisi klinis diberikan kepada seluruh guru kelas I hinga kelas VI agar mereka dapat meningkatkan kemampuan menggunakan media pembelajarna dalam belajar mengajar dengan lebih baik.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dirumuskan sebagai berikut: Apakah melalui supervisi klinis dapat meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apakah supervisi klinis dapat meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

a.   Menambah teori supervisi klinis dalam meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas.

b.   Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

 

Manfaat Praktis

a.     Bagi guru kelas                    : meningkatkan kinerja guru

b.     Bagi sekolah                        : meningkatkan sumber daya manusia

c.     Bagi kepala sekolah             : meningkatkan keterampilan supervisi klinis

d.     Bagi perpustakaan               : menambah daftar sumber belajar.

 

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Landasan Teori

Media Pembelajaran

Ahmad Rohani (2007:2) mengemukakan beberapa pengertian tentang media, media pembelajaran atau media instruksional edukatif, yang dikumpulkan dari para ahli, yaitu: (a) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima; (b) media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu tertentu. Dengan bantun media, batas-batas itu hampir menjadi tidak ada; (c) media adalah medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan sesuatu pesan, di mana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan; (d) media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi, (e) media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut, (f) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik (film, video); (g) media dalam arti sempit berwujud grafik, foto, alat mekanik dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi, dalam arti luas media yaitu kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru.

Jadi, media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses berkomunikasi (proses belajar mengajar).

Adapun media pembelajaran adalah alat bantu mengajar (Nana Sudjana, 2011:1). Ahmad Rohani (2007:3) mengemukakan beberapa pengertian media pembelajaran atau media instruksional edukatif sebagai berikut: (a) segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, yang mencakup media grafis, media yang menggunakan alat penampil, peta, model, globe, dan sebagainya; (b) peralatan fisik untuk menyampaikan isi instruksional, termasuk buku, film, video, tape, slide, guru, dan perilaku nonverbal, yang mencakup perangkat lunak (software) dan/atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar/alat bantu belajar; (c) media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi instruksional yang biasanya sudah dituangkan dalam GBPP dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar; (d) sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara, dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, meliputi kaset, audio, slide, film-strip, OHP, film, radio, televisi, dan sebagainya.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil pengajaran secara efektif dan efisien, serta tujuan pengajaran dapat dicapai dengan mudah.

Adapun penggunaan media pembelajaran maksudnya adalah penggunaan alat bantu mengajar berupa media pembelajaran yag digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas.

Supervisi Klinis

Secara umum supervisi pendidikan adalah usaha yang sistematik dan berkesinambungan untuk mendorong dan mengarahkan, menggiatkan pertumbuhan setiap guru, sehingga bertambah lebih efektif dalam memberikan sumbangan bagi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Briggs dan Justman dalam Soepardi, 2008: 64). Pengertian ini menunjukkan bahwa hakekat supervisi bukanlah pengawasan yang hendak mencari‑cari kesalahan guru, melainkan bersifat membina, membantu, dan melayani guru dalam upaya memperbaiki kinerjanya. Kemudian untuk lebih memusatkan perhatiannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar maka dilaksanakan apa yang disebut dengan supervisi klinis.

Supervisi klinis, menurut Weller (Nurtain, 2009: 253) adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus sistematis dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, di dalam mengadakan perubahan dengan cara rasional. Senada dengan pengertian ini, Bolla menjelaskan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut (Purwanto, 2009: 91).

Bertolak dari pengertian di atas berarti supervisi klinis lebih menekankan pada pentingnya hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru sehingga diketahui secara aktual perilaku guru di dalam kelas. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan profesionalitas guru melalui upaya perubahan perilaku mengajar yang diharapkan. Sudah barang tentu dalam hal ini upaya membina dan mengubah perilaku mengajar guru tersebut senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan guru yang bersangkutan. Oleh karenanya harus dilakukan tahapan‑tahapan yang sistematis (mulai dari pertemuan awal, observasi kelas, dan pertemuan akhir) guna memperoleh data yang obyektif tentang perilaku mengajar guru.

Memperhatikan fokus, perhatian dari pelaksanaan supervisi klinis sebagaimana dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa supervisi klinis memiliki arti penting bagi tercapainya keberhasilan belajar mengajar. Secara rinci pentingnya supervisi klinis antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: (1) dapat mengikuti perkembangan atau pembaharuan kurikulum; (2) meningkatkan profesionalitas guru; (3) membina hubungan antar personal yang lebih baik; (4) secara dini dapat menemukan penyimpangan dalam kegiatan belajar mengajar; (5) meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar; dan (6) meningkatkan tercapainya tujuan pendidikan.

Kerangka Berpikir

Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Adapun manfaat media pengajaran dalam proses belajar mengajar, antara lain yaitu: (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran, (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain (Nana Sudjana, 1991:2).

Media pembelajaran dapat menguntungkan orang-orang secara finansial juga karena pengajar dapat mengajar topik yang efektif untuk beberapa macam orang tanpa harus membeli alat mahal. Media pembelajaran dapat membuat ide abstrak menjadi lebih konkret untuk dipelajari. membantu para siswa untuk fokus pada pikiran dan ide-ide tentang sebuah masalah, yang pada gilirannya membantu mereka untuk memahami dan menafsirkan informasi yang telah disajikan.

Kepala Sekolah bertanggung jawab untuk mengarahkan semua sumber daya pendidikan termasuk di dalamnya guru kelas agar mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan melakukan supervisi klinis.

Supervisi klinis difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus sistematis dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, di dalam mengadakan perubahan dengan cara rasional. Supervisi klinis bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar guru.

Dengan supervisi klinis, diharapkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru meningkat. Oleh karena itu kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada para guru. Tujuannya adalah untuk memberikan bimbingan dan pembinaan ke arah profesionalitas guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Di sinilah supervisi diharapkan mempengaruhi pemanfaatan media pembelajaran oleh guru. Dengan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru yang baik diharapkan akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik pula.

METODOLOGI PENELITIAN                     

Setting Penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam bulan Juli sampai September 2018. Pengamatan awal tanggal 25-28 Juli 2018, 1-4 Agustus 2018 sosialisasi, siklus I tanggal 7-11 Agustus 2018, siklus II tanggal 29 Agustus-1 September 2018.

Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Peneliti memilih tempat penelitian dilaksanakan di tempat tersebut karena peneliti mendapat tugas dinas sebagai kepala sekolah di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sehingga penelitian ini tidak mengganggu pembelajaran dan bahkan membantu guru kelas memecahkan masalahnya.

 

Subjek Penelitian

  Subjek penelitian ini adalah guru kelas SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang berjumlah 6 orang.

 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas

Permasalahan yang ditemukan di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dalam pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas pada kondisi awal sebelum supervisi klinis masih kurang. Guru kelas dalam menggunakan media pembelajaran belum efektif, yang meliputi: (a) dalam penggunaan gambar seri, sangat kurang dan kurang fokus, (b) dalam penggunaan slide power point hampir semua kesulitan, (c) penggunaan radio, video klip, video pembelajaran menunjukkan adanya gap teknologi guru, dan (d) penggunana KIT IPA masih rendah dan peralatan tersebut lebih lama tersimpan di lemari.

Sebelum Supervisi klinis dalam proses pembelajaran, dilakukan observasi kinerja delapan orang guru kelas pada tanggal 252 Juli 2018. Esensi supervisi klinis itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru kelas dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru kelas mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi klinis tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru kelas dalam mengelola pembelajaran. Ada 14 indikator pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas dengan berbagai butir penilaian indikator untuk mengetahui pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas. Rata-rata kualitas pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang sebelum Supervisi klinis mencapai 65,77%.

Kualitas pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang sebelum Supervisi klinis, rata-rata guru kelas yang memiliki kemampuan ≥ 75 hanya 2 orang (33,3%). Indikator keberhasilan klasikal rata-rata 33,33% artinya pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas masih di bawah indikator keberhasilan 75%. Berdasarkan hasil evaluasi PrasSiklus, jumlah guru kelas yang baru mencapai ≥ 75 hanya 2 orang (33,33%), maka perlu dilaksanakan supervisi klinis untuk peningkatan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas.

Supervisi klinis terhadap pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dipilih dengan beberapa pertimbangan. Supervisi klinis harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas dalam mengelola proses pembelajaran.

Diskripsi Tiap Siklus

Hasil Pelaksanaan PTS I (Siklus I)

Pelaksanaan diawali dengan pengarahan kepala sekolah. Dalam pelaksanaan Supervisi klinis, kepala sekolah di sini sebagai narasumber sedangkan pesertanya adalah guru kelas-guru kelas SD Negeri Sumowono. Di sini kepala sekolah memberikan penjelasan tentang teori dan praktek pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas. Supervisi klinis diketahui dari pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan ini guru kelas diobservasi penggunaan media pembelajaran sebagaiamana yang disampaikan oleh kepala sekolah beserta penjelasan. Setelah penjelasan diperkirakan cukup, maka berikutnya guru kelas diberi tugas pembelajaran mengggunakan media pembelajaran, untuk mengetahui peningkatan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas setelah Supervisi klinis.

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata kualitas pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang setelah Supervisi klinis siklus I, rata-rata guru kelas mencapai 74,4%.

Berdasarkan hasil observasi Siklus I, guru kelas yang mencapai skor 75 mencapai 4 orang atau 66,7% sehingga dapat disimpulkan Supervisi klinis perlu dilaksanakan siklus II.

Pada tindakan siklus I belum menunjukkan keberhasilan guru kelas sepenuhnya atau belum optimal. Karena dilihat dari hasil nilai pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas siklus I, guru kelas yang mendapat nilai ≥ 75 ada 4 guru kelas sedangkan 2 guru kelas dibawah nilai 75. Akan tetapi indikator keberhasilan sudah meningkat dan sebagian besar guru kelas lebih baik daripada pada kondisi awal. Oleh karena itu direncakan tindakan siklus II berupa Supervisi klinis II.

Hasil Pelaksanaan PTS II (Siklus II)

Pelaksanaan diawali dengan pengarahan kepala sekolah. Dalam pelaksanaan Supervisi klinis, kepala sekolah di sini sebagai narasumber sedangkan pesertanya adalah guru kelas-guru kelas SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Di sini kepala sekolah memberikan penjelasan tentang teori dan praktek pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas.

Dalam kegiatan ini kepala sekolah selaku supervisor menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan ini diciptakan bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal antara supervisor dengan guru kelas. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor bersikap membantu agar guru memahami dan bisa menggunakan media pembelajaran. Berikutnya guru kelas diberi tugas untuk merancang pembelajaran dan pelaksanaannya sesuai silabus yang telah ditentukan kepala sekolah, untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru kelas menggunakan media pembelajarna setelah Supervisi klinis.

Pada tindakan siklus I menunjukkan keberhasilan guru kelas sudah optimal. Karena dilihat dari hasil nilai pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas siklus II, guru kelas yang mendapat nilai ≥ 80 ada 8 guru kelas atau 100% guru kelas telah berhasil mencapai nilai 80. Indikator keberhasilan sudah meningkat dan semua guru kelas lebih baik daripada pada siklus I awal. Oleh karena itu tindakan siklus II berupa Supervisi klinis dinyatakan telah berhasil.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus I

Pada kegiatan Siklus I, guru kelas secara bersama dengan bimbingan supervisor/kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi klinis. Dalam hal ini guru kelas dikelompokan ke dalam dua kelompok: (1) kelompok A: guru kelas kelas 1, 2, 3, dan (2) kelompok B: guru kelas kelas 4, 5, 6. Kepala sekolah berusaha mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas dengan memberikan bimbingan dan latihan waktu supervisi klinis.

Tindakan siklus I, meskipun masih ditemukan kelemahan, namun hasil pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas sudah lebih baik dari hasil kondisi awal. Hal tersebut terbukti pada pertemuan Kondisi Awal, guru kelas yang mencapai nilai 75 hanya 2 orang (33,3%) dari 6 guru kelas. Sedangkan pada perbaikan pembelajaran siklus I yang mencapai nili 75 meningkat menjadi 4 guru kelas (66,7%) dari 6 guru kelas, dan masih ada 2 guru kelas (33,3%) yang belum mencapai indicator keberhasilan. Dengan demikian harus dilaksanakan tindakan Supervisi klinis siklus II.

Siklus II

Pelaksanaan Supervis klinis diselenggarakan dengan maksud agar (1) guru kelas dapat mengikuti perkembangan media pembelajaran; (2) meningkatkan profesionalitas guru kelas; (3) membina hubungan antar personal yang lebih baik; (4) secara dini dapat menemukan kekeliruan dalam kegiatan belajar mengajar; (5) meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar; dan (6) meningkatkan tercapainya tujuan pendidikan dengan menggunakan media pembelajaran.

Pada siklus II ini, guru kelas secara individu dengan bimbingan kepala sekolah, melakukan perbaikan dalam menggunakan media pembelajaran. Kepala sekolah berusaha mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas. Pada akhir supervisi kepala sekolah memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampjuan guru kelas menggunakan media pembelajaran setelah supervise klinis. Terbukti pada pertemuan Supervisi klinis siklus II guru kelas yang mencapai nilai 75 meningkat. Pada siklus I terdapat 4 (66,7%) guru kelas, meningkat menjadi 6 guru kelas (100%) dari 6 siswa atau meningkat sebesar 33,3%.

Peningkatan Kinerja Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Supervisi klinis selanjutnya dilakukan secara komprehensif. Program supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus sistematis dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar di kelas oleh pengawas atau kepala sekolah.

Berdasarkan hasil observasi, Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas sebelum Supervisi klinis ratar-rata sebesar 65,77. Kekurangan Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas guru kelas diperbaiki pada siklus I sehingga kinerja para guru kelas telah meningkat menjadi 74,40. Selanjutnya pada siklus II pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas meningkat menjadi rata-rata 79,46. Maka Supervisi klinis terhadap pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas siklus II telah berhasil. Peningkatan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas sebagai berikut.

 

Peningkatan Rata-rata Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas Sebelum dan sesudah Supervisi

 

Hasil Penelitian

Sejumlah temuan selama kegiatan penelitian terutama dari hasil Supervisi Klinis yang dilaksanakan oleh peneliti, Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas dapat meningkat. Dalam pelaksanaan Supervisi klinis terhadap pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas terdapat beberapa kendala yang dihadapi kepala sekolah di SD Negeri Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang: keterbatasan waktu untuk sosialisasi dan luasnya lingkup Kinerja. Namun dalam waktu yang terbatas tersebut, dengan adanya Supervisi klinis terhadap pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas sudah menunjukkan peningkatan kinerja yang nyata. Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas yang dilakukan guru kelas menjadi optimal.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Tindakan siklus I, hasil pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas ternyata lebih baik dari hasil kondisi awal. Hal tersebut terbukti pada pertemuan Kondisi Awal, pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas yang mencapai nilai 75 hanya 2 orang (33,3%) dari 6 guru kelas. Sedangkan pada Supervisi Klinis siklus I yang mencapai nilai 75 meningkat menjadi 4 guru kelas (66,7%), (2) Pada siklus II ini, pada Supervisi klinis siklus II guru kelas yang mencapai nilai 75 meningkat menjadi 6 guru kelas (100%) dari 6 guru kelas atau meningkat sebesar 33,3%, (3) Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas guru kelas sebelum Supervisi rata-rata 65,77, pada siklus I kinerja para guru kelas telah meningkat menjadi 74,4, dan pada siklus II pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas meningkat menjadi rata-rata 79,46%.

Implikasi

Berdasarkan pada landasan teori pada hasil penelitian ini maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas. Implikasi Teoritis: dengan Supervisi klinis terhadap pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas, guru kelas akan mengetahui kekurangan/masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran. Implikasi Praktis: tampak bahwa pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas memerlukan supervisi klinis sehingga dengan adanya supervisi klinis dari kepala sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas dan media pembelajaran yang dimiliki sekolah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan.

Saran bagi guru kelas: hendaknya guru kelas meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas tanpa harus menunggu adanya supervisi klinis. Apabila ada masalah/kesulitan segera minta bantuan Kepala sekolah Sekolah untuk memecahkannya, sehingga pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas bisa maksimal, khususnya dalam pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru kelas akan terwujud bila guru kelas ada kemauan untuk aktif dan kreatif.

Saran bagi para kepala sekolah: sebaiknya melakukan supervisi klinis secara berkala dan memperbaiki media pembelajaran yang rusak, serta menambah media pembelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suhartini. 2008. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti.

Iriyani, Raina. 2017. Meningkatkan Kompetensi Pedogogik Guru Dalam Menggunakan Media Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik di SDN Banua Asam. Jurnal PPras – Volume 1, Nomor 2, 2017

Nurtain. 2009. Supervisi Pengajaran (Teori dan Praktek). Jakarta: Depdikbud Dirjendikti.

Purwanto, Ngalim. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rohani, Ahmad. 2007. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2011. Media Pengajaran, Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung: Sinar Baru.

Supardi. 2008. Dasar‑dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud, Dirjendikti.

Tabrani, Rusyan, et.al. 2009. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Karya.

Wahyuningtyas, Dyah Tri. 2017. Pelatihan Media Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013 Bagi Guru Sekolah Dasar di Gugus 9 Kecamatan Sukun Malang. JURNAL DEDIKASI, Volume 14, Mei 2017 ISSN 1693-3214 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Kanjuruhan Malang