PENINGKATAN PERAN AKTIF SISWA

DALAM KONSEP KEGIATAN JUAL BELI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING KELAS III SEKOLAH DASAR

Lilik Erawati

SD Negeri Soneyan 01 Margoyoso Pati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif dan hasil belajar siswa kelas III SDN Soneyan 01 Margoyoso Pati melalui penerapan model pembelajaran Contectual Teaching and Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus yang masing-masing siklur terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari hasil pelaksanaan program perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: Peningkatan yang telah dicapai antar siklus menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada penguasaan siswa terhadap konsep “Kegiatan Jual Beli” pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III SD Negeri Soneyan 01 Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati adalah signifikan yakni ketuntasan semula di awal pembelajaran (Pra siklus) sebesar 36,0% telah meningkat pada Siklus I pada kisaran 60,0%, dan meningkat lagi pada siklus II mencapai kisaran 80,0%.

Kata-kata kunci: Pembelajaran CTL, Keaktifan siswa, Hasil Belajar


PENDAHULUAN

Program peningkatan mutu dapat tercapai apabila kegiatan belajar mengajar di sekolah berjalan dengan baik, berdaya guna, dan berhasil guna. Hal tersebut dapat terlaksana jika ditunjang dengan kemampuan guru secara profesional dalam mempersiapkan dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Sebab gurulah yang berperan langsung dalam mendidik dan mengajar siswa di sekolah.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan baik melalui penataran, penyempurnaan kurikulum, peningkatan sarana dan prasana maupun pengadaan buku-buku untuk siswa maupun guru. Namun demikian upaya-upaya tersebut kurang memberikan hasil nyata jika tidak diikuti dengan peningkatan profesional guru.

Dengan profesionalisme guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah-sekolah yang bermuara pada peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan mandiri dalam menghadapi era globalisasi ekonomi dan teknologi. Salah satu bentuk kinerja profesionalisme guru adalah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan selalu mengembangkan dan melakukan inovasi di bidang pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK)

Sasaran perbaikan pembelajaran dalam PTK ini, difokuskan pada penguasaan materi pembelajaran yang menunjukkan hasil belum optimal. Prioritas yang dipilih penulis untuk meningkatkan pembelajaran ini adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III. Alasan penulis memilih mata pelajaran IPS karena selama ini IPS merupakan mata pelajaran yang tersulit setelah mata pelajaran Matematika. Setiap akhir semester nilai IPS di masing-masing kelas menunjukkan hasil yang relatif rendah.

Dari hasil pengumpulan data awal menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi “Kegiatan Jual Beli” pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III SD Negeri Soneyan 01 Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati masih rendah. Dari 25 siswa di kelas III yang mencapai tingkat penguasaan materi sebesar 75 % ke atas hanya 9 siswa sehingga tingkat ketuntasan baru mencapai 36,0 %, sedangkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga rendah. Yakni dari 25 siswa baru 14 siswa yang terlihat aktif dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Untuk meningkatan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tersebut, penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

Laporan ini disusun berdasarkan catatan yang dibuat ketika merancang kegiatan perbaikan, serta selama pelaksanaan, observasi, dan diskusi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus PTK. Berkenaan dengan itu, laporan ini memuat pendahuluan, kajian pustaka, pelaksanaan perbaikan, hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dan saran tindak lanjut.

Berdasarkan temuan data pada pelaksanaan proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas III SD Negeri Soneyan 01 Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tentang materi “Kegiatan Jual Beli” dari 25 siswa mengikuti tes formatif. Dari hasil tes formatif di atas yang memperoleh nilai 75 atau lebih sebanyak 9 siswa (36,0 %) sedangkan yang mendapatkan nilai kurang dari 75 ada 16 siswa ( 64,0 %). Hal itu berarti nilai tuntas klasikal yang dicapai hanya 36,0 % sedangkan 64.0 % belum tuntas. Oleh karena jumlah siswa yang belum menguasai materi pembelajaran dengan baik ada 64,0% maka dapat dikatakan bahwa penguasaan materi siswa masih rendah atau belum optimal.

Berdasarkan hasil di atas, peneliti dengan dibantu observator yaitu teman sejawat mengidentifikasi kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu: (1) Penggunaan alat peraga kurang optimal; (2) Konsentrasi siswa terhadap pembelajaran kurang; (3) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang; dan (4) Banyak siswa yang tidak berani menjawab pertanyaan.

Berdasarkan beberapa faktor di atas yang menjadi fokus perbaikan yaitu “Bagaimana Cara Meningkatkan Penguasaan Materi Pembelajaran Serta Peran Aktif Siswa Dalam Pembelajaran Melalui Penggunaan Alat Peraga dan Metode Tanya Jawab.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan penguasaan materi tentang konsep “Kegiatan Jual Beli” dengan menggunakan strategi pembelajaran Brunner; (2) Meningkatkan keberanian, kreativitas, aktivitas siswa dalam bertanya, menanggapi masalah, dan mengemukakan pendapat terutama dalam bahasa lisan melalui tanya jawab dan diskusi.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstal (Contex-tual Teaching and Learning) atau CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mangaitkan antara materi yang dia-jarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya de-ngan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual yaitu: (1) Kontruktivisme (Constructivisme), (2) Bertanya (Quistio-ning); (3) Menemukan (Inquiry); (4) Masyarakat Belajar (Learning Community); (5) Pemodelan (Modelling); (6) Refleksi (Reflection); dan (7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment).

Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendo-minasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan masalah, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

Melalui belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya mental, pikiran dan rasa akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa juga merasakan suasana lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Diantara aktivitas mental yang menjadi fokus penulis adalah ketrampilan mengajukan pertanyaan. Dalam proses pembelajaran bertanya memainkan peranan yang sangat penting. Kata pepatah “malu bertanya sesat di jalan” filosofinya Bertanya sama dengan Berfikir, tidak akan dapat bertanya jika tidak punya bahan yang akan ditanyakan. Dampak positif dari bertanya antara lain: (1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran; (2) Membangkitkan rasa ingin tahu; (3) Memusatkan perhatian siswa; (4) Mengarahkan cara siswa berfikir; dan (5) Mendiagnosa kesulitan belajar siswa.

Apabila bertanya disampaikan dengan penuh kehangatan cukup bersemangat dan bervariasi, maka akan dapat memelihara kelangsungan partisipasi siswa dalam pembelajaran dan partisipasi siswa terhadap teman sekelasnya.

Menurut Piaget dalam Dakar, 1996. Di sekolah pengetahuan itu tidak secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa itu sendiri melalui pengalaman nyata.

Keeton and Tate (1978) Belajar melalui pengalaman melibatkan siswa secara langsung dalam masalah atau isu yang dipelajarinya. Sedangkan Jerome Bruner (1996) yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning), Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan mela-kukan eksperimen-eksperimen (demontra-si, bermain peran) yang mengizinkan mereka untuk bermain prinsip-prinsip itu sendiri.

Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah, secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut: (1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; (2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic; (3) Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.; (4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok); (5) Hadirkan model sebagai contoh pembela-jaran; (6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan; (7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELA-JARAN

Setting Penelitian

Perbaikan pembelajaran IPS dikelas III/2 SD Negeri Soneyan 01 Kec. Margoyoso Kab. Pati siklus I dan II dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut: Pra Siklus Jum’at 24 Januari 2014, 2. Siklus I Rabu 5 Februari 2014, dan Siklus II Rabu 12 Februari 2014.

Diskripsi Per Siklus

Perbaikan pembelajaran IPS melalui PTK ini dilakanakan secara berta-hap dan berkelanjutan yang dilaksanakan dalam 2 siklus, baik siklus I maupun siklus II terdiri atas empat kegiatan yaitu: (1) Perencanaan Tindakan; (2) Pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Hal-Hal Unik

Hal-hal unik yang diperoleh ketika proses perbaikan pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut: (1) Ketika siswa memeragakan kegiatan jual beli pada Pasar Tardisional dan Pasar Swalayan dengan uang sungguhan ternyata sangat aktif dan menyenangkan; (2) Para siswa saling berebut untuk memeragakan sebagai penjual dan pembeli; (3) Pada saat diskusi kelompok ada dua siswa yang bermain sendiri (yang satu menggambar mobil-mobilan dibuku, satunya lagi menggambar permainan di tangan); (5) Pada saat mengerjakan tes formatif ada satu anak yang ingin cepat selesai karena ingin menggambar atau corat-coret di kertas ulangan tersebut, ternyata hasil ulangannya sangat jelak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Hasil Pra Siklus

Berdasarkan hasil observasi, bahwa dari nilai 25 siswa yang mendapat nilai 10 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 20 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 30 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 40 sebanyak 3 siswa, yang mendapat nilai 45 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 50 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 55 sebanyak 2 siswa, yang mendapat nilai 60 sebanyak 2 siswa, yang mendapat 65 sebanyak 2 siswa, yang mendapat 70 sebanyak 2 siswa, yang mendapat 75 sebanyak 1 siswa, yang mendapat 80 sebanyak 4 siswa, yang mendapat 90 sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat 100 sebanyak 3 siswa. Siswa yang mendapat nilai 7,5 atau 7,5 ke atas sebanyak 9 siswa (36,00%) dan yang mendapat nilai kurang dari 7,5 sebanyak 16 siswa (64,00%).

Deskripsi Hasil Pembelajaran Siklus I

Hasil pembelajaran pada siklus I menunjukkan data bahwa dari 25 siswa yang mendapat nilai 10 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 20 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 25 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 50 ada 2 siswa, yang mendapat nilai 60 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 65 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 70 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 80 ada 5 siswa, yang mendapat nilai 85 ada 2 siswa dan yang mendapat nilai 100 ada 8 siswa. Siswa yang mendapat nilai 7,5 atau 7,5 ke atas sebanyak 15 siswa (60,00%) dan yang mendapat nilai kurang dari 7,5 sebanyak 10 siswa (40,00%).

Deskripsi Hasil Pembelajaran Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa dari 25 siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 50 sebanyak 2 siswa, yang mendapat nilai 60 sebanyak 2 siswa, yang mendapat nilai 75 sebanyak 4 siswa, yang mendapat nilai 80 sebanyak 3 siswa, yang mendapat nilai 85 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 90 sebanyak 6 siswa, dan yang mendapat nilai 100 sebanyak 6 siswa. Siswa yang mendapat nilai 7,5 atau 7,5 ke atas sebanyak 20 siswa (80,00%) dan yang mendapat nilai kurang dari 7,5 sebanyak 5 siswa (20,00%).

Diskripsi Temuan dan Refleksi

Setelah melakukan Proses Belajar Mengajar dan menyelesaikan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan materi pokok “Kegiatan Jual Beli” diperoleh data sebagai berikut:

Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus: Nilai rata-rata 62,4, Nilai tertinggi    100, Nilai terendah 10, tingkat ketuntasan 36,0%, siswa mengikuti perbaikan 16 siswa, siswa mengikuti pengayaan 9 siswa

Perbaikan Pembelajaran Siklus I, nilai rata-rata 72,2, nilai tertinggi 100, nilai terendah 20, tingkat ketuntasan 60,0% (15 siswa),         Siswa yang mengikuti perbaikan 10 siswa, Siswa yang mengikuti pengayaan 15 siswa.

Perbaikan Pembelajaran Siklus II, Perbaikan Pembelajaran Siklus I, nilai rata-rata 81,0, nilai tertinggi 100, nilai terendah 40, tingkat ketuntasan 80,0% (20 siswa), Siswa yang mengikuti perbaikan 5 siswa, Siswa yang mengikuti pengayaan        20 siswa.

Dilihat dari data di atas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkat-an penguasaan materi tentang “Kegiatan Jual Beli” pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III SD Negeri Soneyan 01 Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati.

Berdasarkan temuan dari sejawat selaku observator, dan kepala sekolah selaku konsultan juga rekan guru dan Dosen pembimbing. Diperoleh permasalah-an yang terjadi pada proses pembelajaran adalah: (1) Penggunaan alat peraga kurang optimal; (2) Konsentrasi atau pemusatan perhatian siswa terhadap pembelajaran kurang; (3) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran juga masih kurang; (4) Banyak siswa yang tidak berani menjawab pertanyaan guru sehingga siswa kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru, akibatnya hasil evaluasi kurang memuaskan dan perilaku siswa banyak yang tidak dapat menjawab pertanyaan.

Pada perbaikan pembelajaran siklus I: (a) Siswa ramai dan berebut alat peraga untuk mempraktikkan kegiatan jual beli; (b) Konsentrasi siswa kurang karena selalu memperhatikan alat peraga di meja sehingga materi yang lain kurang diperhatikan; (c) Siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat; (d) Bila ditanya tentang kejelasan materi yang telah diberikan mengatakan sudah jelas, tetapi bila ada pertanyaan tidak bisa menjawab dan cenderung diam saja.

Kurang keberhasilan pada siklus I diperbaiki pada siklus II yaitu: (a) Guru selalu memberi motivasi kepada siswa supaya aktif dalam proses pembelajaran dengan memberikan teguran siswa yang selalu ramai dan bermain sendiri (b) Pada proses kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami konsep dan lebih meningkatkan pemusatan perhatian siswa; (c) Guru memberikan pertanyaan yang sifatnya menantang kepada siswa yang kurang aktif dan memberi sanjungan kepada siswa yang menjawab benar; (d) Guru selalu memberi pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya memancing siswa supaya berebut menjawab, terutama dimulai dengan pertanyaan yang sederhana; (e) Guru selalu membimbing siswa untuk mengemukakan pendapat dengan menggunakan kalimat pancingan supaya tingkat keberanian siswa meningkat.

Pembahasan

Dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran awal dan perbaikan pembelajaran melalui siklus-siklus menunjukkan bahwa peningkatan prestasi dan penguasaan konsep tentang “Kegiatan Jual Beli” dapat ditingkatkan dengan beberapa hal sebagai berikut: (1) Menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa; (2) Merencanakan penggunaan alat peraga yang menarik; (3) Penggunaan metode mengajar yang sesuai; (4) Meningkat keberanian siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan.

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan perbaikan yang telah dilaksanakan ditekankan pada peningkatan keberanian siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, baik pada lingkup kelompok maupun pada lingkup kelas. Dengan meningkatkan keberanian siswa mengajukan pertanyaan diharapkan akan mendorong untuk menemukan sendiri permasalahan yang dihadapi dengan cara mencari jawaban masalah yang pada akhirnya akan mendukung daya nalar dan pemahamannya tentang konsep pembelajaran.

Hal lain yang menjadi pokok perhatian adalah memberikan pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan pendekatan praktik. Pada mata pelajaran IPS, siswa tidak hanya belajar dari mendengar atau membaca informasi saja melainkan diajak untuk melakukan atau bermain peran sebagai penjual dan pembeli untuk menguasai konsep jual beli. Belajar akan lebih bermakna bila siswa mengalami secara langsung dalam proses belajarnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan program perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peningkatan yang telah dicapai antar siklus menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada penguasaan siswa terhadap konsep “Kegiatan Jual Beli” pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III SD Negeri Soneyan 01 Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati adalah signifikan yakni ketuntasan semula di awal pembelajaran (Pra siklus) sebesar 36,0% telah meningkat pada Siklus I pada kisaran 60,0%, dan meningkat lagi pada siklus II mencapai kisaran 80,0%.

2. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran berupa:

a.   Guru merancang kegiatan peragaan model pasar tradisional dengan peragaan langsung sebagai pedagang dan pembeli dan melakukan transaksi dengan menggunakan uang permainan. Demikian juga untuk memperagakan pasar swalayan, siswa bertindak sebagai pembeli dan kasir.

b. Guru hendaknya memperhatikan masing-masing karakter siswa ketika membentuk kelompok kerja.

c. Guru berupaya memancing setiap siswa membuat satu pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan tentang materi yang dibicarakan. Dengan alternatif seperti ini diharapkan keberanian siswa mengemukakan pertanyaan akan timbul kembali dan guru sebaiknya memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan siswa.

d. Guru tetap memberikan motivasi dan menghargai disertai bimbingan untuk memperbaiki kalimat jawaban yang dikemukakan siswa.

Saran dan Tindak Lanjut

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran sebaiknya dirancang melalui pengalaman langsung dengan model peragaan sehingga siswa mampu memahami kegiatan sosial secara langsung.

2. Dalam proses pengajaran hendaknya guru menggunakan metode secara bervariasi agar siswa tidak bosan dengan proses pembelajaran yang monoton.

DAFTAR PUSTAKA

BNSP. 2005. Kurikulum 2004 yang Disempurnakan, Mata Pelajaran IPS SD / MI. Jakarta: BNSP.

Hisyam zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

I.G.A.K Wardani, Siti Julaeha, Ngadi Marsinah. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit, Nochi Nasution. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Indrastuti, dkk. 1999. Buana Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Bogor: Yudhistira.

Muchtar S.P., dkk. 1999. Ilmu Pengetahuan Sosial IB. Jakarta: Yudhistira.

Ratna Willis Dahar. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK.

Suciati, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjatmoko Adisukarjo, dkk. 2007. Horizon IPS. Bogor: Yudhistira.

Udin S. Winataputra, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

 

Arsyad Umar, dkk. 2003. Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu I. Jakarta: Erlangga