UPAYA MENINGKATKAN PERAN AKTIF SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG MEMAHAMI

SUMBER DAYA ALAM KELAS IV SEKOLAH DASAR

Mujiyo

SD Negeri Soneyan 03 Margoyoso Pati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif siswa SD Negeri Soneyan 03 Margoyoso Pati melalui pembelajaran konstruktivisme. Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil dari penelitian ini dalam pelaksanaan program perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dua kali siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Melibatkan siswa secara langsung dalam mengelompokkan sumber daya alam membuat siswa akan belajar lebih bergairah, menyenangkan, dan tidak membosankan; (2) Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan disela-sela kegiatan pembelajaran; (3) Meningkatkan daya pikir siswa dalam memahami materi pelajaran dengan mendekatkan diri pada lingkungan siswa.

Kata-kata Kunci: Pembelajaran Kontekstual, Keaktifan siswa


PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, dunia pendidikan diharapkan dapat menghasilkan SDM yang handal, maupun menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks dan handal. Maka pendidikan dasar sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah lebih ditingkatkan kualitas dan pemerataannya, pembentukan pribadi manusia sebagai warga masyarakat dan sebagai warga negara yang berbudi luhur, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta berkemampuan keterampilan dasar sebagai bekal untuk pendidikan selanjutnya atau untuk bekal hidup di masyarakat.

Kualitas pendidikan tersebut perlu disesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perkembangan pembangunan. Penyesuaian pendidikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perkembangan pembangunan memerlukan tenaga pendidikan yang dinamis dan kreatif serta sarana dan prasarana yang memadai.

Sebagai seorang guru hendaknya selalu aktif, kreatif dan selalu meningkat-kan pengetahuan dan kemampuannya, sehingga dengan perkembangan teknologi yang terus menerus melaju demi tercapainya tujuan pendidikan yang digariskan dalam GBHN. Di samping itu peran guru yaitu meningkatkan kualitas belajar siswa. Berbagai cara yang dapat ditempuh, misalnya memperbaiki kinerja dengan melakukan perbaikan pembelajaran.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang utama di Sekolah Dasar (SD). Hal ini terbukti mata pelajaran IPA diikut sertakan dalam UASBN, dan juga mendapat jatah alokasi waktu yang cukup. Namun, pada saat tes formatif nilainya kurang memuas-kan. Hal ini semua dapat dibuktikan dari hasil ulangan formatif IPA kelas IV SD Soneyan 03, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati dengan pokok bahasan Sumber Daya Alam menunjukkan rendah-nya tingkat penguasaan materi siswa terhadap materi pelajaran. Dari 21 siswa di kelas IV yang mencapai tingkat penguasaan materi sebesar 75% ke atas hanya 6 siswa sehingga siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga rendah, yakni dari 21 siswa baru 9 siswa yang terlihat aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tersebut, Penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Laporan ini disusun berdasarkan catatan yang dibuat ketika merancang kegiatan perbaikan, serta selama pelaksa-naan observasi, dan diskusi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam 2 siklus PTK.

Sistematika ini memuat pendahuluan, perencanaan perbaikan pembelajaran, pelaksanaan perbaikan pembelajaran, temuan masalah atau hasil, yang diperoleh serta kesimpulan, saran dan tindak lanjut.

Identifikasi Masalah

Dalam pelaksanaan penelitian, siswa adalah objek yang utama untuk diteliti sekaligus ditangani permasalahannya. Siswa adalah individu yang berasal dari berbagai latar belakang, sudah barang tentu berbeda pula kemampuan dan cara berpikirnya.

Dengan perbedaan-perbedaan ini Penulis mengidentifikasikan masalah-masalah. Masalah itu muncul ketika Peneliti mengadakan pengamatan saat berlang-sungnya proses belajar mengajar melalui pengamatan keaktifan dan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan, menanggapi masalah, dan mengemukakan pendapat. Yang lebih jelas lagi dari hasil ulangan tes formatif siswa, ternyata siswa yang kurang aktif mendapat nilai kurang atau belum tuntas dalam belajar.

Dari hasil evaluasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas IV hanya 6 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau mendapat nilai 7,5 ke atas, dari 21 siswa atau tingkat ketuntasan 28,57% tuntas.

Berdasarkan hasil di atas, Peneliti meminta bantuan kepada observatory yaitu teman sejawat untuk mengidentifikasikan kekurangan dan masalah yang terjadi pada pembelajaran mata pelajaran IPA.

Dari hasil temuan-temuan di atas, maka perlu sekali diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk segera mengatasi permasalahan-permasalahan serta pemecahannya dengan menggunakan metode dan pendekatan yang tepat.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis masalah diatas, yang menjadi fokus perbaikan adalah:

1. Bagaimana cara meningkatkan peran aktif siswa dalam memahami konsep “Sumber Daya Alam” melalui model pembelajaran Konstruktivisme ?

2. Apakah melalui model pembalajaran Konstruktivisme dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam memahami konsep “Sumber Daya Alam ?”

B. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk mengetahui proses belajar mengajar berjalan baik atau belum, baik dari guru maupun dari siswa.

Dalam proses belajar mengajar seorang guru wajib untuk membentuk pribadi siswa agar mampu mempunyai pribadi yang baik terutama mampu mengatasi kesulitan, mampu mengambil suatu keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan yang besar, mampu mengeluarkan pendapat secara sadar serta berani berbicara.

Di samping membentuk pribadi siswa, seorang guru harus mampu membentuk/membina/membuat siswa menjadi terampil menyelesaikan sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan keaktifan fisik. Dengan kata lain guru harus mampu membentuk atau membina siswa agar mempunyai nilai, sikap dan keterampilan sesuai apa yang diinginkan.

Manfaat

1.   Bagi Guru

a. Guru mampu menampilkan praktek pembelajaran secara sempurna.

b. Meningkatkan kemampuan profesionalisme.

c. Mampu mengadakan introspeksi diri.

d. Meningkatkan rasa percaya diri.

e. Agar lebih peka terhadap kekurangan-kekurangan yang sekecil-kecilnya.

2.   Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

b. Dapat meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

c. Dapat meningkatkan hasil belajar.

d. Dapat mengurangi verbalisme dalam pembelajaran.

3.   Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang berguna bagi sekolah dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran yang pada akhirnya mampu mengangkat kualitas pendidikan.

Dengan adanya penelitian ini semoga kekurangan-kekurangan yang ada di dalam pembelajaran sebelumnya dapat teratasi dan tujuan-tujuan sebelumnya juga dapat tercapai.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme

Keberhasilan belajar tidak hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pengetahuan awal siswa. Belajar melalui pembentukan “makna” oleh siswa dari pada yang mereka lakukan, lihat, dan dengar (West & Dines, 1985). Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus menerus (berlanjut). Jadi siswa memiliki tanggung jawab akhir atas belajar mereka sendiri.

Pengetahuan tidak dapat dipindah-kan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pernyataan ini Peneliti pendidikan Sains mengungkapkan bahwa belajar Sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa (Piaget dalam Dakar, 1996), sehingga peran guru berubah dari sumber pemberi informasi menjadi fasilitator belajar siswa.

Pembelajaran perspektif konstrukti-visme mengandung empat kegiatan inti, yaitu: (1) Berkaitan dengan pra konsepsi atau pengetahuan awal (prior knowledge); (2) Mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience); (3) Melibatkan interaksi sosial (social interaction); dan (4) Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making)

Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti siswalah yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif mengguna-kan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan masalah, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

Sesuai dengan pendapat Piaget (William C. Crain 1980: 98) bahwa belajar tidak harus berpusat pada guru, tetapi siswa harus lebih aktif. Oleh karena itu siswa harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsukuensinya materi yang dipelajari hraus menarik minat belajar siswa dan menantang sehingga mereka asyik dan terlibat dalam proses pembelajaran.

Menurut Jerome Brunner (1966) bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa, dengan sendirinya memberikan hasil yang baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahauan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Brunner menyarankan agar siswa-siswa belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep – konsep agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang menginjinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Manfaat Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut rujukan Konstruktivisme setiap orang belajar sesungguhnya membangun pengertian sendiri. Dengan belajar menemukan sendiri pengetahuan yang dimiliki siswa, maka manfaat dari pembelajaran Konstruktivisme adalah: (1) Pengetahuan itu akan bertahan lama dan dapat diingat oleh siswa; (2) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran; (3) Membangkitkan keingintahuan siswa; (4) Melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah

A. Diskripsi Persiklus

Prosedur Penelitian

Perbaikan pembelajaran IPA melalui PTK ini dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan dalam 2 siklus.

Siklus I

Pada siklus ini terdiri atas kegiatan: perencanaan tindakan, pelaksanaan Tindakan yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pengamatan(observasi) dan kegiatan refleksi yang dalam hal ini yang di refleksi meliputi hasil dan proses.

Siklus II

Pada siklus ini terdiri atas kegiatan: perencanaan tindakan, pelaksanaan Tindakan yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pengamatan(observasi) dan kegiatan refleksi yang dalam hal ini yang di refleksi meliputi hasil dan proses.

Pada tahapan ini dapat terlaksana seluruhnya dan hasilnya menunjukkan adanya kemajuan disbanding siklus I. Dari 21 siswa yang mengikuti tes formatif yang mendapat nilai 75 atau lebih sebanyak 19 siswa, berarti nilai ketuntasan siswa mencapai 90,47%, sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa atau 9,52%.

Pengamatan

Pada tahap ini penulis dibantu teman sejawat dan seorang supervisor yang bertindak sebagai pengamat, sedang Penulis sebagai pemberi tindakan. Adapun aspek yang diamati adalah: (1) Kegiatan guru dalam menyampaikan materi, tugas dan soal-soal; (2) Kemampuan guru dalam memfungsikan alat peraga; (3) Pemberian motivasi guru terhadap siswa; (4) Kegiatan guru dalam melakukan pola interaksi dalam pembelajaran; (5) Relevansi penggunaan metode dalam pembelajaran; (6) Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran; (7) Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat

Refleksi

Dari hasil observasi lapangan oleh kolabulator didapat: (1) Penggunaan alat peraga sudah relevan; (2) Pemusatan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran cukup meningkat; (3) Aktifitas siswa dalam pembelajaran ada peningkatan; (4) Keaktifan dan keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat; (5) Diskusi kelompok tidak lagi didominasi siswa yang pandai saja.

B. Hal-Hal yang Unik

Hal – hal unik yang diperoleh ketika proses perbaikan pembelajaran yang berlangsung adalah sebagai berikut:

1. Dalam berdiskusi ada anak yang tiba-tiba menjerit karena dicubit oleh temannya.

2. Dalam pembagian kelompok diskusi biasanya terjadi keributan, yang terjadi kali ini malah sebaliknya anak-anak tertib sekali.

3. Dalam berdiskusi ada satu anak yang tidak mau duduk.

TEMUAN (HASIL YANG DIPEROLEH)

Hasil Pengolahan Data

Untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa, dalam bab ini Penulis sajikan hasil perolehan nilai tes formatif selama 3 siklus mata pelajaran eksakta. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2 hasil perolehan nilai tes formatif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV, Pra siklus, siklus I, siklus II.

Kondisi Pra Siklus Mata Pelajaran IPA Kelas IV, Nilai tertinggi yang diperoleh siswa 100 ada 1 siswa, Nilai terendah yang diperoleh siswa 40 ada 1 siswa, nilai rata-rata 68,5, prosentase ketuntasan 28,57%, Siswa yang mengikuti perbaikan 15 siswa, dan Siswa yang mengikuti pengayaan 8 siswa.

Pada siklus I,Siklus I Mata Pelajaran IPA Kelas IV Nilai tertinggi yang diperoleh siswa 100 ada 1 siswa, Nilai terendah yang diperoleh siswa 40 ada 1 siswa, nilai rata-rata 68,5, prosentase ketuntasan 61,90%, Siswa yang mengikuti perbaikan 2 siswa, dan Siswa yang mengikuti pengayaan 19 siswa.

Deskripsi dan Refleksi

Di lihat dari tabel di atas perbaikan pembelajaran dari siklus ke siklus mengalami kenaikan. Hasil rata-rata kelas dan presentase ketuntasan baik mata pelajaran IPS maupun mata pelajaran IPA mengalami kenaikan yang cukup baik.

Dalam hal penyampaian materi pelajaran guru selalu berusaha agar siswa dapat menerimapelajaran dengan baik, terutama siswa dapat tampil berani dan berkreativitas. Ternyata usaha yang dilakukan guru mengalami kemajuan dengan adanya peningkatan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan menanggapi masalah baik dari pihak guru maupun dari temannya sendiri. Siswa mampu dan mau menjelaskan dengan menggunakan alat peraga di depan kelas tanpa rasa takut.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan pengamat dan dikonsultasi-kan dengan dosen pembimbing, kegiatan belajar mengajar mengalami kemajuan. Hal itu ditunjukkan oleh peningkatan hasil prestasi siswa dari siklus ke siklus berikutnya. Tidak kalah pentingnya tingkat keberanian dan kreativitas siswa berkem-bang dengan pesat.

Untuk meningkatkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran guru selalu mengadakan pendekatan dengan siswa supaya materi pembelajaran dapat diterima dengan baik suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Dalam pembela-jaran siswa memerlukan perhatian dan kasih sayang guru. (Lindgren, 1980/dalam buku Perkembangan Peserta Didik: 327). Dengan perhatian dan kasih sayang, siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapat dan kreativitas.

Supaya pembelajaran menjadi hidup dan bermakna pada waktu berlangsungnya proses belajar mengajar perlu dilakukan penyesuaian pada situasi yang ada. Artinya kepentingan siswa harus didahulukan seutuhnya tanpa mengor-banlan pembelajaran. Sebagai gambaran ketika Penulis menjelaskan tentang Sumber Daya Alam, seorang siswa yang dulunya ditanya diam saja dan disuruh menjelaskan di depan kelas tidak keluar suaranya secara spontan bercerita tentang tetangganya yang berternak ikan lele. Melihat situasi yang demikian itu, langsung saja guru memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk melanjutkan ceritanya. Dengan bimbingan guru siswa bercerita sesuai apa yang dilihat dan didengar. Ternyata dengan perhatian, kasih saying, dan kebebasan yang diarahkan siswa lebih berkreativitas dan dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.

KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan program perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dua kali siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Melibatkan siswa secara langsung dalam mengelompokkan sumber daya alam membuat siswa akan belajar lebih bergairah, menyenangkan, dan tidak membosankan.

2. Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan disela-sela kegiatan pembelajaran.

3. Meningkatkan daya pikir siswa dalam memahami materi pelajaran dengan mendekatkan diri pada lingkungan siswa.

Saran dan Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pembelajan IPA dengan model Kon-struksivisme mengutamakan partisipasi aktif siswa dalam membangun pengetahuannnya melalui pengalaman nyata. Dengan belajar menemukan sendiri pengetahuan yang dimilikinya maka proses pembelajaran akan lebih bermakna.

2. Melalui peran aktif siswa dalam semua proses pembelajaran baik secara fisik maupun mental membuat para siswa merasakan Susana yang lebih menyenangkan, sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin, Nandang Budiman. 2006. Profesi Keguruan 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

BNSP. 2005. Kurikulum 2004 yang Disempurnakan, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD/MI. Jakarta: BNSP.

Drs. Haryanto. 2004. IPA (Sains) KBK. Jakarta: Erlangga.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

I.G.A.K Wardani, Siti Julaeha, Ngadi Marsinah. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit, Nochi Nasution. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyani Sumantri, Nana Syaodih. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rosa Kemala. 2006. Jelajah IPA. Jakarta: Yudhistira.