Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Metode Problem Based Instruction
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MATERI MENENTUKAN BILANGAN BULAT
MELALUI METODE PROBLEM BASED INSTRUCTION
SISWA KELAS VI SDN 5 NGAWEN SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Endah Ratnaningsih
SDN 5 Ngawen
ABSTRAK
Kegiatan belajar dan mengajar untuk pelajaran Matematika di Sekolah Dasar tidak perlu ditakuti atau menganggap sesuatu itu sulit sebelum dipelajari. Untuk menimbulkan semangat dalam belajar Matematika di Sekolah Dasar guru perlu menyampaikan materi efektif dengan tujuan mudah diterima oleh siswa secara nyata (realistis). Menggunakan metode Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang Bilangan Bulat bagi siswa kelas VI SDN 5 Ngawen semester I Tahun Pelajaran 2019/2020. Manfaat dari cara ini adalah pelajaran lebih hidup, tidak hanya asbtrak secara verbal belaka, siswa dapat memperhatikan melalui visualisasi atau terkaannya dan disaat mendapat penjelasan/ulasan maka timbul dialog dalam dirinya antara lain apa yang diduga atau dipikirkan dengan penjelasan tersebut. Suasana kelas tidak berpusat pada guru melainkan kepada bahan pelajaran. Pada siklus 1, siswa memperoleh nilai diatas 75 atau lebih dan ketuntasan mencapai 80%. Jadi masih ada 20% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah. Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 75 mencapai 12 siswa dari 12 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai lebih mencapai 100% yang artinya proses pembelajaran telah tuntas secara klasikal. Dari hasil ini, indikator keberhasilan yang berbunyi: meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas tuntas belajar pada ulangan harian minimal 10% telah tercapai. Dan meningkatnya kompetensi guru dalam proses pembelajaran minimal 15% juga tercapai.
Kata Kunci: Prestasi Belajar Matematika, Problem Based Instruction, Bilangan Bulat
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan suatu bangsa, khususnya di dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan kita membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dapat survive di dalam menghadapi berbagai kesulitan. Guna mewujudkan suatu bangsa yang cerdas, maka bangsa tersebut harus dapat meningkatkan sebuah sektor tersebut merupakan sektor penting yang harus terus diperhatikan guna mencapai bangsa yang cerdas. Sektor yang dimaksud adalah sektor pendidikan (Tilaar, 2014:1). Pendidikan diyakini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan seseorang, karena dengan suatu pendidikan manusia akan dapat membekali diri guna mencapai Sumber Daya yang berkualitas, sehingga mampu bersaing dengan masyarakat yang lain dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa itu sendiri. Perjuangan pergerakan kemerdekaan indonesia yang telah mengantarkan pembentukan suatu pemerintahan negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…..” menuntut penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan yang dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa Indonesia.
Kondisi SDN 5 Ngawen bila dilihat dari segi sarana dan prasarana sudah memadai. Lima ruangan kelas dan satu ruang kantor sudah dikeramik, instalasi listrik sudah tersedia dan halaman sekolah sudah dipaving. Tersedianya media pembelajaran seperti komputer makin mempermudah terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Kondisi gedung yang kokoh dan terawat baik. Sayangnya keadaan sekolah yang demikian itu ternyata tidak didukung dengan kondisi lingkungan sekitar sekolah yang kondusif. Lokasi SDN 5 Ngawen terletak ditepi jalan yang menghubungkan antar desa. Kendaraan-kendaraan banyak yang lewat terkadang sangat menggangu proses belajar mengajar. Keadaan demikian masih diperparah dengan adanya suara-suara bising pande besi dan mesin disel yang berasal dari bengkel pande besi yang letaknya sangat dekat dengan sekolah. Keadaan lingkungan sekolah yang demikian peneliti rasakan sangat mengganggu konsentrasi belajar siswa sehingga pencapaian prestasi belajar siswa masih kurang maksimal.
Berdasarkan hal tersebut, penulis berusaha memberikan model pembelajaran yang mampu mengangkat semangat siswa dalam mengikuti pelajaran dengan materi “Bilangan Bulat”. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti akan menggunakan motode Problem Based Instruction adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Metode Problem Based Instructionadala pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda, menggunakan kegiatan belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik/materi pelajaran yang diajarkan. Dengan adanya metode Problem Based Instruction ini maka diharapkan mampu meningkatkan kemmapuan siswa dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Matematika materi Bilangan Bulat di kelas VI semester I di SDN 5 Ngawen. Alasannya menggunakan metode Problem Based Instruction adalah pada dasarnya Problem Based Instruction menitikberatkan untuk mengetahui makna dan bukan hanya sekedar hafalan, melainkan menghubungkan sisi “mengapa” dari kenyataan konkret dalam proses mengajar memberi motivasi penting yang diperlukan untuk belajar.
Indetifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis meminta bantuan teman sejawat untuk melakukan penelitian tindakan kelas dan upaya mengidentifikasi kekurangan. Hasil pengamatan teman sejawat dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu:
- Siswa kurang memberikan respon atas pertanyaan guru dan tidak mengajukan pertanyaan jika ada kesulitan.
- Proses pembelajaran belum terjadi secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
- Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan alat peraga secara optimal, guru tidak menggunakan metode yang bervariasi.
- Rendahnya kemampuan siswa menyerap materi pelajaran yang disajikan guru disebabkan karena proses belajar kurang menarik minat dan perhatian siswa.
Batasan Masalah
Berdasakan identifikasi masalah tersebut diatas, penulis menganalisis bahwa penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika adalah:
- Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dan penggunaan media gambar kurang maksimal.
- Kemampuan siswa menyerap materi pelajaran yang disajikan guru kurang menarik minat dan perhatian siswa
- Proses pembelajaran belum terjadi secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan tersebut guru belum memberdayakan seluruh metode maupun model pembelajaran yang ada. Dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah melalui penerapan metode Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam Bilangan Bulat pada siswa kelas VI Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020?”
Tujuan Penelitian
Laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa dengan menggunakan alat peraga yang optimal dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu dapat menjelaskan materi yang diajarkan dan dalam belajar terutama pada pelajaran matematika anak kurang suka pada pelajaran tersebut dan siswa diharapkan dapat: “Meningkatkan hasil belajar matematika materi Bilangan Bulat siswa kelas VI Semester I SDN 5 Ngawen melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka)”
Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 (empat), diantaranya sebagai berikut:
Bagi Kepala Sekolah (Dapat mengembangkan dan memperbaiki pola pembelajaran yang diajarkan oleh guru kepada peserta didik, Dapat mengembangkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan, Dapat memotivasi guru dan peserta didik untuk belajar mengembangkan pola pembelajaran yang lebih menarik, Dapat meningkatkan tanggung jawab Guru dan Peserta terhadap tugasnya secara professional.)
Bagi Guru (Dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi, Dapat membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya, Membantu guru berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, Dapat memperbarui sistem belajar siswa sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan)
Bagi Sekolah (Menciptakan sistem pembelajaran ilmiah, mengerti dan lengkap, Ditemukannya salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk pelaksanan kegiatan belajar, Penelitian ini dilakukan sebagai momentum refleksi diri bagi sekolah tempat penelitian, baik sebelum ataupun sesudah adanya penelitian)
Bagi Perpustakaan (Dengan danya penelitian tindakan kelas ini, makin bertambahlah referensi buku-buku perpustakaan dan akhirnya bertambahlah wawasan para pembaca perpustakaan).
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
Pengertian Belajar
Menurut Nasution Suhengrin, 2007: 6, memberikan arti tentang belajar adalah sebagai berikut: “Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman sendiri”. Dengan belajar maka seseorang mengalami perubahan tingkah laku. Sehingga terjadi perubahan baik pengetahuan, sikap, keterampilan maupun kelakuannya. Dengan kata lain ada perubahan tingkah laku antara sebalum dan sesudah belajar
Morgan dalam Ngalim Purwanto M, 2008: 8, mengemukakan “Belajar adalah Setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut Ausabel dalam Herman Hudojo, 2007: 93, mengemukakan bahwa “Bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna, artinya bahan pelajaran itu cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan perkataan lain, pelajaran baru haruslah dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada sedemikian sehingga konsep-konsep baru terserap. Dengan demikian intelektual emosional siswa terlibat didalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Thorndike (2008) belajar adalah membentuk pola hubungan antara stimulus dan respon yang diberikan. Thorndike juga berprinsip dalam belajar “lakukan hal yang menyenangkan dan hindari hal yang membosankan” (hukum law of effect). Rasa senang dan puas dapat diperoleh siswa setelah ia mendapatkan pujian atau reward atas prestasi yang dicapai. Kesuksesan yang diraih akan mengantarkannya untuk mendapatkan prestasi yang berikutnya. Belajar akan berhasil jika siswa telah siap melaksanakan kegiatan belajar.
Pengertian belajar (Fontana, 2008: 147 dalam Bistari Bs.Y) adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, belajar sesungguhnya bersifat internal dari diri siswa. Sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yaitu keadaan yang sengaja diciptakan agar proses belajar menjadi terarah dan sistematis, karena didalam proses pembelajaran ada peran guru, bahan ajar, dan lingkungan yang kondusif yang sengaja dibentuk.
Dari beberapa batasan yang dikemukakan diatas dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu usaha seseorang yang dilakukan dengan sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi denagn lingkungannya.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: Keterampilan dan kebisaaan, Pengetahuan dan pengertian, Sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. (Nana Sudjana, 2008:22).
Pembelajaran Matematika
Matematika adalah terjemahan dari Mathematic. Namun arti atau definisi yang tepat dari Matematika dapat diterapkan secara eksask (pasti) dan singkat. James dan Jarnes (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa Matematika adalah “Ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri”. John dan Rising (1972) mengatakan bahwa Matematika adalah pola pikir pola pengorganisasian pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang cemat, akurat, dan jelas, representasinya dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan) dari pada mengenai bunyi.
Hipotesis Tindakan
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, penulis terlebih dahulu memberikan terkaan-terkaan mengenai hasil penelitian yang akan diperoleh, yaitu: Model Pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika materi Bilangan Bulat pada kelas VI semester I.
METODELOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VI semester I SDN 5 Ngawen tahun pelajaran 2019/2020. Alasan pemilihan tempat penelitian di SDN 5 Ngawen karena lokasi penelitian berada pada lokasi peneliti bekerja.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2019 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2019.
Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI SDN 5 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 8 siswa putra dan 12 siswa putri.
Sumber Data
Sumber Data Primer
Dalam penelitian yang merupakan sumber data primer adalah:
- Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi Bilangan Bulat.
- Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi Bilangan Bulat..
- Setelah guru menyajikan materi menggunakan model Problem Based Instruction yang meliputi hasil ulangan harian, hasil pelaksanaan tugas, dan nilai porto folio.
Sumber Data Skunder
Dalam penelitian ini yang merupakan sumber data sekunder adalah hasil pengamatan dari tim kolaborasi (teman sejawat), pada saat pembelajaran matematika materi Bilangan Bulat dengan metode Problem Based Instruction pada siklus 1 dan siklus 2.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan Data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis ini digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi Bilangan Bulat. Sedangkan teknik non tes meliputi tehnik observasi dan dokumentasi, observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Kemampuan mengurutkan Bilangan Bulat dengan memanfaatkan Model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Instruction pada Pembelajaran matematika. Pada siklus I dan siklus II, sedangkan tehnik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data khususnya nilai mata pembelajaran matematika.
Alat Pengumpulan Data
Lembar Tes (Lembar tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa hasil belajar siswa menyelesaikan soal matematika pada kompetensi “Bilangan Bulat”)
Lembar Observasi (Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar matematika materi “Bilangan Bulat”)
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (2009:192) interview atau wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung berhadapan atau melalui media. Keduanya berkomunikasi secara langsung baik secara berstruktur atau yang dilakukan dengan persiapan maupun tanpa persiapan lebih dahulu, sehingga antara pertanyaan dengan jawaban dapat diperoleh secara langsung dalam konteks kejadian secara timbal balik. Dalam wawancara ini peneliti berusaha mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi Bilangan Bulat melalui metode Problem Based Instruction pada kelas VI semester I (di SDN 5 Ngawen, Ngawen, Blora, tahun 2019/2020).
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Metode ini digunkaan untuk melihat situasi dan kondisi lainnya yang terkait dengan data-data tertulis tentang karakteristik fisik sekolah SDN 5 Ngawen.
Validasi Data
Validasi data meliputi validasi hasil belajar dan validasi proses pembelajaran.
Validasi Hasil Belajar
Validasi hasil belajar dikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes. Validasi ini meliputi validasi teoritis dan validasi empiris. Validasi teoritis dan validasi empiris. Validasi teoritis artinya mengadakan analisis artinya mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas fase validity (tampilan tes) content validity (validitas isi) dan construct validity (validitas konstruksi).
Validasi empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan kisi-kisi soal penulisan butir-butir soal, kunci jawaban dan kriteria pemberian skor.
Validasi Proses Pembelajaran
Validasi proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi: triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan observasi terhadap subyek penelitian yaitu siswa kelas VI SDN 5 Ngawen dan kolaborasi dengan guru kelas yang mengajar bidang study matematika. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi selain metode observasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pendukung yang diperlukan dalam proses pembelajaran matematika.
Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang meliputi:
- Analisis Deskriptif Pemanfaatan Metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar dengan cara membandingkan dengan hasil belajar. Pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan indikator pada siklus I dan siklus II.
- Analisis Deskriptif Kualitatif hasil obervasi dengan cara membandingkan hasil obervasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.
Prosedur Penelitian
Di dalam penelitian tindakan kelas (PTK) terdapat beberapa model atau desain penelitian yang digunakan ketika peneliti melakukan PTK. Desain-desain tersebut diantaranya adalah (1) model Kurt Lewin, (2) model Kemmis Mc Taggart, (3) model John Elliot, (4) model Hopkons, (5) model Mc. Kernan, (6) model Dave Ebut. Prosedur dalam penleitian ini, peneliti menggunakan model Kemmis & Mc. Taggart.
Menurut Basrawi Suwandi (2008:68), desain Penleitian Kemmis merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin. Desain penelitian Kemmis dikenal dengan model spiral. Hal ini karena dalam perencanaan, Kemmis menggunakan spiral refleksi direi, yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah.
Menurut Kemmis dalam penelitian tindakan kelas, 2 kegiatan tersebut haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya satu tindakan begitu pula berlangsung observasi. Di dalam desain penelitian kemmis dikenal sistem siklus. Artinya dalam satu siklus terdapat satu putaran kegitaan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Ketika siklus satu hampir berakhir, namun peneliti masih menemukan kekurangan ketika dilakukan refleksi peneliti bisa melanjutkan pada siklus ke dua. Siklus ke dua dengan masalah yang sama, namun dengan teknik yang berbeda.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil tes formatif pembelajaran Matematika di atas menunjukkan bahwa:
- Nilai rata-rata kelas : 73
- Jumlah siswa yang tuntas : 13 siswa
- Jumlah siswa yang belum tuntas : 7 siswa
- Persentase ketuntasan belajar siswa : 65%
Siklus I
Tabel. 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika Siklus I
Nilai | Frekuensi | Prosentase |
40-50 | 0 | 0% |
51-60 | 0 | 0% |
61-70 | 4 | 20% |
71-80 | 9 | 45% |
81-90 | 3 | 15% |
91-100 | 4 | 20% |
Berdasarkan data hasil tes formatif pembelajaran matematika dengan materi menyelesaikan soal Bilangan Bulat dapat ditunjukkan hasil sebagai berikut
- Nilai rata-rata kelas : 84
- Jumlah siswa yang tuntas : 16 siswa
- Jumlah siswa yang belum tuntas : 4 siswa
- Persentase ketuntasan belajar siswa : 84%
Diketahui bahwa siswa kelas VI SDN 5 Ngawen yang mendapat nilai dari KKM yaitu 75 sebanyak 16 siswa. Dengan demikian siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal untuk materi Bilangan Bulat sebanyak 4 siswa (20%). Sedangkan yang sudah mencapai KKM 16 siswa (80%) dari 20 siswa.
Siklus II
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika Siklus II
Nilai | Frekuensi | Prosentase |
40-50 | 0 | 0% |
51-60 | 0 | 0% |
61-70 | 0 | 0% |
71-80 | 6 | 30% |
81-90 | 6 | 30% |
91-100 | 8 | 40% |
Berdasarkan hasil tes formatif pembelajaran matematika tentang Bilangan Bulat dapat ditunjukkan hasil sebagai berikut:
- Nilai rata-rata kelas : 91
- Jumlah siswa yang tuntas : 20 siswa
- Jumlah siswa yang belum tuntas : 0 siswa
- Persentase ketuntasan belajar siswa : 100%
Dari hasil tes tersebut diatas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, mencapai KKM yaitu 75.
Diketahui bahwa siswa kelas VI SDN 5 Ngawen yang mendapat nilai dari KKM yaitu 75 sebanyak 20 siswa. Dengan demikian siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal untuk materi Bilangan Bulat sebanyak 0 siswa (0%). Sedangkan yang sudah mencapai KKM 20 siswa (100%) dari 20 siswa.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Pembahasan Siklus I
Proses Pembelajaran Siklus I
Pada proses pembelajaran Siklus I guru dalam menerapkan dan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning guru masih ragu-ragu dan belum menerapkan langkah-langkahnya dengan benar. Penguasaan materi juga dirasa masih kurang. Sudah ada perubahan pada perilaku sikap toleransi siswa walaupun masih ada siswa yang bermain sendiri dan tidak mau bersama dalam kelompok investigasi.
Hasil Belajar Matematika
Dampak yang ditimbulkan dari penerapan metode diskusi dengan penugasan dengan bantuan alat peraga selama dua siklus terhadap pencapaian hasil belajar siswa sangat nampak jelas pada siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1, 16 siswa memperoleh nilai diatas 75 atau lebih dan ketuntasan mencapai 80%. Jadi masih ada 20% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah.
Pembahasan Siklus II
Hasil tindakan pembelajaran pada pembelajaran Siklus II berupa hasil tes formatif dan hasil pengamatan sikap toleransi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer maka dapat dijabarkan sebagai berikut:
Proses Pembelajaran
Segala kekurangan yang terjadi pada Siklus I telah diperbaiki pada Siklus II. Hasil pembelajaran yang telah dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning mata pelajaran matematika materi FPB dan KPK menunjukkan adanya peningkatna. Diskusi pada siklus II lebih ditekankan pada peran siswa yang pandai agar mentrasfer ilmunya pada siswa yang kurang pandai. Sebagai siswa juga sudah aktif bertanya jika mengalami kesulitan. LKS yang disediakan oleh guru juga telah dikerjakan dengan baik oleh siswa, bahkan siswa pada kelompok tertentu sangat cepat mengerjakan LKS tersebut. Siswa menganggap materi tidak terlalu sulit karena mereka telah mendapatkan penjelasan yang cukup dari guru, selain itu juga ada transfer pengetahuan antar siswa dalam diskusi.
Hasil Belajar Matematika
Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 75 mencapai 20 siswa dari 20 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai lebih mencapai 100% yang artinya proses pembelajaran telah tuntas secara klasikal. Dari hasil ini, indikator keberhasilan yang berbunyi: meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas tuntas belajar pada ulangan harian minimal 10% telah tercapai. Dan meningkatnya kompetensi guru dalam proses pembelajaran minimal 15% juga tercapai.
Hasil Penelitian Antar Siklus
Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan cukup berhasil. Penerapan model pembelajaran cooperative learning dianggap dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VI SDN 5 Ngawen, karena dari masing-masing pertemuan ada peningkatan hasil belajar dan sikap toleransi siswa dari tes formatif yang telah dilaksanakan dan berdasarkan pengamatan observer. Hal tersebut akan dianalisis dalam pembahasan tersebut.
Tabel 4.11. Peningkatan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran Matematika Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Pra Siklus | Siklus II | Siklus II | |||||||||
Nilai rata- rata | Jumlah siswa | Persen tase | Nilai rata- rata | Jumlah siswa | Persen tase | Nilai rata-rata | Jumlah siswa | Persen tase | |||
Tnts | Blm | Tnts | Blm | Tnts | Blm | ||||||
74 | 13 | 7 | 65% | 84 | 16 | 4 | 80% | 91 | 100 | 0 | 100% |
Dari tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. Pra Siklus nilai rata-rata hanya 74, Siklus I mengalami peningkatan menjadi 84, dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 91. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 65%, Siklus I menjadi 80% dan Siklus II menjadi 100%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.
Tabel 4.12. Perbandingan Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
No | Ketuntasan | Pra Siklus | Siklus I | Siklus II |
1. | Tuntas | 65% | 80% | 100% |
2. | Tidak Tuntas | 35% | 20% | 0% |
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru senantiasa berharap bahwa apa yang akan disampaikan kepada siswanya, dapat diterima dengan baik. Namun harapan tersebut tidak dapat terwujud sekaligus dalam waktu yang singkat perlu melalui tahapan-tahapan Hal ini disebabkan oleh adanya masalah-masalah yang dihadapi pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah tersebut sulit kiranya untuk bisa mencapai hasil yang maksimal. Dalam kondisi seperti ini maka perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas upaya yang cukup efektif dalam pembelajaran dapat dilihat pada setiap langkah pembelajaran yang selalu dievaluasi, sehingga guru dapat mengetahui apakah terjadi kegagaln ataupun keberhasilan. Keberhasilan pembelajaran dapat dijadikan acuan untuk dikembangkan dalam pembelajaran selanjutnya. Apabila hal ini dilakukan dengan sungguh-sungguh Insya Allah tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai.
Pernyataan tersebut tidak hanya sekedar teori belaka tetapi suatu kenyataan yang sudah penulis buktikan dalam Penelitian Tindakan Kelas di SDN 5 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Setelah dilaksanakan suatu proses pembelajaran dan penelitian tindakan kelas melalui tiga siklus terbukti bahwa pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi dan tugas latihan intensih dapat:
- Ketuntasan pada siklus 1, 16 siswa memperoleh nilai diatas 75 atau lebih dan ketuntasan mencapai 80%. Jadi masih ada 20% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah.
- Ketuntasan Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 75 mencapai 20 siswa dari 20 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai lebih mencapai 100%
- Meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam Bilangan Bulat secara cermat.
- Meningkatkan kemampuan siswa kelas VI semester I di SDN 5 Ngawen dalam belajar matematika .
Implikasi
Berdasarkan permasalahan penelitian yang ada dan kajian teori dari para pakar hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diimplikasikan bahwa model pembelajaran Problem Based Instruction dengan materi Bilangan Bulat dapat meningkatkan hasil belajar, khususnya siswa kelas VI SDN 5 Ngawen.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai bentuk tindak lanjut, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru:
- Untuk melayani kemampuan daya tangkap siswa yang agak lambat, guru membiasakan diri bersikap sabar dan tidak terburu-buru.
- Dalam mengelola kegiatan diskusi kelompok, guru harus memantau setiap kelompok dan mendorong siswa yang kurang aktif ikut berpartisipasi.
- Guru harus bisa memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pengajaran secara maksimal.
Tindak lanjut peningkatan profesional guru, kita harus sering bertukar pikiran secara objektif dengan teman sejawat atau sekolah, bahkan sampai ke kegiatan KKG dan KKKS tentang strategi metode yang berhubungan dengan keberhasilan dan proses belajar mengajar yaitu:
Bagi Siswa
- Hendaknya siswa berusaha untuk memiliki sikap kreatif untuk selalu bertanya pada guru sesuai materi yang diterangkan jika ada materi pelajaran yang belum di mengerti.
- Berusaha untuk berbahasa yang baik dan benar dalam upaya melatih siswa mampu memahami dan mencerna setiap pelajaran yang diberikan maupun soal-soal yang diberikan terutama dalam pelajaran matematika.
Sekolah
Hendaknya pihak sekolah dapat memberikan atau meningkatkan fasilitas atau sarana dan prasarana sekolah yang memadai sehingga dapat memudahkan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.
Guru
Hendaknya guru dapat menunjang kecerdasan dan ketrampilan anak didik dalam menyelesaikan soal-soal, baik untuk bidang studi matematika maupun bidang studi yang lain agar dapat dimulai melalui peningkatan kemampuan mengerjakan mengajar materi Bilangan Bulat.
Peneliti
- Untuk peneliti yang mengambil ruang lingkup yang sama hendaknya menambah variabel lain selain kedua variabel tersebut.
- Hendaknya peneliti mencari aspek lain yang lebih luas dari aspek yang ada di sini untuk menambah luasnya cakupan variabel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad. 2000. Guru dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.
Alwasilah Chaeda. 1997. Politik, Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Anita. 2005. Cooperatif Learning. Memprakttikkan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Asmawi, dkk. 2005. Test dan Asesmen di SD. Jakarta: Uiversitas Terbuka.
Buchori, dkk. 2004. Gemar Membaca Matematika 5. Semarang. Aneka Ilmu.
Depdikbud. 1994. Pengelolaan Sekolah Dasar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.
Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar, Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.