Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Metode Problem Solving
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
MELALUI METODE PROBLEM SOLVING
PADA SISWA KELAS XI MULTIMEDIA DI SMK NEGERI 6 SUKOHARJO SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Ita Dwaita Lantari
SMK Negeri 6 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembimbingan dan hasil bimbingan konseling materi kesehatan reproduksi remaja melalui metode problem solving pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling yang dilaksanakan dalam dua siklus setiap siklus terdiri dua kali pertemuan, dengan empat tahap penelitian: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo semester 2 tahun ajaran 2018/2019. Dengan jumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar bimbingan konseling materi pemahaman kesehatan reproduksi remaja. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I siswa yang berhasil mendapat nilai KKM, meningkat dari 21 siswa (58,33%) menjadi 24 siswa atau 66,67% atau terdapat peningkatan sebesar 8,34%. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa yang mendapat nilai diatas KKM atau 83,33% atau terdapat peningkatan sebesar 16,66% dari sebelumnya.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar pemahaman kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
Kata kunci: hasil belajar; Problem Solving; reproduksi remaja,
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa dan negara. Proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Mata pelajaran yang dilakukan dengan monoton akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa. Oleh karena itu, setiap mata pelajaran yang ada di sekolah yang disampaikan di kelas-kelas termasuk mata pelajaran bimbingan konseling atau BK harus disampaikan dengan metode yang sesuai dengan kondisi siswa didiknya agar dapat tercapai pembelajaran yang optimal.
Bimbingan konseling akan lebih efektif jika dilakukan melalui dunia pendidikan formal, sehingga sumber daya manusia akan semakin baik dan terarah. Sumber daya manusia akan jauh lebih mudah ditingkatkan jika melalui proses pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli, bahwa pendidikan merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa (Tho’in, 2017: 162). Pendidikan menjadi motor penggerak bagi keberlangsungan sumber daya manusia yang handal suatu negara.
Menurut WHO (2006), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang utuh berhubungan dengan reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Individu yang sehat secara reproduksi memiliki cara pendekatan yang positif dan penuh rasa hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual, mereka juga berpotensi untuk merasakan kesenangan dan pengalaman seksual yang aman, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan (Potter & Perry, 2009).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, komponen, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak hanya bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosial budaya (BKKBN, 2008)
Penggunaan berbagai macam model pembelajaran dapat memakan waktu yang lebih lama sementara waktu mengajarnya terbatas. Guru juga jarang sekali menggunakan pendekatan pembelajaran ketika sedang mengajarkan materi bimbingan konseling. Terkait belum optimalnya proses pembelajaran bimbingan konseling di kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo, maka peneliti berupaya untuk menerapkan metode problem solving sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Metode problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama (Alipandie, 1984:105). Menurut Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Djamarah (2006:92) metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Menurut Hadian (2013), metode problem solving dapat diartikan sebagai: (1) Tujuan (Goal). Sebagai tujuan, problem solving adalah target akhir dalam suatu pembelajaran matematika, dalam arti dengan mempelajari matematika maka kita dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan lebih bijak, sistematis, efektif, dan efisien. (2) Proses (Process). Sebagai proses, problem solving diartikan sebagai proses yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan masalah atau soal dalam matematika dengan lebih sistematis dan akuarat. (3) Kemampuan dasar (basic). Sebagai kemampuan problem solving diartikan sebagai kemampuan dasar karena inilah dasar yang harus dikuasai oleh kita sebagai pemecahan masalah dalam kehiduapan sehari-hari. Oleh sebab itu, problem solving adalah metode yang harus dikenal oleh setiap orang untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan lebih sistematis, terukur, dan efisien.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti melakukan suatu tindakan bimbingan dalam rangka meningkatkan kualitas proses bimbingan dan hasil bimbingan yaitu pada Kompetensi Dasar: Peningkatan Pemahaman Kesehatan Reproduksi Remaja di kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 melalui metode Problem Solving.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah proses pembimbingan konseling dan hasil bimbingan materi kesehatan reproduksi remaja dengan menggunakan metode problem solving pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninggkatkan kualitas proses pembimbingan konseling materi kesehatan reproduksi remaja dan hasil pembimbingan konseling materi kesehatan reproduksi remaja dengan menggunakan metode problem solving pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
METODOLOGI
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 4 tahapan yaitu Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Metodenya adalah problem solving dengan perolehan data pada tes dan nontes. Metode tes dilaksanakan secara tertulis digunakan untuk mengetahui data hasil belajar sedangkan nontes untuk mengetahai kualitas proses bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada siklus I dan siklus II.
Selain itu, pengumpulan data juga meliputi: (a) Teknik pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh peneliti adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan tersebut dilakukan terhadap penggunaan media gambar oleh guru dan proses kegiatan diskusi oleh siswa di kelas. Peneliti yang sekaligus sebagai guru mengamati situasi kelas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. (b) Teknik analisis kritis dilakukan terhadap hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Hasil Siklus I
Pada pertemuan akhir siklus I dilaksanakan tes tertulis, dan diperoleh data nilai hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo sebagai berikut,
Prestasi Belajar Siswa Siklus I
No | Uraian | Hasil Siklus I |
1. | Nilai terendah | 60 |
2. | Nilai tertinggi | 90 |
3. | Nilai rata-rata | 75 |
4. | KKM | 75 |
5. | Ketuntasan | 24 siswa (66.67%) |
Pada siklus I guru peneliti sudah menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja. Nilai rata-rata hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 6 Sukoharjo adalah 75, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 60. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 24 siswa (66.67%) dari total 35 siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo.
Hasil pengamatan pada siklus I masih ada yang bingung dan belum antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka terlihat belum bisa untuk di ajak belajar secara kelompok. Dan berdasarkan hasil tes tertulis siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo sebagai berikut.
Uraian | Kondisi awal | Siklus I |
Tindakan Pembelajaran | Belum menerapkan metode problem solving | Sudah menerapkan metode problem solving |
Nilai terendah
Nilai tertinggi Nilai rata-rata KKM Ketuntasan |
60
80 70 75 21 siswa (58.33%) |
60
90 75 75 24 siswa (66.67%) |
Melalui penerapan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja.
Deskripsi Hasil Siklus II
Dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran ini prestasi belajar pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan pada tabel berikut.
Prestasi Belajar Siswa Siklus II
No | Uraian | Hasil |
1. | Nilai terendah | 70 |
2. | Nilai tertinggi | 90 |
3. | Nilai rata-rata | 85 |
4. | KKM | 75 |
5. | Ketuntasan | 30 siswa (83.33%) |
Pada siklus II peneliti menerapkan metode pembelajaran metode problem solving. Nilai rata-rata prestasi belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo adalah 85, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 30 siswa (83.33%) dari total 35 siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo.
Peningkatan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja penelitian. Sehingga peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian tindakan kelas ini.
Refleksi
Pada tindakan siklus II siswa kelihatan lebih aktif dalam pembelajaran, diskusi kelompok dengan kartu gambar lebih hidup. Beberapa kali terlihat siswa saling berdiskusi serius membahas materi dan tugas kelompok yang diberikan guru. Dalam diskusi, siswa saling memberikan argumen menurut pendapat mereka. Sesekali guru memberikan arahan supaya diskusi tetap pada jalurnya. Setelah dilakukan tes tertulis pada pertemuan akhir siklus II, diperoleh data peningkatan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada siklus II sebagai berikut.
Uraian | Siklus I | Siklus II |
Tindakan Pembelajaran | Sudah menerapkan metode problem solving | Sudah menerapkan metode problem solving |
Nilai terendah
Nilai tertinggi Nilai rata-rata KKM Ketuntasan |
60
90 75 75 24 siswa (66.67%) |
70
90 85 75 30 siswa (83.33%) |
Melalui penerapan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja.
Pada siklus I guru peneliti sudah menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja. Nilai rata-rata prestasi belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo adalah 75, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 60. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 24 siswa (66.67%) dari total 35 siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo.
Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 6 Sukoharjo adalah 85, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 30 siswa (83.33%) dari total 36 siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo.
Pembahasan
Setelah peneliti melaksanakn tindakan penelitian melalui penerapan metode problem solving, secara empiris diperoleh data peningkatan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 dari kondisi awal, siklus I dan siklus II sebagai berikut.
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Uraian | Kondisi awal | Siklus I | Siklus II |
Tindakan Pembelajaran | Belum menerapkan metode problem solving | Sudah menerapkan metode problem solving | Sudah menerapkan metode problem solving |
Nilai terendah
Nilai tertinggi Nilai rata-rata KKM Ketuntasan |
60
80 70 75 21 siswa (58.33%) |
60
90 75 75 24 siswa (66.67%) |
70
90 85 75 30 siswa (83.33%) |
Melalui penerapan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja.
Pada kondisi awal peneliti belum menerapkan metode problem solving. Nilai rata-rata siswa kelas XI Multimedia 1 adalah 70, masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Nilai tertinggi siswa 80, nilai terendah 60 dan jumlah siswa kelas XI Multimedia 1 yang mencapai nilai KKM hanya 21 siswa (58.33%) dari total 35 siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo.
Pada siklus I guru peneliti sudah menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja. Nilai rata-rata hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo adalah 75, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 60. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 24 siswa (66.67%) dari total 35 siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo.
Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo adalah 85, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 30 siswa (83.33%) dari total 36 siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo.
Jadi, melalui penerapan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja dari kondisi awal nilai rata-rata 70 dengan ketuntasan 58.33% ke kondisi akhir pada siklus II nilai rata-rata 85 dengan ketuntasan 83.33% pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
PENUTUP
Simpulan
Dari data empirik dinyatakan bahwa melalui penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan kualitas prses dan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja dari kondisi awal nilai rata-rata 70 dengan ketuntasan 58.33% ke kondisi akhir pada siklus ii nilai rata-rata 85 dengan ketuntasan 83.33% pada siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 6 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar bimbingan konseling materi memahami kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
Saran
Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Bagi Guru
- Dalam penerapan metodeProblem Solving hendaknya guru memberikan apersepsi yang mendorong siswa untuk aktif belajar, sehingga siswa dapat meningkat prestasi belajarnya.
- Perlunya pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Bagi siswa
- Dengan penerapan metodeProblem Solving hendaknya siswa dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
- Dalam penerapan metodeProblem Solving hendaknya siswa lebih aktif dan memanfaatkan dengan baik, sehingga lebih mudah memahami materi pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1998. Psikologo Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Alipandie, Imansyah. 1998. Didaktik Metodik Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
BKKBN. 2008. Remaja dan SPN (Seks Pranikah).
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri.2006. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Erikson, Erick, H.1968. Identity, Youth, and Crisis. International University Press. New York.
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo
Hadian. 2013. Detection Fraud of Financial Statement with Fraud Triangle. Proceedings of 23rd International Business Research Conference. Marriott Hotel: Melbourne, Australia
Hidayangsih. 2014. Perilaku berisiko dan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Indonesian Journal of Reproductive Health, 5(2), 89-101.
Mahmuda, I. N. N. (2009). Peningkatan Pengetahuan tentang Reproduksi Sehat pada Siswi SMK Pertiwi Desa Ngabeyan, Mangkuyudan, Kartasura, Sukoharjo.
Mubarak. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Muhibbin, Syah.1999.Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.Bandung:PT Remaja Rosdakarya
- Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Refika Aditama: Bandung.
Nasution. 1995. Metode Research. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Ngalim Purwanto. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Omobuwa, O., et all. (2012). Knowledge and Perception of Reproductive Health Servicec Among in-School Adolescents in lle-lfe, Osun State, Nigeria.Journal of Medicine and Medical Science. Vol 3 (7) pp. 481-488. Available online Http://www.interestjournals.org/JMMS.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang.
Putriani, N. (2010). Faktor-faktor yang memepengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Slameto. 2000 Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta,Jakarta
Sudirman, dkk. (1987). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suprijono, Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.
Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Karya)
Tho’in, M. (2017). Pembiayaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syari’ah, 9(2).
Triwibowo, C dan Pusphandani, ME. 2015. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
WHO. Promoting and safeguarding the sexual and reproductive health of adolescents. Implementing the Global Reproductive Health Strategy. Policy brief – 4. Geneva: World Health Organization; 2006
WHO. (2011). The Sexsual and Reproductive Health of Younger adolescent.Geneva: WHO