PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR TENTANG TEKS DISCUSSION MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAGI SISWA KELAS XII IPS 2 PADA SEMESTER 1

SMA NEGERI 1 NGUTER TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019

 

Suparti

SMA Negeri 1 Nguter

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar tentang teks discussion melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah bagi siswa kelas XII IPS 2 pada semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018 / 2019. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter,pada semester 1 tahun pelajaran 2018 / 2019,dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara,dan dokumentasi.Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data,reduksi data,penyajian data,dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar tentang teks discussion bagi siswa kelas XII IPS 2 pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter. Sebelum menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah rata-rata nilai siswa hanya 65,78. Pada siklus pertama penelitian ternyata dapat meningkat menjadi 76,71 kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 86,68. Model Pembelajaran Berbasis Masalah juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,yang sebelumnya hanya 53,12%, pada siklus pertama menjadi 76,75%,pada siklus kedua menjadi 90,62%.

Kata Kunci:pembelajaran berbasis masalah,prestasi belajar,teks discussion.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama yang di ajarkan di sekolah, mulai dari jenjang dasar, menengah, sampai ke jenjang perguruan tinggi.Hal ini sangatlah masuk akal karena Bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional. Banyak buku pengetahuan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, penguasaan Bahasa Inggris sangat diperlukan bagi siswa. Selain digunakan sebagai media untuk berkomunikasi juga digunakan untuk menguasai tehnologi yang perkembangannya menuntut kita untuk mempelajarinya lebih dalam.

Pembelajaran bahasa Inggris harus mencakup 4 keterampilan berbahasa yaitu: membaca (reading), menyimak (listening), berbicara (speaking) dan menulis (writing) secara terpadu. Membaca adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa untuk memahami isi wacana.

Bahasa Inggris merupakan pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi siswa untuk mempelajari bahasa Inggris dengan senang hati.Siswa merasa terpaksa, atau karena hanya memenuhi kewajiban semata. Disamping itu juga karena kemasan (packaging) pelajaran bahasa Inggris oleh guru yang kurang menarik minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris.

Rendahnya prestasi belajar bahasa Inggris siswa, disebabkan karena aktivitas dalam pembelajaran bahasa Inggris masih sangat rendah. Siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan walaupun guru telah memancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang sekirannya siswa belum jelas. Selain itu, aktivitas siswa dalam membaca, memahami kalimat, mengemukakan pendapat dan bekerja kelompok masih rendah.

Kendala lain dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris adalah model pembelajaran yang diterapkan guru dalam menyampaikan pelajaran. Pembelajaran di sekolah yang diterapkan oleh guru saat ini umumnya masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional untuk mata pelajaran Bahasa Inggris tentu kurang menarik.Dalam pembelajaran menggunakan model konvensional sebenarnya bukan sejauh mana siswa paham dengan materi yang diajarkan tetapi sejauh mana guru bisa menyampaikan materi itu. Sehingga siswa hanya mendengar apa yang diterangkan oleh guru yang akhirnya siswa tidak terbiasa mengemukakan ide-ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya. Inilah yang membuat siswa menjadi pasif dan akhirnya malas untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Rendahnya aktivitas siswa tersebut dapat mengakibatkan proses belajar yang telah disajikan oleh guru menjadi tidak tuntas dan berdampak pada prestasi belajar siswa

Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari kualitas perilaku pembelajaran guru (teacher’s behavior), perilaku pembelajaran siswa (student’s behavior), iklim pembelajaran (learning climate), materi pembelajaran, media pembelajaran dan system pembelajaran di sekolah. (Rohman, 2009:24). Sejalan dengan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa mewujudkan pembelajaran yang berkualitas diperlukan kesinkronan antara guru, siswa,iklim pembelajaran yang baik agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan yang sama terjadi pada siswa di SMA Negeri 1 Nguter dimana kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga sebagian besar siswanya menjadi pasif dan tidak terlibat aktif. Berdasarkan hasil ulangan Bahasa Inggris materi membaca teks discussion pada siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter, didapatkan 65,52% siswa yang tuntas melebihi KKM dan siswa yang aktif hanya 52,75% dari siswa kelas XII IPS 2 sebanyak 32 siswa. KKM Bahasa Inggris kelas XII IPS 2 SMAN 1 Nguter adalah 72.

Setiap guru tentunya menginginkan pada saat proses belajar mengajar terjadi suatu interaksi antara guru dan siswa maupun antar sesama siswa. Dengan kondisi tersebut guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran karena para siswa akan merespon dan memahami dengan baik. Prestasi belajar Bahasa Inggris pun dapat mengalami peningkatan.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa agar terampil dalam berbahasa, perlu adanya variasi pembelajaran, sehingga siswa bisa lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Model pembelajaran yang bervariasi tersebut artinya dalam penggunaan model mengajar tidak harus selalu sama untuk setiap pokok bahasan karena bisa saja terjadi bahwa suatu model tertentu cocok untuk satu pokok bahasan namun tidak cocok untuk pokok bahasan yang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktifitas siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah proses pembelajaran tentang teks discussion melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah bagi Siswa Kelas XII IPS 2 pada Semester 1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018 / 2019? (2)Berapa persen peningkatan hasil belajar tentang teks discussion melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah bagi Siswa Kelas XII IPS 2 pada Semester 1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018 / 2019? (3)Bagaimanakah perubahan perilaku siswa sebagai dampak dari hasil belajar melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah bagi Siswa Kelas XII IPS 2 pada Semester 1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018 / 2019?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1)Mendeskripsikan proses pembelajaran tentang teks discussion melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah bagi Siswa Kelas XII IPS 2 pada Semester 1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018 / 2019.(2)Mengetahui peningkatan hasil belajar tentang teks discussion melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah bagi Siswa Kelas XII IPS 2 pada Semester 1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018 / 2019.(3)Mengetahui perubahan perilaku siswa belajar tentang teks discussion melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah bagi Siswa Kelas XII IPS 2 pada Semester 1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018 / 2019.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Hakikat Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2005:36) belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar dapat di pahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah,2006: 68). Menurut Thorndike (Asri Budiningsih 2005: 21) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar.Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,perasaan, atau gerakan / tindakan.Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati,atau tidak kongkrit yaitu tidak dapat diamati. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Reber (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Witherington (Hamdani, 2011: 21) mengemukakan belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Thursan Hakim (Hamdani, 2011: 21) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalambentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan daya pikir dan lain-lain.

Beberapa ciri belajar, seperti dikutip oleh Darsono (Hamdani, 2011: 22) adalah sebagai berikut: (1) belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan sekaligus tolok ukur keberhasilan belajar ; (2) belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi belajar bersifat individual; (3) belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki potensi untuk belajar.; (4) belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lainnya.Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Selain itu, belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainyaModel Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Sanjaya (2006: 214) model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pertama, model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Pembelajaran Berbasis Masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakuakn melaui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Menurut Huda (2013: 270-271) dalam pendekatan pembelajaran berbasis masalah ini, siswa diharapkan mampu memiliki beberapa kompetensi sebagai berikut: (1) Meneliti ; (2) Mengemukakan pendapat; (3) Menerapkan pengetahuan sebelumnya ;(4) Memunculkan ide-ide ; (5) Membuat keputusan-keputusan; (6) Mengorganisasi ide-ide; (7) Membuat hubungan-hubungan ; (8) Menghubungkan wilayah-wilayah interaksi; (9) Mengapresiasi kebudayaan.

 

Prestasi Belajar

Menurut Purwadarminta (Hamdani, 2011: 137) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan menurut Winkel (Hamdani, 2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang,dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu (Hamdani, 2011: 138). Prestasi belajar mempunyai beberapa faktor utama antara lain: (1). prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik ; (2) prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu ; (3) prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan ; (4) prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan ; (5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII IPS 2 pada semester 1 SMA Negeri 1 Nguter pada materi teks Discussion.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah diduga dapat meningkatkan prestasi belajar tentang teks discussion bagi siswa kelas XII IPS 2 semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nguter yang merupakan tempat bertugas peneliti sebagai guru bahasa Inggris di sekolah tersebut,selama 6 bulan yaitu tanggal 1 Juli 2018 sampai dengan tanggal 31 Desember 2018.

Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah: 1) siswa, yakni subjek yang dikenai tindakan. Sasaran penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XII IPS 2 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan, 2) Guru sebagai subjek yang melalukan tindakan, 3) Teman sejawat sesama guru mata pelajaran bahasa Inggris sebagai kolaborator, dan 4) Kepala sekolah sebagai pembimbing dan sumber data. Sedangkan objek penelitian ini adalah penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) Tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok (Arikunto, 2010: 193). Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat kemampuan bernalar dan hasil belajar siswa sebelum penelitian, selama penelitian dan setelah penelitian dilaksanakan.(2)Wawancara,(3)Observasi.Observasi yang digunakan adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.(4)Catatan lapangan, (5)dokumentasi.Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: lembar observasi, pedoman wawancara, dan tes. Lembar observasi digunakan peneliti sebagai pedoman melakukan observasi atau pengamatan guna memperoleh data yang akurat dalam pengamatan. Lembar observasi juga digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi setiap tindakan agar kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Pedoman wawancara disusun untuk menanyakan dan mengetahui hal-hal yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat observasi. Pedoman wawancara difokuskan pada proses pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dalam peningkatan prestasi dan aktivitas belajar bahasa Inggris. Selain itu juga mempermudah peneliti dalam melakukan tanya jawab tentang bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Tes digunakan untuk melihat seberapa besar prestasi dan aktivitas belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Hasil tes dianalisis guna mengetahui prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa setelah dilakukan model Pembelajaran Berbasis Masalah

Indikator Kinerja.

Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya prestasi dan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas, minimal menjadi 80,00 dan meningkatnya persentase ketuntasan siswa minimal 80%, selain itu persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan minimal 80%.

HASIL

Deskripsi data hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas XII IPS 2 semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018 / 2019 adalah sebagai berikut:

Tingkat Kemajuan Aktivitas

Peningkatan persentase aktivitas belajar bahasa Inggris tentang teks discussion siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter pada pra siklus, siklus I, dan siklus II disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel Peningkatan Aktivitas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Aspek yang diamati Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 46,25 76,25 85,00
2 Mengemukakan pendapat/ide 52,50 75,63 83,75
3 Mengajukan pertanyaan 53,13 74,38 83,75
4 Menjawab pertanyaan 52,25 78,13 86,25
5 Bekerjasama dalam kelompok 60,63 79,38 83,75
Persentase Rata-rata 53,12% 76,75% 84,50%

 

 

 

Adapun hasil perbandingan peningkatan aktivitas belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Aktivitas Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Pembanding Pra Siklus Siklus I Siklus II
Persentase rata-rata 53,12% 76,75% 84,50%

 

Dari tabel persentase aktivitas siswa menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II

Tingkat Kemajuan Prestasi Belajar dan Ketuntasan Siswa

Hasil analisis evaluasi yang dilaksanakan pada setiap siklus diperoleh peningkatan prestasi / hasil belajar siswa.Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada setiap siklus yang mengalami peningkatan.

Tabel Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No Faktor Pra Siklus Siklus I Siklus II Indikator Ket
1 Rata-rata kelas 56,78 76,71 86,68 ≥80,00 Tercapai
2 Ketuntasan belajar 65,52% 71,87% 90,67% 80% Tercapai

 

Pada Siklus II rata-rata prestasi atau hasil belajar siswa sebesar 86,68≥ 80,00 (indikator), rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 90,67% ≥ 80% (indikator). Karena pada siklus II semua komponen sudah tercapai maka penelitian sudah berhenti di siklus II.

Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan atas hasil tindakan dari siklus I, siklus dan II menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi dan aktivitas belajar bahasa Inggris tentang teks discussion dengan menggunakan kombinasi model Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018 / 2019. Dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung menunjukkan peningkatan aktivitas belajar yang meliputi aktivitas memperhatikan/mendengarkan, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, bekerja sama dengan kelompok secara aktif dan menyimpulkan hasil diskusi. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I adalah 76,75%, pada siklus II aktivitas belajar sebesar 84,50%. Karena pada siklus II aktivitas belajar meningkat dan melampaui indikator kinerja yang diharapkan yaitu ≥ 80% maka siklus dihentikan dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Selain aktivitas belajar siswa yang meningkat, menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris tentang teks discussion bagi siswa kelas XII IPS 2 pada semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018 / 2019. Dari hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, ini berarti juga menunjukkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil penelitian pada siklus I diperoleh rata-rata 76,71 dengan rincian siswa yang tuntas belajar sebanyak 23 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa. Sedangkan diperoleh persentase ketuntasan belajar 71,87%. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 86,68 dengan rincian siswa yang tuntas belajar 29 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa. Sehingaa diperoleh persentase ketuntasan belajar 90,67%.. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I dan sudah mencapai indikator.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan prestasi dan aktivitas belajar bahasa Inggris tentang teks discussion bagi siswa kelas XII IPS 2 pada semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018 / 2019.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa:(1)Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris tentang teks discussion bagi siswa kelas XII IPS 2 pada semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018 / 2019.(2)Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar bahasa Inggris tentang teks discussion bagi siswa kelas XII IPS 2 pada semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018 / 2019

DAFTAR PUSTAKA

Annurahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Pustaka.

Hamdani. 2011. Srategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hanafiah, Nanang. 2012. Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana

Sardiman A.M.. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryani, Nunuk. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.