PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FPB DAN KPK

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE SNOWBALL THROWING BAGI SISWA KELAS VI

SDN PULEGUDEL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Hartatik

SDN Pulegudel Kecamatan Jepon

 

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SDN Pulegudel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dalam menentukan FPB dan KPK melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing pada tahun pelajaran 2016/2017. Metode Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SDN Pulegudel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Pulegudel tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah 16 siswa. Penelitian dilakukan dengan dua siklus berkelanjutan yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Analisis data menggunakan deskriptif kwantitatif dengan cara membandingkan hasil penilaian tes formatif siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar FPB dan KPK bagi siswa kelas VI SDN Pulegudel tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini terbukti sebelum dilakukan Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing kemampuan awal siswa rendah dengan ketuntasan belajar 43,75%. Pada siklus I, tingkat ketuntasan belajarnya meningkat menjadi 62,50%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa kembali meningkat menjadi 93,75%.

Kata Kunci: prestasi belajar, pembelajaran kooperatif, snowball throwing

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di era abad ke-21 yang serba global, menuntut kita untuk memiliki kompetensi yang tinggi di berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan berat, terutama dalam penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di sisi lain pendidikan nasional dihadapkan pada permasalahan mendasar yakni: (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan (Depdiknas, 2000:2).

Realitas pendidikan hasil paradigma lama adalah pendidikan sebagai instrumen politik, alat penyeragaman, siswa sebagai objek, mengutamakan aspek kognitif, dan pendidik sangat dominan sehingga pembelajaran berpusat pada guru. Pendidikan yang mengutamakan aspek kecerdasan intelektual (kognitif), mengakibatkan krisis kehidupan masyarakat yang multi dimensional sebagai refleksi krisis pendidikan. Perubahan dunia di era globalisasi yang serba cepat di segala bidang kehidupan sangat mempengaruhi paradigma pendidikan.

Paradigma baru pendidikan diharapkan dapat memecahkan permasalahan pendidikan. Pendidikan sebagai subjek pembangunan, schooling menjadi learning (sekolah menjadi belajar) dengan paradigma pembelajaran learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk bekerja), learning to be (belajar untuk hidup), learning to live together (belajar untuk hidup bersama), cara belajar siswa aktif menjadi belajar reflektif, pendidikan berbasis pada kehidupan masyarakat, keragaman dalam keseragaman, anak didik sebagai subjek, linking (link and math atau life skill) dan delinking (pemusatan lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Tujuan utamanya adalah mengupayakan fondasi dan mengembangkan Pendidikan Anak Seutuhnya (Agus Triarso, 2005).

Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada mata pelajaran matematika Kelas VI SDN Pulegudel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selama ini belum mencapai hasil yang maksimal. Prestasi belajar siswa masih di bawah tingkat ketuntasan belajar. Hal itu terjadi disebabkan oleh banyak faktor, antara lain, (1) metode yang digunakan dalam materi pembelajaran tersebut belum sesuai, (2) motivasi guru terhadap siswa belum maksimal, (3) masih terbatasnya buku-buku matematika, (4) pemanfaatan media atau alat peraga yang seadanya, sehingga membuat rendahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, (5) perhatian orangtua terhadap belajar anak di rumah masih kurang, (6) dan ditambah lagi masih adanya suatu paradigma tentang matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Prestasi belajar matematika tentang FPB dan KPK masih rendah. Dari 16 siswa kelas VI, yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 7 siswa (43,75%) dengan rata-rata kelas 62,50.

Untuk mengatasi masalah pembelajaran di atas, peneliti menetapkan untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Adapaun model pembelajaran yang akan dijadikan sebagai tindakan dalam penelitian adalah pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar matematika tentang FPB dan KPK pada siswa kelas VI SDN Pulegudel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:

1.   Mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran matematika untuk menentukan FPB dan KPK.

2.   Meningkatkan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan lebih khusus diharapkan bermanfaat bagi:

1.     Siswa

        Meningkatkan minat belajar, khususnya mata pelajaran Matematika.

        Meningkatkan kemampuan memahami konsep matematika.

        Mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

        Meningkatkan keterampilan dan prestasi belajar siswa.

2.     Guru

        Untuk mengetahui kelemahan/kelebihan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan mengelola kelas.

        Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran.

        Membantu guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran.

3.     Sekolah

        Memperoleh prestasi belajar siswa yang lebih baik dan memuaskan.

        Mendapatkan alternatif model pembelajaran di sekolah melalui PTK.

        Meningkatkan prestasi sekolah.

        Menambah referensi tentang PTK di perpustakaan sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Prestasi Belajar

Sardiman AM (2001: 20) mengemukakan belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Menurut Tirtonegoro (1989:43), “Prestasi belajar matematika adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar–mengajar dari ilmu yang menyangkut seluk beluk bilangan beserta hubungannya dan dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.”

Menurut Simanjuntak (1992:115), menyatakan yang dimaksud dengan “Prestasi belajar matematika adalah achievement, isi / kapasitas seorang yakni hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti kegiatan dan latihan yang ada hubungannya dengan bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan yang ditentukan melalui pemberian tes akhir pada pendidikan itu”.

Dari rumusan–rumusan di atas dapat penulis simpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil penilaian belajar atau hasil belajar yang dilakukan oleh seseorang yang ada hubungannya dengan bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan diukur dengan tes dan hasilnya berupa angka-angka atau huruf– huruf yang mempunyai arti penting dalam pendidikan. Angka–angka atau huruf–huruf tersebut bisa memberikan gambaran tentang keadaan atau pencapaian tujuan pembelajaran.

Pembelajaran Matematika

            Para pakar pendidikan dalam mendefinisikan pengertian matematika belum ada kesepahaman. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang tentang hakikat pembelajaran matematika itu sendiri. Pengertian atau makna dari istilah matematika sangat beragam, antara lain: (a) Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya; (b) Matematika adalah ilmu membahas fakta-fakta dan hubungan-hubungannya; (c) Matematika adalah ilmu membahas masalah ruang dan bentuk; (d) Matematika adalah ilmu membahas logika dan membahas numerik; (e) Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur; (f) Matematika adalah sarana berfikir Ismail (2003: 13).

Sementara itu, James dan James dalam bukunya Karso (1998: 2) mengatakan matematika adalah “ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak”.

Menurut Soedjadi (1999: 11) bahwa matematika memiliki beragam definisi, antara lain:

        Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistimatik.

        Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

        Matematika adalah tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

        Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kualitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

        Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logika.

        Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Sunardi (1997: 1), Matematika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bilangan beserta hubungannya. Sedangkan Hudoyo (1988: 1), mengatakan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu lain. Karena kegiatan belajar dan mengajar matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu lain. Karena siswa yang belajar matematika itu pun berbeda-beda pula kemampuannya, maka kaitan belajar mengajar harus tetap memperhatikan adanya perbedaan individu dan karakteristik siswa.

Metode Pembelajaran

            Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Metode pembelajaran ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar (Rahim, 2001: 88).

Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkinkan siswa belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif, sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses (Sumiati, 2008: 91).

Metode pembelajaran di samping disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan. Metode pembelajaran sangat beraneka ragam, dengan pertimbangan apakah suatu metode pembelajaran cocok untuk mengajar materi pembelajaran tertentu, tidak adakah metode pembelajaran lain yang lebih sesuai, guru dapat memilih metode pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada ke efektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasinya kepada siswa belajar. Jadi, metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar (Hakiim, 2008: 155).

Penggunaan metode pembelajaran perlu menentukan tempat di mana kegiatan itu dilakukan, apakah di ruang kelas, di ruang demonstrasi, di laboratorium atau di luar kelas dalam kegiatan studi lapangan. Metode pembelajaran memberi warna pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di suatu sekolah (Sumiati, 2008: 96).

Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing

Cooperative Learning Snowball Throwing merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan, memperdalam pemahaman tentang suatu materi pembelajaran, melalui suatu bentuk permainan melalui metode tugas, diskusi, dan kerjasama dengan saling melempar bola dari kertas yang berisi soal kepada teman lain kelompok. Kemudian siswa yang terlempar dan mendapat bola soal berkewajiban menjawabnya.

Cooperative berarti bekerja bersama-sama, Learning berarti pengetahuan atau pembelajaran, Snowball berarti bola salju, dan Throwing berarti melempar. Jadi Cooperative Learning Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran secara kerjasama kelompok dengan cara saling melempar bola salju (bola kertas yang bertuliskan soal).

Model pembelajaran ini mengimplementasikan pendapat Zoltan P. Dienes, seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang mempelajarinya. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi.

Berdasarkan teori belajar Zoltan P. Dienes tentang teori permainan matematika dan teori belajar William H Burton (Muhammad Ali, 2000: 13), dengan memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar, maka hal tersebut memberikan inspirasi kepada peneliti bahwa kekurangmampuan siswa tersebut dapat dikurangi dengan memberi perangsang dan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui bentuk permainan dengan menerapkan model Cooperative Learning Snowball Throwing dalam pembelajaran matematika.

 

Kerangka Berpikir

Pada awal pembelajaran prestasi belajar siswa pada materi FPB dan KPK masih rendah, terbukti dengan hasil evaluasi belajar yang rendah, nilai ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing bertujuan untuk mempermudah siswa menyelesaikan masalah FPB dan KPK dalam pembelajaran Matematika sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas “Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatiakn prestasi belajar FPB dan KPK bagi siswa kelas VI SDN Pulegudel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora tahun pelajaran 2016/2017″.

METODOLOGI PENELITIAN

Penilitian ini mengambil lokasi di SDN Pulegudel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Agustus sampai dengan bulan November tahun 2016.

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Pulegudel sebanyak 16 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Data tentang prestasi belajar dikumpulkan melalui metode tes, dengan alat pengumpulan data berupa butir-butir soal. Tes prestasi belajar diberikan pada setiap akhir siklus. Data tentang prestasi belajar siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk menentukan keberhasilan dalam penelitian ini digunakan indikator kerja. Penelitian dianggap berhasil apabila ketuntasan belajar siswa mencapai 80%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pra Siklus

            Data awal prestasi belajar siswa kelas VI SDN Pulegudel dalam menentukan FPB dan KPK masih rendah. Dari 16 siswa kelas yang tuntas belajar hanya 7 siswa atau 43,75%. Rentang nilai ulangan harian adalah 40 – 80. Nilai rata-rata ulangan harian mencapai 62,50. Berikut ini adalah diagram hasil ulangan harian pada pembelajaran awal:

Diagram Prestasi Belajar Pra Siklus

 

Hasil Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada Siklus I sesuai dengan yang direncanakan yaitu pada bulan September 2016. Pada akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran pada Siklus I. Hasil dari ulangan harian pada akhir siklus, rata-rata nilai ulangan harian adalah 69,38. Rentang nilai terendah dan teringgi adalah 50 – 90. Jumlah siswa yang mampu mencapai nilak KKM (70) adalah 10 anak (62,50%). Berikut ini adalah diagram hasil ulangan pada pembelajaran Siklus I.

Diagram Prestasi Belajar Siklus I

Hasil Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Seperti halnya pada Siklus I, pada akhir Siklus II juga dilakukan ulangan harian. Dari hasil ulangan harian diperoleh data rata-rata nilai ulangan harian adalah 81,25. Rentang nilai terendah dan teringgi adalah 60 – 100. Jumlah siswa yang mampu mencapai nilak KKM adalah 15 anak (93,75%). Berikut ini adalah diagram hasil ulangan pada pembelajaran Siklus II.

Diagram Prestasi Belajar Siklus II

Pembahasan

Sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran, pada pembelajaran awal guru mealakukan tes untuk pengumpulan data awal sebagai dasar identifikasi masalah. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 16 siswa terdapat 7 atau 43,75% yang baru mencapai ketuntasan belajar dari skor standar Kriteria Ketuntasan Minimal. Sedangkan 9 siswa atau 56,25% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan yaitu 70. Sedangkan prestasi belajar pembelajarn awal terdapat nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 40, dengan rata-rata kelas sebesar 62,50.

Hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 16 siswa terdapat 10 atau 62,50% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 6 siswa atau 37,50% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 50, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 69,38.

Dari pelaksanan tindakan siklus II dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 16 siswa terdapat 15 atau 93,75% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 1 siswa atau 6,25% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari Hasil nilai siklus II dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 , nilai terendah 60, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81,25.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran matematika tentang FPB dan KPK bagi siswa kelas VI SDN Pulegudel Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017.

Saran

Berkaitan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka disarankan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball dalam pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball hendaknya disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Dari kesimpulan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe Snowball sangat sesuai diterapkan pada mata pelajaran matematika tentang FPB dan KPK. Kepada pihak sekolah dimohon untuk selalu memberikan dukungan kepada guru yang berusaha melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Panduan Manajemen Sekolah. Proyek Peningkatan mutu Guru Kelas SD Setara D.II. Jakarta: UT

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP

Karso, dkk. 1998. Materi Pokok Pendidikan Matematika 1. Jakarta: UT

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Simanjuntak, Lisnawaty. Dkk. 1992. Metode Mengajar Matematika 1. Rineka Cipta: Bandung.

Tirtonegoro. 1989. Matematika di SD. Jakarta: Depdikbud