Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Pendekatan Kontekstual
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI
SDN 012 SUNGAI PINGGAN KECAMATAN BATANG TUAKA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Jasdi
SD Negeri 012 Sungai Pinggan
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA melalui Pendekatan Kontekstual pada siswa kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2017/2018. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan. Dalam pengumpulan data, metode yang dipergunakan sebagai metode pokok adalah observasi dan tes. Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan kontekstual pada kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan, dengan jumlah siswa sebanyak 27 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan hanya 48,15% siswa belajar tuntas setelah tindakan menjadi 100%.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa Kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan tahun pelajaran 2017/2018.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Pendekatan Kontekstual.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam, sehingga IPA juga diajarkan untuk siswa SD untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Nurhadi, 2003: 1). Untuk mewujudkan kualitas pendidikan di sekolah dasar harus disesuaikan dengan perkembangannya. Sehingga siswa masih menggunakan pola pikir yang kongkret, maka dalam proses pembelajaran yang abstrak harus dibantu agar menjadi lebih kongkrit. Hal ini berarti bahwa strategi pembelajaran IPA haruslah sesuai dengan perkembangan intelektual / perkembangan tingkat berfikir anak, sehingga diharapkan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar itu lebih efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran IPA di SD merupakan sarana yang tepat untuk mempersiapkan para siswa agar dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan yang baru sehingga apa yang mereka peroleh dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi pada kenyataannya prestasi belajar siswa dalam mempelajari konsep-konsep dalam IPA tidak sesuai oleh harapan guru, hal ini dikarenakan anggapan bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain, sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran. Selain itu penyebab rendahnya prestasi belajar IPA yaitu dalam penyampaian pelajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah yang mungkin dianggap para guru adalah metode paling praktis, mudah, dan efisien dilaksanakan tanpa persiapan. Demikian juga pembelajaran IPA di SD Negeri 012 Sungai Pinggan Tembilahan kurang maksimal karena pembelajarannya masih tradisional dimana siswa hanya menerima informasi secara pasif dan pembelajarannya tidak memperhatikan pengalaman siswa. Berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan makhluk hidup, data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2017/2018 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60.
Mengingat pentingnya IPA, maka usaha yang harus dilakukan yaitu dengan membenahi proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran dengan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa yaitu dengan menerapkan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning – CTL). Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul Penelitian Tindakan Kelas â€Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VI SDN 012 Sungai Pinggan Kecamatan Batang Tuaka Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
Rumusan Masalah
“Apakah Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2017/2018?â€.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui Pendekatan Kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2017/2018.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis maupun teoretis.
A. Manfaat Teoretis
1. Hasil penelitian ini nanti secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran IPA, umumnya pada peningkatan mutu pendidikan IPA melalui Pendekatan Kontekstual.
2. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan bagi peneliti yang akan datang.
3. Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran berupa penggeseran dari paradigma mengajar menuju ke paradigma belajar yang mementingkan pada proses untuk mencapai hasil.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa
Meningkatnya kemampuan siswa sehingga dapat mengembangkan potensi diri secara optimal terutama dalam belajar IPA selanjutnya.
2. Bagi guru
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa pendekatan kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam KBM IPA.
3. Bagi sekolah
Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah.
KAJIAN TEORI
Prestasi Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang untuk memperoleh suatu pengetahuan baru. Piaget (dalam Dimyati, Mudjiono, 2006: 13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya dan lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelek semakin berkembang. Menurut Anita E. Wool Folk (1995: 196) belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara Individu dengan lingkungannya. Pendapat Winkel (1996: 53) “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikapâ€.
Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik kemampuan,keterampilan maupun sikap yang dilakukan oleh individu secara aktif dalam interaksi dengan lingkungannya.
Winkel (1989: 162) berpendapat bahwa, prestasi belajar adalah: bukti usaha yang dapat dicapai, uraian ini sesuai dengan pendapat Zainal Arifin (1990: 3) Prestasi berupa kemampuan, ketrampilan, dan sikapseseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sutratinah Tirtonegoro (1989: 43) menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk mewujudkan kemampuan dalam pencapaian hasil kerja tertentu.
Berdasarkan pada berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah semua kemampuan, ketrampilan dan kecakapan siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf tertentu sebagai cerminan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari.
Ilmu Pengetahuan Alam
Dalam buku Pengembangan Pembelajaran IPA SD, Leo Sutrisno, dkk (2007: 1-19), secara ringkas dapat dikatakan IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).
Pendekatan Konstektual
Contextual Teaching and Learning – CTL adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2007: 253). Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung (Wina Sanjaya, 2007: 253). Nurhadi (2003: 13) menyatakan Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning – CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Menurut Blanchard ciri-ciri kontekstual meliputi: (1) Menekankan pentingnya pemecahan masalah, (2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks, (3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri, (4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. (5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda , (6) Menggunakan penilaian autentik. Selain itu, menurut Sugiyanto (2007: 8) ciri-ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual meliputi: (1) Pengalaman nyata, (2) Kerja sama, saling menunjang, (3) Gembira, belajar dengan bergairah, (4) Pembelajaran dengan terintegrasi, (5) Menggunakan berbagai sumber, (6) Siswa aktif dan kritis, (7)Menyenangkan dan tidak membosankan, (8) Sharing dengan teman, (9) Guru kreatif.
Adapun menurut Nurhadi (2003: 35) ciri-ciri pembelajaran kontekstual meliputi: (1) siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, (2) siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, (3) pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, (4) perilaku dibangun atas kesadaran diri , (5) keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman, (6) hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, (7) siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran, (8) pembelajaran terjadi di berbagai tempat, (9) pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri, manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya.
Pembelajaran berbasis CTL menurut Sanjaya (dalam Sugiyanto,2007: 3) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu kontruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning), masyarakat Belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), penilaian nyata (Authentic Assessment). Kelebihan CTL dapat membawa dunia peserta didik sebagai media pembelajaran di kelas, dengan membawa mereka ke dunia pengajaran, peserta didik tanpa merasa dipaksa dalam belajar. Penerapan CTL seperti layaknya Quantum Learning. Kelemahan CTL yaitu ketidaksiapan peserta didik untuk berbaur. Kondisi kelas atau sekolah yang tidak menunjang pembelajaran.
Kelebihan CTL dapat membawa dunia peserta didik sebagai media pembelajaran di kelas, dengan membawa mereka ke dunia pengajaran, peserta didik tanpa merasa dipaksa dalam belajar. Penerapan CTL seperti layaknya Quantum Learning. Meskipun pembelajaran kontekstual banyak sekali kelebihannya namun pembelajan ini juga memiliki kelemahan, antara lain ketidaksiapan peserta didik untuk berbaur dan kondisi kelas atau sekolah yang tidak menunjang pembelajaran.
Kerangka Berpikir
IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan, mempunyai tiga aspek yaitu sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai produk (Leo Sutrisno,Hery Kresnadi, Kartono, 2007:1-29). IPA dianggap para siswa kelas VI SDN 012 Sungai Pinggan sebagai pelajaran yang sulit. Anggapan sebagian besar siswa tersebut terlihat dari nilai siswa yang di bawah KKM. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.
Pendekatan Kontekstual membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka, sehingga apa yang mereka pelajari melekat dalam ingatan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA. Berdasarkan uraian diatas, secara teoretis pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpotensi meningkatkan prestasi belajar IPA siswa.
Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: jika digunakan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran IPA maka prestasi belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Ajaran 2017/2018 akan meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 012 Sungai Pinggan yang beralamat di Parit 7 Desa Sungai Pinggan Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir. Sekolah ini dipimpin oleh Bapak Syamsuri, S.Pd.SD yang bertindak sebagai Kepala Sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas VI. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester satu (ganjil) Tahun ajaran 2017/2018. Lebih tepatnya bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2017.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Kelas VI SD Negeri 012 Sungai Pinggan Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir tahun pelajaran 2017/2018. Jumlah siswa yang diteliti adalah 27 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Latar belakang keluarga mereka adalah wiraswasta. Dari 27 siswa ini kesemuanya adalah anak yang normal.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2×35 menit, sesuai scenario pembelajaran dan RPP pada siswa. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain. Untuk mengetahui prestasi belajar IPA siswa Kelas VI SDN 012 Sungai Pinggan diadakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan prestasi belajar IPA siswa Kelas VI dengan penanaman konsep melalui Pendekatan Kontekstual dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dikuasai oleh siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan tindakan pertama (siklus pertama), diadakan tes awal untuk mengetahui kondisi awal prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil tes awal bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 25, nilai tertinggi adalah 95, dan rata-rata nilainya 62,78; serta siswa yang telah belajar tuntas baru 48,15%, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari 75%, maka masih banyak siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan (KKM=60).
Siklus I
Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh hasil peningkatan prestsi belajar IPA pada materi perkembangbiakan makhluk hidup dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual. Proses pembelajaran disampaikan dengan strategi dan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan untuk memperoleh kesimpulan, tugas kelompok, berdiskusi yang diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I didapatkan data seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik nilai siklus I
Berdasarkan gambar 1 bahwa nilai siswa pada siklus I yaitu siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 88,89%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 48,15% siswa mencapai batas tuntas.. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 62,78 naik pada tes siklus I menjadi 79,44. Analisis hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan tindakan, observasi dari sikap dan perilaku siswa pada siklus I bahwa siswa cukup aktif mendengarkan penjelasan guru saat KBM, tertarik dengan media yang digunakan, sebagian siswa belum dapat menerima pelajaran yang diajarkan, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih perlu ditingkatkan, siswa belum dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan tugas dari guru dengan baik.
Siklus II
Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan materi perkembangan makhluk hidup. Pembelajaran menggunakan media nyata, melakukan percobaan yang lebih kompleks. Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran pada siklus II menggunakan pendekatan kontekstual lebih optimal. Kegiatan belajar mengajar disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus I dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih optimal.
Gambar 2. Grafik nilai siklus II
Berdasarkan gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I naik menjadi 35; dan pada siklus II naik lagi menjadi 65. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes siklus I dan II 100. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes siklus I 79,44; naik pada siklus II 91,11, siswa belajar tuntas pada siklus I 88,89% pada siklus II naik menjadi 100%. Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Secara kognitif prestasi belajar siswa meningkat,selain itu hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa juga meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu medemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya prestasi belajar IPA siswa Kelas VI SDN 012 Sungai Pinggan meningkat.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembasannya dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada materi perkembangbiakan makhluk hidup pada siswa Kelas VI SDN 012 Sungai Pinggan Tembilahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 62,78, siklus I 79,44 dan pada siklus II naik menjadi 91,11. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 48,15%, tes siklus I 88,89% setelah dilakukan refleksi terdapat 3 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II semua siswa sudah mencapai ketuntasan 100%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan kontekstual pada Kelas VI SDN 012 Sungai Pinggan tahun ajaran 2017/2018, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta didik SDN 012 Sungai Pinggan pada khususnya sebagai berikut:
A. Bagi Sekolah
Penelitian dengan class-room action research membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
B. Bagi Guru
1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA diharapkan menggunakan pendekatan kontekstual.
2. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektivan pembelajaran diharapkan menerapkan pendekatan kontekstual.
3. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
4. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan pendekatan kontekstual pada materi perkembangbiakan makhluk hidup.
C. Bagi Siswa
1. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
2. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud.
http: ipotes.wordpress.com /2017/04/23/pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning.
http://karya-ilmiah.um.ac.id/2017/23/07/ Peningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VI Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Hands on Activity Di SDN Baron III Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
I. G. A. K Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka Kartadinata Sunaryo.Bimbingan di Sekolah Dasar. CV. Maulana
Leo Sutrisno, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Lestari Puji,Wahyuningsih.2005. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagian Tumbuhan dengan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri Proyonanggan 15 Batang Tahun Ajaran 2005/2006.Skripsi ditebitkan diinternet.Universitas Negeri Semarang.
M.Iskandar Srini.1996.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Nasution S Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara Nurhadi; Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS).
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Slamet,St.Y, Suwarto. 2007.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.