PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI WUDHU

MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS II

SDN 1 KARANGGENENG KECAMATAN KUNDURAN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

Marnowo

SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar PAI materi wudhu pada siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora yang berjumlah 26 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat tiga kali pertemuan dan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi data dan sumber. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar PAI materi wudhu di kelas II SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklus. Pada pra siklus ketuntasan belajar 53,85% dan rata-rata nilai ulangan adalah 65,77. Pada siklus I ketuntasan belajar meningkat menjadi 69,23% dan rata-rata nilai ulangan hariannya 71,15. Siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi menjdai 92,31% dan rata-rata nilai ulangannya 80,00.

Kata Kunci : metode demonstrasi, belajar, prestasi belajar

                                                                                                               

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Sistem nilai tersebut meliputi ranah pengetahuan, kebudayaan maupun nilai keagamaan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Penyampaian proses pembelajarannya dikemas menjadi proses yang membangun pengalaman baru berdasar pengetahuan awal, membangkitkan semangat kerjasama, menantang dan menyenangkan (Sabiq, 2006:47).

Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan peserta didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar agar mampu berkembang dan berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bermoral tinggi. Untuk mewujudkan capaian tersebut salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Selama ini proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dinilai masih monoton. Hal ini terlihat pada pemilihan metode, alat peraga maupun model pembelajaran serta hasil yang dicapai oleh peserta didik masih rendah.

Kondisi peserta didik di SDN 1 Karanggeneng kelas II sekarang ini memiliki kemampuan praktik wudhu yang masih rendah. Dahulu menggunakan metode klasik yaitu metode ceramah. Selama proses pembelajaran banyak siswa yang sibuk dengan kesibukannya sendiri. Pembelajaran tampak pasif karena siswa hanya dijadikan objek belajar. Hasil dari kegiatan pembelajaran yang seperti di atas berbuah hasil prestasi belajar siswa yang rendah. Dari 26 siswa hanya 14 siswa yang tuntas belajar pada saat dilakukan tes unjuk kerja wudhu. Nilai rata-rata tes unjuk kerja adalah 65,77. Berdasarkan fenomena tersebut, penggunaan metode ceramah perlu dilakukan variasi dengan menggunakan metode lain antara lain dengan metode demonstrasi.

Pengambilan kebijakan seperti ini didasarkan alasan bahwa kemampuan praktik wudhu merupakan kunci utama untuk ibadah selanjutnya yaitu sholat, baik sholat wajib maupun sunat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kompetensi ini antara lain; alokasi waktu yang sedikit, fasilitas paraktik wudhu yang kurang, penyampaian pembelajaran yang kurang variatif, metode pembelajaran yang kurang inovatif.

Metode demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar bahkan mungkin meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru (Roestiyah, 1995:83). Materi praktek wudhu tidak mungkin hanya dengan ceramah menyebabkan siswa kurang memahami materi tersebut, maka dipilih model yang bervariasi seperti metode demonstrasi, diharapkan dengan metode demonstrasi peserta didik dapat memahami sekaligus mempraktikkannya secara langsung. Dengan metode menggunakan demonstrasi peserta didik akan merasa tertantang lagi untuk mencoba atau mempraktikkan sehingga mereka akan lebih bersungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti pembelajaran sehingga diharapkan akan lebih meningkatkan prestasi belajar itu sendiri.

Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar PAI materi wudhu bagi siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar PAI materi wudhu bagi siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penerapan metode demonstrasi.

Manfaat Penelitian

            Dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, diantara yang memperoleh manfaat itu:

1.   Guru: a) Guru dapat menciptakan perbaikan pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk belajar; b) Guru lebih percaya diri, karena mampu menganalisis terhadap kinerjanya di kelas sehingga menemukan kelemahan dan kekuatannya kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya; c) Melalui penelitian ini guru berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri karena bertindak sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut.

2.   Siswa: a) Siswa termotivasi untuk belajar karena proses pembelajarannya secara individual; b) Siswa akan menguasai guru untuk selalu mengadakan analisis terhadap hasil kerja/hasil belajarnya dan mengadakan perbaikan dalam praktik wudhu.

3.   Sekolah: Sekolah memiliki guru yang kompeten yaitu guru yang mau melaksanakan tugas dengan penuh pengabdian dan berinovasi demi kemajuan pendidikan.

KAJIAN TEORI

Pengertian Belajar

            Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2).

            Menurut Syah (1995:89) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut James O Whittaker, yang dikutip oleh Ahmadi (2004:126), belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui atau pengalaman.

            Menurut (Slameto, 1991:3-4) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut: 1) Perubahan yang terjadi secara sadar; 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi (hubungan) dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Prestasi Belajar

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie” sedang dalam kamus Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” (Arifin, 2002:2). Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dikerjakan atau dilakukan (Depdiknas, 2007:895). Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pada manusia. Khususnya bagi mereka yang masih berada dibangku sekolah sangat mengharapkan yang namanya prestasi.

Menurut Sugihartono (2007:76), tujuan prestasi belajar adalah: 1) Membantu siswa mengukur tingkat keberhasilan atau ketidak berhasilan dalam usaha belajarnya; 2) Sebagai tolak ukur bagi guru untuk manilai ukuran tingkat keberhasilan program pengajaran yang telah dipilihnya. Tolak ukur untuk menentukan kenaikan atau kelanjutan dan perbaikan pelajaran.

Menurut Ahmadi (2004:138) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu.

Metode Demonstrasi

            Menurut Djamarah (1997:102-103) metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pembelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

            Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara yang lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

            Langkah-langkah Metode Demonstrasi antara lain: a) Menentukan tujuan demonstrasi yang akan dilakukan; b) Menentukan materi yang akan didemonstrasikan; c) Menyiapkan fasilitas penunjang demostrasi seperti peralatan, tempat dan mungkin juga biaya yang dibutuhkan; d) Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik; e) Mempertimbangkan jumlah siswa dihubungkan dengan hal yang akan

didemonstrasikan agar siswa dapat melihat dengan jelas; f) Membuat garis besar atau pokok-pokok yang akan didemonstrasikan secara beruntun dan tertulis dipapan tulis atau pada kertas lembar, agar dapat dibaca siswa dan guru secara keseluruhan; g) Untuk menghindarkan kegagalan dalam pelaksanaan, sebaiknya demonstrasi yang direncanakan dicoba terlebih dahulu.

            Setelah segala sesuatu direncanakan dan dipersiapkan, langkah berikutnya adalah mulai melaksanakan demontrasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a) Sebelum memulai, periksalah sekali lagi kesiapan peralatan yang akan didemontrasikan, tempat dan pokok-pokok yang akan didemonstrasikan; b) Siapkanlah siswa, barang kali ada beberapa hal yang perlu dicatat; c) Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatikan siswa, ingat pokokpokok materi yang akan didemonstrasikan agar dapat mencapai sasaran; d) Ingatlah pokok-pokok materi yang akan disampaikan agar demontrasi mencapai sasaran; e) Pada waktu berjalannya demonstrasi, sekali-kali perhatikan keadaan siswa apakah semua mengikuti dengan baik; f) Untuk menghindari ketegangan ciptakan suasana yang harmonis; dan g) Berikanlah kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengar.

Kerangka Berpikir

Prestasi belajar siswa pada pembelajaran PAI materi wudhu masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa karena guru dalam pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah. Siswa kesulitan memahami materi pelajaran karena konsep yang diberikan tidak dilaksanakan langsung oleh siswa. Penggunaan metode demonstrasi diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa karena dalam metode demonstrasi siswa diajak untuk mempraktikkan materi pelajaran yang dipelajarinya.

 

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar PAI materi wudhu bagi siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 tepatnya sejak bulan Agustus sampai dengan bulan November 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng Tahun Pelajaran 2014/2015 berjumlah 26 siswa, yang terdiri dari 14 laki-laki dan 12 perempuan. Sumber data dari penelitian ini adalah hasil observasi dan tes unjuk kerja.

Validitas penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik tes, teknik wawancara dan teknik observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis yang menggunakan teknik deskriptif komparatif.

Prosedur penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang akan dilaksanakan selama dua siklus, dan untuk setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto, dkk (2012: 16) yang menjelaskan bahwa model penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

Data kondisi awal yang diambil dari tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus menghasilkan data tentang prestasi belajar para siklus. Berikut ini data lengkap hasil tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus:

Tabel 1. Data Hasil Tes Unjuk Kerja Pra Siklus

Nilai (N)

Jml Siswa (f)

Persentase

Kategori

50

5

19,23%

Tidak Tuntas

60

7

26,92%

Tidak Tuntas

70

8

30,77%

Tuntas

80

6

23,08%

Tuntas

Jml

26

100%

 

Rata-rata

65,77

 

 

Berdasarkan tabel 1 di atas, jumlah siswa yang tuntas dengan KKM 70 adalah 14 siswa (53,85%). Sedangkan rata-rata nilai ulangan adalah 65,77. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada materi wudhu masih rendah.

 

 

Siklus I

Setelah tindakan pada siklus I dengan menerapkan metode demonstrasi, prestasi belajar siswa meningkat. Hal tersebut terbukti dari adanya peningkatan nilai tes unjuk kerja pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Data Hasil Tes Unjuk Kerja Siklus I

Nilai (N)

Jml Siswa (f)

Persentase

Kategori

50

3

11,54%

Tidak Tuntas

60

5

19,23%

Tidak Tuntas

70

8

30,77%

Tuntas

80

6

23,08%

Tuntas

90

4

15,38%

Tuntas

Jml

26

100%

 

Rata-rata

71,15

 

 

Berdasarkan tabel 2, pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 18 siswa (69,23%) dan rata-rata nilai tes unjuk kerjanya adalah 71,15. Sudah terjadi peningkatan dari pembelajaran pra siklus. Nilai rata-rata tes unjuk kerja sudah melampaui KKM tetapi jumlah yang tuntas belajar masih di bawah 80%.

Siklus II

Pembelajaran pada siklus II adalah proses perbaikan hasil refleksi dari pelaksanaan siklus I. Prestasi belajar yang dicapai pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Data Hasil Tes Unjuk Kerja Siklus I

Nilai (N)

Jml Siswa (f)

Persentase

Kategori

60

2

7,69%

Tidak Tuntas

70

8

30,77%

Tuntas

80

7

26,92%

Tuntas

90

6

23,08%

Tuntas

100

3

11,54%

Tuntas

Jml

26

100%

 

Rata-rata

80,00

 

 

Tabel 3 menunjukkan bahwa prestasi belajar yang dicapai pada siklus II kembali mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 24 siswa (92,31%) dan rata-rata nilai ulangan menjadi 80,00. Hasil ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian telah tercapai yaitu minimal 80% tuntas belajar.

Pembahasan

Data yang diperoleh pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II dikaji sesuai dan selanjutnya dikuatkan dengan teori yang sudah dikemukakan. Berdasarkan hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis datanya dalam penelitian ditemukan adanya peningkatan prestasi belajae PAI materi wudhu pada siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran pada setiap siklus. Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat pada tabel perbandingan prestasi belajar siswa pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II berikut ini:

Tabel 4. Perbandingan Prestasi Belajar Siswa

Pembelajaran

Tuntas

Tidak Tuntas

Rata-rata Ulhar

Pra Siklus

14 (53,85%)

12 (46,15%)

65,77

Siklus I

18 (69,23%)

8 (30,77%)

71,15

Siklus II

24 (92,31%)

2 (7,69%)

80,00

 

Kondisi awal atau prasiklus, sebelum guru menerapkan metode demonstrasi, hanya ada 14 siswa yang mampu mencapai KKM, sehingga persentase ketuntasan belajar pada siklus I hanya 53,85% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 65,77. Setelah dilaksanakan siklus I, pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode demonstrasi, terjadi peningkatan yaitu siswa yang mampu mencapai KKM pada siklus I adalah 18 siswa sehingga persentase ketuntasan siklus I mencapai 69,23%. Nilai rata-rata yang diperoleh juga meningkat yaitu 71,15. Hasil tindakan dari pelaksanaan siklus II, jumlah siswa yang mampu mencapai KKM kembali meningkat menjadi 24 siswa atau 92,31% dan rata-rata kelasnya adalah 80,00.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan data dan pengamatan yang telah dilakukan selama dua siklus pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar PAI materi wudhu pada siswa kelas II SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015. Prestasi belajar pada kondisi awal meninjukkan 53,85% siwa tuntas belajar dan pada kondisi akhir menunjukkan 92,31% siswa yang tuntas belajar.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:

1.   Bagi Guru

Dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PAI selain menggunakan metode ceramah atau penugasan sebaiknya juga dapat menggunakan metode demonstrasi terutama menyangkut materi yang membutuhkan metode ini agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.

2.   Bagi Siswa

Dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa tidak malu untuk bertanya tentang materi yang belum jelas dan siswa juga tidak malu untuk mempraktekkan materi rukun dan sunah wudhu, sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal.

 

 

3.   Bagi Sekolah

Hendaknya menyiapkan fasilitas untuk para guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas agar terwujud sekolah yang bermutu dan berkualitas dalam menghadapi kemajuan di dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arifin, Zaenal. 2002. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Roestiyah. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sabiq. 2006. Fiqh Sunah. Jakarta: Pundi Aksara.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bandung: Rineka Cipta.

Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Syah, Muhaibin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.