Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pemanfaatan Alat Peraga
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI PEMANFAATAN ALAT PERAGA BAGI SISWA KELAS V SDN 1 SOGO SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Sri Woro Lestari
SDN 1 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan prestasi belajar siswa pada Kompetensi Dasar Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya (2) Mengkaji hambatan kendala yang dihadapi guru dalam penggunaan metode pada pembelajaran IPA dengan meteri gaya magnet (3) mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPA (4) mengetahui bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Sogo Kecamatan Kedungtuban. Variabel yang menjadi sasaran pembelajaran dalam pembelajaran ini adalah prestasi belajar IPA siswa SDN 1 Sogo, sedangkan variabel (x) pemanfaatan alat peraga. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan model siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaa, pelaksanan tidakan, observasi dan refleksi, sebagai populasi (subjek yang diberi tindakan) siswa kelas V SDN 1 Sogo yang berjumlah 24 siswa terdiri dari L = 11, P = 13 siswa.
Kata Kunci: Pemanfaatan alat peraga, gaya magnet.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut UU RI No: 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) dinyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Muhibbin syah, 2004: 1).
Pengalaman siswa dalam kelompok merupakan pedoman untuk melaksanakan proses belajar mengajar terutama pada mata pelajaran IPA. Guru sebagai penyaji materi pembelajaran wajib dan harus memperhatikan aspek-aspek individual siswa sebagai subyek yang menerima materi pembelajaran. Guru harus mampu memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kemampuan siswa di dalam kelas. Sudah barang tentu tehnik yang dipakai harus berorientasi pada tingkat kemampuan rata-rata siswa. Dampak pemakaian tehnik ini tentu saja ada yaitu bagi siswa yang tergolong kurang cepat dalam menyerap materi dari guru atau dapat pula dikatakan siswa tersebut mengalami kesulitan sewaktu menerima pelajaran. Lain halnya dengan siswa yang tergolong memiliki kemampuan pemahaman yang baik. Ia hanya merasa mudah dalam mengikuti proses pembelajaran dari guru.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan Prestasi kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang dirinya dan alam sekitarnya, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Nilai mata pelajaran IPA belum begitu memuaskan bagi kami sebagai peneliti, terbukti nilai IPA tentang gaya magnet pada ulangan harian memperoleh nilai tertinggi 80, nilai terendah 30, dan nilai rata-rata 58. Untuk itu penulis mengadakan penelitian tindakan kelas dengan harapan setelah penelitian ini akan dapat meningkatkan nilai IPA tentang gaya magnet setelah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Apabila guru telah menggunakan alat peraga dalam penyampaian materi, akan sangat mempengaruhi peningkatan Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang gaya magnet khususnya kelas V SDN 1 Sogo Kecamatan Kedungtuban.
Penggunaan alat peraga pada pelajaran IPA sangat perlu sekali, karena untuk memudahkan siswa menerima materi pelajaran. Sebenarnya sangat banyak sekali cara pembelajaran pada pelajaran IPA yang lain, namun yang kami teliti adalah penggunaan alat peraga pada mata pelajaran IPA tentang gaya magnet terutama bagi kelas V SDN 1 Sogo Kecamatan Kedungtuban.
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah penulis uraikan, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah rendahnya Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya magnet bagi siswa kelas lima dipengaruhi adanya penggunaan alat peraga mengajar bagi guru yang masih belum memanfaatkan media yang ada di sekolah?
2. Bagaimana penggunaan alat peraga pada pelajaran IPA tentang gaya magnet dapat meningkatkan Prestasi belajar siswa kelas V SDN 1 Sogo Kecamatan Kedungtuban?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya magnet yang rendah dipengaruhi oleh guru yang belum memanfaatkan media nyata/alat peraga yang ada di sekolah.
2. Penggunan alat peraga pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya magnet dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 1 Sogo Kecamatan Kedungtuban.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa:
a. makin meningkatnya Prestasi belajar, karena siswa langsung ikut aktif dalam penggunaan alat peraga.
b. Makin banyaknya siswa yang naik kelas dan berkurangnya siswa yang tinggal kelas. Hal ini akan berdampak positif sekali karena dapat mengantisipasi kejenuhan siswa dalam belajar apalagi dengan memanfaatkan alat peraga.
2. Bagi Guru
a. Makin banyaknya guru yang memilih dan menggunakan alat peraga sebagai sarana mengajar. Karena alat peraga sangat mudah di jangkau, sangat praktis, efisien dan efektif.
b. Meningkatnya guru dalam menguasai dan terampil dalam menggunakan alat peraga khususnya IPA.
3. Bagi Sekolah
a. Tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan
b. Menambah sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran IPA
c. Meningkatkan prestasi belajar di sekolah
KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar
Belajar adalah aktivitas yang mengPrestasikan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial. Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Perubahan itu terjadi karena usaha. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai Prestasi dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.
Tinjauan Tentang Alat Peraga
Dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar tak lepas dengan alat peraga yang sangat dibutuhkan oleh guru dan siswa.Untuk itu disini diuraikan tentang:
a. Pengertian Alat Peraga
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang alat peraga, terlebih dahulu kita harus memahami pengertian atau definisi alat peraga itu sendiri. Berbicara tentang alat peraga sebagai media pendidikan dan pengajaran kita dapat melihatnya dalam pengertian yang luas maupun terbatas. Berbagai sudut pandang, maksud atau tujuan tertentu menyebabkan timbulnya berbagai pendapat para ahli pendidikan yang menjelaskan pengertian alat peraga.
1) Gagne menempatkan alat peraga sebagai komponen sumber, dia mendifinisikan alat peraga sebagai: “ komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajarâ€
2) Briggs berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendifinisikan alat peraga sebagai “wahana fisik yang mengandung materi pembelajaranâ€.
3) Wilbur Schramm nampaknya melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu tehnik untuk menyampaikan pesan.Oleh sebab itu dia mendifinisikan alat peraga, sebagai berikut “Alat peraga adalah tehnologi pembawa informasi atau pesan pembelajaranâ€.
b. Jenis- Jenis Alat Peraga IPA
Khususnya alat peraga IPA telah dikembangkan untuk membantu proses belajar mengajar dengan tujuan anak didik dapat lebih mudah memahami konsep-konsep IPA. Beberapa ahli pendidikan, khususnya ahli tentang media pendidikan telah menggolongkan alat peraga sesuai dengan fungsi, bentuk dan sumber alat peraga tersebut.
Secara umum alat peraga sebagai media pendidikan terdiri dari: 1) bahan –bahan cetakan atau bacaan seperti buku, koran, majalah dan sebagainya. 2) alat-alat audio dan visual, seperti: radio kaset, TV, video, dan lain-lain. 3) sumber-sumber masyarakat, seperti: monument, candi dan peninggalan sejarah lainnya. 4) koleksi benda-benda seperti: koleksi mata uang kuno, koleksi awetan tumbuhan dan hewan. 5) perilaku guru ketika yang dicontohkan kepada siswa.
Dengan melihat peranan alat peraga seperti yang telah dijelaskan diatas, maka pembelajaran IPA akan lebih efektif dan lebih nyata. Lebih jauh secara rinci, kita dapat melihat alat peraga IPA di sekolah dasar sehubungan dengan pendekatan ketrampilan proses, baik bagi siswa maupun bagi guru itu sendiri.
Peranan alat peraga dalam pembelajaran IPA sebagai proses antara lain memberikan pengalaman langsung dalam belajar, mengaktifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dan memperbesar perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru. Disamping itu nilai praktis alat peraga IPA antara lain dapat menampilkan obyek yang langka dan sulit diamati, dapat melihat gerakan obyek secara langsung dan tidak langsung.
Pengertian IPA
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar yang telah derevisi disempurnakan sesuai kurikulum 1994 (Depdikbud) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan Prestasi kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengetahuan melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa. Mata Pelajaran IPA banyak kegunakan dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai tujuan.
a. Fungsi IPA
1) Memberikan pengetahuan tentang pelbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan alam dari lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan ketrampilan proses
3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempergaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTK), serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih baik.
b. Tujuan IPA
Pengajaran IPA bertujuan agar siswa:
1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar.
3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar.
4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri.
5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
6) Mempu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. (KK Pendidikan yang telah direvisi sesuai KK 1994 yang disempurnakan).
c. Hakekat IPA
Menurut Naker dalam science in education Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus. Menurut H.W. Fowler, dkk. 1951. Ilmu Pengetahuan (Sains) sebagai ilmu yang dirumuskan secara sistemtis yang berhubungan dengan gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi. Ilmu Pengetahuan Alam atau Naturan Science merupakan ilmu pengetahuan yang menkaji tentang gejala – gejala alam semesta termasuk di dalamnya bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip ilmu alam (Santi Dwiki, dalam IAD – I. UT). 
Hipotesis Tindakan
1. Pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas V SDN 1 Sogo.
2. Pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN 1 Sogo.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di V SDN 1 Sogo Kabupaten Blora. Penelitian ini dilakukan selama satu semester yaitu dari bulan Juli 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.
Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Sogo Kabupaten Blora sejumlah 24 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.
Validasi Data dan Analisis Data
Validasi data dilakkan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.
Hasil Tindakan
Prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Sogo Kecamatan Kedungtuban pada materi gaya magnet sebelum diadakan tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan SDN 1 Sogo adalah 65, sedangkan ketuntasan klasikal belajar siswa kelas V pada pelajaran IPA materi gaya magnet hanya 45% dengan nilai rata-rata 63. Hal ini belum sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Setelah diadakan tindakan kelas baik tindakan pada siklus I maupun pada siklus II diperoleh data hasil pengamatan yaitu adanya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi Gaya Magnet bagi siswa kelas V SDN 1 Sogo pada semester I Tahun 2015/2016. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 24 siswa, sebanyak 17 siswa tuntas (70,83%) dan 7 siswa belum tuntas (29,17%) dengan nilai rata-rata 73,80. Pada Siklus II dari 24 sebanyak 21 siswa tuntas (87,5%) dan 3 siswa belum tuntas (12,5%) dengan nilai rata-rata 76.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam kegiatan pembelajaran yang saya laksanakan pada siklus I ini sesuai rencana pembelajaran yang saya buat meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, eksperimen.
Pada pelaksanaan tindakaan dalam kegiatan pembelajaran di lakukan pengamatan/observasi. Observasi dilakukan oleh peneliti, kepala sekolah dan teman sejawat dnegan mengisi blangko penilaian yang telah disiapkan.
Dalam hasil pengamatan proses diskusi kelompok tanpa bimbingan guru menunjukkan kegiatan inti sampai kegiatan akhir terjadi peningkatan meskipun rata-rata berbobot cukup, namun yang jelas. Mereka sudah berani berpendapat dibandingkan dengan kondisi awal terbukti dari jumlah 24 siswa yang aktif bertanya mengemukakan pendapat ada 1 anak, 9 anak lainnya kreasi kurang aktif. Data nilai siswa setelah pembelajaran siklus I yang diperoleh:
1. Rata-rata yang diperoleh 72 atau daya serapnya 72%
2. Siswa yang mendapat nilai 75 keatas sebanyak 11 anak
3. Siswa yang mendapat nilai kurang 60 sebanyak 9 anak
Siswa yang telah memiliki ketuntasan belajar (dengan nilai 75 keatas) sebanyak 11 anak dari jumlah 20 siswa atau 72,00% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 9 anak dari jumlah 20 siswa atau 23,00%.
Diskripsi Data Hasil Belajar IPA
Diskripsi Siklus I
Tingkat pencapaian hasil belajar siswa pada kondisi awal menunjukkan rata-rata kelas nilai ulangan harian 67 dari 20 siswa 2 siswa mendapat nilai 80, 7 siswa mendapat nilai 70, 8 siswa mendapat nilai 60, 1 siswa mendapat nilai 50 dan 2 siswa mendapat nilai 30. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65,00, siswa tuntas belajar 9 siswa prosentase tuntas belajar 45,00%, siswa belum tuntas belajar 11 siswa prosentase belum tuntas belajar 55,00% nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 80. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media konkrit pada Siklus I nilai rata-rata kelas ulangan harian menjadi 73,80 dari 20 siswa, 4 siswa mendapat nilai 60, 10 siswa mendapat nilai 70, 5 siswa mendapat nilai 80, 1 siswa nilai mendapat 90.
Diskripsi siklus II
Hasil tindakan pada siklus II menunjukkan terjadi peningkatan pada tingkat pencapaian hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas Ulangan harian menjadi 76 dari 20 siswa 1 siswa mendapat nilai 60, 1 siswa mendapat nilai 65, 11 siswa mendapat nilai 75, 2 siswa mendapat 80, 2 siswa mendapat nilai 85, 2 siswa mendapat nilai 90, 1 siswa mendapat nilai 95. Dengan prosentase tuntas belajar klasikal 95,00% dan prosentase belum tuntas belajar klasikal 5,00%, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 63 meningkat menjadi 73,80 pada siklus I, dari siklus I ke siklus II meningkat menjadi 76. Prosentase tuntas belajar klasikal meningkat dari kondisi awal dari 45,00% menjadi 90,00% setelah siklus I, dan menjadi 95,00% setelah siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini yaitu ditetapkan 75,00% siswa telah tuntas belajar.
Diskripsi Data Keaktifan Siswa Dalam Belajar IPA
Dari hasil wawancara ketika kegiatan refleksi pembelajaran tentang ketertarikan siswa pada pelajaran IPA dengan pembelajaran kontektual menunjukkan bahwa pada kondisi awal dari 20 siswa yang tertarik 7 siswa sebanyak 35,00%, 4 siswa cukup tertarik sebanyak 20,00%, siswa yang kurang tertarik 9 siswa sebanyak 45,00%. Setelah dilaksanakan siklus I terjadi peningkatan dari 20 siswa 12 siswa tertarik sebanyak 60,00%, 5 siswa cukup tertarik sebanyak 25,00%, 3 siswa kurang tertarik sebanyak 15,00% dan setelah dilaksanakan siklus II terjadi peningkatan dari 20 siswa 15 anak tertarik sebanyak 75,00%, siswa yang cukup tertarik 4 anak sebanyak 20,00%, siswa yang kurang tertarik 1 anak sebanyak 5,00%, ketertarikan siswa ini memacu keaktifan belajar siswa terbukti hasil belajar meningkat. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan peraga konkrit telah terjadi peningkatan hal ini terlihat dari data hasil observasi dari kepala sekolah, dari kondisi awal mencapai nilai 1,9 kriteria cukup baik menjadi 3,24 kriteria sangat baik pada siklus I dan meningkat menjadi 3,9 kriteria sangat baik pada siklus II.
Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan secara kolaboratif antara supervisor, teman sejawat, dan peneliti menunjukkan bahwa ketertarikan siswa kelas V (lima) dalam belajar pembelajaran IPA dengan peraga konkrit awal 45,00% menjadi 90,00% pada siklus I berarti naik 45% dan menjadi 95,00% pada siklus II berarti naik 5,00%. Pada indikator partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran meningkat dari siklus I 65,65% menjadi 91,30% pada siklus II terjadi kenaikan 25,65%, dari pengamatan performance siswa dalam melaksanakan eksperimen kelompok pada siklus I 60,00% menjadi 90,00% pada siklus II mengalami kenaikan 30,00% dan dari hasil kuesioner siswa 72,50% pada siklus I menjadi 92,50% pada siklus II meningkat 20,00%. Indikator keberhasilan tentang keaktifan dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada penelitian ini 75% jumlah siswa berarti telah berhasil. Hal ini diamati pada proses yang menghidupkan suasana pembelajaran sehingga siswa pun mampu memecahkan masalah. Kemampuan guru dalam menggunakan peraga konkrit dari pra pembelajara sampai kegiatan akhir atau penutup mengalami peningkatan.
Hasil belajar siswa pada tes akhir atau pada ulangan harian mengalami peningkatan prosentase siswa tuntas belajar pada kondisi awal 45,00% menjadi 90,00% pada siklus I berarti naik 45,00% dan menjadi 95, 00% pada siklus II naik 5,00%. Indikator keberhasilan tentang hasil belajar siswa pada penelitian ini ditetapkan minimal 75% jumlah siswa telah mencapai KKM berarti telah berhasil. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 63 menjadi 73,80 pada siklus I naik 10,80 poin dan menjadi 76 pada siklus II naik 2,20 poin. Indikator keberhasilan tentang nilai rata-rata kelas pada penelitian ini ditetapkan telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65,00 berarti sudah berhasil.
Dengan demikian suasana pembelajaran lebih menarik, siswa lebih aktif dapat memecahkan masalah dan kemampuan guru meningkat serta hasil belajar siswa meningkat dan karena siklus II hasilnya sudah meningkat maka penelitian dihentikan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dalam proses perbaikan pembelajaran IPA Kelas V dengan memanfaatkan alat peraga sebagai upaya peningkatan belajar siswa dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Minat dan motivasi murid pada kegiatan belajar mengajar IPA dengan menggunakan metode eksperimen meningkat pada setiap siklusnya.
2. Murid lebih aktif dan antusias untuk merespon stimulus dari guru selama kegiatan belajar mengajar.
3. Kemampuan murid memahami isi pembicaraan meningkat. Ini tampak dari banyaknya murid yang berani tampil untuk berbicara.
4. Hasil tes unjuk kerja murid yang dilakukan oleh guru menunjukkan adanya peningkatan setiap siklusnya.
5. Dalam proses perbaikan pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam pemanfaatan alat peraga menambah pengetahuan dan wawasan terhadap materi pelajaran sehingga dapat menjadi guru yang profesional.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa hal peneliti sarankan untuk dilakukan oleh guru sebagai pendidik profesional, utamanya guru dalam pembelajaran mata pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar, antara lain:
1. Guru hendaknya selalu berupaya membiasakan bereksperimen dan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Karena pada hakekatnya setiap anak normal berpotensi mampu berbicara. Sekolah dan guru yang memungkinkan mengembangkan potensi kemampuan bereksperimen anak.
2. Guru harus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan menyampaikan materi serta mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukanya dapat terus meningkat seiring dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru mau membuka diri untuk menerima saran dan kritik agar dapat lebih memperbaiki kualitas dirinya.
3. Guru dalam pembelajaran IPA (bereksperimen) hendaknya menggunakan alat peraga sehingga mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner (dalam Handoyo.1990.148) Teori Belajar.
Depertemen Pendidikan Nasional (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta.
Depertemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah. Penelitian Tindakan Kelas PPDGT. Bandung 2003.
Gagne (dalam Ismail, 1998) Komponen Sumber Belajar.
Tim Seqip, (2002) Buku IPA Guru. Jakarta. Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Waler Klinger (1997) “Metode Pengajaran Ilmu Pendidikan Alam†Nurn Berg: Erziehung Swiss. Fakultat Der Universitat Erlangen.Ditulis dalam Psikologi Kepribadian | 41 Komentar, trescent.wordpress.com/category/psikologi-kepribadian
Permen Negar Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor: 16 Tahun 2009, Tentang “Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnyaâ€.
Kusuma,Atmajaya.1984.“Peran Seorang Kepala Sekolah di Dalam Meningkatkan Kedisiplinanâ€
Samsuddin 2010. “Meningkatkan Kedisiplinan Guruâ€