PENINGKATAN SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN DALAM PELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA SISWA KELAS VI

SD NEGERI PENGKOL 01 KECAMATAN NGUTER

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Sri Rahayu

SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dalam pelajaran matematika setelah dilakukan penerapan pendekatan scientific.Penelitian tindakan kelas ini di adakan di SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, dengan subjek penelitian pada siswa kelas VI tahun pelajaran 2014/2015. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan tes. analisis data menggunakan kuantitatif deskriptif.Kesimpulan penelitian, yaitu: (1) Penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah dapat meningkatkan sikap sosial peserta didik. Persentase sikap peserta didik pada siklus I sebesar 71.5% meningkat menjadi 86.9% pada siklus II. (2) Penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah dapat meningkatkan ranah pengetahuan peserta didik. Persentase ranah pengetahuan peserta didik pada siklus I sebesar 70% meningkat sebesar 16.5% sehingga menjadi 86.5% pada siklus II. (3) Penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Keterampilan proses sains peserta didik pada siklus I sebesar 77% meningkat menjadi 90% pada siklus II.

Kata Kunci: sikap, pengetahuan, dan keterampilan, pendekatan scientific

PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi siswa, matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya. Matematika merupakan bahasa simbul untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan yang memudahkan manusia berpikir dalam memecakan masalah kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika dikatakan efektif apa bila siswa memahami konsep dari matematika dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasrkan pengalaman peneliti di SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, mata pelajaran matematika khususnya di kelas VI, di temukan kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran matematika antara lain, yaitu (1).Pembelajaran masih berpusat pada guru. (2). Siswa kurang antusias dan aktif dalam proses pembelajaran. (3). Pada saat guru menggunakan metode diskusi, jumlah kelompoknya terlalu banyak sehingga kurang evektif. (4). Sikap dan perilaku siswa kurang baik, terlihat saat mengerjakan latihan soal atau evaluasi, sebagian siswa hanya menyontek, ini menunjukan perilaku siswa kurang jujur, siswa sering tidak mengoreksi kembali pekerjaannya, ini menunjukan sikap siswa kurang teliti, siswa juga kurang percaya diri jika diminta mengemukakan pendapat atau maju ke depan kelas pada saat pembelajaran. (5). Hasil belajar siswa belum mencapai KKM 75, matematika di siswa kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Metode yang digunakan oleh guru sudah inovatif dalam pembelajaran karena sudah menerapkan metode-metode yang berlaku saat ini namun belum dapat terlaksana secara maksimal.

Solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah dijabarkan adalah dengan cara melakukan pembelajaran yang sesuai dengan anjuran Kurikulum 2013. Penerapan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan ilmiah yang menggunakan langkah 5M yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah bertujuan untuk meningkatkan ranah sikap dan keterampilan proses peserta didik. Terjadinya peningkatan pada ranah sikap dan keterampilan proses diharapkan dapat meningkatkan ranah pengetahuan peserta didik.

Pelajaran Matematika di SD mempunyai lima tujuan agar peserta didik memiliki lima kemampuan yaitu: (1) memahami konsep matematika, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, (3) memecahkan masalah, (4) mengomunikasikan gagasan dengan symbol, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Pelajaran matematika menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta (Depdikbud, 2013: 3).

Scientific approach merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada penerapan kehidupan sehari-hari atau realistik. Demikian pula pada mata pelajaran matematika, guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat menggunakan pendekatan realistik. Hal tersebut dapat terjadi berdasarkan penjelasan Purwoko (2013: 47) bahwa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa, utamanya pada pembelajaran matematika karena dengan kemampuan tersebut siswa dapat memperoleh pengetahuan lebih tentang bagaimana memahami suatu masalah serta mengkomunikasikan gagasan yang diperoleh baik untuk dirinya sendiri maupun kepada orang lain guna hidup di era global seperti sekarang ini, sedangkan pada dasarnya matematika adalah bahasa khusus yang dibentuk untuk mengkomunikasikan bahasa sehari-hari.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat menambah kreativitas guru dalam penggunaan metode inovatif. Pemilihan metode ini diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam pelajaran matematika sebagai upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada siswa kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

Apakah penerapan pendekatan scientific dapat meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam pelajaran matematika pada siswa kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dalam pelajaran matematika setelah dilakukan penerapan pendekatan scientific.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi guru memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran matematika, serta dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan dan dapat mengembangkan keterampilan guru kelas, khususnya dalam menerapkan pendekatan scientific. Manfaat bagi Sekolah dapat digunakan bagi sekolah sebagai sumber informasi tentang penggunaan metode pembelajaran sehingga nantinya ada peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan scientific sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.

LANDASAN TEORI

Pendekatan Pembelajaran Scientific

Pendekatan scientific lebih dikenal dengan istilah pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang proses pembelajaran yang dipandu oleh kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pembelajarannya harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hasil akhir yang diharapkan dari proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah ini adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak.

Pendekatan scientific melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik ilmiah. Pendekatan scientific bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran (Kemendikbud, 2013: 200-201). Peng-gunaan pendekatan scientific ini untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi.

Menurut Atsnan dan Gazali (2013: 425) Pendekatan scientific dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang diteliti untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Oleh karena itu, guna mampu melaksanakan kegiatan tersebut, siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih ketelitiannya dalam mengumpulkan data, dikembangkan kecermatannya dalam mengolah data untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam membuat kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientific merupakan suatu pendekatan yang menjadikan siswa menjadi lebih aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penelitian guna menemukan fakta-fakta dari suatu kejadian.

Menurut Sudarwan (dalam Majid, 2013: 194) pendekatan scientific bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

Selain itu, langkah-langkah pendekatan scientific dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Majid (2013: 211-234) yang dimulai dari (1) mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) mengolah, (5) mencoba, (6) menyimpulkan, (7) menyajikan, dan (8) mengomunikasikan. Serangkaian kegiatan pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi, dan mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pendekatan scientific adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, menyimpulkan, dan mengomunikasikan. Kegiatan tersebut mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Matematika

Matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Matematika dipelajari mulai dari proses menemukan dan membangun konsep melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh pengetahuan tentang bahan matematika yang dipelajari. Matematika menurut Russefendi (dalam Fauzan, 2006: 4) mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang struktur organisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema. Sedangkan menurut Johnson dan Rising (dalam Fauzan, 2006: 4) matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat presentasinya dengan simbol yang padat, lebih berupa simbol, mengenai ide dari pada mengenai bunyi.

Matematika sebagai studi tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dapat dipahami oleh siswa-siswa SD yang belum mampu berpikir formal, sebab orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret. Ini tidak berarti bahwa matematika tidak mungkin tidak diajarkan di jenjang pendidikan dasar, bahkan pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan sejak usia dini. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dickinson dan Sue (2012: 12) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis dan perlu diberikan disetiap jenjang pendidikan. Sedangkan pembelajaran matematika adalah proses seseorang mempelajari matematika dengan serangkaian kegiatan yang terencana.

Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap social yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.

Penilaian pencapaian kompetensi pengetahuan merupakan bagian dari penilaian pendidikan. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian pencapaian kompetensi peserta didik yang mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Adapun penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilain potensi intelektual yang terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi (Anderson dan Krathwohl, 2001). Seorang pendidik perlu melakukan penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi pengetahuan peserta didik. Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam lampirannya menuliskan bahwa untuk semua mata pelajaran di sekolah, Kompetensi Inti yang harus dimiliki oleh peserta didik pada ranah pengetahuan adalah memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik untuk menilaisejauh mana pencapaian SKL, KI, dan KD khusus dalam dimensi keterampilan. SKL dimensi keterampilan untuk satuan pendidikan tingkat SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah lulusan memiliki kualifikasi kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari diMadrasah dan sumber lain sejenis (Permendikbud 54 tahun 2013 tentang SKL).SKL ini merupakan tagihan kompetensi minimal setelah peserta didik menempuh pendidikan selama 3 tahun atau lebih dan dinyatakan lulus.

Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan peserta didik yang dipelajari di Madrasah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Keterampilan ini meliputi: keterampilan mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar. Dalam ranah konkret keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat.Sedangkan dalam ranah abstrak, keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang.

Matematika mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Kerangka Berpikir

Adapun kerangka pikir dari penelitian ini berupa input (kondisi awal), tindakan, dan output (kondisi akhir). Kondisi awal yang menjadi sebab dilakukannya penelitian ini adalah rendahnya sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa dalam pelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dengan media grafis untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Ada peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dalam pelajaran matematika setelah dilakukan penerapan pendekatan scientific.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini di adakan di SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo kelas VI tahun pelajaran 2014/2015 dan dilaksanakan pada bulan September s.d November 2014. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, jumlah seluruh siswa di kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo yaitu 35 orang, yang terdiri dari 15 orang lakilaki dan 20 orang perempuan pada tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian tindakan kelas dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, sedangkan sumber data sekunder berupa data dokumentasi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dibedakan menjadi metode observasi dan tes.

Indikator kinerja yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran konstekstual dapat meningkatkan sikap dalam kategori baik sekali, hasil keterampilan dalam ketegori baik, dan pengetahuan yang merupakan hasil belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika ang ditandai dengan siswa memperoleh nilai KKM = 70 dan siswa harus mencapai batas nilai minimal tersebut.

Penelitian yang digunakan adalah jenis PTK yang dilaksanakan di kelas VI SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan 2 siklus setiap siklus melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan tindakan.

HASIL PENELITIAN DAN PMBAHASAN

Ranah Sikap Peserta Didik

Data ranah sikap peserta didik diperoleh dari lembar observasi ranah sikap. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi ranah sikap peserta didik. Lembar observasi ranah sikap diisi oleh observer setiap pertemuan. Analisis data dilakukan dengan cara membagi skor yang didapatkan dengan skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100%. Ranah sikap peserta didik mengalami peningkatan sebesar 15,44%.

Ranah Pengetahuan Peserta Didik

Data ranah pengetahuan peserta didik diperoleh dari hasil tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Ketuntasan klasikal peserta didik dihitung dengan cara membagi jumlah peserta didik yang tuntas dengan jumlah seluruh peserta didik kemudian dikalikan dengan 100%. Ketuntasan belajar klasikal peserta didik mengalami peningkatan sebesar 16,22%.

Ranah Keterampilan Proses Peserta Didik

Data ranah keterampilan proses peserta didik diperoleh dari hasil observasi keterampilan proses peserta didik pada siklus I dan siklus II. Lembar observasi ranah keterampilan proses diisi oleh observer pada setiap pertemuan. Analisis data dilakukan dengan cara membagi skor yang didapatkan dengan skor maksimal kemudian dikalikandengan 100%. Ranah keterampilan proses peserta didik mengalami peningkatan sebesar 13,20%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1)Penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah dapat meningkatkan sikap sosial peserta didik. Persentase sikap peserta didik pada siklus I sebesar 71.5% meningkat menjadi 86.9% pada siklus II. 2)Penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah dapat meningkatkan ranah pengetahuan peserta didik. Persentase ranah pengetahuan peserta didik pada siklus I sebesar 70% meningkat sebesar 16.5% sehingga menjadi 86.5% pada siklus II. 3)Penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Keterampilan proses sains peserta didik pada siklus I sebesar 77% meningkat menjadi 90% pada siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan sebagai berikut. 1)Pada awal pembelajaran guru sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah agar peserta didik dapat lebih siap dalam menerima pembelajaran. 2)Peneliti harus mempertimbangkan dengan baik mengenai aspek dalam ranah sikap yang akan digunakan dalam penelitian. Kalimat yang digunakan dalam menuliskan indikator harus jelas agar tidak membingungkan para observer. 3)Dalam penggunaan media harus disertai dengan lembar kerja peserta didik yang mencakup mengenai prosedur penggunaan prinsip klasifikasi agar dapat mencapai indikator kompetensi yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsismi, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Atsnan, M.F dan Gazali, Rahmita Yuliana. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Jurnal Pendidikan UNY. Vol. 2. No. 3. Hal. 429-439.

Depdikbud. 2013. Analisis Materi Ajar Jenjang: SD/SMP/SMA: Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fauzan, Ahmad. 2006. Proses Belajar Mengajar Matematika. Padang: niversitas Negeri Padang (UNP)

Mendikbud. 2013.Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013, (online) (http://www.academia.edu), diakses tanggal 26 Desember 2013 Majid, 2014 hlm 8

Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitia Kualitatif. Bandung: Remaja Perda Karya.

Purwoko. 2013. Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Matematika dengan Pendekatan Realistics Mathematics Education (RME) pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Penabur. Vol. 4. No. 5. Hal. 1-18.

Rustaman, N. Y, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. JICA-IMSTEP FMIPA UM: Malang.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidik-an. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sayekti, I. C., Sarwanto, Suparmi. 2012. Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demontrasi Ditinjau dari Kemampuan Analisis dan Sikap Ilmiah Siswa Jurnal Inkuiri ISSN 2252-7893 Vol. 1 No.2: hlm.142-153).

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Prestasi Belajar. Bandung: Sinar Baru

Yokhebed, Sudarisman S., dan Sunarno W. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meingkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar. Jurnal Inkuiri ISSN 2252-7893 Vol. 1 No. 3: hlm. 183-194,

Yuniastuti, E. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Siswa Kelas VII SMP Kartika V-I Balikpapan. Jurnal Penelitian Pendidikan Vo.14 No.1: hlm. 78-86

Zubaidah, S., Yuliati, L., Mahanal, S. 2013. Model dan Metode Pembelajaran IPA. Malang: UM Press.