Peningkatan Standar Kompetensi Melalui Pembelajaran Kontekstual
PENINGKATAN STANDAR KOMPETENSI
MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS VI SEMESTER 1 DI SD NEGERI II WATUAGUNG KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2013/2014
Mamik Purdwiningsih
Guru SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas VI Semester 1 di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menyimpulkan motivasi belajar hasil pengamatan prasiklus tergolong rendah. Kegiatan siklus I hasil motivasi belajar siswa yang termotivasi baik sebanyak 2,33 (10,14%), siswa yang termotivasi cukup sebanyak 8,33 (36,23%), dan siswa yang termotivasi kurang dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 12,33 (53,62%). Kegiatan siklus II hasil motivasi belajar siswa yang termotivasi baik sebanyak 7,17 (31,16%), siswa yang termotivasi cukup sebanyak 8,67 (37,68%), dan siswa yang termotivasi kurang dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 7,17 (31,16%). Kegiatan siklus III hasil motivasi belajar siswa yang termotivasi baik sebanyak 14,05 (63,04%). Siswa yang cukup termotivasi sebanyak 7 (30,43%), dan siswa yang kurang termotivasi sebanyak 1,5 (6,52%). Prestasi belajar pada kegiatan prasiklus menunjukkan ketuntasan siswa sebanyak 5 siswa (21,74%). Pada kegiatan siklus I hasil belajar mengalami peningkatan jumlah ketuntasan sebanyak 5 siswa (21,74%) dari jumlah ketuntasan prasiklus sebanyak 5 siswa (21,74%) meningkat menjadi 10 siswa (43,48%) pada siklus I. Hasil belajar pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 5 siswa (21,74%) dari jumlah ketuntasan siklus I sebanyak 10 siswa (43,48%) meningkat menjadi 15 siswa (65,22%) pada siklus II. Peningkatan hasil belajar pada siklus II ke siklus III sebanyak 6 siswa (26,09%), hal ini ditunjukkan dari jumlah ketuntasan siklus II sebanyak 15 siswa (62,22%) meningkat menjadi 21 siswa (91,30%) pada siklus III. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kontekstual, siswa kelas V dalam proses pembelajaran Pkn mampu meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa.
Kata kunci: pembelajaran kontekstual, motivasi belajar, dan prestasi belajar
PENDAHULUAN
Model-model pembelajaran di kelas tidak mengaitkan dengan situasi yang nyata dan kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide kompetensi dasar cenderung membuat siswa bingung. Padahal salah satu aspek penting dalam pengajaran adalah agar siswa mampu mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari dalam berbagai keterampilan serta mampu menggunakan berbagai strategi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Kusmoro, 2009: 1).
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa memiliki pengalaman langsung adalah dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual, yaitu model pembelajaran yang dilakukan dengan cara menerapkan penilaian autentik. Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Pendekatan kontekstual memberikan pengalaman yang lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkannya seumur hidup melalui hubungan di dalam dan di luar kelas (Balfas, 2009: 3). Pembelajaran kontekstual berusaha menyajikan suatu konsep yang dikaitkannya dengan konsep materi tersebut digunakan, sehingga pengalaman belajarnya lebih realistis dan biasanya akan berdaya tahan lama.
Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mempu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatanya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka, baik lingkungan kerja maupun masyarakat. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika siswa berhadapan dengan situsi baru dalam kehidupannya (Muslich, 2008: 40).
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini akan mengkaji pengelolaan Standar Kompetensi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Melalui Pembelajaran Kontekstual Siswa kelas VI Semester 1 di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014.
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas VI Semester 1 di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014 setelah diterapkan pembelajaran kontekstual? (2) Bagaimana peningkatan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan kelas VI Semester 1 di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014 diterapkan pembelajaran kontekstual?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas VI Semester 1 di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014 melalui pembelajaran kontekstual, dan (2) Untuk meningkatkan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan kelas VI Semester 1 di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014 melalui pembelajaran kontekstual.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Muchith, 2008: 41).
Pendekatan kontekstual bukan sebuah model dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual lebih dimaksudkan suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih mengedepankan idealitas pendidikan sehingga benar-benar akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang efektif dan efisien. Idealitas pembelajaran dimaksudkan melaksanakan proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada upaya pemberdayaan siswa bukan penidasan terhadap siswa baik penindasan secara intelektual, sosial maupun budaya (Muchith, 2008: 2).
Pendekatan CTL dalam kelas cukup secara garis besar, dapat diterapkan di kelas dengan langkahnya adalah: (1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. (2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. (3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. (4) Ciptakan masyarakat belajar. (5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan. (7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Muhammad, 2007: 68).
Prestasi Belajar
Menurut Sudjana (2008: 3) menyatakan bahwa “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentuâ€. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar (Sukmadinata, 2007: 102).
Kerangka Berpikir
Berbagai usaha guru dilakukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pembelajaran PKn di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri, salah satu upaya guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kontekstual. Dengan menggunakan metode kontekstual diharapkan siswa dapat mudah memahami standar kompetensi yang telah ditetapkan, karena dengan menggunakan metode kontekstual siswa dihadapkan pada kondisi nyata. Sehingga pembelajaran berlangsung tidak hanya di dalam kelas dengan mendengarkan teori dari guru melalui ceramah, tetapi siswa diajak memecahkan permasalahan melalui pengamatan langsung.
Dengan diterapkannya metode pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PKn, diharapkan siswa mempunyai motivasi dan terdorong untuk belajar lebih baik, karena dengan pembelajaran kontekstual siswa diberikan kebebasan untuk memahkan permasalahan berdasarkan pengamatan nyata.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (1) Melalui pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar pendidikan kewarganegaraan kompetensi dasar memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia melalui pembelajaran kontekstual di SD Negeri II Watuagung kelas VI semester I tahun pelajaran 2013/2014. (2) Melalui pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan kompetensi dasar memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia melalui pembelajaran kontekstual di SD Negeri II Watuagung kelas VI semester I tahun pelajaran 2013/2014
METODE PENELITIAN TINDAKAN
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri. Alamat: Dawe, Baturetno, Wonogiri, NPSN: 20310987. Waktu penelitian dilakukan pada semester I tepatnya pada bulan September dan Oktober 2013, dengan subjek penelitian semua siswa kelas VI semester 1 SD Negeri II Watuagung tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 23 orang.
Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini meliputi data berupa perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan data evaluasi pembelajaran PKn standar kompetensi “memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia†melalui metode pembelajaran kontekstual yang bersumber dari hasil tes hasil belajar PKn, hasil observsi dan dokumentasi.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melaluli observasi, dan tes hasil belajar. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. Tes hasil belajar digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus, yang dinyatakan dengan skor 1 – 100.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa kata-kata yang dapat menggambarkan keadaan secara sistematik. Kejadian-kejadian dan data yang terekam ditabulasikan secara nominal kemudian ditentukan prosentasenya. Dari prosentase ini akan dideskripsikan ke arah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa dalam bentuk tabel dan grafik.
Indikator Keberhasilan
Indikator hasil belajar dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang digunakan pada mata pelajaran PKn siswa kelas VI SD Negeri II Watuagung Kabupaten Wonogiri, siswa dikatakan tuntas belajar secara individual apabila telah mencapai nilai ≥ 75, dengan prosentase ketercapaian ketuntasan minimal 85% dari keseluruhan siswa, dan siswa yang aktif mengikuti pembelajaran minimal 85%.
Prosedur Penelitian
Konsep pokok penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggar terdiri dari empat komponen, yaitu: (a) perencanaan (planning), (b) tindakan (acting), (c) pemantauan (monitoring), dan (d) refleksi (reflecting). Menurut Madya (2004: 19), proses dalam penelitian tindakan kelas memiliki empat tahapan dalam setiap siklus, yaitu penyusunan rencana, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui perbandingan motivasi belajar dan hasil belajar seperti diuraikan berikut:
Motivasi Belajar
Setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, motivasi belajar yang kurang termotivasi rata-rata berkurang sebesar 14,5%, untuk siswa yang mempunyai motivasi cukup berkurang 10,1%, dan siswa yang tergolong mempunyai motivasi baik meningkat 4,3%. Setelah dilakukan tindakan II, motivasi belajar siswa meningkat 21%, kriteria penilaian cukup meningkat 1,4%, sedangkan kriteria penilaian kurang menurun 22,5%. Setelah dilakukan tindakan siklus III motivasi belajar terjadi peningkatan: untuk kriteria penilaian baik meningkat 31,9%, kriteria penilaian cukup menurun 7,2%, sedangkan kriteria penilaian kurang menurun 24,6%. Secara peningkatan motivasi belajar dari prasiklus ke siklus 3 adalah: untuk kriteria penilaian baik meningkat 13,17%, kriteria penilaian cukup meningkat 1%, sedangkan kriteria penilaian kurang menurun 14,17%. Dengan demikian melalui pembelajaran dengan menerapkan metode kontekstual, motivasi belajar siswa rata-rata meningkat. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh indikator.
Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar PKn memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia melalui metode kontekstual pada kelas VI Semester ganjil SD Negeri II Watuagung tahun pelajaran 2013/2014 dari siklus ke siklus terbukti mengalami peningkatan baik dilihat dari nilai individu, rata-rata kelas, maupun nilai ketuntasan belajar seluruh siswa. Peningkatan nilai dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 21,74% dengan ketuntasan meningkat 5 orang. Dari siklus I ke siklus II sebesar 21,74% dengan ketuntasan meningkat 5 orang. Peningkatan nilai dari siklus II ke siklus III sebesar 26,09% dengan ketuntasan meningkat 6 orang. Meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan dari prasiklus ke siklus III tersebut disebabkan oleh penerapan metode pembelajaran kontekstual.
KESIMPULAN
Motivasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan: siswa yang memiliki motivasi baik sebanyak 1,33 (5,8%) siswa yang termotivasi cukup sebanyak 6 (26,1%) siswa yang termotivasi kurang dalam kegiatan belajar sebanyak 15,67 (68,1%). Setelah dilakukan I, II, dan III motivasi belajar siswa meningkat menjadi yang termotivasi baik sebanyak 14,05 (63,04%). Siswa yang cukup termotivasi sebanyak 7 (30,43%), dan siswa yang kurang termotivasi sebanyak 1,5 (6,52%). Prestasi belajar meningkat dari prasiklus siswa yang dinyatakan tuntas siswa sebanyak 5 siswa (21,74%), dan setelah dilakukan tindakan I, II, dan ke III, siswa yang tuntas mencapai 21 siswa (91,30%). Dengan demikian melalui pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar PKn bagi siswa kelas VI Semester ganjil SD Negeri II Watuagung tahun pelajaran 2013/2014.
DAFTAR PUSTAKA
Balfas, Anwar, 2009, Mengembangkan Kemampuan Literasi Dan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Sastra Berbasis Konteks, www.lingustika.com
Kusmoro, 2009, Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah, http://jeperis.wordpress.com, diakses tanggal 16 Maret 2010
Madya, S. 2004, Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Muchith, Saekhan, 2008, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: RaSAIL.
Muhammad, Ali. 2007. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Muslich, Mansur, 2008, KTSP Pembelajaran Berbsis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana, 2008, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.