PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BRSL MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX D SMP NEGERI 1 SUSUKAN

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Azizatul Atsna

SMP Negeri 1 Susukan Kab Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika materi BRSL melalui model Discovery Learning. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IXD SMP Negeri 1 Susukan sebanyak 28 peserta didik yang terdiri 10 laki-laki dan 18 perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan dan tes. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif komparatif. Hasil pengamatan menunjukkan peningkatan aspek aktivitas peserta didik sebesar 55% pada siklus 1 dan menjadi 69% pada siklus II. Sedangkan dari hasil belajar, terjadi peningkatan ratarata kelas dari kondisi awal sebesar 60,8 menjadi 66 pada siklus 1 dan meningkat menjadi 70,9 pada siklus II. Disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi BRSL dengan model Discovery Learning.

Kata kunci:   aktivitas belajar, hasil belajar, model Discovery Learning, BRSL (Bangun Ruang Sisi Lengkung)

 

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting. Semua aspek kehidupan tidak bisa terlepas dari matematika, karena semua orang menggunakan matematika disegala kehidupan. Melalui belajar matematika, peserta didik mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, analitis, kreatif, dan produktif. Namun demikian, sepertinya sudah menjadi rahasia umum bahwa matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini menyebabkan banyak dari peserta didik yang sudah anti dengan matematika sebelum benar-benar mempelajarinya. (Wijaya,2012:2).

Menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMP Negeri 1 Susukan disebutkan bahwa KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran matematika adalah 65. Namun kenyataannya dari hasil penilaian harian yang dilakukan peneliti, dari 28 peserta didik kelas IX D pada materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) hanya 12 peserta didik (42,9%) yang tuntas sedangkan 16 peserta didik (57,1%) belum mencapai KKM atau belum tuntas. Hal ini juga disebabkan karena pada saat pembelajaran peserta didik pasif, ngobrol sendiri, kurang semangat dalam menerima pelajaran, kemampuan berhitung rendah, ini yang menyebabkan aktivitas belajar di kelas rendah. Selain itu juga peneliti belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang variatif sehingga pembelajaran tidak menarik dan membosankan bagi peserta didik. Dari hal tersebut penulis mencoba untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model Discovery Learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi BRSL.

 

LANDASAN TEORI

Aktivitas Belajar

Keaktifan peserta didik dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti pada saat peserta didik mendengarkan ceramah, berdiskusi, bertanya, menyelesaikan soal, presentasi, membuat tugas, dan sebagainya. Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan peserta didik.

Dalam proses belajar mengajar, aktivitas peserta didik yang diharapkan tidak hanya aspek fisik, melainkan juga aspek mental. Peserta didik bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, berdiskusi, menulis, membaca, membuat grafik, dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru merupakan sejumlah aktivitas peserta didik yang aktif secara mental maupun fisik (Djamarah, 20011:76).

Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik dalam Rusman (2012:111), antara lain:

  1. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif.
  2. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
  3. Tersedia fasilitas, media/sumber belajar, dan lingkungan belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran.
  4. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik (individual learning).
  5. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar-mengajar.
  6. Adanya pemberian reinforcement atau penguatan dalam pembelajaran.
  7. Jenis kegiatan pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.
  8. Penilaian hasil belajar dilakukan serius, objektif, teliti, dan terbuka.

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Peserta didik dikatakan memiliki keaktifan apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Peserta didik sering bertanya kepada guru atau peserta didik lain.
  • Peserta didik mau mengerjakan tugas yang diberikan guru.
  • Peserta didik mampu menjawab pertanyaan.
  • Peserta didik senang diberi tugas belajar dan mengerjakannya dengan bersemangat.

Aktivitas belajar dapat digolongkan menurut tingkatannya sesuai dengan nilai kriteria. Menurut Arikunto (2006:210), kriteria aktivitas belajar dapat digolongkan seperti tabel 2.1 di bawah ini:

 

 

NO KRITERIA TINGKATANNYA
1. Lebih dari 75% Baik
2. 56% – 75% Cukup baik
3. 40% – 55% Kurang baik
4. Kurang dari 40% Tidak baik

 

Reigeluth sebagaimana dikutip Keller dalam Hamzah B Uno (2007:137) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan aspek kognitif digunakan untuk mengukur kemampuan dan ketrampilan intelektual. Dalam penelitian ini, aspek kognitif digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. Cara pengukuran kemampuan peserta didik yaitu dengan diberikan tes tertulis.

Model Discovery Learning

Model Discovery Learning mengacu pada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila peserta didik tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri. Bruner memakai model yang disebutnya Discovery Learning, dimana peserta didik mengorganisasi bahan yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir (Dalyono,1996:41). Sejalan dengan hal tersebut, Budiningsih (2005) menyatakan bahwa pembelajaran Discovery Learning merupakan pembelajaran dengan memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif yang pada akhirnya sampai pada kesimpulan akhir. Jadi pada model Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi peserta didik dituntut untuk melakukan kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisi, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan- kesimpulan. Jadi, model Discovery Learning masalah yang diberikan peserta didik adalah masalah yang direkayasa oleh guru.

Menurut Syah, Muhibbin (2005), langkah-langkah atau sintaks pembelajaran model Discovery Learning adalah:

Stimulasion (memberi rangsangan)

Peserta didik diberikan pada permasalahan yang merangsang berbagai pertanyaan sehingga timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru memposisiskan sebagai stimulus dengan cara mengajukan pertanyaan, mencari referensi, dan merancang aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

Problem Statement (mengidentifikasi masalah)

Peserta didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi sebanayak mungkin permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan maslah).

Data Collecting (mengumpulkan data)

Tahap ini berfungsi untuk membuktikan kebenaran hipotesis dengan memberika kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber dan melakukan uji coba sendiri.

Data Processing

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh peserta didik, baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya kemudian ditafsirkannya.

Verification (pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data prosessing

Generalization (menyimpulkan)

Tahap generalisasi merupakan tahap penarikan kesimpulan.

Kerangka Berpikir

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan

 

 

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, pada peserta didik kelas IX D semester II tahun pelajaran 2019/2020. Tepatnya pada bulan Januari 2020 s.d April 2020 dengan Jumlah peserta didik kelas IX D adalah 28 orang, terdiri dari 18 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.

Desain Penelitian

Desain penelitian pada Siklus I,dilakukan dalam empat tahap yaitu:

Rancangan Tindakan

Hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan meliputi:

  • Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kompetensi dasar 3.7 membuat generalisasi luas permukaan dan volume BRSL (tabung, kerucut dan bola) untuk materi luas permukaan dan volume kerucut.
  • Menyusun LKPD 1 dan 2.
  • Menyusun peraga sederhana (tabung dan kerucut).
  • Membuat format observasi aktivitas peserta didik.

Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang diambil merupakan penerapan RPP yang telah dibuat, meliputi:

  • Guru mengondisikan peserta didik untuk siap mengikuti pembelajaran.
  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.
  • Guru menyampaikan materi awal secara garis besar.
  • Peserta didik dibentuk menjadi 7 kelompok dengan tiap kelompok terdiri 4 orang, untuk melakukan penemuan rumus luas permukaan dan volume kerucut.
  • Guru memberikan arahan tentang langkah-langkah yang ada pada LKPD 1 dan 2, dengan terlebih dahulu mencermati dan mengumpulkan data dari buku sumber yang disedikan guru.
  • Kemudian setiap kelompok melakukan penemuan dengan bimbingan guru.
  • Setelah setiap kelompok menemukan rumus luas permukaan dan volume kerucut dengan melengkapi langkah-langkah yang ada pada LKPD 1 dan 2,masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil penemuannya.
  • Guru memberikan penguatan/kesimpulan.

 

 

 

Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. PTK ini dilakukan dengan observasi secara sistematis. Data observasi pada proses pembelajaran meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

Refleksi

  • Melakukan evaluasi terhadap LKPD I dan 2 yang digunakan pada siklus 1.
  • Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan siklus I.
  • Dibantu oleh teman sejawat, peneliti melakukan analisis, dan penyimpulan data sebagai dasar tindakan siklus II.

Desain penelitian pada Siklus II yaitu:

Desain penelitian pada Siklus I,dilakukan dalam empat tahap yaitu:

Rancangan Tindakan

Hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan meliputi:

  • Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) kompetensi dasar 3.7 membuat generalisasi luas permukaan dan volume BRSL(tabung, kerucut dan bola) untuk materi luas permukaan dan volume bola.
  • Menyusun LKPD 3 dan 4
  • Alat peraga dipersiapkan oleh siswa.
  • Membuat format observasi aktivitas peserta didik.

Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang diambil merupakan penerapan RPP yang telah dibuat, meliputi:

  • Guru mengondisikan peserta didik untuk siap mengikuti pembelajaran.
  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.
  • Guru menyampaikan materi awal secara garis besar.
  • Peserta didik dibentuk menjadi 7 kelompok dengan tiap kelompok terdiri 4 orang, untuk melakukan penemuan rumus luas permukaan dan volume kerucut.
  • Guru memberikan arahan tentang langkah-langkah yang ada pada LKPD 3 dan 4, dengan terlebuh dahulu mencermati dan mengumpulkan data dari buku sumber yang disedikan guru.
  • Kemudian setiap kelompok melakukan penemuan dengan bimbingan guru.
  • Setelah setiap kelompok menemukan rumus luas permukaan dan volume bola dengan melengkapi isian yang ada pada LKPD 3 dan 4, masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil penemuannya.
  • Guru memberikan penguatan/kesimpulan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. PTK ini dilakukan dengan observasi secara sistematis. Data observasi pada proses pembelajaran meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

Refleksi

Guru mengevaluasi kendala-kendala yang masih muncul selama proses pembelajaran pada siklus II, untuk perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diambil dari data primer yaitu nilai yang diperoleh pada nilai prasiklus dan nilai yang didapat setelah pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari pengamatan/observasi selama berlangsungnya pembelajaran.

Validasi data diperlukan untuk memperoleh data hasil penelitian yang valid. Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data kualitatif bentuknya non tes yang diperoleh dari triangulasi sumber antara pengamatan aktivitas belajar oleh peneliti,teman sejawat sebagai kolaborator saat berlangsungnya pembelajaran dan wawancara dengan peserta didik, sedangkan data kuantitatif bentuknya tes diperoleh melalui nilai penilaian harian peserta didik.

HASIL PENELITIAN

Kondisi Awal/Pra Siklus

Berdasarkan hasil penilaian harian untuk materi BRSL yaitu luas permukaan dan volume tabung menunjukkan hasil belajar kelas IX D masih rendah. Ini terlihat dari rata-rata yang menunjukkan dibawah Kritria Ketuntasan Minimal(KKM = 65) menjadi acuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.Nilai rata-rata yang diperoleh pada pra siklus adalah 60,8 sedangkan peserta didik yang belum tuntas adalah 13 anak (46%) dari 28 anak seluruhnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Harian Pada Kondisi Awal

NO Uraian Nilai
1. Nilai terendah 35
2. Nilai tertinggi 100
3. Rentang nilai 65
4. Rata – rata 60,8
5. Prosentase tuntas 54%
6. Prosentase tidak tuntas 46%

 

Rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut, dimungkinkan karena tingkat pemahaman peserta didik yang masih rendah. Hal ini disebabkan metode ceramah masih mendominasi proses pembelajaran sehingga pembelajaran tidak menarik yang mengakibatkan juga peserta didik kurang aktif dan materi yang disampaikan guru kurang bermakna.

Peneliti menggunakan metode Discovery Learning. Metode ini mengutamakan peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan bimbingan guru sedemikian rupa peserta didik akan memperoleh pengetahuan baru yang belum diketahui sebelumnya. Dengan demikian akan lebih melekat pada ingatan peserta didik sehingga mereka akan lebih mudah dalam menyelesaikan soal-soal khususnya pada materi BRSL ini.

Hasil Penelitian Siklus I

Langkah pertama yang dilakukan peneliti pada tahap rancangan siklus I adalah menentukan topik pembelajaran yaitu materi Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL), Materi ini meliputi luas permukaan dan volume BRSL pada kerucut. Menyusun RPP sebagai pedoman mengajar. Selain itu guru menyiapkan lembar pengamatan terhadap aktivitas peserta didik. Lembar pengamatan akan diisi oleh peneliti dan teman sejawat sebagai observer dari aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung pada siklus I. Guru menyiapkan media kerucut dan tabung sederhana dari karton, tepung mutiara untuk pembuktian volume kerucut yang mendukung pembelajaran dengan model Discovery Learning. Menyiapkan LKPD 1 untuk materi penemuan luas permukaan kerucut, sedangkan LKPD 2 untuk materi penemuan volume kerucut. Serta menyiapkan soal untuk latihan proses dan soal penilaian pada akhir siklus ini.

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Februari 2020- Sabtu, 15 Februari 2020. Pada kegiatan inti, peserta didik dibentuk menjadi 7 kelompok dengan tiap kelompok terdiri 4 orang. Kemudian guru membagi buku ajar sebagai tambahan buku sumber selain buku paket yang digunakan, membagi LKPD 1 yang berisi langkah-langkah untuk menemukan rumus permukaan kerucut dan LKPD 2 berisi langkah-langkah untuk penemuan rumus volume kerucut.

Peserta didik berdiskusi dalam kelompok melakukan pembuktian/penemuan luas permukaan dan volume kerucut sesuai instruksi pada LKPD. Guru berkeliling untuk mengarahkan dan memberikan motivasi kerja tiap kelompok.Kemudian pada tahap selanjutnya peserta didik menyimpulkan dari jawaban-jawaban yang didapat pada LKPD.Selanjutnya tiap kelompok secara perwakilan mempresentasikan hasil penemuan luas permukaan dan volume kerucut.

Guru membimbing Peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi luas permukaan dan volume kerucut. Untuk memberi penguatan materi yang telah dipelajari, guru memberikan latihan soal secara kelompok atau mandiri. Diakhir siklus 1, peserta didik mengerjakan penilaian harian.

Hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus 1 oleh observer 1 adalah 56% dan observer 2 adalah 54%, sehingga diperoleh rata-rata nilai aktivitasnya 55%. Dalam aktivitas nilai sebesar 55% termasuk dalam kategori kurang. Berdasarkan indikator kinerja aktivitas peserta didik dianggap aktif jika mencapai lebih dari 75%. Untuk itu perlu ada perbaikan nilai aktivitas pada siklus 2.

Sedangkan hasil belajar pada siklus 1, sudah ada peningkatan hasil belajar.Dari kondisi awal yang belum tuntas 13 peserta didik, pada siklus 1 yang belum tuntas menjadi 9 peserta didik, hal ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar persentase ketuntasannya sebesar 68% dan persentase yang belum tuntas sebesar 32%. meskipun sudah ada kenaikan persentase ketuntasan, namun hal tersebut belum sesuai dengan indikator kinerja yang ingin dicapai yaitu 85% tuntas untuk peserta didik yang memperoleh nilai  65 (sesuai KKM sekolah). Untuk itu perlu perbaikan pada siklus II.

Analisis aktivitas peserta didik pada siklus 2, terlihat pada tabel berikut:

Tabel Aktivitas peserta didik pada siklus 2

No Aspek penilaian Observer 1 Observer 2
Nilai % Nilai %
1. Kegiatan Awal 12 24% 11 18%
2. Kegiatan Inti 17 34% 17 34%
3. Kegiatan Akhir 9 18% 10 18%
Jumlah nilai 38 68% 38 70%

 

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa persentase aktivitas peserta didik oleh observer 1 adalah 68% dan observer 2 adalah 70%, sehingga diperoleh rata-rata nilai aktivitasnya 69%. Dalam aktivitas nilai sebesar 69% termasuk dalam kategori cukup baik.

Sedangkan hasil analisis hasil belajar pada siklus 2 dinyatakan berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berikut tabel dan grafik hasil belajar peserta didik pada siklus 2.

 

Tabel Hasil Belajar Peserta Didik Pada Siklus 2

No Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
1 35 – 44 Belum tuntas
2 45 – 54 2 7% Belum tuntas
3 55 – 64 2 7% Belum tuntas
4 65 – 74 18 64% Tuntas
5 75 – 84 3 11% Tuntas
6 85 – 100 3 11% Tuntas
Jumlah 28 100%  
Nilai tertinggi 100  
Nilai terendah 50  
Nilai rata-rata 70,9  

 

Dari analisis hasil belajar pada siklus 2, persentase ketuntasan sebesar 86% dan 14% belum tuntas. Hasil ini sudah sesuai dengan indikator kinerja yang ingin dicapai yaitu jika 85% peserta didik memperoleh nilai  65 (sesuai KKM sekolah).

Secara ringkas, data ketuntasan hasil belajar pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.7 dan diagram 4.18 berikut:

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Jika dilihat dari perubahan aktivitas belajar peserta didik maka nampak ada peningkatan. persentase aktivitas belajar peserta didik pada siklus 1 sebesar 55% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 69%. Secara kualitatif peningkatan ini ditunjukkan dari semangat dan antusias peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas dengan menerapkan model Discovery Learning.

Sedangkan secara kualitatif ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata pada penilaian harian di akhir setiap siklus. Dari kondisi awal rata-rata kelas sebesar 60,8 meningkat menjadi 66 dan pada siklus 2 mengalami peningkatan lagi sebesar 70,9. Adanya peningkatan rata-rata ini menunjukkan peningkatan pemahaman peserta didik terhadap materi BRSL.

PENUTUP

Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan materi Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) pada siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Susukan semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 adalah sebagai berikut:

  1. Dengan menggunakan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada pelajaran matematika pada materi BRSL kelas IX D tahun pelajaran 2019/2020 SMP Negeri 1 Susukan,Peningkatan aktivitas belajar ini ditunjukkan pada siklus 1 sebesar 55% dan pada siklus 2 meningkat sebesar 69%.
  2. Dengan menggunakan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran matematika pada materi BRSL kelas IX D tahun pelajaran 2019/2020 SMP Negeri 1 Susukan,Peningkatan ini dibuktikan pada kondisi awal nilai rata-rata peserta didik 60,8 dengan persentase ketuntasan 54%. Pada siklus 1 mengalami peningkatan yaitu rata-rata nilai 66 dengan persentase ketuntasan 68%. Dan pada siklus 2 mengalami peningkatan lagi nilai rata-rata menjadi 70,9 dengan persentase ketuntasan 86%.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi      Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta

Budiningsih. 2005. Model Discovery Learning. Jakarta: Pustaka Mandiri

Dalyono1996. Psikologi Pendidikan. Semarang:Rineka cipta

Djamaroh, Saipul Bakri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raya Grafindo Perkasa

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar-Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik – Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu