PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS CERPEN

MELALUI METODE PEMBELAJARAN CURAH GAGASAN POLA KOOPERATIF DUA-DUA-EMPAT BAGI SISWA KELAS XII IPS 4

SMA NEGERI 1 BULU PADA SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Ngadiman

SMA Negeri 1 Bulu

 

ABSTRAK

Tujuan pada penelitian ini adalah ( 1 ) ntuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran siswa dalam menulis cerpen setelah mengikuti pembelajaran melalui metode curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat dengan teknik mengubah hasil wawancara menjadi cerpen ( 2 ) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen setelah mengikuti pembelajarn melalui metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat dengan teknik mengubah hasil wawancara menjadi cerpen. Bentuk penelitian ini aadalah penilitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah 30 siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun polajaran 2018/2019. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, tes, dan dokumentasi. Validasi data yang digunakan yaitu teknik triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan review informan. Analisis data mengunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil penelitiian melalui observasi menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran melalui metode curah gagasan kooperatif dua-dua-empat dalam pembelajaran menulis cerpen meningkat yaitu kondisi awal 35,42% pada siklus I menjadi 73%, dan pada siklus II menjadi 92,08%. Dari tes unjuk kerja diperoleh data bahwa nilai rata-rata hasil belajar menulis cerpen meningkat yaitu pada kondisi awal 62, pada siklus I menjadi 78,50, dan pada siklus II menjadi 84,10. Sedangkan tingkat ketuntasan belajar semakin meningkat yaitu pada kondisi awal 30%, pada siklus I menjadi 63,33%, dan pada siklus II menjadi 93,33%. Dengan demikian, metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat terbukti efektif untuk digunakan dalam pembelajaran komptensi dasar menulis cerpen kehidupan orang lain.

Kata kunci: curah gagasan, kooperatif dua-dua-empat, hasil belajar, menulis cerpen

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), mengingatkan bahwa standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan pada penguasaan empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan pendapat, baik secara lisan maupun secara tertulis, sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa.

Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai siswa dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran keterampilan menulis tampaknya belum menggembirakan. Salah satu realita konkret yang mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan menulis di kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu. Berdasarkan pengalaman guru sekaligus peneliti dan hasil observasi terhadap keadaan pembelajaran menulis cerpen di sekolah tersebut serta wawancara awal yang dilakukan dengan siswa di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa kemampuan menulis cerpen siswa masih sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan yang menonjol dalam pembelajaran menulis cerpen, dan hasil tulisannya sangat memprihatinkan yang dibuktikan dengan hasil tes menulis cerpen siswa rata-rata kelas hanya 62 dan hanya sekitar 30% siswa mencapai target KKM 78, karangan cerpen siswa masih agak singkat (rata-rata ½ halaman), ide/gagasan siswa kurang berkembang, kosakata yang digunakan sederhana dan terbatas, penggunaan kalimat dan organisasi tulisan cerpennya masih kurang terarah.

Berdasarkan hasil refleksi dalam penelitian ditunjukkan bahwa kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen disebabkan oleh penggunaan metode yang digunakan oleh guru masih monoton.

Masalah yang timbul dalam proses pembelajaran menulis cerpen serta kemampuan siswa dalam menulis/mengarang yang belum memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebut disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu: faktor siswa dan faktor strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Adapun faktor yang berasal dari siswa, antara lain: (1) motivasi siswa dalam menulis cerpen sangat minim; (2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas; (3) kemampuan siswa menafsiran fakta untuk ditulis sangat rendah; (4) kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa

Dari hasil pengamatan proses pembelajaran kompetensi dasar menulis cerpen kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu diperoleh bahwa proses pembelajaran menulis cerpen serta kemampuan siswa menulis cerpen masih rendah, motivasi siswa dalam menulis cerpen sangat kurang, konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi cerpen sangat terbatas, kemampuan siswa menafsirkan fakta untuk ditulis sangat rendah, kemamupan siswa menuangkangagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat yang logis sangat kurang, sarana dan metode pembelajaran menulis cerpen belum efektif, dan masih kurangnya komunikasi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat.

Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut 1) Bagaimanakah proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat bagi siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019? 2) Bagaimanakah hasil belajar menulis cerpen melalui metode curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat bagi siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu pada semester 1 tahun pelajaran 20182019?

 

 

 

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu:

  • Tujuan Umum

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajar siswa dalam menulis

cerpen kelas XII.

  • Tujuan khusus

Untuk mengetahui peningkatan (1) kualitas pembelajaran menulis cerpen melaului metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat bagi siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. (2) untuk mengetahui hasil belajar menulis cerpen melalui metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat bagi siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

Manfaat Teoritis

  1. Menemukan pengetahuan baru dalam meningkatkan kemapuan siswa menulis cerita pendek dengan mengubah hasil wawancara melalui curah gagasan kooperatif pola dua-dua-empat.
  2. Sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Manfaat Praktis

  1. Manfaat bagi siswa,

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan siswa untuk melatih siswa berpikir kritis, kreatif, inovatif; meningkatkan motivasi dan rasa kesetiakawanan sosial siswa; menumbuhkan kebiasaan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menulis, dan peningkatan kualitas belajar menulis cerpen.

  1. Manfaat bagi guru,

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan guru sebagai bahan masukan atau pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas, khususnya yang terkait dengan cara meningkatkan kemampuan menulis cerpen dengan teknik mengubah hasil wawancara melalui curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat pada siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu tahun pelajaran 2018/2019.

  1. Manfaat bagi sekolah,

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sekolah untuk peningkatan kualitas pembinaan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

  1. Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah

Menambah koleksi dan referensi perpustakaan sekolah.

 

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar Menulis Cerpen

Hakikat Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dicapai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002)

Hakikat Hasil Belajar

Hasil adalah sesuatu yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Agar dalam kegiatan belajar dapat berhasil, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2002) bahwa, hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu ; faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Keterampilan Menulis Cerpen

Keterampilan menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah suatu proses yang menggunakan lambang-lambang (huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang lain. Pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat menghibur, memberi informasi, memengaruhi, dan menambah pengetahuan. Hasil kegiatan mengarang seperti ini disebut karangan yang dapat berwujud sebuah wacana argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi.

Selanjutnya, Tolla dan Hartini (1991: 31-32) mengemukakan kriteria penilaian holistik dalam ranah kemampuan menulis yang umum dikenal dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia yang sekaligus dijadikan sebagai indikator penilaian dalam penelitian ini adalah: (1) isi karangan, (2) organisasi/struktur karangan, (3) penggunaan kalimat efektif, (4) pilihan kata, (5) ejaan dan tanda baca.

Keterampilan menulis cerpen dapat dilakukan dengan berbagai ragam cara. Salah satunya adalah dengan mengacu pada pengalaman kehidupan orang lain. Pengalaman orang lain terkadang memiliki daya tarik yang besar, bermakna, dan unik. Pengalaman orang lain yang menarik, bermakna, dan unik tersebut dapat diekspresikan ke dalam bentuk cerpen. Sebelum menulis cerpen sebaiknya memperhatikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut. Unsur-unsur intrinsik cerpen antara lain:

  1. Tema: pokok gagasan yang menjadi dasar pengembangan cerpen,
  2. Plot atau alur: urutan cerita yang didasari hubungan sebab-akibat,
  3. Penokohan: gambaran sifat, pembawaan, atau sikap tokoh.
  4. Setting atau latar: tempat, waktu, dan suasana yang melatarbelakangi terjadinya cerita.
  5. Amanat: pesan yang ingin disampaikan pengarang, amanat bisa berupa harapan, kritikan, nasihat, dan sebaginya.
  6. Metode Pembelajaran Curah Gagasan Pola Kooperatif Dua-Dua-Empat

Curah Gagasan (Brainstorming)

Curah gagasan (Brainstorming) menurut Webster (1996) bararti inspirasi yang muncul secara tiba-tiba, ide yang gemerlang, memberikan pemecahan untuk masalah tertentu dengan memberikan semua ide secara spontan. Curah gagasan (Brainstorming) adalah suatu inspirasi spontan dan ide cerdas. Jika dihubungkan dengan kegiatan menulis, curah gagasan (brainstorming) berarti memberi lebih banyak perhatian pada topik yang dipilih, kemudian berpikir tentang kemungkinan berupa kata, frasa, dan kalimat yang berhubungan dengan topik untuk ditulis. Hal ini menjadi sumber pertama untuk mengembangkan kalimat menjadi paragraf dengan berbagai ide pendukung. Menurut Keh (Imelda, 2001), curah gagasan) braistorming adalah suatu metode untuk melahirkan ide dengan cara siswa diminta untuk memunculkan ide sebanyak mungkin yang berhubungan dengan topik yang menjadi sumber untuk dijadikan petunjuk ketika mengembangkan kalimat atau paragraf.

Curah gagasan (Brainstorming) adalah suatu teknik asosiasi bebas untuk membangkitkan energi intelektual. Brainstorming dimulai dengan satu kata atau satu ide tertentu. Tahap selanjutnya adalah menulis segala sesuatu yang berkaitan dengan ide itu dalam suatu waktu tertentu. Biasanya hal itu dapat dilakukan dalam waktu 15 sampai dengan 25 menit. Dalam tahap ini, penulis mencatat segala hal yang muncul dalam pikirannya. Brainstorming umumnya dilakukan sebelum aktivitas menulis. Mayer (Imelda, 2001) mengemukakan bahwa braistorming dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Jika secara individu, ide yang muncul umumnya sedikit, jadi sebaiknya secara berkelompok.

Rangkaian Proses Curah Gagasan (Brainstorming)

Berdasarkan uraian di atas bahwa curah gagasan (brainstorming) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyusun ide dengan cara siswa mengungkapkan kemungkinan banyaknya ide dari topik yang diberikan. Itu juga dilakukan sebelum menulis. Pada dasarnya brainstorming memiliki ruang lingkup seperti diungkapkan oleh Goldman (1986) berikut ini.

  • Memilih topik. Siswa diberikan kesempatan untuk memilih topik yang mereka ingin tulis.
  • Menulis beberapa kemungkinan ide yang berhubungan dengan topik tersebut. Pada tahap ini, siswa hanya menuliskan beberapa ide dari topik yang dipilih. Mereka hanya menulis ide-ide dalam bentuk pernyataan berupa kata, frase, atau sebagai informasi.
  • Mengualifikasikan ide. Siswa diberikan kesempatan untuk mengkualifikasikan ide yang ditulis pada saat yang sama. Mereka meletakkan ide di luar yang tidak cocok dengan topik. Kemudian mereka juga menyusun ide itu menjadi urutan yang jelas ke dalam kertas. Urutan ide-ide ini, sangat jelas untuk membantu penulis atau siswa untuk menulis pengertian ide pada saat memulai menulis.

Keuntungan Penggunaan Teknik Curah Gagasan (Brainstorming)

Keuntungan pokok yang diperoleh dari proses brainstorming ini adalah bahwa secara sadar atau tidak seorang penulis telah memulai proses berpikir. Rangkaian proses berpikir seperti ini jelas akan membangkitkan energi intelektual yang dimiliki seseorang. Jika proses berpikir itu dilakukan secara berkesinambungan, rangkaian proses berpikir seperti itu akan menghasilkan ide-ide yang lebih menarik daripada ide-ide pada awalnya. Sebuah penemuan yang mengejutkan akan menjadi bagian yang wajar dari kelanjutan proses seperti itu (Darmadi, 1996: 44).

Metode Pembelajaran Pola Kooperatif Dua-Dua-Empat

Metode pembelajaran pola kooperatif Dua-Dua-Empat adalah suatu strategi yang melibatkan siswa lebih banyak menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Strategi ini menghendaki siswa saling bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil, yang diawali dengan pasangan satu-satu (dua), lalu bertukar pasangan (dua), dan berujung pada penyatuan kedua pasangan tersebut dalam sebuah kelompok (empat). Jadi, pembelajaran pola kooperatif Dua-Dua-Empat pada dasarnya adalah strategi belajar yang mengutamakan kerja sama antara individu dalam kelompok. Dengan demikian, tidak ada siswa yang belajar sendiri-sendiri. Siswa bermasyarakat dengan siswa lain sehingga ketika siswa tidak mengetahui suatu masalah, ia dapat dibantu oleh siswa yang sudah tahu.

Pelaksanaan Metode Curah Gagasan Pola Kooperatif Dua-Dua-Empat di Kelas

Adapun pelaksanaan metode curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat di kelas mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Tahap 1, guru memberi pemahaman awal kepada siswa tentang cara melakukan wawancara/mengajukan pertanyaan sederhana untuk menggali hal-hal yang pernah dialami siswa lain, lalu mengubah hasil tanya jawab (dialog) tersebut menjadi bentuk monolog yang bersifat naratif.
  2. Tahap 2, siswa di bawah bimbingan guru menetapkan tema materi wawancara, tetapi diberi kebebasan untuk mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara. Alternatif tindakan untuk tahap ini adalah siswa di bawah bimbingan guru menetapkan tema materi wawancara, lalu bersama-sama melakukan curah gagasan (Brainstorming) untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara.
  3. Tahap 3, siswa berpasangan satu-satu (pasangan dibentuk berdasarkan posisi lajur kursi siswa) untuk melakukan wawancara (satu sebagai narasumber, sedangkan yang lain sebagai pewawancara) (dua). Alternatif tindakan untuk tahap ini adalah siswa dipasangkan satu-satu (pasangan ditentukan oleh guru dengan mempertimbangkan berbagai hal, antara lain: karakter siswa, jenis kelamin, keakraban siswa) untuk melakukan wawancara dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disusun bersama. Setiap pasangan berdiri berhadapan (satu bertindak sebagai pewawancara dan yang lain bertindak sebagai narasumber). Pewawancara mencatat segala informasi yang diperoleh dari narasumber dalam bentuk dialog (dua).
  4. Tahap 4, dilakukan petukaran pasangan yaitu: pasangan awal berpisah dan bergabung dengan pasangan yang lain (yang tadinya bertindak sebagai pewawancara beralih peran menjadi narasumber, demikian pula sebaliknya) (dua)
  5. Tahap 5, karena jumlah siswa 30 orang, mereka dikelompokkan menjadi delapan kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat siswa yang berasal dari dua pasangan yang telah bekerja sama (empat), kecuali satu kelompok yang hanya terdiri dari dua siswa.
  6. Tahap 6, setiap siswa dalam setiap kelompok membuat karangan naratif dengan mengembangkan teks hasil wawancara yang telah

KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran pada kompetensi dasar menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain di kelas XII IPS 4 semester 1 SMA Negeri 1 Bulu selama ini guru masih menggunakan metode ceramah satu arah, dan guru belum menggunakan teknik dan model pembelajaran yang berpusat keakifan siswa, sehingga keaktifan siswa sangat kurang, dan berdampak pada hasil belajar siswa dalam menulis cerpen rendah.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti mencoba mengambil tindakan yaitu dengan menerapkan teknik dan metode pembelajaran dengan mengubah hasil wawancara menjadi cerpen melalui metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat. Teknik dan metode pembelajaran ini menghendaki siswa saling bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil, yang diawali dengan pasangan sat-satu (dua),lalu bertukar pasangan (dua) dan berujung pada penyatuan kedua pasangan tersebut dalam sebuah kelompok (empat). Jadi, pembelajaran pola kooperatif dua-dua-empat pada dasarnya adalah model belajar yang mengutamakan kerja sama antara individu dalam kelompok, sehingga tidak ada siswa yang belajar sendiri-sendiri. Siswa bermasyarakat dengan siswa lain sehingga ketika siswa tidak mengetahui suatu masalah, ia dapat dibantu oleh siswa yang sudah tahu.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat diduga bahwa melalui penerapan metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat dengan teknik mengubah hasil wawancara menjadi cerpen dapat meningkatkan kinerja keaktivan siswa dan peningkatan hasil belajar menilis cerpen pada siswa kelas XII IPS 4 semester 2 SMA Negeri1 Bulu tahun pelajaran 2018/2019.

HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, diajukan hipotesis tindakan yaitu melalui metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat dengan teknik mengubah hasil wawancara diduga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar menulis cerpen bagi siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian tindakan ini di SMA Negeri 1 Bulu selama 6 bulan yaitu bulan 07 Juli sampai dengan 08 Desember 2018. Pelaksanaannya bersifat kolaboratif yaitu peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru SMA Negeri 1 Bulu. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah kelas XII IPS.4. Siswa kelas tersebut berjumlah 30 siswa, terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Sementara itu, guru bertindak sebagai peneliti adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer berupa aktivitas dan hasil belajar siswa dan data sekunder yaitu diperoleh telaah pustaka, dokumen yang relevan dan aktivitas guru dalam mengajar. Teknik pengumulan data dengan observasi, tes unjuk kerja, dan dukumen.Validasi data dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan riview informen.Teknik analisis data dengan menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif.

INDIKATOR KINERJA

Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari segi proses pembelajaran dan hasil belajar. yang menjadi indikator dari segi proses yaitu dengan armeningkatnya kinerja keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen.

Indikator dari segi hasil yaitu:

  1. Meningkatnya kualitas pembelajaran menulis cerpen siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dari 35,42% menjadi 90%.
  2. Meningkatnya rata-rata hasil belajar menulis cerpen siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dari 62 menjadi 78 dan jumlah siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 yang mencapai KKM dari 30% menjdi 85%.

PROSEDUR PENELITIAN

Desain penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap-tiap siklus berisi empat tahapan, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat dapat diperoleh nilai hasil belajar pada tiap siklus tindakan dipaparkan seperti pada tabel dan grafik di bawah ini

No. Hasil Belajar Kondisi Awal Siklus I  

Siklus II

 

1. Rata-rata 62 78,50 84,10
2. Ketuntasan 30,% 63,33% 93,33%
3. Nilai Tertinggi 85 92 94
4. Nilai terendah 45 74 76

Deskripsi data hasil penelitian kelas XII IPS 4

Hasil evaluasi berdasarkan tabel 4.5 dan gambar diagram batang 4.37 tentang data hasil penelitian kelas di atas menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

  1. Nilai rata-rata kelas meningkat, yaitu pada kondisi awal 62, menjadi 78,50 pada siklus I, dan pada siklus II menjadi 84,10.
  2. Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen meningkat, yaitu pada kondisi awal hanya 30%, pada siklus I menjadi 63,33%, dan pada siklus II menjadi 93,33%.

Melalui pembelajaran menulis cerita pendek dengan teknik mengubah hasil wawancara menjadi cerpen melalui metode pembelajaran curah gagasan pla kooperatif dua-dua-empat di dalam pelaksanaannya terdapat hal – hal yang menarik untuk diikuti dan diamati secara serius, karena sudah terbukti dapat meningkatkan kinerja dan keaktifan pembelajaran siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis cerita pendek.

Berdasarkan pengamatan pada kondisi awal/pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat diketahui bahwa dengan penerapan pembelajaran menulis cerpen dengan teknik mengubah hasil wawancara menjadi cerita pendek melalui metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat, membuat siswa dalam pembelajaran menulis cerpen lebih baik kinerja dan keaktifannya.

Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan dari data-data penelitian di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan penulis bahwa pembelajaran menulis cerpen dengan teknik mengubah hasil wawancara menjadi cerpen melalui metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat dapat meningkatkan kinerja dan keaktifan siswa dalam pembelajarn menulis cerpen, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa menulis cerpen bagi siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 telah terbukti.

HASIL PENELITIAN

Kegiatan pembelajaran pada kompetensi dasar menulis cerita pendek berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa,dan latar) dengan menerapkan pembelajaran teknik mengubah hasil wawancara menjadi cerpen melalui metode pembelajaran curah gagasan pola kooperatif ddua-dua-empat yang dilaksanakan guru telah mampu meningkatkan kinerja dan keaktifan siswa dan meningkatkan hasil belajar menulis cerpen siswa kelas XII IPS 4 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan indikator sebagai berikut:

  1. Kualitas pembelajaran dalam kompetensi dasar menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa, dan latar) meningkat, yaitu dari kondisi awal 35,42%, pada siklus I menjadi 73%, dan pada siklus II menjadi 92,08%.
  2. Nilai rata-rata hasil belajar menulis cerpen meningkat, yaitu pada kondisi awal 62, dan pada siklus I 78,50, dan pada siklus II menjadi 84,10. Tingkat ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan semakin meningkat, yaitu pada kondisi awal 30%, pada siklus I menjadi 63,33%, dan pada siklus II menjadi 93,33%.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang disampaikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran dengan mengubah hasil wawancara menjadi cerpen melalui metode curah gagasan pola kooperatif dua-dua-empat ;

  1. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam pembelajaran kompetensi dasar menulis cerpen tentang kehidupan orang lain, yang ditunjukkan dengan kondisi awal ada 35,45%, siklus I ada 73%, dan sklus II ada 92,08%.
  2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis cerita pendek dengan kondisi awal nilai rata-rata kelas hanya 62, pada siklus I menjadi 78,50, dan pada siklus II menjadi 84,10

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.

Dewi, Ika. 2014. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Malaui Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 1 Rembang. Purbalingga.: tidak diterbitkan.

Fudyartanto.2002. Strategi Belajar-Mengajar Metode Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Herdiyanti, R.2014. Deskripsi Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas XI SMA Bopkri Yogyakarta.: tidak diterbitkan.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESE.

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Jakarta: PT Grasindo.

Keraf, Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Memperaktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pratiwi,Yuni. 2002. Strategi Belajar Kooperatif.( Materi TOT CTL SLTP). Malang: fakultas Sastra UM.

Sujana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar – Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sujana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Kualitatif Kuantitatif. Surakarta: UNS Press

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Tolla, Achmad dan Hartini Marlan. 1991. “Retorika Menulis Siswa Kelas II SMAN di Kotamadya Ujung Pandang”. Laporan Penelitian. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.

Wiraatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas, untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.