Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LINGKARAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE BAGI SISWA KELAS XI IPA 4
PADA SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 NGUTER
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Yuni Pardiastuti
SMA Negeri 1 Nguter
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, hasil belajar lingkaran dan perubahan perilaku positif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap pertemuannya terdiri dari 3 pertemuani.Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018 / 2019. Dalam masing-masing siklus ada 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Sebelum di lakukan penelitian, peneliti melakukan pra penelitian dengan memberikan soal tes kepada siswa, untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter sebanyak 34 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar lingkaran siswa melalaui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan matematika siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar matematika pada prapenelitian sebesar 50,69 meningkat 15 poin pada siklus I menjadi 65,69, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar lingkaran siswa meningkat menjadi 75,83. Sedangkan persentase ketuntasan belajar pada pra penelitian sebesar 11,70%, meningkat pada siklus I menjadi 52,78%, dan pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 91,18%.
Kata Kunci: Hasil belajar, Lingkaran, Think Pair Share
Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak mendasari perkembangan ilmu pengetahuan yang lain memiliki peranan penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan masyarakat (Erman Suherman, 2003:25). Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika. Upaya-upaya tersebut antara lain dengan melakukan berbagai perubahan kurikulum, metode pembelajaran, kegiatan belajar-mengajar, teknik penilaian dan sebagainya. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Upaya lain dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran. Proses yang dimaksud adalah interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan sebaiknya menimbulkan timbal balik dimana guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi siswa juga memberikan respon secara positif sehingga memancing peningkatan pemahaman siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, guru dapat menyampaikan materi dengan maksimal dan siswa dapat mengerti dan memahami materi yang disampaikan dengan baik.
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama ini, masalah pertama yang ditemui guru adalah ketidak mampuan sebagian siswa dalam menangkap dan memahami materi yang disampaikan guru. Hal ini dimungkinkan karena model pembelajaran yang digunakan masih belum sesuai. Sehingga menyebabkan sebagian siswa jenuh dan membuat suasana belajar di kelas kurang baik. Akibatnya, tingkat pemahaman siswa menjadi kurang dan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang baik.
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa dapat disimpulkan bahwa, ketika pembelajaran matematika berlangsung siswa cenderung bosan dan sulit memahami materi dan siswa enggan bertanya baik kepada guru maupun teman sekelas. Kebanyakan dari mereka takut jika apa yang mereka katakan salah, baik itu tulisan atau jawaban. Sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi pasif dan hanya siswa tertentu saja yang mendominasi kelas. Siswa yang enggan bertanya menyebabkan aktivitas belajar di kelas menjadi berkurang, padahal aktivitas belajar sangatlah penting. Sardiman (2007:97) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran perlu adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Masalah kurangnya aktivitas ini juga berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang rendah dan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter juga terlihat dari persentase hasil ulangan harian yang telah dilaksakan. Hasil belajar matematika sebagian besar siswa masih kurang baik atau berada dalam kategori belum tuntas. Hal itu terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanyak 4 siswa atau 16,7% dari jumlah siswa. Sedangkan 30 siswa lain atau 83,3% dari jumlah seluruh siswa harus mengikuti pembelajaran remidial karena masih mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 70. Hasil belajar ini memperkuat bahwa perlu ada perbaikan dalam proses pembelajaran dan perlu ada upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah dengan mengganti pola pembelajaran dikelas dengan model pembelajaran yang baru. Model yang dapat merangsang siswa untuk berpikir dan aktif dalam proses pembelajaran. Tidak hanya duduk mendengarkan guru di depan, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berdiskusi dengan rekan yang lebih tahu, sehingga pemahaman siswa bertambah.
Efektifitas model pembelajaran kooperatif TPS telah dibuktikan oleh Nurhayati (2017) melalui penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Lingkaran Siswa”. Penelitian tersebut telah dilaksanakan dan berdasarkan hasil yang peroleh model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi lingkaran. Mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan Nurhayati di atas, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas XI IPA 4 Semester 2 SMA Negeri 1 Nguter.
Rumusan Masalah
Masalah pada penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah proses pembelajaran materilingkaran melalui model Kooperatif Think Pair Share (TPS) siswa Kelas XIIPA 4 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019? ( 2) Berapa persenkah peningkatan hasil belajar siswa materi lingkaran melalui model Kooperatif Think Pair Share (TPS) siswa Kelas XIIPA 4 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019?
KAJIAN TEORI
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Salah satu model pembelajaran yang dapat diaplikasikan adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang aggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2014:202). Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi menurut Nurulhayati (Rusman, 2014:203). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerjasamadengan anggota lainnya.Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesame anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Sama halnya dengan pendapat Miftahul Huda (2014:111), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual. Perasaan saling keterhubungan dapat menghasilkan energi yang positif.
Slavin dalam Thobroni (2013: 289) berpendapat bahwa Think Pair Share adalah sebuah metode yang sederhana, tetapi sangat berguna dan mudah dilaksanakan dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini menuntut siswa bekerja dalam kelompok kecil yaitu berpasangan. Di dalam pembelajaran, siswa diberikan permasalahan lingkaran kemudian mereka diminta untuk memikirkan permasalahan tersebut (think) secara individu. Setelah berfikir individu barulah mereka mencari pasangan untuk bertukar pendapat (pair). Langkah selanjutnya adalah membagi ilmu (share) dengan teman-teman satu kelas. Dengan cara mempresentasikan hasil diskusi mereka didepan kelas. Siswa akan berpartisipasi aktif, berpikir, serta berdiskusi dengan rekan yang lebih tahu sehingga menambah pemahaman yang dimilikinya (Thobroni: 2013).
Keunggulan model TPS adalah optimalisasi partisipasi siswa. Model TPS ini memberikan pemahaman lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya didepan orang lain (Lie dalam Thobroni: 2013). Selain itu model TPS dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik. Meskipun memiliki beberapa kelemahan antara lain 1) membutuhkan koordinasi secara bersama dalam berbagai aktivitas, 2) membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas; 3) peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran. Guru dapat mensiasatinya dengan berkolaborasi bersama guru lain sehingga dapat menutupi kekurangan dari model TPS. Dengan kelebihan dari pembelajaran menggunakan TPS, siswa diyakini mendapatkan hasil belajar yang baik.
Hasil belajar
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar (Chritiana Demaja W.S., 2004). Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi apa belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018 / 2019.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter tahun ajaran 2018/2019, dengan jumlah siswa sebanyak 34 siswa. Sedangkan obyek penelitian ini adalah pembelajaran matematika dalam meningkatkan hasil belajarlingkaran pada siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2010: 131) yaitu: 1) Menyusun Rencana Tindakan (Planing), 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting), 3) Pengamatan (Observing), 4) Refleksi (Reflecting). Penelitian dilaksankan di SMA Negeri 1 Nguter yang beralamat di Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo.
Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi, Tes Tertulis, dan Dokumentasi. Data yang diperoleh diolah melalui langkah, 1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data, dan 3) Triangulasi Data.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Prasiklus
Penelitian dimulai dengan melaksanakan tes pra penelitian oleh peneliti dan diperoleh persentase rata-rata hasil belajar siswa masih rendah. Hasil tes pra siklus menunjukkan bahwa jumlah siswa yang telah memperoleh nilai di atas atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70 adalah 4 orang atau 11,7%. Sedangkan siswa belum tuntas dan harus mendapatkan pembelajaran remidial sebanyak 30 siswa atau 88,3%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa belum mampu menguasai materi dan masih kebingungan. Data awal pra siklus memperlihatan bahwa siswa kelas XI IPA 4 secara klasikal belum mencapai batas tuntas belajar.
Berdasarkan hasil observasi dan tes kemampuan awal, dilakukan tindakan untuk membantu siswa dalam memahami materi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Langkah yang diambil adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Kooperatif Think Pair Share (TPS).
Siklus I
Setelah dilaksanakan Siklus I, diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 65,59 dengan ketuntasan belajar siswa 52,9%. Dengan 16 siswa masih dibawah KKM (70). Sedangkan hasil wawancara guru dan siswa pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa dengan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Refleksi dilakukan oleh penelitian dengan meminta pendapat dari kolaborator sebagai observer sehingga hasil yang diperoleh dianalisis bersama-sama guna menentukan langkah selanjutnya. Adapun hal-hal yang belum terlaksana dalam pembelajaran dan perlu dilakukan dalam pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) antara lain:
- Siswa belum begitu aktif
- Siswa masih malu-malu dalam mempresentasikan hasil pemikirannya.
Peningkatan hasil belajar matematika selama siklus I dengan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah 41,2% dari 11,7% pada pra siklus menjadi 52,9% pada siklus I.
Siklus II
Data yang diperoleh dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran guru pada siklus II mendapatkan persentase 96,9% dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share (TPS). Hal ini diperkuat dengan data yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II yang mendapat persentase sebesar 93,3% dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I ke siklus II sebesar 20% dari 73,3% meningkat menjadi 93,3%.
Sementara itu, data yang diperoleh dari siklus II menunjukkan nilai rata-rata kelas untuk tes hasil belajar siswa yang diperoleh sebesar 75,83 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 91,17% yaitu 31 siswa. Hanya 3 siswa yang masih belum tuntas memenuhi KKM. Akan tetapi, dengan standar KKM terpenuhi maka sudah tercapai hasil yang diharapkan.
Pembahasan
Berdasarakan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) siswa SMA Negeri 1 Nguter dengan tujuan untuk meningkatan hasil belajar siswa sudah benar-benar mengalami peningkatan. Dengan memperhatikan data yang diperoleh selama penelitian berlangsung dapat dikatakan bahwa pembelajaran telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan-tindakan yang menunjukkan hasil yang diharapkan perlu dijadikan acuan sebagai upaya meningkatakn kualitas pembelajaran dimasa mendatang.
Dengan langkah-langkah yang telah dijalankan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dimulai dengan memotivasi dengan tujuan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat dimengerti oleh siswa serta dapat dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan kemandirian. Sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) diperoleh data sebagai berikut:
Rata – rata nilai hasil belajar siswa
- Rata – rata nilai hasil belajar siswa pra siklus
Rerata hasil belajar matematika siswa pada tes pra siklus sebesar 50,69.
- Rata – rata nilai tes hasil belajar siklus I
Rata – rata nilai hasil belajar matematika siswa pada siklus I adalah 65,69. Rata – rata ini mengalami peningkatan sebesar 15 poin dengan nilai tes hasil pra siklus. Peningkatan hasil belajar ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model TPS menunjukkan hasil yang positif. Dengan hasil ini maka dilanjutkan pada Siklus II sehingga indiktor ketercapaian dapat terpenuhi.
- Rata – rata nilai hasil belajar siswa siklus II
Berdasarkan analisis tes hasil belajar siswa rata – rata nilai tes hasil belajar matematika siswa pada siklus II adalah 75,83. Rata – rata tersebut meningkat sebesar 10,14 poin dari rata – rata nilai tes hasil belajar siswa pada siklus I dan mengalami peningkatan sebesar 25,14 dari rata – rata nilai tes hasil belajar pada pra siklus.
Berdasarkan data hasil belajar siswa yang diperoleh, model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi lingkaran. Dengan menerapkan model kooperatif TPS siswa menjadi aktif dalam pembelajaran dan berpartisipasi dalam proses belajar. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Dengan pemahaman siswa yang baik pada materi, maka hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi meningkat dan baik.
- Persentase ketuntasan belajar klasikal pra siklus
Persentase ketuntasan belajar klasikal pra siklus adalah 11,7%. Hanya 4 siswa yang tuntas sedangkan 30 siswa lainnya belum tuntas.
- Persentase ketuntasan belajar klasikal siklus I
Persentase ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 52,9%. Persentase ini mengalami peningkatan sebesar 41,2% dari ketuntasan klasikal pra siklus. Pada siklus I ini sebanyak 18 siswa dapat tuntas sedangkan 15 siswa lainnya belum tuntas.
- Persentase ketuntasan belajar klasikal siklus II
Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus II ini adalah 91,17% dan mengalami peningkatan sebesar 38,28% dari persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I. Pada siklus II ini 31 siswa tuntas sedangkan 3 orang siswa masim belum tuntas.
Menurut Zainal Arifin (2013:240) prestasi dan hasil belajar siswa ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah pembelajaran serta kriteria penguasaan kompetensi yang telah ditentukan. Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung. Berdasarkan pendapat diatas maka pembelajaran matematika di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) diperoleh nilai rata – rata yaitu 75,83 memenuhi kriteria dengan kategori baik dan ketuntasan belajar kelas adalah 91,17% telah mengalami peningkatan.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara observer dengan siswa. Siswa mengungkap bahwa pembelajaran dengan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) membuat siswa lebih aktif dengan kata lain pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi menjadi lebih baik. Hal tersebut membantu siswa dalam mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada materi lingkaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter. Hal ini terlihat dari hasil penelitian diperoleh data bahwa nilai rata – rata pada pra siklus adalah 50,69 dengan ketuntasan belajar 11,11%. Setelah dilaksanakan siklus pertama, hasil belajar siswa mengalami peningkatan nilai rata – rata menjadi 65,69 dengan ketuntasan belajar sebanyak 52,78% dan dilajutkan dengan siklus kedua dimana nilai rata – rata hasil belajar meningkat menjadi 75,83 dengan ketuntasan belajar 91,17%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di. Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rinieka Cipta.
Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Huda. Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- Thobroni & Mustofa A. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurhayati, N. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. JURNAL MATHEMATIC PAEDAGOGIC, 2(1), 61–68.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suherman. Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rinieka Cipta.