PENINGKATKAN HASIL BELAJAR POLIMER MELALUI MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS X

TATA BUSANA B PADA SEMESTER 2 SMK NEGERI 4 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Herry Eko Sulistyowati

SMK Negeri 4 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar IPA Terapan materi polimer menggunakan model pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas X Tata Busana B semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Tata Busana B Semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 34 siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan analisis data. Validitas data menggunakan metode triangulasi. Analisis data menggunakan teknik deskripsi komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa yang berakibat pada meningkatnya hasil belajar IPA Terapan pada materi polimer dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 65 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 81 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 68% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 86% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Penelitian ini disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA Terapan materi polimer pada siswa kelas X Tata Busana B SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci: Group Investigation; Hasil belajar; Polimer

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran yang bermakna akan memberikan pengalaman yang mengesankan. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah dengan melibatkan siswa merumuskan sendiri suatu konsep dan guru hanya sebagai fasilisator serta moderator. Pelaksanaan pembelajaran IPA Terapan di SMK Negeri 4 Sukoharjo, khususnya di Kelas X Tata Busana B selama ini banyak dilaksanakan dengan cara-cara yang memudahkan guru untuk mengajar, yaitu dengan memberikan ceramah, contoh beberapa soal, dan siswa ditugaskan untuk berlatih mengerjakan soal. Oleh karenanya, proses pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar siswa dapat berkembang semaksimal mungkin. Dalam penelitian ini, penulis mengangkat masalah proses pembelajaran. Penekanan proses ini tidak hanya pada upaya menjejali siswa dengan berbagai pengetahuan saja, melainkan upaya menjadikan siswa paham dan mengerti pengetahuan tersebut dan aplikasinya dalam dunia nyata serta berbagai bekal untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Agus Suprijono (2009) bahwa dalam pembelajaran kooperatif Group Investigation guru memilih topik pembelajaran dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik itu beserta siswa. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Melalui pemilihan metode pembelajaran kooperatif diharapkan siswa aktif dan antusias sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terlihat dari meningkatnya nilai IPA Terapan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: Peningkatan Hasil Belajar Polimer melalui Model Kooperatif Group Investigation bagi Siswa Kelas X Tata Busana B SMK Negeri 4 Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.

Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan: Bagaimanakah proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar materi Polimer melalui model Group Investigation bagi siswa kelas X Tata Busana B SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019?

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Pembelajaran Sains di SMK

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Model Group Investigation

Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.

Killen (Aunurrahman, 2010: 152) memaparkan ciri esensial investigasi kelompok adalah sebagai berikut: 1) Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru, 2) Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan, 3) Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan dan 4) Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar. Dalam model cooperative learning tipe group investigation memiliki ciri-ciri yang membedakan dari pembelajaran kooperatif yang lain seperti yang telah diungkapkan di atas.

Hasil Belajar

Hasil belajar, menurut Dimyati dan Mudjiono (2011: 251) merupakan “tingkat perkembangan mental” yang lebih baik bila dibanding pada saat pra-belajar. Berdasarkan pengertian ini, hasil belajar adalah suatu perolehan dari suatu proses dengan ditandai dengan perubahan. Menurut Sudjana (2009: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilikipeserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar biasanya mengikuti pelajaran tertentu yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika merupakan hasil kegiatan dari hasil belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan peserta didik.

Kerangka Berpikir

Selama ini pembelajaran polimer hanya menggunakan bantuan gambar-gambar dan referensi dari buku paket. Siswa mengaku kesulitan untuk mempelajarinya karena kemampuan siswa dalam berpikir abstrak bervariasi dan cenderung rendah. Akibatnya, nilai materi polimer siswa kelas X Tata Busana B semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 belum memuaskan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi keterampilan proses sains, dan mendorong konstruktivisme pada siswa adalah model pembelajaran Group Investigation. Hal ini dapat mendorong siswa untuk lebih terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang bermuara pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, penerapan model Group Investigation diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran materi polimer pada siswa kelas X Tata Busana B Semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 4 Sukoharjo beralamat di Jalan Raya Baki No.5, Desa Jetis, Kelurahan Jetis, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas. Di sekolah ini penelitian dilakukan pada Kelas X Tata Busana B. Penelitian dilaksanakan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. Tahap persiapan sampai dengan pelaporan hasil penelitian dilakukan selama enam bulan, yakni bulan Januari sampai dengan Juni 2019.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA Tata Busana B semester II SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 34 orang siswa. Pemilihan subjek dilandasi adanya alasan bahwa siswa kelas X Tata Busana B memiliki nilai hasil belajar paling rendah dibandingkan kelas X Tata Busana yang lain.

Prosedur Penelitian

Prosedur PTK ini mengikuti prinsip-prinsip PTK, yaitu terdiri dari beberapa tahap diantaranya; tahap planning (rencana tindakan), implementing (tindakan), observing (observasi), dan reflecting (refleksi) yang kemudian diikuti dengan perencanaan ulang pada siklus kedua, dan seterusnya. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan dan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Siklus pertama dan siklus kedua masing-masing dilaksanakan selama dua minggu.

Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain: 1) Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yaitu kegiatan pembelajaran biologi materi virus yang berlangsung di dalam kelas dengan penerapan Model Group Investigation. Kolabolator dalam penelitian ini adalah guru Fisika dan siswa Kelas X Tata Busana SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019, 2) Dokumen yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil belajar siswa berupa tes tertulis, catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung setiap siklus.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, tes, dan analisis data.

Teknik Analisis data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan teknik analisis deskriptif komparatif. Analisis kritis berkaitan dengan data yang bersifat kualitatif. Data dalam analisis kritis berupa hasil observasi dan wawancara. Teknik ini mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Untuk analisis data kuantitatif digunakan 2 teknik analisis, yaitu teknik deskriptif statistik, dengan menghitung nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata, serta teknik analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai tes kondisi awal (sebelum penerapan Group Investigation, nilai tes setelah pelaksanaan siklus I, dan nilai tes setelah pelaksanaan siklus II.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan data hasil tes ulangan harian yang dijadikan sebagai identifikasi kondisi awal pembelajaran IPA Terapan materi polimer, menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 75 dan nilai terendah adalah 59. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 68. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 59 < KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70. Jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 adalah 10 orang siswa atau 29,41% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 24 orang siswa atau 70,59%. Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas X Tata Busana B semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA Terapan materi polimer.

Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 10 29,41
2. Belum Tuntas 24 70,59
Jumlah 34 100
Nilai Rata-rata 68
Nilai Terendah 59
Nilai Tertinggi 75

 

Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80 dan nilai terendah adalah 65. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 72,5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 65< KKM yang ditetapkan dengan KKM >70. Jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM >70 adalah 23 orang siswa atau 68% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 11 orang siswa atau 32 %. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator penguasaan secara klasikal, berupa tercapainya >75 % jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM >70 belum tercapai.

Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus I

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 23 68
2. Belum Tuntas 11 32
Jumlah 34 100
Nilai Rata-rata 72,5
Nilai Terendah 65
Nilai Tertinggi 80

 

Berangkat dari kondisi tersebut maka diperlukan perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya, melalui penerapan pembelajaran menggunakan model Group Investigation.

Hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 88 dan nilai terendah adalah 68. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 76. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 76> KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70. Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 adalah 27 orang siswa atau 81 % dari jumlah siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator penguasaan penuh secara klasikal, berupa tercapainya > 75 % jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 sudah terlampaui.

 

 

Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus II

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 27 81
2. Belum Tuntas 7 19
Jumlah 34 100
Nilai Rata-rata 76
Nilai Terendah 68
Nilai Tertinggi 88

 

Berangkat dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembahasan

Penggunaan model Kooperatif Group Investigation pada siswa Kelas X Tata Busana B berjalan efektif karena dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) yang semula sebesar 68% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 86% pada siklus II. Siswa kelas X tata Busana B mengalami peningkatan perilaku dalam mengikuti proses pembelajaran materi polimer di setiap siklusnya, yaitu pada siklus I adalah 75%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 90%.

Peningkatan aktivitas KPS dan Perubahan perilaku siswa kelas X Tata Busana B

Peningkatan aktivitas Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa dan meningkatnya motivasi dan kerjasama antar siswa akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa pada akhir tindakan Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal, yaitu meningkat dari 68 menjadi 72,5 pada siklus I, dan 76 pada siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 29,41% pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 68% pada akhir tindakan Siklus I, dan 81% pada akhit tindakan siklus II. Data peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut:

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Data peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terapan materi “Polimer” dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut:

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa model Kooperatif Group Investigation yang dilakukan oleh guru meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan model Kooperatif Group Investigation mendorong dilakukannya pembelajaran kolaboratif, yaitu siswa secara kelompok mempelajari polimer. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru memungkinkan siswa dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Siswa didorong agar aktif dalam berinteraksi dengan teman, dan guru, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) yang semula sebesar 68% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 86% pada siklus II.

Simpulan

Berdasarkan hasil temuan yang telah dideskripsikan dan dibahas sebagai hasil analisis data, selanjutnya simpulan hasil penelitian menyatakan bahwa proses pembelajaran materi polimer melalui model Group Investigation pada siswa Kelas X Tata Busana B semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 berjalan efektif karena dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) yang semula sebesar 68% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 81% pada siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 65 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 76 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar (≥70) siswa mengalami peningkatan dari 68% pada akhir tindakan Siklus I, menjadi 86% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajara. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2013. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Belajar.. Bandung: Rosda karya

Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Rustaman Nuryani. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pendidikan FMIPA UPI

Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta