Peningkatkan Hasil Belajar Menulis Cerpen Dengan Teknik Koreksi Teman Sebaya
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS CERPEN
DENGAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA
PADA SISWA KELAS XI BB SMAN 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sri Soewarsih
SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jawa Tengah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan, antara lain: (1) mendeskripsikan pembelajaran menulis cerpen melalui metode Koreksi Teman pada siswa kelas XI program Bahasa dan Budaya SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018; (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menulis cerpen melalui metode Koreksi Teman Sebaya pada siswa kelas XI program Bahasa dan Budaya SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018; dan (3) mendeskripsikan perubahan perilaku pembelajaran menulis cerpen melalui metode Koreksi Teman Sebaya pada siswa kelas XI program Bahasa dan Budaya SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Adapun pelaksanaannya dimulai dari survei awal, siklus I, sampai dengan siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui metode Koreksi Teman Sebaya pada siswa kelas XI BB SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah, antara lain: (1) apersepsi; (2) siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi; (3) siswa membaca teks cerpen dan mendiskusikannya bersama anggota kelompok yang lain; (4) berdasarkan temuan-temuan dalam diskusi kelompok, siswa menjadikannya sebagai bahan dan referensi dalam menulis cerpen; (5) siswa menukarkan hasil pekerjaan mereka dengan temannya untuk dikoreksi; (6) siswa mengoreksi baik isi maupun teknik penulisan cerpen temannya; dan (7) berdasarkan hasil koreksian temannya, siswa memperbaiki cerpen mereka. Penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam penelitian ini dapat meningkatkan capaian nilai kemampuan menulis cerpen masing-masing siswa kelas XI BB dari prasiklus ke siklus I dan siklus II. Presentase jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM kemampuan menulis cerpen, yakni pada prasiklus sebesar 70.83% meningkat menjadi 83.33% pada siklus I, dan meningkat pada siklus II menjadi 100%; (3) peningkatan rata-rata nilai kemampuan menulis cerpen siswa, yakni pada prasiklus nilai rata-ratanya 74.63, meningkat pada siklus I menjadi 79.46, dan menjadi 83.97 pada siklus II. Penerapan teknik koreksi teman sebaya pun dapat meningkatkan perubahan perilaku pembelajaran menulis cerpen siswa kelas XI BB menjadi: (1) lebih aktif; (2) lebih memerhatikan dan konsentrasi; dan (3) lebih berminat dan memiliki motivasi selama proses pembelajaran.
Kata kunci: pembelajaran menulis cerpen, teknik koreksi teman sebaya, dan peningkatan kualitas
PENDAHULUAN
Pembelajaran sastra tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam bidang akademik, tetapi juga dapat mengembangkan emosi, kepribadian, kreativitas siswa, serta merangsang seseorang untuk lebih menghayati dan memahami kehidupan. Hal ini seperti pendapat Syafei’i (1993: 68) yang mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran di sekolah adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi sastra. Ini berarti bahwa setelah selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar sastra diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengapresiasi sastra, yaitu mampu mengenal, memahami, menghayati, dan menghargai karya sastra Indonesia secara kreatif. Kemudian siswa diharapkan pula mampu mengkomunikasikan hasil kegiatan mengapresiasi sastra itu kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulis.
Dalam pembelajaran menulis cerpen, siswa dituntut untuk mengerahkan kemampuan dan mengembangkan kreativitasnya. Sehingga, siswa dapat menciptakan sebuah karangan yang runtut dan padu. Berpedoman pada kurikulum pembelajaran (kurikulum 2013), pembelajaran menulis cerpen merupakan aktualisasi dari kompetensi dasar mengonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Namun, dalam praktiknya pada kelas XI program Bahasa dan Budaya SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018, ditemukan anggapan bahwa karya sastra adalah bahan‑bahan yang sulit untuk dimengerti. Adapun sebagian besar siswa mengeluh kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan ide mereka. Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain: (1) kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran; (2) pembelajaran menulis cerpen didominasi dengan kegiatan pemahaman teori tentang cerpen dan unsur‑unsur intrinsik yang terkandung di dalamnya; dan (3) kurangnya praktik menulis mengakibatkan siswa kurang mampu menuangkan idenya menjadi sebuah cerpen.
Berdasarkan hasil pantauan awal dengan lembar observasi terhadap pembelajaran menulis cerpen tersebut, diperoleh data bahwa: (1) jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya 13 siswa atau 54.17% dari jumlah siswa; (2) siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 11 orang atau 45.83% dari jumlah siswa; dan (3) siswa yang terlihat memiliki minat dan motivasi terhadap pembelajaran sebanyak 14 orang atau 58.33% dari jumlah siswa. Selain pada capaian nilai, ketidakefektifan pembelajaran menulis cerpen juga memiliki dampak terhadap pencapaian nilai pada pembelajaran tersebut.data pencapaian nilai menulis cerpen siswa kelas XI BB diketahui sebagai berikut: (1) terdapat 17 siswa atau hanya sebesar 70.83% dari 24 siswa telah mencapai batas ketuntasan belajar (75) dan (2) sebanyak 8 siswa atau 29.17% siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan pada data tersebut, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah pembelajaran menulis cerpen melalui metode Koreksi Teman pada siswa kelas XI program Bahasa dan Budaya SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018?; (2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar menulis cerpen melalui metode Koreksi Teman Sebaya pada siswa kelas XI program Bahasa dan Budaya SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018?; dan (3) Bagaimanakah perubahan perilaku pembelajaran menulis cerpen melalui metode Koreksi Teman Sebaya pada siswa kelas XI program Bahasa dan Budaya SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018?
Pemilihan teknik koreksi teman sebaya diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran menulis cerpen. Teknik ini merujuk pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam membaca tulisan temannya kemudian membuat respon berupa koreksi dalam posisinya sebagai pembaca. Dengan menggunakan teknik ini, dimungkinkan terwujudnya peningkatan kemampuan menulis para siswa dan juga berkembangnya kepekaan siswa untuk menjadi pembaca kritis sehingga mampu mendorong siswa untuk mampu berkomunikasi lewat media tulis dengan baik dan benar.
KAJIAN TEORI
Stevick (dalam Walz, 1982: 17) yang mengungkapkan bahwa pemberian koreksi atau umpan balik yang dilakukan oleh teman sebaya siswa merupakan cara koreksi kesalahan yang lebih informatif karena diberikan oleh orang yang memiliki kemampuan yang sebanding. Senada dengan pendapat tersebut, Barnas (2007) mengungkapkan kelebihan pelaksanaan teknik koreksi teman sebaya, yaitu bahwa: (1) teknik ini berpusat pada kegiatan siswa sebagai peserta didik; (2) dapat memotivasi siswa untuk aktif berpikir; (3) siswa terlibat langsung delam menilai hasil karangan; (4) dapat menghilangkan rasa kaku selama proses pembelajaran karena siswa bertukar pikiran dengan temannya sendiri; (5) memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam memperbaiki karangan; (6) menghilangkan kejemuan saat proses pembelajaran di dalam kelas; (7) guru lebih mudah memantau perkembangan kemampuan menulis karangan siswa, karena setiap tahapan kegiatan menulis akan tampak terlihat.
Berkaitan dengan proses pembelajaran menulis yang menggunakan teknik koreksi teman sebaya, Walz (1982: 11) menjelaskan bahwa teknik koreksi teman sebaya dapat dilakukan dalam bentuk kelompok, baik dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua orang, maupun dalam kelompok besar yang terdiri lebih dari lima orang. Adapun wujud pelaksanaannya dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut: (1) Menggunakan media proyeksi; (2) Membahas secara berkelompok; (3) Tukar-menukar tulisan teman sebaya; dan (4) Menulis secara berkelompok.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Tiga sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini, antara lain: (1) tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yakni, berbagai kegiatan pembelajaran menulis cerpen yang berlangsung di dalam kelas XI BB SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018; (2) informan, dalam penelitian ini menggunakan informan siswa kelas XI BB SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018; dan (3) dokumen berupa hasil pekerjaan siswa, foto-foto peristiwa yang berupa foto kegiatan pembelajaran menulis cerpen, rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti, silabus yang ditentukan oleh pihak sekolah, serta hasil angket yang terisi oleh siswa. Adapun teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan pengamatan (observasi), tes, dan analisis dokumen.
Untuk mendapatkan data yang valid, penelitian ini menggunakan beberapa teknik triangulasi. Pertama, triangulasi metode dengan membandingkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari data wawancara dan angket siswa. Kedua, triangulasi sumber data dengan menguji satu data yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Misalnya, untuk menentukan keabsahan antusias siswa selama mengikuti pembelajaran, peneliti melakukan triangulasi sumber data dari siswa selaku informan dengan suber data dokumen yang berupa foto pembelajaran dan catatan lapangan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam jenis penelitian tindakan sama halnya dengan teknik analisis data pada penelitian kualitatif. Salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992). Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain: reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan (Madya, 2006:75-76).
Suwandi (2005: 119) mengungkapkan bahwa PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari survei awal, siklus I, sampai siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi.
Setiap siklus dalam penelitian ini dimulai dengan perencanaan tindakan, yakni mencermati kelemahan-kelemahan pada pembelajaran sebelumnya dan menentukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta skenario pembelajarannya. Berikutnya, penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun. Selama proses tindakan dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya, guru dan observer mengamati dan mencatat kelemahan-kelemaahan yang ditemukan selama proses pembelajaran. Berdasarkan temuan pada tahap observasi tindakan, guru dan observer menentukan langkah-langkah tindakan berikutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siswa kelas XI BB SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 berjumlah 24 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak empat orang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan sisanya, 20 orang berjenis kelamin perempuan. Kondisi awal pembelajaran menulis cerpen pada kelas tersebut menunjukkan bahwa: (1) siswa belum mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan melalui cerpen; (2) Variasi kosa kata yang dimiliki siswa terbatas, sehingga masih sering mengulang kata yang sama dalam satu paragraf; (3) kemampuan siswa mengembangkan sebuah gagasan menjadi paragraf yang runtut masih kurang; dan (4) siswa belum mampu menulis dengan memperhatikan pengunaan EYD, diksi dan bahasa secara tepat.
Berdasarkan kegiatan observasi, temuan kondisi awal seperti yang diuraikan di atas disebabkan oleh: (1) siswa terlihat tidak tertarik pada pembelajaran menulis cerpen; (2) usaha guru belum optimal dalam membangkitkan minat siswa; (3) siswa kesulitan dalam menentukan topik/tema, menggali ide, dan mengembangkan gagasan untuk dikembangkan dalam cerpen; (4) siswa belum mampu menggunakan ejaan serta tanda baca yang tepat; dan (5) guru (peneliti) belum variatif dalam mengajarkan materi menulis cerpen.
Kondisi perilaku siswa kelas XI BB pada tahap prasiklus dapat diuraikan bahwa siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 13 siswa atau 54.17% dari jumlah siswa. Sementara itu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 11 orang atau 45.83% dari jumlah siswa. Sedangkan, siswa yang terlihat memiliki minat dan motivasi terhadap pembelajaran sebanyak 14 orang atau 58.33% dari jumlah siswa.
Sedangkan, pada penilaian akhir pembelajaran pada tahap prasiklus diperoleh data sebanyak 17 siswa atau hanya sebesar 70.83% dari jumlah siswa yang sudah dapat mencapai batas ketuntasan belajar (75). Sedangkan sebanyak 8 siswa atau 29.17% siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal.
Bertolak dari kondisi pada tahap prasiklus seperti uraian di atas, maka teknik koreksi teman sebaya diterapkan untuk mengatasi permasalahan pada tahap tersebut. Penerapan teknik koreksi teman sebaya dilakukan dalam dua siklus. Baik pada siklus I, maupun siklus II pembelajaran menulis cerpen melalui metode Koreksi Teman Sebaya pada siswa kelas XI BB SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 menggunakan langkah-langkah, antara lain: (1) siswa menyimak dan memerhatikan apersepsi yang diberikan guru untuk mengarahkan siswa pada materi yang akan dipelajari; (2) siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi; (3) siswa membaca teks cerpen dan mendiskusikannya bersama anggota kelompok yang lain; (4) berdasarkan temuan-temuan dalam diskusi kelompok, siswa menjadikannya sebagai bahan dan referensi dalam menulis cerpen; (5) siswa menukarkan hasil pekerjaan mereka dengan temannya untuk dikoreksi; (6) siswa mengoreksi baik isi maupun teknik penulisan cerpen temannya; dan (7) berdasarkan hasil koreksian temannya, siswa memperbaiki cerpen mereka.
Selama siklus I, diperoleh data tentang perubahan perilaku siswa, yakni jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 18 orang atau 75% dari jumlah siswa. Sementara itu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 16 orang atau 66.67% dari jumlah siswa. Sedangkan, siswa yang terlihat memiliki minat dan motivasi terhadap pembelajaran sebanyak 14 orang atau 83.33% dari jumlah siswa. Sedangkan, penilaian akhir pada pembelajaran dalam siklus ini menunjukkan bahwa dari 24 siswa, hanya 20 siswa atau sebesar 83.33% dari jumlah siswa yang sudah dapat mencapai batas ketuntasan belajar (75). Sedangkan sebanyak 4 siswa atau 16.67% siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal.
Pelaksanaan siklus I dalam penelitian ini berjalan dengan baik. Meskipun demikian, ditemukan beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam siklus ini, seperti: (1) penggunaan media yang terbatas dan (2) kuarangnya reward guru terhadap siswa yang aktif dalam pembelajaran. Kelemahan-kelemahan ini diperbaiki pada siklus II dengan penerapan media alternatif dalam pembelajaran menulis cerpen, berupa berita dari media massa elektronik (internet) dan guru mengoptimalkan pemberian reward kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru maupun teguran yang mendidik kepada siswa yang kurang disiplin dalam pembelajaran.
Berdasarkan pembelajaran pada siklus II diketahui bahwa siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 22 siswa atau 91.67% dari jumlah siswa. Sementara itu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 23 orang atau 95.83% dari jumlah siswa. Sedangkan, siswa yang terlihat memiliki minat dan motivasi terhadap pembelajaran sebanyak 23 orang atau 95.83% dari jumlah siswa. Sedangkan, pada penilaian akhir pembelajaran diperoleh data bahwa sebanyak 24 siswa kelas XI BB sudah dapat mencapai batas ketuntasan belajar (75). Dapat dikatakan bahwa 100% siswa kelas tersebut berhasil mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa penerapan teknik koreksi teman sebaya mampu meningkatkan kualitas baik proses maupun hasil pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas XI BB SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dicermati melalui perbandingan perubahan perilaku siswa selama pembelajaran dan nilai akhir siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Berikut ini gambar yang menunjukkan perbandingan tersebut.
Berdasarkan grafik di atas, diketahui terjadi peningkatan presentase dari jumlah siswa setiap indikator-indikator perilaku siswa selama pembelajaran menulis cerpen baik pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada prasiklus diketahui bahwa siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya 13 siswa atau 54.17% dari jumlah siswa. Sementara itu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 11 orang atau 45.83% dari jumlah siswa. Sedangkan, siswa yang terlihat memiliki minat dan motivasi terhadap pembelajaran sebanyak 14 orang atau 58.33% dari jumlah siswa.
Kondisi perilaku siswa pada tahap prasiklus tersebut mengalami peningkatan pada siklus I, yakni siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya 18 siswa atau 75% dari jumlah siswa. Sementara itu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 16 orang atau 66.67% dari jumlah siswa. Sedangkan, siswa yang terlihat memiliki minat dan motivasi terhadap pembelajaran sebanyak 14 orang atau 83.33% dari jumlah siswa.
Pada siklus II, kondisi perubahan perilaku siswa selama siklus I mengalami peningkatan kembali, yakni perilaku siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya 22 siswa atau 91.67% dari jumlah siswa. Sementara itu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 23 orang atau 95.83% dari jumlah siswa. Sedangkan, siswa yang terlihat memiliki minat dan motivasi terhadap pembelajaran sebanyak 23 orang atau 95.83% dari jumlah siswa.
Sejalan dengan peningkatan perubahan perilaku siswa tersebut, nilai akhir pembelajaran siswa dalam menulis cerpen juga mengalami peningkatan yang signifikan dari tahap prasiklus ke siklus I dan ke siklus II.
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa mulai dari prasiklus ke siklus I, hingga ke siklus II terjadi peningkatan nilai kemampuan menulis cerpen masing-masing siswa kelas XI BB. Peningkatan nilai tersebut berdampak pula pada peningkatan rata-rata nilai kemampuan menulis cerpen pada tiap-tiap siklus.
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen siswa kelas XI BB baik dari prasiklus ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II. Pada prasiklus menunjukkan rata-rata nilai kemampuan menulis cerpen siswa adalah 74,63. Nilai ini meningkat pada siklus I menjadi 79,46. Pada siklus II nilai rata-rata tersebut meningkat menjadi 83,97.
Berdasarkan nilai kemampuan menulis cerpen mulai dari prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan persentase jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM. Pada prasiklus, sebesar 70.83% dari jumlah siswa telah mencapai batas ketuntasan belajar (75). Hasil siklus I menunjukkan bahwa 83.33% dari jumlah siswa telah mencapai batas ketuntasan belajar (75). Sedangkan, siklus II menunjukkan bahwa nilai kemampuan menulis cerpen 24 siswa kelas XI BB sudah dapat mencapai batas ketuntasan belajar (75). Pada siklus ini dapat dikatakan bahwa 100% siswa kelas tersebut berhasil mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal.
SIMPULAN
Penerapan teknik koreksi teman sebaya mampu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas XI BB SMAN 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Langkah-langkah pembelajaran dengan teknik ini, antara lain: (a) Siswa menyimak dan memerhatikan apersepsi yang diberikan guru untuk mengarahkan siswa pada materi yang akan dipelajari; (b) Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi; (c) Siswa membaca teks cerpen dan mendiskusikannya bersama anggota kelompok yang lain; (d) Berdasarkan temuan-temuan dalam diskusi kelompok, siswa menjadikannya sebagai bahan dan referensi dalam menulis cerpen; (e) Siswa menukarkan hasil pekerjaan mereka dengan temannya untuk dikoreksi; (f) Siswa mengoreksi baik isi maupun teknik penulisan cerpen temannya; dan (g) Berdasarkan hasil koreksian temannya, siswa memperbaiki cerpen mereka.
Penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan capaian nilai kemampuan menulis cerpen, masing-masing siswa kelas XI BB dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan nilai yang signifikan. Selain itu, presentase jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM kemampuan menulis cerpen pada kelas tersebut juga meningkat, yakni pada prasiklus, sebesar 70.83% meningkat menjadi 83.33% pada siklus I, dan meningkat pada siklus II menjadi 100%. Peningkatan-peningkatan tersebut juga berdampak pada rata-rata nilai kemampuan menulis cerpen siswa kelas XI BB, yakni pada prasiklus nilai rata-ratanya 74.63, meningkat pada siklus I menjadi 79.46, dan menjadi 83.97 pada siklus II. Penerapan teknik koreksi teman sebaya juga dapat meningkatkan perubahan perilaku siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, lebih memerhatikan dan konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, serta lebih berminat dan memiliki motivasi selama proses pembelajaran.
REFERENSI
Barnas. 2007. “Meningkatkan Karangan Eksposisi dengan Teknik Koreksi Teman Sebayaâ€. http://barnas.wordpress.com. Diakses tanggal 20 Juli 2017.
Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.
Milles, matthew B. dan Hubermen, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif (Edisi Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press.
Sumarwati. 2005. Optimalisasi Penerapan Teknik Self-Correction dalam Pembelajaran Menulis di SMU untuk Meningkatkan Kemampuan Mengoreksi Kesalahan Bahasa. Proposal Penelitian (tidak dipublikasikan).
Syafi’ie, Imam.1993. Terampil berbahasa Indonesia 1 Petunjuk Guru Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Walz, Joel C. 1982. Correction Techniques for the Foreighn Language Classroom, Language in Education: Theory and Practice Series No. 5. Washington D.C. Center for Applied Linguistick.