PENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

DALAM PENGEMBANGAN ASSESMEN KELAS

MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN MENERAPKAN BRAINSTORMING BAGI GURU SD NEGERI 02 KUTO

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sunardi

SD Negeri 02 Kuto

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Pengembangan Assesmen Kelas Melalui Supervisi Akademik Dengan Menerapkan Brainstorming Bagi Guru SD Negeri 02 Kuto Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019”. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yaitu penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah , dengan penekanan pada peningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Pengembangan Assesmen Kelas. Dari peningkatan skor kinerja guru dalam mengembangan assesmen kelas setiap siklus dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan kepala sekolah dan reaksi serta hasil kinerja guru. Supervisi Akademik dengan penerapan brainstorming terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja guru dalam pengembangan assesmen kelas hal ini ditunjukan dengan hasil penilaian pada kondisi awal dari 7 orang guru mendapat kreteria baik 2 orang atau setara 29%, siklus I menjadi 5 orang mendapat kreteria baik atau setara dengan 71%, sedangkan pada siklus II 6 orang guru mendapat kreteria baik atau setara 86%. Dari kondisi awal sampai siklus II ada peningkatan kreteria guru dalam pengembangan assesmen kelas sebanyak 4 orang guru yang mendapatkan kreteria baik atau sebesar 33%. Selain peneningkatan kreteria pengembangan assesmen kelas yang disusun oleh guru juga mengalami peningkatan pada kreteria keaktifan guru dalam pengembangan assesmen kelas pada siklus I 43%, sedangkan pada siklus II menjadi 86%. Hasil penelitian tindakan sekolah dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik dengan penerapan brainstorming dapat meningkatkan kinerja guru dalam pengembangan assesmen kelas di SD Negeri 02 Kuto Kecamatan Kerjo.

Kata Kunci: Supervisi Akademik, Brainstorming, Assesmen Kelas

 

PENDAHULUAN

Pengertian mendidik bukanlah sekadar memberikan nasihat, petunjuk, dorongan, motivasi,atau menjelaskan sesuatu dengan ceramah, melarang dan menganjurkan, serta menilai hasil belajar anak, maka mendidik adalah membuat kesepakatan dan menciptakan situasi yang kondusif agar anak-anak mau dan dapat belajar atas dorongan diri-sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal. Pembimbingan diadakan bila perlu saja.Berarti memendidik memusatkan diri pada upaya pengembangan afeksi anak-anak, sesudah itu barulah menginjak pengembangan kognisi dan ketrampilan (Made Pidarta. 2007. 308)

Maka sudah barang tentu mendidik perlu seseorang yang profesional. Dalam UU No 14 tahun 2005, Pasal 1 (ayat 4), menjelaskan bahwa profesinal adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Sedangkan pendapat lain tentang profesi Volmer dan Mills (1969), Diana W Kommers (dalam Yamin 2007), dalam (Sofyan Anif. 2011. 2) menerangkan bahwa profesi dimaknai sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan training, dan bertujuan untuk menciptakan ketrampilan atau pekerjaan yang bernilai tinggi sehingga mendapatkan gaji atau upah (payment) yang besar. Pengertian tentang profesi di atas mengandung makna bahwa profesi adalah seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan intelektual. Dengan kata lain, bahwa profesi adalah pekerjaan yang dilakukan berdasarkan keahlian.

Untuk menjadikan agen, sekaligus pengendali mutu pendidikan, guru di sekolah memiliki peran ganda, yaitu disamping guru seorang manager yang akan mengelola proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai evaluasi, guru juga sekaligus sebagai pelaksana aktivitas pembelajaran bersama-sama siswa danpengontrolan atas kecakapan dan prestasi siswa-siswanya. Disitulah mengapa guru dituntut memiliki 4 kompetensi dalam menjalankan tugas keprofesionalannya sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 10 ayat 1 dan 2 UUGD; (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi professional.

Kompetensi pedagogik dapat dijabarkan sebagai berikut; (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum atau silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaat teknologi pembelajaran, (7) evaluasi hasil belajar, dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Setelah melihat dan memperhatikan para guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari, sebagai pendidik dan pengajar seperti yang dibebankan pada kegiatan belajar mengajar (KBM) guru di SD Negeri 02 Kuto mengalami kesulitan dalam menyusun assesmen untuk melakukan evaluasi yang dapat menilai sikap para siswanya. Setelah diadakan tes awal dengan menggunakan APKG 1 tentang penyusunan assesmen. Dari hasil penilaian awal diperoleh nilai ketuntasan debesar 29% sehingga jauh dari harapan. Padahal pengembangan assesmen termasuk dalam tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa, juga termasuk pada kompetesi pedagogik yang dipersyaratkan sebagai bagian dari professional guru.

Kondisi di atas yang menarik perhatian saya untuk membantu para guru yang menjadi tanggung jawab saya selaku kepala sekolah, untuk meningkatkan kompetensi pedagogik para guru SD Negeri 02 Kuto UPT PUD NFI dan SD Kecamatan Kerjo, Disdikbud Kabupaten Karanganyar.

Upaya seperti dimaksud diatas direncanakan akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sampai guru SD N 02 Kuto mencapai kondisi minimal seperti yang diharapkan. Pada tahap awal guru hanya menggunakan penilai kognitif saja tanpa mengembangkan assesmen yang menilai tingkah laku dan produk kerja siswa.Ternyata guru belum sepenuhnya dapat menyusun alat evaluasi yang memadai. Maka penliti akan memberikan assesmen sebagai teknik meningkatkan kompetensi pedagogik guru, penerapannya akan diteliti dengan pola penelitian tindakan sekolah. Melalui assesmen yang akan diterapkan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri 2 pertemuan, akan dapat ditingkatkan kompetensi pedagogik guru SD Negeri 02 Kuto.

Berdasarkan latar belakang diatas bahwa kompetensi pedagogik guru SD Negeri 02 Kuto rendah dapat ditelusur dari aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi. Pada kasus kurang maksimalnya kompetensi pedagogik para guru SD Negeri 02 Kuto dapat dilacak melalui aspek-aspek. Melalui aspek ini dapat kita identifikasikan masalah, antara lain (a) Apa saja fasilitas yang dibutuhkan?; (b) Apa fasilitas dimaksud tersedia?; (c) Minat Guru. Melalui aspek ini dapat kita identifikasikan masalah, antara lain: (a) Bagaimana pengalaman guru dalam mengembangkan assesmen sebelumya?;(b) Seberapa tinggi kompetensi pedagogik sebelumnya?.

Identifikasi yang lebih cermat akan mengungkap beberapa masalah lagi yang dapat mempengaruhi kompetensi pedagogik guru SD Negeri 02 Kuto yang telah dilakukan guru dalam menyusun alat evaluasi hasil belajar untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mereka.

Penelitian tindakan sekolah dilakukan untuk mencari jalan untuk memecahkan masalah yang sangat spesifik yang muncul dalam mempersiapkan KBM yang merupakan tugas pokok guru.Oleh sebab itu, penelitian tindakan sekolah ini tidak mungkin membahas semua permasalahan yang telah diidentifikasi.Dengan keterbatasan yang ada penelitian ini difokuskan pada pengembangan assesmenkelas saja. Sementara itu, assesmen kelas mencakup, assesmen untuk menilai tingkah laku siswa maupun sikap. Tetapi tidak seluruhnya pada penelitian ini.

Berdasarkan dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah bahwa kompetensi pedagogik guru SD Negeri 02 Kuto rendah yang selanjutnya akan ditetapkan sebagai Variabel Y, sehingga untuk untuk meningkatkan keprofesionalan guru khususnya kompetensi pedagogik, maka guru harus melakukan upaya pemecahan masalah. Upaya yang diajukan pada penelitian ini adalah Pengembagan Assesmen Kelas , yang selanjutnya ditetapkan sebagai Variabel X. berdasarkan urian diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pengembangan assesmen kelas dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru melalui supervisi Akademik dengan menerapkan Brainstorming bagi guru SD Negeri 02 Kuto semester 1 tahun pelajaran 2018/2019”

Permasalahan yang ada digunakan untuk dasar merumuskan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian tindakan sekolah (PTS) memiliki dua tujuan utama yang yakni tujuan umum serta tujuan khusus yang dapat diuraikan sebagai berikut sebagai berikut:

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam pengembangan assesmen kelas Bagi Guru SD Negeri 02 Kuto Semester 1 Tahun 2018/2019. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam pengembangan assesmen kelas melalui supervisi Akademik dengan menerapkan Brainstorming bagi guru SD Negeri 02 Kuto semester 1 tahun pelajaran 2018/2019”

Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat kepada banyak pihak. Serta manfaat penilitian ini dapat dipandang dari segi teori dan praktik. Pada titik yang paling minimal hasil penelitian ini akan diambil manfaatnya sebagai berikut:

Hasil penelitian tindakan sekolah ini diharapkan akan muncul teori baru tentang peningkatan kempampuan pedagogik guru melalui pengembangan assesmen kelas. Diharapkan pula, hasil penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat sebagai dasar bagi penelitian-penelitian, terutama pada kompetensi pedagogik guru dalam jabatan professional.

KAJIAN PUSTAKA.

Kompetensi Pedagogik

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tersebut terdapat empat demensi kompetensi, yaitu; kompetensi pedagogi, kompetensi professional; kompetensi kepribadian; dan kompetensi sosial. Hal yang akan digali lebih mendalam yakni, kompetensi pedagogi.

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mimbimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pesrta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Oleh sebab itu tugas-tugas tersebut masih banyak tugas guru yang lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi profesi guru dalam kerasulan dan kewahyuan yang antara lain adalah: membimbing peserta didik untuk menumukan jati dirinya dalam perannya sebagai khalifah dimuka bumi; mimbimbing ke arah pencerahan dan jalan lurus serta membangun peradaban manusia, menjadi manusia dewasa hingga dapat menyeleaikan permasalahan yang dihadapi sendiri.

Pengertian dari kompetensi pedagogi adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajar peserta didik (Harsono. Sofyan Anif 2011.10). Termasuk dalam hal ini adalah pemahaman peserta didik, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan pendidikan yang didalamnya mempunyai 5 hal; (1) aspek potensi peserta didik, (2) teori belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran, kompetensi dan isi pembelajaran serta perancangan pembelajaran, (3) menata latar dan melaksanakan, (4) assesmen proses dan hasil, dan (5) pengembangan akademik dan non akademik.

Pendapat para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi pedagogi seorang guru diwajibkan memiliki kemampuan sebagai berikut; perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan pendidikan.

Assesmen

Assesmen kelas adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik yang hasilnya akan digunakan untuk evaluasi. Assesmen kelas merupakan proses sistematis meliputi pengumpulan informasi proses dan hasil belajar (angka, deskripsi verbal), analisis, interprestasi informasi untuk membuat keputusan. Assesmen kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa (Agus Suprijono. 2009.135).

Sedangkan pendapat lain tentang teknik pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar (Mulyadi.SK. 2011. 144). Teknik mengumpulkan informasi adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dasar. Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Assesmen kelas oleh pendidik bertujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang ditargetkan.

Teknik dan Bentuk Assesmen terdiri dari; (1) Tes tertulis; (2) Observasi; (3) Tes praktik; (4) Penugasan; (5) Project Work; dan (6) Portopolio

Agus Suprijono (2009.148) assesmen kelas berfungsi untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik dan dasar penyelenggaraan program remidi, menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi dan karakteristiknya, dapat digunakan untuk mengetahui penguasaan kemampuan prasyarat untuk suatu kegiatan pembelajaran, dan digunakan oleh guru sebagai dasar penentuan nilai yang dilaporkan kepada orang tua/wali dalam bentuk buku laporan pendidikan atau rapor pada tiap semester.

Prinsip assesmen kelas adalah sebagai berikut: (1) Sahih, berarti penilaian berdasarka pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur sebagaiman dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.; (2) Objektif, berarti penelitian berdasarkan pada prodedur dan kreteria yang jelas tanpa dipengaruhi oleh subjektivitas penilai; (3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik; (4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan pembelajaran; (5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kreteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan; (6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik; (7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana bertahap dengan menikuti langkah-langkah baku; (8) Beracuan kriteria, berarti penilaian berdasrkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; (9) Akutanbel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik prosedur, maupun hasilnya.

Assemen kelas memiliki ciri-ciri belajar tuntas, otentik, berkesinambungan, berdasarkan acuan kreteria atau patokan, dan menggunakan berbagai cara dan alat peneliaian (Agus Suprijono. 2009.136).

Belajar Tuntas (Mastery Learning) memiliki ketentuan sebagai berikut: (1) Belajar Tuntas (mastery learning) peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaiakan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik; (2) Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan untuk beberapa mata pelajaran dan diajarkan sesuai dengan karakteristik mereka, maka sebagian besar mereka akan mencapai ketuntasan; (3) Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang tersedia dibawah kontrol guru; dan (4) Peserta didik yang lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan meode dan materi yang berurutan, mulai dari tingkat kompetensi awal mereka.

Belajar tuntas juga mengenal penilaian Otentik. Penilaian otentik memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu, mencerminkan maslah dunia nyata bukan dunia sekolah, menggunakan berbagai cara dan kreteria, dan holistik (komponen untuk merefleksi pengetahuan, keterampilan, dan sikap)

Berkesinambungan harus dilaksanakan dalam memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semster, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

Bedasar tuntas memiliki acuan kreteria/patokan. Prestasi kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelum dan patokan yang ditetapkan. Belajar tuntas menggunakan berbagai cara dan alat penilaian, mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi, serta menggunakan penilaian yang bervariasi.

Instrumen yang digunakan dapat penilaian meliputi tes dan nontes. Langkah-langkah penyusunan instrumen disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir soal.

Instrumen nontes (Agus Suprijono. 2011.150) dapat berupa pedoman wawancara dan/atau inventori. Langkah-langkah penyusunan pedoman wawancara dan inventori adalah sebagai berikut: Mengacu pada indikator pencapaian; Memilih pernyataan/pertanyaan yang tidak menuntut respons yang mengandung kepribadian sosial (social desirability) yang tinggi; Menyediakan pernyataan yang tidak merujuk pada hal-hal yang benar atau salah; dan Menentukan jenis skala yang dipilih dan pedoman pensekorannya.

Tugas guru adalah mengajar dan mendidik para peserta didik, setelah membaca dan memahami kajian teori di atas maka hubungan antara kompetensi pedagogik guru dengan assesmen penilaian khususnya sangat erat sekali. Sebab assesmen sangat erat sekali dengan keterampilan seorang guru dalam melaksanakan tugas evaluasi pembelajaran. Maka guru profisional wajib untuk mengembangkan assesmen penilaian untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya, karena evaluasi merupakan kompetensi pedagogik.

Supervisi Akademik

Pengertian supervisi menurut Ngalim Purwanto, dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan (1995:76), supervisi ialah aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Supervisi pengajaran disebut juga Supervisi Akademik. Menurut Purwanto (1995:77), supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik dan terciptanya tujuan pendidikan. Supervisi Akademik biasanya dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.

Berdasarkan pengertian Supervisi Akademik di atas disimpulkan bahwa Supervisi Akademik adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah/pengawas sekolah kepada guru untuk membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran agar kualitas pembelajaran bisa lebih optimal.

Supervisi Akademik yang dilakukan pengawas sekolah/kepala sekolah melalui pembinaan secara terprogram membantu guru untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik dengan memecahkan masalah kegiatan belajar mengajar agar hasil yang dicapai bisa maksimal sehingga otomatis prestasi dan output lebih baik. Tujuan Supervisi Akademik di antaranya adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).

Brainstorming

Brainstorming adalah suatu strategi atau metode pemecahan masalah kreatif yang diluncurkan oleh Alex F. Osborn pada tahun 1953. Metode yang menitikberatkan pada pengungkapan pendapat ini bermula dengan keinginan Osborn untuk mendorong karyawannya supaya dapat berpikir kreatif mencari solusi dari permasalahan yang ada pada perusahaannya dengan cara berdiskusi dimana setiap karyawannya bebas mengungkapkan pendapat. Pada waktu itu, setelah iklan dari agen periklanan yang dipimpin Osborn dapat disukseskan, ia berencana untuk menciptakan iklan baru yang lebih nyata. Dalam memutuskan strategi, ia memilih cara yang berbeda dengan meminta semua karyawannya untuk menyampaikan gagasannya yang dimiliki oleh mereka untuk kemudian didiskusikan hingga didapatkan keputusan yang terbaik. Osborn menampung semua gagasan dan mendiskusikannya dengan menggunakan metode brainstorming.

Keberadaan anggota dalam mengungkapkan untuk menyatakan buah pikirannya sangatlah jelas diperlukan dalam pelaksanaan branstorming. Dalam kenyataannya, ide yang muncul mengenai penggunaan metode branstorming sangat afektif untuk mendapatkan suatu gagasan yang baik dalam mengatasi permasalahan secara kreatif. Pemikiran-pemikiran dan gagasan yang dimiliki oleh setiap anggotanya mampu mendorong mengatasi permasalahan yang dihadapi secara kreatif. Metode ini dapat digunakan pada dunia bisnis maupun keuangan, kemudian berkembang seiring dengan banyaknya inovasi di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan juga dalam bidang pendidikan yang memerlukan pertukaran di gagasan di dalamnya. Dalam perkembangannya metode brainstorming ini kemudian dikenal juga dengan metode curah pendapat. “Curah pendapat adalah metode pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang dan pengetahuan yang berbeda-beda” (Sudjana, 2001:86). Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun gagasan atau pendapat dalam rangka menentukan dan memilih berbagai pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar, sumber-sumber, hambatan dan lain sebagainya. Setiap siswa diberi kesempatan secara bergiliran untuk menyampaikan pernyataan tentang pendapat atau gagasannya.

Brainstorming aktifitas guru tidak hanya duduk dengan tenang dan mendengarkan penjelasan kepala sekolah, atau menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Guru secara berkelompok mendiskusikan permasalahan yang telah diberikan pada awal pertemuan kemudian pendapat-pendapat atau ide yang dihasilkan ditulis tanpa mempedulikan pendapat-pendapat itu benar atau salah karena selain mendiskusikan dalam kelompok tahap selanjutnya mendiskusikannya dengan kelompok lainnya dalam sesi pengumpulan gagasan dan kesimpulan.

Penelitian ini memiliki kerangka berpikir sebagai berikut: (1) Pada kondisi awal peneliti melihat dan memperhatikan para guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari, sebagai pendidik dan pengajar seperti yang dibebankan pada kegiatan belajar mengajar (KBM) guru di SD Negeri 02 Kuto mengalami kesulitan dalam menyusun assesmen untuk melakukan evaluasi yang dapat menilai sikap para siswanya. Setelah diadakan tes awal dengan menggunakan APKG 1 tentang penyusunan assesmen. Dari hasil penilaian awal diperoleh nilai rata-rata dibawah 29% sehingga kompetensi pedagogiknya dalam penyusunan assemen penilaian kurang. Padahal pengembangan assesmen termasuk dalam tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa, juga termasuk pada kompetesi pedagogik yang dipersyaratkan sebagai bagian dari professional guru; (2) Peneliti kemudian berupaya melakukan tindakan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik pengembangan assesmen penilaian melalui Supervisi Akademik dengan merapkan Brainstorming, sehingga para guru di SD Negeri 02 Kuto kompetensi pedagogiknya dapat ditingkatkan.

Setalah mempelajari kajian teori dan mengikuti alur kerangka berpikir, maka pada penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Assemen Penilaian Kelas melalui Supervisi Akademik dengan menerapkan Brainstorming dapat meningkatkan kompetensi pedagogik pada guru SD Negeri 02 Kuto semester 1 tahun pelajaran 2018/2019”

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 02 Kuto UPT PUD, NFI dan SD Kecamatan Kerjo, dengan subyek PTS adalah Guru SD Negeri 02 Kuto. Alasan mengapa dipilih SD Negeri 02 Kuto, dikarenakan peneliti bekerja sebagai kepala sekolah di sekolah tersebut, sehingga dapat efesien dan efektif dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah yang akan diselenggarakan.

Kegiatan penelitian ini direncanakan berlangsung selama 4 bulan dimulai dari bulan Agustus 2018 s/d bulan Nopember 2018 dalam dua siklus. Pemelihan waktu sudah termasuk pertimbangan yang matang, dikarenakan prestasi peserta didik masih banyak dibawah standar.

Subyek penelitian adalah guru pada SD N 01Kuto UPT PUD NFI dan SD Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Terdiri dari 7 orang guru yaitu: Marimin, S.Pd.SD, Supadi S.Pd.SD, Endang Sri Wayuningsih, S.Pd.I., M.Pd.I, Umi Sobariyah, S.Pd.SD, Anis Yuliyanti, S.Pd.SD, Lartini, S.Pd.SD, Indah Tri Winarni, S.Pd.SD.

Penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan menggunakan teknik pengumpulan data berupa: (1) Penilaian pemahaman dan hasil penyusunan assesmen kelas kondisi awal, hasil penyusunan assesmen kelas siklus 1, dan hasil penyusunan assesmen kelas siklus 2; (2) Observasi jalannya pemahaman dan hasil penyusunan assesmen. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengumpulan data berupa instrumen APKG 1 dan lembar pengamatan

Untuk mendapatkan data yang valid maka dilakukan beberapa usaha antara lain sebagai berikut: Melakukan wawancara dengan subjek penelitian tentang pemahaman dan kendala yang didapat dalam menyusun assesmen kelas dan Melakukan diskusi dengan teman sejawat tentang proses jalannya penelitian tindakan sekolah yang berlangsung di SD Negeri 02 Kuto.

Hasil penilaian APKG 1, dianalisa dan kesimpulan untuk mengetahui hasil penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan hasil observasi yang diwujudkan dalam ranting skala dikumpulkan dan digunakan untuk mengetahui proses berlangsungnya penelitian tindakan sekolah yang nanti digunakan untuk penyempurnaan siklus berikutnya. Analisa data juga menggunakan teori deskripsi kuantitatif yang bersifat komparatif.

Indikator kinerja pada penelitian tindakan sekolah ini adalah para guru SD negeri 02 Kuto dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan sebagai berikut: (1) Ketercapaian hasil pemahaman dan penyusunan assemen kelas pada guru SD Negeri 02 Kuto adalah 75% mendapatkan nilai rata-rata baik atau setara 60 – 80; (2) Ketercapaian hasil pengamatan/observasi aktivitas guru dalam pemahaman dan penyusunan assesmen kelas pada guru SD Negeri 02 Kuto adalah 75% mendapatkan nilai rata-rata baik atau setara 60 – 80.

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah dapat menggunakan metode penelitian tindakan sekolah atau PTS. Penelitian dilakukan dalam 2 tindakan atau 2 siklus yaitu tindakan pertama atau pada siklus yang pertama peneliti dalam penelitian tindakan sekolah mengunakan assemen kelas untuk memberikan pengetahuan sehingga para guru dapat memahami assesmen kelas, sedangkan tindakan siklus 2 para guru dibimbing untuk menyusun assemen kelas sehingga para guru terampil.

Untuk menindaklanjuti kegiatan dalam setiap siklus, maka peneliti menentukan tahapan dalam setiap siklus. Di mana setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Pengamatan (Observing, dan Refleksi (Reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kondisi Awal

Kenyataan di lapangan, pemahaman guru SD Negeri 02 Kuto dalam pengembangan assesmen penilaian kelas masih jauh dari harapan sebagaimana yang seharusnya dikuasai: (1) Kreativitas dan inovasi guru SD Negeri 02 Kuto relatif rendah; (2) semua guru masih mengadopsi assesmen penilaian kelas; dalam penyusunan assesmen belum dikembangan sesuai dengan standar penilaian holistik (menyeluruh); (3) kaidah-kaidah penilaian belum terpenuhi keseluruhannya; (4) penilaian masih banyak poorsi ranah kognitif dan (5) Rencana penilaian autentik belum nampak. Hal itu merupakan kondisi awal Guru SD Negeri 02 Kuto, Kerjo dalam penyusunan assesmen penilaian kelas sebagai berikut: (1) Guru yang memiliki kreteria baik dengan rentang nilai 61-80 sebanyak 2 orang guru atau sebesar 29% dari keseluruhan guru yang menjadi subyek penelitian.

Siklus I

Penelitan tindak kelas siklus I dalam 2 kali pertemuan dengan hasil sebagai berikut: (1) Guru yang telah memenuhi indikator kreteria baik 5 orang guru atau sebesar 71%; (2) Kegiatan ini dilakukan dengan bantuan instrumen penelitian yang berupa lembaran pengamatan. Adapun data yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan instrumen tersebut merupakan keaktifan guru dalam penelitian tindakan sekolah. Pada siklus I guru yang tidak aktif tidak ada, ada 1 guru yang kurang aktif, 1 guru cukup aktif dan terdapat 5 guru yang aktif.

Dalam penlitian siklus 2 prosen guru yang memenuhi kreteria indikator baik bari 5 orang atau setara 71%, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Siklus II

Penelitan tindak kelas siklus II dalam 2 kali pertemuan dengan hasil sebagai berikut: (1) Guru yang telah memenuhi indikator kreteria baik 6 orang guru atau sebesar 86%; (2) Kegiatan ini dilakukan dengan bantuan instrumen penelitian yang berupa lembaran pengamatan. Adapun data yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan instrumen tersebut merupakan keaktifan guru dalam penelitian tindakan sekolah. Pada siklus II guru yang tidak aktif tidak ada, tidak ada guru yang kurang aktif, 1 guru cukup aktif dan terdapat 6 guru yang aktif.

Penlitian siklus 2 prosen guru yang memenuhi kreteria indikator baik bari 6 orang atau setara 86%, penelitian ini telah mencapai indikator 75% guru telah mampu memperoleh kreteria baik dalam rentang nilai 61-80, maka penelitian diakhiri pada siklus ini.

Pembahasan

Setelah penelitian tindakan sekolah berlangsung maka penelitian tindakan sekolah ini mendapatkan dua hasil penelitian yang dapat diperbandingkan:

1.   Pemenuhan Indikator Penelitian

Pemenuhan indikator penelitian pada kondisi awal sebesar 29%, pada siklus I sebesar 71%, sedangkan pada siklus II sebesar 86%. Bila dibandingakan pemenuhan indikator dai kondisi awal sampai siklus II pemenuhan indikator meningkat 57%.

2.   Keaktifan Guru

Pada siklus I guru yang tidak aktif tidak ada sedangkan pada siklus II guru yang tidak aktif juga tidak ada; Pada siklus I ada 1 guru yang kurang aktif sedangkan pada siklus II guru yang kurang aktif tidak ada hal ini menunjukkan tren positif; Pada siklus I ada 1 guru cukup aktif sedangkan pada siklus II ada 1 guru yang cukup aktif; Pada siklus I terdapat 5 guru yang aktif sedangkan pada siklus II terdapat 6 guru yang aktif.

Hasil pengamatan ini meningkat dari siklus I ke Siklus II Keaktifat siswa meningkat 1 digit.

 

SIMPULAN

Supervisi Akademik dengan penerapan brainstorming terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja guru dalam pengembangan assesmen kelas hal ini ditunjukan dengan hasil penilaian pada kondisi awal dari 7 orang guru mendapat kreteria baik 2 orang atau setara 29%, siklus I menjadi 5 orang mendapat kreteria baik atau setara dengan 71%, sedangkan pada siklus II 6 orang guru mendapat kreteria baik atau setara 86%. Dari kondisi awal sampai siklus II ada peningkatan kreteria guru dalam pengembangan assesmen kelas sebanyak 4 orang guru yang mendapatkan kreteria baik atau sebesar 33%. Selain peneningkatan kreteria pengembangan assesmen kelas yang disusun oleh guru juga mengalami peningkatan pada kreteria keaktifan guru dalam pengembangan assesmen kelas pada siklus I 43%, sedangkan pada siklus II menjadi 86%. Hasil penelitian tindakan sekolah dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik dengan penerapan brainstorming dapat meningkatkan kinerja guru dalam pengembangan assesmen kelas di SD Negeri 02 Kuto Kecamatan Kerjo.

DAFTAR PUSTAKA

Alex Osborn.(1953). Definisi, Tujuan, dan Manfaat Teknik Brainstorming dalam

https://www.google.com/search?safe=strict&ei=EaxFXOOLEY28vwTZz6r4BA&q=yang+menerbitkan+Brainstorming+Alex+F.+Osborn+pada+tahun+1953&oq=yang+menerbitkan+Brainstorming+Alex+F.+Osborn+pada+tahun+1953&gs_l=psyab.3…48217.57661..59283…1…0.245.2089.10j6j2……0….1..gws-wiz.Dy20 K JO3lV4 diakses 10 Juli 2018, Jam 20.00 WIB.

Djam’an Satori, dkk.2007, Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka

Harsono, Sofyan Anif. 2011, Bahan Ajar PLPG Bidang Pengembangan Profesional Guru. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Made Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.Jakarta: Renika Cipta.

Mulyadi. 2011.Paedagogik Khusus Model Pembelajaran Inovatis di Sekolah Dasar MI. Surakarta: UMS.

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2008 tentang. (online). (http://www. BNSP org) (diunduh 02 Juni 2018, jam 20.30)

Sadirman A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali.

Sofyan Anif, Anam Sutopo. 2011. Menuju Guru Profesional Teori, Konsep, dan Tindakan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

—————-Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Sudjana. (2001).Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah – Skripsi – Tesis – Desertasi. Bandung:SINAR BARU.