Pentingnya Belajar Bahasa Inggris Sejak Dini
PENTINGNYA BELAJAR BAHASA INGGRIS SEJAK DINI
Elsye Jesti Mutji
Program Studi FKIP Universitas Halmahera Tobelo
ABSTRAK
Bahasa adalah sesuatu unsur yang paling penting dalam kehidupan umat manusia. Salah satu bahasa yang paling menjadi primadona khususnya di Indonesia dan menjadi bahasa internasional adalah bahasa Inggris. Belajar bahasa Inggris sejak dini memiliki keunggulan baik secara biologis maupun secara psikologis. Pentingnya bahasa Inggris dan berbagai faktor yang menyertainya serta polemik dalam penerapannya membuat suatu daya tarik tersendiri untuk dibahas. Tulisan ini bertujuan untuk membahas tentang faktor usia dalam pembelajaran bahasa, tujuan pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar dan apa pentingnya pelajaran bahasa Inggris untuk anak Sekolah Dasar.
Kata Kunci: Bahasa Inggris, Anak Sekolah Dasar
PENDAHULUAN
“Bahasa memainkan peranan penting dalam hidup kita†demikianlah kalimat pembuka dalam bab pertama buku karya linguist ternama Leonard Bloomfield yang berjudul language. Mengapa beliau mengatakan bahasa mempunyai peran yang penting dalam kehidupan? Pertanyaan tersebut harusnya menyadarkan kita bahwa bahasa tanpa kita sadari adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tanpa bahasa hidup ini sunyi, tanpa bahasa segala sesuatu tidaklah bermakna, bahkan tanpa bahasa kacaulah dunia ini. Bahasa adalah bunyi, bahasa adalah makna dan bahasa adalah alat komunikasi, maka dari itulah bahasa sangat memainkan peranan penting dalam kehidupan kita.
Pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi manusia, menjadikan bahasa sebagai sesuatu yang tidak bisa dipandang sebelah mata, suka atau tidak suka manusia dituntut untuk mempelajari bahasa sebagai keterampilan hidup untuk menjadi manusia yang lebih baik. Di Era Globalisasi sekarang ini bahasa Inggris menjadi suatu primadona yang diidam-idamkan oleh semua orang karena peranan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi nomor 1 di dunia. Dengan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, maka siapa saja dapat menjalin hubungan dengan akses global.
Di Indonesia sendiri, bahasa Inggris pun sudah mulai diperkenalkan pada anak-anak usia sekolah dasar. Pentingnya bahasa Inggris di sekolah dasar adalah untuk mempersiapkan anak-anak kepada dunia yang semakin global ini. Namun pendidikan di Indonesia baru saja mengalami perubahan kurikulum ke kurikulum 2013, hal ini menjadi polemik tersendiri di berbagai kalangan karena dampak dari perubahan kurikulum yang baru adalah penghapusan mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar. Mengingat pentingnya bahasa Inggris dipelajari sejak dini yaitu di usia sekolah dasar maka sangat disayangkan apabila keputusan itu diterapkan di pendidikan di indonesia, karena secara tidak langsung kita menghambat anak-anak kita untuk mengenal dan mengetahui dunia luar dan menjadikan mereka tidak siap bersaing sejak usia mereka masih muda.
FAKTOR USIA DALAM BELAJAR BAHASA
Bahwa ada masa kritis (critical period) belajar bahasa yang diluncurkan oleh Lenneberg tahun 1967 (Sujana, 2001) telah memprovokasi para ahli baik di bidang pengajaran bahasa, psikologi, maupun biologi/kedokteran untuk mengadakan eksperimen untuk membuktikan keberadaan faktor usia dalam belajar bahasa. Menurut Lenneberg, kapasitas belajar bahasa pertama akan hilang kalau tidak diaktifkan atau dilatih pada masa kritis (critical period) yang berkisar antara usia 2 sampai 13 tahun. Hipotesa ini kemudian berkembang menjadi dua kubu/versi yaitu aliran “keras†dan aliran “lemahâ€. Pengikut aliran keras meyakini bahwa belajar bahasa harus dimulai sebelum pubertas kalau tidak seseorang tidak akan pernah menguasai bahasa. Pengikut aliran lemah berpendapat bahwa belajar bahasa setelah pubertas masih mungkin tapi agak sulit dan tidak bisa mencapai kesempurnaan (Curtiss dalam Long, 1990).
Alasan yang disampaikan Lenneberg dalam mendukung hipotesanya antara lain (i) lateralisasi bahasa terjadi pada usia pubertas dan otak sebelah kiri tidak lagi bisa menguasai bahasa setelah pubertas; dan (ii) orang yang mengalami gangguan otak pada usia sebelum pubertas masih bisa menguasai bahasa pertama secara sempurna sedangkan orang mengalami gangguan otak pada usia dewasa sulit menguasai bahasa pertama seperti penutur asli. Akan tetapi, ide lateralisasi yang terjadi sebelum pubertas ditentang oleh banyak ahli. Krashen (dalam Singleton, 1989), misalnya, dengan menganalisis data yang sama yang digunakan Lenneberg menyimpulkan bahwa lateralisasi bahasa terjadi pada usia sebelum lima tahun bukan sebelum pubertas. Sejak itu, para ahli mencoba mengadakan eksperimen untuk membuktikan adanya faktor usia dalam belajar bahasa dengan melibatkan berbagai responden (anak-anak, dewasa, penderita apasia, dan lain-lain). Dari eksperimen-eksperimen tersebut ada yang mendukung (misalnya Johnson & Newport, 1989, Johnson & Newport, 1991, Curtiss, 1971, Oyama, 1978, Patkowski, 1980 dalam Sujana, 2001) dan ada yang menolak (misalnya Snow & Hoefnagel Hohle, 1978, Ellis, 1985, Fledge, 1987, Genesee, 1988, Neufeld, 1979 dalam Sujana, 2001) tentang masa kritis belajar bahasa.
Akan tetapi dari analisis ulang yang dilakukan Long (1990) terhadap hasil eksperimen yang pernah dilakukan para ahli, ditemukan bahwa para ahli sepakat akan adanya faktor usia dalam belajar bahasa tetapi tidak seekstrim hipotesa Lenneberg. Seseorang bisa belajar bahasa kapan saja, akan tetapi tingkat kesempurnaan penguasaan sangat dipengaruhi oleh usia belajar bahasa (age of onset/AO). Dalam konteks belajar bahasa kedua/asing, tingkat kesempurnaan akan bisa tercapai (mendekati penutur asli) kalau belajarnya dimulai sebelum masa pubertas (sebelum usia 13 tahun). Sehingga, istilah “the younger, the better†(Long, 1990) banyak dipakai dalam konteks pembelajaran bahasa kedua/asing untuk menunjukkan bahwa kalau ingin mencapai kesempurnaan dalam belajar bahasa maka kita harus mulai pada usia sebelum masa pubertas. Sebagai pengganti istilah “critical periodâ€, para ahli lebih suka menggunakan sensitive period hypothesis. Belajar bahasa masih mungkin pada usia dewasa, akan tetapi semakin tua belajar bahasa semakin menyusut tingkat elastisitasnya, sehingga pencapaiannya tidak bisa sempurna.
Dari sudut teori psikolinguistik dan psikologi, pembelajar bahasa pada usia anak-anak memiliki beberapa keunggulan dalam belajar bahasa antara lain:
(1) Menurut Chomsky (dalam Sutarsyah, 2004), setiap anak memiliki piranti belajar bahasa yang disebut “Language Acquisition Device†(LAD). Piranti ini memungkinkan setiap anak (sejak lahir sampai kira-kira usia 11 tahun) menguasai bahasa apa saja. LAD ini memberikan anak sarana untuk mengolah ungkapan yang didengar dalam lingkungannya sehingga mereka dapat mengkonstruksi sistem yang mendasari ungkapan tersebut. Menurut teori ini tidak ada perbedaan antara belajar bahasa pertama dan kedua;
(2) Dalam cricital (sensitive) period hypothesis, secara biologis otak sebelum masa pubertas memiliki tingkat elastisitas yang memungkinkan seseorang untuk belajar bahasa lebih cepat dan lebih mudah. Elastisitas ini akan menyusut sejalan dengan perkembangan usia (Lenneberg dalam Sujana, 2001; Krashen dalam Sutarsyah, 2004);
(3) Secara psikologis, pembelajar usia anak-anak memiliki beberapa keunggulan dalam belajar bahasa. Pembelajar anak secara natural memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki partisipasi aktif, spontanitas dan fleksibel, tidak malu dan tidak takut membuat kesalahan (George dalam Sutarsyah, 2004).
Dengan demikian pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing pada usia dini merupakan langkah yang tepat. Dengan dimulainya pemberian bahasa Inggris mulai dari kelas 4 Sekolah Dasar (usia 10 tahun) akan menambah input pengajaran bahasa Inggris disamping, kalau dilaksanakan dengan tepat, akan membantu penguasaan bahasa Inggris secara sempurna.
Sebagaimana disebutkan di atas, belajar bahasa kedua dalam konteks formal berbeda dengan belajar bahasa dalam konteks natural dimana dalam belajar bahasa secara natural peran lingkungan sangat kondusif. Sehubungan dengan pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar di Indonesia tingkat keberhasilan belajar bahasa akan sangat bergantung pada perencanaan pengajaran (silabus, materi) dan implementasi di lapangan seperti kemampuan guru berinteraksi di kelas, fasilitas, setting kelas. Kendala yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan bahasa Inggris di sekolah dasar bisa bersumber dari: tujuan pembelajaran, materi, setting kelas, guru, metode.
TUJUAN PENGAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR
Pengenalan bahasa Inggris di sekolah dasar sangat penting. Ada beberapa alasan yang melatar belakangi program ini harus terus dilanjutkan. Alasan yang pertama ialah bahasa Inggris adalah suatu bahasa yang sangat penting dalam dunia internasional khususnya di era globalisasi sekarang ini. Bahasa Inggris dipergunakan sebagai media komunikasi dengan orang lain dari berbagai negara. Menurut pendapat Crystal (2003) bahwa bahasa Inggris tersebar dan dipergunakan hampir seperempat penduduk dunia dan terus akan berkembang menjadi satu setengah trilyun pada awal tahun 2000 an ini. Alasan kedua ialah dengan menguasai bahasa Inggris maka orang akan dengan mudah masuk dan dapat mengakses dunia informasi dan teknologi. Dengan pengenalan bahasa Inggris di sekolah dasar maka siswa akan mengenal dan mengetahui bahasa tersebut lebih awal. Oleh karena itu, mereka akan mempunyai pengetahuan dasar yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut pedoman garis besar pendidikan dasar di Indonesia, tujuan pendidikan dasar di Indonesia ialah mempersiapkan lebih awal siswa pengetahuan dasar sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (Website Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Alasan yang terakhir adalah bagi orang tua dan guru dapat memberikan bekal bagi siswa bahwa dengan menguasai bahasa Inggris maka bisa memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan diri guna memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi persaingan lapangan kerja dan karir di masa yang akan datang. Oleh karena mengutip pendapat Pennycook (1995:40) bahwa bahasa Inggris telah menjadi suatu alat yang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status sosial masyarakat.
Akhirnya kesimpulan utama alasan pengajaran bahasa Inggris diadakan di sekolah dasar ialah untuk memberikan pengetahuan penguasaan kosa kata yang banyak sehingga apabila siswa melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu fokus utama dalam pengajaran bahasa Inggris ini ialah penguasaan kosa kata. Dengan menguasai kosa kata yang banyak maka para siswa dapat dengan mudah menguasai keterampilan bahasa yang lain.
PENTINGNYA PELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK ANAK SD
Bahasa Inggris merupakan bahasa komunikasi yang disepakati bersama secara internasional. Tujuannya agar menjadi media komunikasi antar negara yang secara geografi berbeda-beda bahasa dan budayanya. Bahasa Inggris memberi ruang gerak yang seluas-luasnya kepada kita untuk larut menjadi bagian dari komunitas global masyarakat dunia. Bahkan pada bidang-bidang tertentu bahasa Inggris memang sangat diperlukan. Oleh sebab itu, di sekolah dasar sudah sepatutnya mengenalkan Bahasa Inggris kepada siswa sejak usia dini. Dengan metode yang tepat belajar Bahasa Inggris akan terasa menyenangkan yang akan menambah wawasan mereka dalam berbahasa inggris.
Pendidikan Bahasa Inggris di SD dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang disertai dengan tindakan. Dalam pendidikan sekolah dasar Bahasa Inggris digunakan untuk interaksi. Topik pembicaraannya berkaitan dengan hal-hal yang berada dalam konteks situasi. Dalam hal ini siswa di ajak untuk latihan berinteraksi dengan pasangan temannya, agar siswa SD tidak kesulitan dalam melafalkan Bahasa Inggris karena pada dasarnya pembelajaran bahasa harus sering berlatih untuk diucapkan dan bisa luwes dalam pengucapannya.
Memasuki era globalisasi atau yang lebih dikenal dengan pasar bebas, menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber daya yang handal, terutama dibidang IPTEK. Untuk mengetahui hal tersebut, dibutuhkan pengetahuan yang memadai dalam menghadapi tuntutan dunia global yang bersaing dengan ketat. Di sini peran bahasa inggris sangat penting sekali dalam menguasai ilmu komunikasi dan berinteraksi langsung dengan dunia global. Dengan memberikan pembelajaran Bahasa Inggris terhadap anak sekolah dasar, anak akan lebih tau tentang dunia global itu seperti apa, dengan satu bahasa yaitu Bahasa Inggris, anak bisa berkeliling dunia, karena Bahasa Inggris telah digunakan diberbagai negara meskipun sebagai bahasa kedua setelah bahasa resmi dimasing-masing negara.
Pembelajaran Bahasa Inggris mungkin manfaatnya belum bisa begitu terlihat ketika si anak masih berada di sekolah dasar, tetapi itu akan sangat bermanfaat sekali untuk masa depan si anak, untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang seterusnya, karena si anak sudah mendapatkan bekal di sekolah dasarnya dan tidak akan mengalami kesulitan.
KESIMPULAN
Belajar Bahasa inggris bagi anak-anak Sekolah Dasar sangatlah penting karena masa-masa anak kecil adalah masa keemasan dalam melakukan proses pembelajaran yang efektif. Dalam menjawab tantangan dunia, anak-anak Indonesia sudah seharusnya mempersiapkan diri. Dengan demikian, pendidikan bahasa Inggris yang dimulai sejak dini bukanlah hal yang dapat disepelekan.
Pengajaran pendidikan usia dini memiliki banyak manfaat, di antaranya anak-anak dapat belajar dengan lebih efisien dan mendapatkan ilmu pengetahuan lebih melalui aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan menarik. Baik melalui seni peran, musik maupun aktivitas lainnya yang interaktif. Kemudian muatan yang di berikan sejak dini lebih mudah tertanam dibandingkan dengan saat mereka dewasa.
Kebutuhan bahasa Inggris di masa depan anak-anak Indonesia memang menjadi penting terkait dengan kebijakan globalisasi. Jadi, pro-kontra pembelajaran bahasa Inggris di tingkat SD tidak perlu diributkan. Semua elemen bangsa tentu mencintai bahasa ibu, bahasa Indonesia sebagai bahasa kita, bahasa persatuan. Itu tidak bisa ditawar. Akan tetapi mengingat kemampuan rata-rata bangsa kita dalam hal bahasa Inggris yang masih kurang, maka pelajaran bahasa Inggris di SD sebagai pengenalan tidak perlu dihapuskan.
DAFTAR PUSTAKA
Bloomfield L. 1995. Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Depdiknas, 2004. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas 4-6 SD dan MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Huda, Nuril, 1999. Language Learning and Teaching: Issues and Trends. Malang: Universitas Negeri Malang.
Kismadi, Gloria C., 2004. “Start Them Early: Teaching English to Young Learners in Indonesiaâ€, dalam Cahyono, Bambang Yudi dan Utami Widiati (ed.), 2004. The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indoensia. Malang: State University of Malang Press. Pp. 253 – 264.
Long, Michael, 1990. “Maturation Constarints on Language Developmentâ€, Studies in Second Language Acquisitions, 12, pp. 251 – 285.
Luciana, 2004. “Teaching and Assessing Young Learners’ English: Bridging the Gapâ€, Dalam Cahyono, Bambang Yudi dan Utami Widiati (ed.), 2004. The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indoensia. Malang: State University of Malang Press. Pp. 265 – 280.
Singleton, D., 1989. Language Acquisition: The Age Factors. Philadelphia: Multilingual Matters Ltd.
Sujana, I Made, 2001. “Critica Period: Does it Exist in Language Acquisition?â€. Jurnal Ilmu Pendidikan FKIP UNRAM, No. 50, Tahun XIV Maret 2001.
Sutarsyah, Cucu, 2004. “Designing an “English for Young Learners†Course as a Part of English Department Curriculumâ€, dalam Cahyono, Bambang Yudi dan Utami Widiati (ed.), 2004. The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indoensia. Malang: State University of Malang Press. pp. 280 -290.
Vale, Dave, 1995. Teaching Children English. Cambridge: CUP