PERAN KEPALA SEKOLAH MENERAPKAN

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

DI SMP NEGERI 3 SATU ATAP PAGAR GUNUNG

TAHUN PEMBELAJARAN 2019/2020

 

Jasper Situmeang

SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung

 

ABSTRAK

Masalah pokok dalam penelitian ini Bagaimana upaya Kepala Sekolah untuk dapat mengimplementasikan Manajemen berbasis sekolah di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung Tahun pembelajaran 2019/2020. Tujuan penelitian ini adalah mewujudkan guru profesional sehingga mampu meningkatkan kompetensi dan mutu Guru dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung.MBS yang menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi yang profesional. Oleh karena itu, dalam melaksanakan MBS perlu seperangkat kewajiban dan tuntutan pertanggungjawaban (akuntabilitas) yang tinggi kepada masyarakat. Dengan demikian, kepala sekolah harus mampu menampilkan pengelolaan sumber daya secara transparan, demokratis, dan bertanggungjawab baik kepada masyarakat dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan kepada siswa.Subjek penelitian ini ditujukan kepada seluruh Guru dan pegawai SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. yang berhubungan dengan pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah (MBS) Peningkatkan Kompetensi Guru melalui Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. kelihatan tampak nyata dan positif. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan presentasi prestasi kompetensi berinovasi dan berkreatifitas secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus meningkat dari siklus I, (62,5%), siklus II, (70,8%) dan siklus III (81,6%). Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi dalam sekolah memiliki peranan sentral dalam merencanakan, mengorganisasi, staf, mengarahkan/orientasi sasaran, mengkoordinasi, memantau serta menilai/evaluasi. Melalui kegiatan perencanaan maka akan menjawab beberapa permasalahan yang biasanya timbul di sekolah

Kata Kunci: Peran Kepala Sekolah , MBS

 

PENDAHULUAN

Penerapan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) berorientasi adanya sekolah-sekolah bertaraf internasional. Biaya dan model pendidikan akan ditentukan oleh sekolah-sekolah tersebut, patut dipertanyakan tentang bagaimana dengan bentuk pendidikan yang akan disajikan. Adanya anggapan bahwa biaya tinggi maka kualitas juga akan lebih tinggi masih juga menjadi tanda tanya besar.

Dalam kaitannya dengan sistem manajemen yang diterapkan, beberapa ahli manajemen memberikan ulasan sebagai acuan seperti Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,18) melihat bahwa salah satu input strategis bagi langkah maju perusahaan adalah membentuk konsep yang berbasiskan sumber daya manusia demi suatu profitabilitas yang tinggi. Konsep manajemen yang diajukan oleh beberapa ahli di atas dapat menjadi sebuah rujukan dalam manajemen sekolah, secara sederhana dapat diterjemahkan bahwa keberhasilan sekolah tergantung pada teknik mengelola manusia-manusia yang ada di sekolah, dalam rangka mencapai suatu keberhasilan yang tak ternilai, yaitu pemanusiaan manusia dalam diri peserta didik dan penghargaan bagi rekan-rekan pendidik sebagai insan yang kreatif dan peduli akan nasib generasi penerus bangsa.

Dalam kegiatan Manajemen Berbasis Sekolah ini, tidak akan terlepas dari seorang manajer sekolah dalam hal ini adalah Guru. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi dalam sekolah memiliki peranan sentral dalam merencanakan, mengorganisasi, staf, mengarahkan/orientasi sasaran, mengkoordinasi, memantau serta menilai/evaluasi. Melalui kegiatan perencanaan maka akan menjawab beberapa permasalahan yang biasanya timbul di sekolah, seperti “Apa yang akan dilaksanakan oleh guru selaku pelaksana dalam proses belajar mengajar mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas , yang sekaligus akan menjawab beberapa permasalahan yang biasa timbul didalam kegiatan proses belajaran mengajar “ Kegiatan apa yang harus dilaksanakan oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan belajara mengajar (KBM), bagamana proses dalam melaksanakan kegiatan belajaran mengajar (KBM) dan bagaiamana proses penilaian yang dibuat setelah pelaksanakaan kegiatan belajar mengajar (KBM), utamanya dalam penyusunan Program tahunan, program semester, Pembuatan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

MBS menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi yang profesional. Oleh karena itu, dalam melaksanakan MBS perlu seperangkat kewajiban dan tuntutan pertanggungjawaban (akuntabilitas) yang tinggi kepada masyarakat. Dengan demikian, kepala sekolah harus mampu menampilkan pengelolaan sumber daya secara transparan, demokratis, dan bertanggungjawab baik kepada masyarakat dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan kepada siswa.

Pembelajaran yang dirancang harus mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan, dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif/bermakna yang mampu memberikan siswa memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk hidup.

KAJIAN PUSTAKA

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan sebuah rancangan, perencanaan, pengelolaan sekolah dimana menempatkan sekolah sebagai pengambil keputusan yang berkaitan dengan pendidikan seputar proses belajar mengajar. penerapan MBS pada intinya adalah untuk penyeimbangan struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan proses dan pusat sehingga manajemen menjadi lebih efisien. Kewenangan terhadap pembelajaran di serahkan kepada unit yang paling dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri yaitu sekolah. Disamping itu untuk memberdayakan sekolah agar sekolah dapat melayani masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan masyarakat tersebut.

Menurut Slamet PH (Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000) dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa tujuan dari MBS adalah Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk “memberdayakan” sekolah, terutama sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan. Nurkholis (2001) pada sebuah artikelnya menyebutkan bahwa tujuan utama MBS tak lain adalah meningkatkan kinerja sekolah dan terutama meningkatkan kinerja belajar siswa menjadi lebih baik.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan penerapan MBS adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Lebih rincinya MBS bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
  2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
  3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
  4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
  5. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka diperlukan sumber data yang akurat pula. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari sumber asli atau pertama, sedangkan data skunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. (Darmawan, 2006:90)

Siklus Penelitian.

Pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing meliputi: Planning (Perencanaan), Acting (Pelaksanaan), Observing (Pengamatan), dan Replecting (Repleksi). Masing masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan dalam siklus pertama direfleksikan bersama tim peneliti dalam suatu perteman kolaborasi, untuk mencari penyebabnya, selanjutnya peneliti merencanakan berbagai langkah perbaikan untuk diterapkan dalam siklus kedua.

Adapun tujuan utama dari PTS adalah untuk memperbaiki / meningkatkan praktek pengajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaanya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2003: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada sikuls I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat uji petik yang terdiri dari Instrumen dan dokumen-dokumen lain yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan data lembar observasi aktivitas Guru.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan uji petik untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 September 2019 di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. dengan jumlah 12 Guru. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Pengawas. Adapun uji petik mengacu pada rencana kegiatan yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan uji petik. Pada akhir proses kegiatan ini diadakan wawancara dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kevalidan dalam proses kegiatan dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Nilai dalam Pengisian angket

No. Urut Skor Keterangan No. Urut Skor Keterangan
T TT T TT
1 50   1      
2 70   2      
3 80   3      
4 40   4      
5 50   5      
6 70   6      
7 70   7      
8 70   8      
9 30   9      
10 70   10      
11 80   11      
12 70   12      
Jumlah 750 8 4 Jumlah      
Jumlah Skor 75

Jumlah Skor Mask. Ideal 1200

Skor Tercapai 62,5%

Keterangan Kompetensi:

T: Inovasi,berkretaif Baik (berkompetensi baik)

TT: Inovasi, berkretaif tidak Baik (berkompetensi tidak baik)

Jumlah guru yang berInovasi dan berkreatif Baik (berkompetensi baik): 8. Jumlah guru yang berinovasi dan berkreatif tidak Baik (berkompetensi tidak baik): 4

Tabel 4.3 Penilaian Pengelolaan Pengajaran Pada Siklus I

No Aspek yang diamati Penilaian Rata-

Rata

P1 P2
I Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan pengajaran

 

 

2

2

 

 

2

3

 

 

2

2,5

  B. Kegiatan Inti

1.       Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa

2.   Membimbing siswa melakukan kegiatan

3.       Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok

4.       Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan

5.       Membimbing siswa merumuskan kesimpulan menemukan konsep

 

3

 

3

3

 

3

3

 

3

 

3

3

 

3

3

 

3

 

3

3

 

3

3

  C. Penutup

1.       Membimbing siswa membuat rangkuman

2.       Memberikan evaluasi

 

3

3

 

3

3

 

3

3

II Pengelolaan Waktu 2 2 2
III Antusiasme Kelas

1.       Siswa Antusias

2.       Guru Antusias

 

3

3

 

2

3

 

2,5

3

Jumlah 33 33 33

 

Keterangan:      Nilai            : Kriteria

  1. : Tidak Baik: Kurang Baik, 3: Cukup Baik , 4:Baik

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pengajaran, Pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian utuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Siklus II

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat kegiatan dan alat-alatnya yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi kegiatan baik yang dilaksanakan Guru.

Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 Nopember 2019 di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. dengan jumlah Guru 12. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Kepala Sekolah. Adapun proses kegiatan ini mengacu pada rencana kegiatan yang sudah disiapkan dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan berlangsung ke sehariannya sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Namun demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan metode pengajaran diskusi. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan, menemukan konsep dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas diharapkan akan lebih memahami tentang apa yang telah dilakukan. Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru.

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.7 Aktivitas Kepala Sekolah dan Guru pada Siklus II

N0 AKTIVITAS YANG DIAMATI  
A Aktivitas guru Sekolah yang diamati Persentase
1. Penyampaian dan pemahaman isi Buku Dokumen 1 guru 14,1
2. Menghubungkan isi pada Dokumen 1 dengan Dokumen 2 sebagai tanggung jawab guru dalam KBM 12,3
3. Upaya mewujudkan Visi, Misi dalam kegiatan Sekolah 15,3
4. Adanya keterkaitan pembuatan RAPBS dengan Progran yang ada dalam Dokumen 1 10,4
5. Adanya keterkaitan pembuatan RAPBS dengan Visi dan Misi Sekolah 11,2
6. Adanya program sekolah terhadap upaya peningkatan mutu guru / pegawai sekolah. 9,5
7. Adanya program pelatihan Guru / Karyawan sekolah 9,4
8. Adanya kelengkapan data Sekolah 9,1
9. Melaksanakan pembibingan terhadap Guru dalam pembuatan Perangkat pembelajaran. 8,7
     
B Aktivitas Guru yang diamati Persentase
1 Menyampaikan tujuan 6,50
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah/hipotesis 8,3
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 8,3
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 7,7
5 Menjelaskan/melatih menggunakan alat 11,2
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS/menentukan konsep  

21,6

7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 11,0
8 Memberikan umpan balik 16,2
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 9,2

 

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas Guru yang paling dominan adalah Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS / menentukan konsep yaitu 21,%. Sedangkan item yang lain kelihatan adanya pemerataan perubahan yang lebih baik.

Pada siklus II, secara garis besar upaya peningkatan Kompetensi Guru sangat tampak ada, setelah pengawas menginformasikan bahwa setiap hari-hari yang ditentukan akan selalu diadakan permintaan informasi melalui angket, sehingga termotivasi dalam kegiatan kesehariannya untuk meningkatkan kompetensi masing-masing. Selain itu Guru memulai memahami apa yang dimaksud dengan Peningkatkan Kompetensi Guru melalui Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung.

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

  1. Guru pentingnya memberi motivasii sesuai dengan bidang masing
  2. Guru Sekolah perlu adanya kerjasama yang baik dalam merumuskan kesimpulan / menentukan sebuah konsep dalam sekolah
  3. Guru pentingnya adanya ketepatan dalam Pengelolaan waktu
  4. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan di Sekolah pada siklus II ini masih terdapat kekurangan, Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara lain:

  • Guru dalam memotivasi sesuai bidangnya masing-masing hendaknya dapat membuat lebih termotivasi selama melaksanakan tugasnya.
  • Guru harus lebih dekat dengan sasaran bidangnya masing-masing sehingga tidak ada kesenjangan perasaan dan takut baik untuk mengemukakan pendapat atau mencari informasi baru.
  • Guru harus lebih sabar dalam membimbing, mengarahkan dan merumuskan kesimpulan / menemukan konsep.
  • Guru, harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatannya masing-masing dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Siklus III

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat kegiatan dan alat-alatnya yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi kegiatan baik yang dilaksanakan Guru.

Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal September 2019 di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. dengan jumlah Guru 12. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Pengawas. Adapun proses kegiatan ini mengacu pada rencana kegiatan yang sudah disiapkan dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.

Penyempurnaan aspek-aspek di atas menunjukan adanya peningkatan kompetensi guru melalui Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung.”

Tabel 4.10 Aktivitas Guru pada Siklus III

N0 AKTIVITAS YANG DIAMATI II I
A Aktivitas Guru yang diamati Persentase Persentase
1. Penyampaian dan pemahaman isi Buku Dokumen 1 guru 14,1 14,1
2. Menghubungkan isi pada Dokumen 1 dengan Dokumen 2 sebagai tanggung jawab guru dalam KBM 12,3 12,3
3. Upaya mewujudkan Visi,Misi dalam kegiatan Sekolah 15,1 15,3
4. Adanya keterkaitan pembuatan RAPBS dengan Progran yang ada dalam Dokumen 1 10,2 10,4
5. Adanya keterkaitan pembuatan RAPBS dengan Visi dan Misi Sekolah 11,1 11,2
6. Adanya program sekolah terhadap upaya peningkatan mutu guru / pegawai sekolah. 9,7 9,5
7. Adanya program pelatihan Guru / Karyawan sekolah 9,6 9,4
8. Adanya kelengkapan data Sekolah 9,1 9,1
9. Melaksanakan pembibingan terhadap Guru dalam pembuatan Perangkat pembelajaran. 8,8 8,7
B Aktivitas Guru yang diamati Persentase Persentase
1 Menyampaikan tujuan 7,0 6,50
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah/hipotesis 8,3 8,3
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 8,4 8,3
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 7,7 7,7
5 Menjelaskan/melatih menggunakan alat 11,2 11,2
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS/menentukan konsep  

20,6

 

21,6

7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 11,0 11,0
8 Memberikan umpan balik 16,2 16,2
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 9,6 9,2

 

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas Guru yang paling dominan adalah Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS / menentukan konsep yaitu 20,6%. Sedangkan item yang lain kelihatan adanya pemerataan perobahan yang lebih baik.

Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. hal ini disebabkan adanya peningkatan kegiatan masing-masing bidang dan pada siklus III ini juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemauan dan kemampuan pihak sekolah (Guru) dalam mengetrapkan pemahaman Peningkatkan Kompetensi Guru melalui Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung.

Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah (Guru). Dari data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Selama proses kegiatan dari pihak Sekolah (Guru) telah melaksanakan semua bidang tugasnya dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaanya untuk masing-masing aspek cukup baik.
  2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa Guru aktif didalam melaksanakan tugasnya masing.
  3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga lebih baik.
  4. Hasil kegiatan dimasing-masing bidang pada siklus III sudah mencapai tuntas yaitu adanya peningkatan kompetensi dengan baik dan nyata.

Pada siklus III Guru telah melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai dengan bidang tugasnya menerapkan acuan yang berlaku (Tupoksi) dengan baik dan dilihat dari aktivitasnya sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan tugas selanjutnya dapat meningkatkan dan dapat tercapai.

Mengetahui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dari masing-masing pengelola sekolah (Guru) memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kompetensinya masing-masing. Hal ini dapat diihat dari semakin mantapnya pemahaman terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. (dari siklus I, II dan III) yaitu masing-masing 62,5%, 70,81% dan 81,6%. Lebih-lebih Pada siklus III keberhasilan berinovasi dan berkreatifitas untuk meningkatkan kompetensinya kelihatan nyata, baik dan tercapai.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi dan kinerja guru serta dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

KESIMPULAN

Berpijak pada pembahasan dan analisis yang telah dilakukan serta dari hasill kegiatan pengajaran yang dilakukan selama tiga siklus dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Peningkatkan Kompetensi Guru melalui Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. kelihatan tampak nyata dan positif. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan presentasi prestasi kompetensi berinovasi dan berkreatifitas secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus meningkat dari siklus I, (62,5%), siklus II,(70,8%) dan siklus III (81,6%).
  2. Salah satu dampak positif dari peningkatan kompetensi pelaku pendidikan di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. (Guru) yaitu adanya peningkatan kinerja dari masing-masing bidang hasil berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan yang ada di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung.
  3. Prestasi dan kinerja guru serta dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
  4. Pada prinsipnya manajemen sekolah itu sama dengan manajemen yang diterapkan di perusahaan, bedanya hanya pada produk akhir yang dihasilkan. Yang dihasilkan oleh manajemen sekolah adalah manusia yang berubah.

SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar Kompetensi pelaku Pendidikan di SMP Negeri 3 Satu Atap Pagar Gunung. Lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi utamanya guru, maka disampaikan saran sebagai berikut:

Guru hendaknya selalu meningkatkan kompetensinya, memalui KKG atas acuan buku dokumen 1 dan II yang ada di sekolah dan mendisiplinkan diri sebagai Pendidik, Pengajar dan Pembina bagi murid. Dengan penguasaan terhadap kompetensi akan dapat mempermudah penerapan managemen bebasis sekolah yang berorientasi terhadap pencapaian standar mutu pendidikan pada satuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Saripudin, Tuesday, 28 October 2008 14:51, Peningkatan Mutu Pembelajaran.

Media Kita. Nurulfikri.sch.id/index. Php http://rastodio.com/pendidikan /pengertian-mengajar.html  (diakses tanggal 2 September 2010)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Kurikulum Tingkat         Satuan Pendidikan. Jakarta.Depdiknas.

Dadang Dahlan, In-house Training sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Guru Tsanawiyah, file.upi.edu/al.php

Dhony Firmansyah, S.Si.2008. KaryaTulis disampaikan dalam Pelatihan “Sukses Membuat Proposal Penelitian yang Bermutu” K umiko Education Centre.