PERBEDAAN HASIL BELAJAR KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMLE
PERBEDAAN HASIL BELAJAR KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMLE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP SISWA
Ina Lestari
Indri Anugraheni
Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example berbantuan media gambar dan penerapan model pembelajaran Konvensional terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 02 dan 01 Bener. Subjek penelitian ini adalah kelas 5 SD Negeri 02 Bener sebagai kelomok eksperimen, dan kelas 5 SD Negeri 01 sebagai kelompok kontrol. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas model Example Non Example sebagai variabel bebas, hasil belajar sebagai variabel terikat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Desain penelitian ini menggunakan Pretest- Postest Control Group Design. Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, seltelah diberi perlakuan kemudian diberi posttest. Oleh karena itu untuk membandingkan antara kelompok eksperimen yang menggunakan model example non example dengan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. hasil penelitian ini setelah dilaksanakan analisis data rata-rata menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen sebesar 19,4848, sedangkan nilai rata-rata siswa kelompok kontrol sebesar 8,2500. Hal tersebut menunjukkan pengaruh pada kelompok yang menggunakan model pembelajaran example non example. Artinya bahwa rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Berdasarkan uji t-tes diketahui nilai signifikansi pada uji F adalah 0,242, pada taraf signifikansi/probabilitas 0,000; oleh karena nilai probabilitas tersebut lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian sama (varian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama). Dengan ini penggunaan uji t menggunakan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama) untuk itu dibandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas. Oleh karena t hitung > t tabel (4,759 > 1,996) dan signifikansi (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan rata-rata nilai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai kelompok kontrol. Nilai t hitung positif, berarti rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 1.23485 (19,4848 – 8,2500) dan perbedaan berkisar antara 6,52277 sampai 15,94693. Maka disimpulkan ada perbedaan hasil belajar kooperatif tipe Example Non Example berbantuan media gambar terhadap mata siswa kelas 5 SD Negeri Bener 02 dan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada Mata Pelajaran IPA Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan tersebut didukung oleh perbedaan rerata dua sampel penelitian yaitu hasil belajar pada penerapan model pembelajaran tipe Example Non Example sebesar 77,0303 dan hasil belajar pada penerapan model Konvensional sebesar 60,4722. Maknanya adalah bahwa perlakuan pembelajaran dengan model Example Non Example memberikan dampak pada hasil belajar yang berbeda dan lebih tinggi daripada model pembelajaran Konvensional. Saran yang penulis ajukan berkenan dengan hasil penelitian ini adalah guru dapat memilih model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example berbantuan media gambar dalam pembelaharan IPA sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar.
Kata Kunci: Perbedaan Hasil Belajar Kooperatif Example Non Example Berbantuan Media Gambar
PENDHULUAN
Latar Belakang
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan adalah usaha mewujutkan belajar dan proses pembelajaran, agar siswa aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian ahlak mulia, kekuatan spiritual keagamaan, serta ketrampilan dirinya dalam masarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar, supaya dapat mendorong siswa untuk mengembangkan potensi dirinya masing-masing.
Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang sesuai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan teknologi. Guru sebagai personil yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan tersebut.
Pemerintah untuk meningkatkan upaya mutu pendidikan adalah menaikan standar ketuntasan Ujian Nasional (UN) pada setiap tahunnya. Salah satu mata pelajaran di Sekolah dasar yang masuk dalam UN adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru paham mengapa IPA diajarkan di Sekolah Dasar.
Mengingat pentingnya pembelajaran IPA, maka semua siswa hendaknya dapat menguasai pelajaran IPA dengan baik. Sebagai seorang guru harus bisa menguasai kemampuan, keterampilan dalam menyajikan materi pelajaran IPA dan membutuhkan ide-ide kreatif dalam penyampaian materi kepada siswa sehingga dapat mengembangkan siswa secara menyeluruh dan utuh karena dalam kegiatan IPA melibatkan semua aspek yaitu: emosional, intelektual dan psikomotor sehinga dapat mencapai kemampuan peserta didik yang meliputi: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Model kooperatf dapat memberi solusi ideal terhadap masalah yang ditemui siswa, karena dalam pembelajaran kooperatif ini siswa diberi kesempatan saling berinteraksi secara kelompok untuk memecahkan masalah yang ditemuinya Robert E. Slavin (2011:103). Salah satu model kooperatif adalah model pembelajaran tipe Example Non Example berbantuan media gambar.
Buehl (1996) dalam Miftahul Huda (2015:235), strategi model pembelajaran Example Non Example melibatkan siswa bekerja kelompok untuk memperluas pemahaman konsep yang lebih mendalam, melakukan penemuan yang mendorong siswa membangun konsep melalui pengalaman langsung dari contoh-contoh yang mereka pelajari.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono (2012:54), adalah suatu konsep yang lebih luas dengan meliputi semua jenis kelompok, salah satunya yaitu dengan pimpinan guru. Di mana guru yang menetapkan tugas, pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu menyelesaikan masalah. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajar kooperatif merupakan suatu pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling bekerja sama, dengan bimbingan atau pimpinan guru. Keberhasil kerja kelompok sangat mempengaruhi oleh ketertiban dari setiap anggota kelompok.
Model Pembelajaran Example Non Example
Menurut Buehl (1996) dalam Miftahul Huda (2015:235), strategi model pembelajaran Example Non Example melibatkan siswa untuk memperluas pemahaman konsep yang lebih mendalam, melakukan penemuan yang mendorong siswa membangun konsep melalui pengalaman langsung dari contoh-contoh yang mereka pelajari.
Miftahul Huda (2015:235) tentang langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran Example Non Example yaitu; (1) Guru mempersiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) Guru memperlihatkan gambar kepada siswa dengan menempel atau meyangkan lewat OHP atau LCD, (3)Guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 2-3 siswa setiap kelompok, (4) Saat guru memberi petunjuk, siswa diberi kesempatan untuk memperhatikan kemudian setiap kelompok menganalisis, (5) Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas, (6) Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk maju ke depan membacakan hasil diskusinya, (7) Berdasarkan hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, (8) Penutup, guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakuakan kemudian melakukanmerefleksi pembelajaran dan memeberi tindak lanjut.
Kelebihan dan kelemahan yang dimiliki daei model Example Non Example menurut Miftahul Huda (2015:236). Kelebihan strategi model Example Non Example yaitu; (1) Siswa lebih berfikir kritis dalam dalam menganalisis gambar yang diberikan guru sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD), (2) Siswa dapat mengetahui aplikasi dari berbagai materi berupa contoh sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD), (3) Guru memberi kesempatan kedapa siswa untuk mengemukakan pendapat. Sedangkan kelemahan dari strategi model pembelajaran Example Non Example yaitu; (1) Tidak semua materi dapat dijajikan dengan menggunakan gambar, (2) Dalam persiapan terkadang membutuhkan waktu yang lama.
Dalam pembelajaran Example Non Example strategi ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang sudah termuat dalam contoh-contoh gambar yang sudah disediakan.
Media Gambar
Media merupakan alat saluran komunikasi. Menurut Hamdani (2011:234), media pembelajaran adalah komponen yang terdiri dari sesuatu sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk dijaikan bahan sumber belajar atau fisik yang mengandung materi, dapat merangsang siswa untuk belajar. Jenis-jenis media pembelajaran terdiri dari: media grafis (symbol-simbol komunikasi visual meliputi: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan flannel, papan buletin), media audio dikaitkan dengan indera pendengaran meliputi: radio, (alat perekam pita mgnetik), multimedia (dibantu proyektor LCD misalnya file program computer multimedia).
Dari berbagai media pendidikan, gambar merupakan salah satu media yang paling umum dipakai. Menurut R. Angkowo dan A. Kosasih (2007:26), media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangn gmbar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut peristiwa, benda-benda, manusia tempat dan sebagainya.
Sukiman (2012: 35-37) mengemukakan media pembelajaran mempunyai tiga ciri, sebagai yaitu; (1) Ciri fiksatif, berarti media harus memiliki kemampuan untuk merekam, menyimpan dan merekontruksi objek atau kejadian, (2) Ciri manupulatif, media harus memiliki kemampuan dalam memanipilasi objek atau kejadian, (3) Ciri distributif, berarti media harus memiliki kemampuan untuk diproduksi dalam jumlah besar dan disebarkan.
Hasil Belajar
Gagne dalam (Agus Suprijono 2012: 2), bahwa belajar merupakan perubahan kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, pengertian-pengertian, keterampilan dan apresiasi. Dalam mengklasifikasikan hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2012: 6), mencangkup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari ketiga ranah tersebut yang menjadi acuan utama dalam penilaian hasil belajar siswa yaitu ranah kognitif, namun dalam penelian IPA ini tugas guru selain mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang cerdas, bersikap baik dan memiliki ketrampilan-ketrampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi ranah afektif dan psikomotorik tetap menjadi acuan guru dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA
Kardi dan Nur dalam Trianto (2010:136), mengatakan bahwa IPA adalah ilmu tentang zat dan ilmu kealaman yang ada di bumi. IPA merupakan Ilmu pengetahuan alam yang harus dipelajari. IPA dipelajari di sekolah melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran IPA di sekolah pada dasarnya menekankan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Dalam pembelajaran guru harus melibatkan pengetahuan lain siswa agar kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dioptimalkan, begitu juga dengan pembelajaran IPA. Berpikir kreatif sangat melibatkan pikiran yang imajinatif dan rasional, individu mampu mengembangkan kapasitas untuk mengenal suatu hal yang baru, dapat menyatukan fenomena yang berbeda serta menyederhanakan situasi yang kompleks.
Kajian Penelitian Relevan
Bergbagai penelitian tentang keampuhan model pembelajaran Example Non Example dibuktikan oleh peneliti dengan mengkajinya antara lain: Adi Kusadi, Sofyan (2011), Laramba Faraya Ode (2011), Cipto Harsoyo (2012) dan Defi Haryono (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran Exmple Non Example dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA. Berdasarkan hasil-hasil yang telah dikutip, menunjukkan bahwa pemberian tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat adanya perubahan pada hasil belajar siswa dalam penyajian materi IPA.
Metode
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu. Sugiyono, (2010:116) berpandangan eksperimen semu dapat digunakan apabila mengalami kesulitan dalam mendapatkan kelompok kontrol yang benar-benar dapat mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhinya. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttes control group design menurut Sugiyono (2010:112), desain ini merupakan dua kelompok yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bener 01 dan 02 yang terlelak di wilayah Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Agustus 2017. Peneliti memilih mata pelajaran IPA kelas 5 semester II tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 50 siswa. Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).Variabel bebas merupakan tindakan yang mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah hasil dari penyelesaian soal IPA.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 SD Negeri Bener 01 dan 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2016/2017. Sampel ini berjumlah 63 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas 5 SD Negeri Bener 01 dan 33 siswa kelas 5 SD Negeri Bener 02. Instrumen pengumpulan analisis data hasil penelitian ini menggunakan instrument tes sebanyak 50 soal pilihan ganda.
Teknik analisis data terdiri atas Uji Prasyarat dan Uji Hipotesis. Uji Prasyarat terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah dilakukan uji asumsi/uji prasyarat kemudian pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji perbedaan pada hasil belajar menggunakan uji analisis deskriptif, yaitu menggunakan uji t melalui Independent Sample T-Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji t
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data berasal dari distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan berbantuan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan dasar keputusan; jika nilai signifikansi (Asymp.sig) > 0,05 maka data yang diuji adalah berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi (Asymp.sig) < 0,05 maka data yang diuji adalah tidak berdistribusi normal. Apabila nilai signifikasi/probabilitas >0,05, maka data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji One Sample Kolmogorov-Smirov Test hasil pretest-posttest kelompok kontrol adalah 0,083. Karena signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa selisih nilai Pretrst dan Posttest kelompok kontrol berdistribusi normal. Selisih nilai Pretrst dan Posttest kelompok eksperimen dengan tehnik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 0,746. Karena signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa selisih nilai Pretrst dan Posttest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil Test of Homogenitas of Variances. Dapat diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,242. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai antara kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama. Angka Levene Statistik menunjukkan semakin kecil nilainya maka semakin besar homogenitasnya. df1= jumlah kelompok data-1 atau 2-1=1, sedangkan df2= jumlah data –jumlah kelompok data atau 69-2=67.
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis dengan uji t. Berdasarkan hasil Independent Sampel Test, nilai signifikansi pada uji F adalah 0,242 lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian sama (Varian kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama). Dengan ini penggunaan uji t menggunakan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama) untuk itu dibandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas. Oleh karena t hitung > t tabel (4,759) > 1, 9996) dan signifikansi (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara rata-rata nilai kelompok ekserimen dengan rata-rata nilai kelompok kontrol. Hasil untuk kelas ekperimen adalah 19,4848 dan untuk kelompok kontrol 8,2500, artinya bahwa rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
Nilai t hitung positif, berarti rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 1.23485 (19, 4848 – 8,2500) dan perbedaan berkisar antara 6,52277 sampai 15,94693. Jadi hipotesis yang menyatakan ada perbedaan model pembelajran example non example dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Bener 02 dan 01 Kecamatan Tengran Kabupaten Semarang.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan sebelumnya, berikut ini akan diuraikan deskripsi dan interprestasi data hasil penelitian. Deskripsi dan interpretasi data analisis berdasarkan pada penggunaan model pembelajaran example non example terhadap hasil belajar IPA siswa.
Hasil uji hipotesis penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan kodel pembelajaran konvensional dalam pembelajaran.hal ini dapat menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 02 Bener (kelas eksperimen) pada mata pelajaran IPA.
Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis yang menunjukkan nilai probabilitas < 0,05. Dari hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa nilai probabilias 0,00 menunjukkan hasil yang sangat signifikan, karena probabilias 0,000 <0,05 maka Ha diterima. Artinya bahwa, terdapat pengaruh positif dan sangat signifikan terhadap rata-rata hasil belajar siswa pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran example non example.
Priyanto (2010: 9), mengatakan bahwa signifikan merupakan keyakinan atau berari dalam penelitian mengandung arti bahwa hipotesis yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan pada popuasi. Dari hasil analisis data, menunjukkan hasil yang signifikan karena hal ini disebabkan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran example non example siswa lebih kritis dalam menganalisi gambar, siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapanya. Prose pembelajaran tersebut ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Miftahul Huda mengemukakan bahwa kelebihan dari model pembelajaran example non example yaiti; Siswa lebih berfikir kritis dalam dalam menganalisis gambar yang diberikan guru sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD), Siswa dapat mengetahui aplikasi dari berbagai materi berupa contoh sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD), dan guru memberi kesempatan kedapa siswa untuk mengemukakan pendapat.
Selain dilihat dari probabilitas dan signifikasinya, dapat juga di lihat dari perbedaan rata-rata nilai hasil belajar dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples terlihat hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang berjumlah 33 siswa lebih tinggi di banding dengan hasil belajar siswa kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa. Data yang di peroleh membuktikan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen adalah 19,4848 sedangkan kelompok kontrol 8,2500. Pada siswa data independent samples t test terlihat bahwa nilai t hitung positif, artinya rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Adi Kusadi, Sofyan (2011), Laramba Faraya Ode (2011), Cipto Harsoyo (2012) dan Defi Haryono (2012) menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran Exmple Non Example berbantuan media gambar dengan menggunakan model konvensional terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 02 dan 01 Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.
PENUTUP
Kesimpulan
Demikan, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar example non example berbantuan media gambar dengan pembelajaran konvensional terhadap siswa kelas 5 SD Negeri Bener 02 dan 01 Kabupaten Semarang Kecamatan Tengaran Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka terdapat beberapa saran yang ditunjukkan. Bagi guru hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Example Non Example lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional pada mata pelajaran IPA, oleh sebab itu guru dapat menerapkan model pembelajaran Example Non Example berbantuan media gambar pada mata pelajaran IPA kelas 5. Bagi Kepala Sekolah, diharapkan diharapkan dapat mendorong para guru mensosialisasikan keampuhan model pembelajaran kooperatif Example Non Example. Bagi peneliti yang lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Undang-undan No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Hamdani 2011. Media Pembelajaran; Yogyakarta; PUSTAKA PELAJAR
Huda, Miftahul.2015. Model-model Pengangajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta; PUSTAKA PELAJAR
Priyanto, Dwi. 2010. Pemahaman Analisis Satistik Data dengan SPSS. Yogyakarta; Mediakom
Tritanto. 2009. Mendesain Model Pembelajaranm Inovatif-Progresif. Surabaya; Kencana.
Slavin. Robert E, 2011. Cooperative Learning Teori, Riset dan Prakrik. Bandung: Nusa Media
Sukiman, 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta; Pustaka Insan Madani
Suprijono , Agus 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta; PUSTAKA PELAJAR
Â