PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

SISWA KELAS 4 SD GUGUS AMONGSIWI TEMANGGUNG

 

Ari Kuncoro Budiharto

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika menggunakan model NHT dan STAD pada siswa kelas 4 SD gugus Amongsiwi Temanggung. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas 4 SDN Gentan 2 sebagai sekolah inti dengan jumlah 28 peserta didik, SDN Kemloko 1 sebagai sekolah imbas dengan jumlah 24 peserta didik, dan SDN Kemloko 2 sebagai sekolah imbas jauh dengan jumlah 28 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah instrumen soal. Teknik analisis yang dipakai menggunakan IBM SPSS Statistics 25 for Windows. Hasil uji T didapatkan hasil yaitu T-hitung sebesar 2,980 dengan nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,004 dan Sig. (1-tailed) 0,002. Nilai probablilitas 0,002 < α 0,05 maka itu berarti H ditolak dan H diterima. Selain itu hasil rata-rata posttest NHT sebesar 80,000 mendapat nilai lebih tinggi daripada hasil rata-rata nilai posttest STAD sebesar 72,125. Jadi kesimpulannya adalah hasil belajar matematika menggunakan model NHT lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan STAD pada siswa kelas 4 SD gugus Amongsiwi Temanggung.

Kata kunci: NHT, STAD, Hasil belajar Matematika

ABSTRACT

The purpose of this research were to knowing the differences of Mathematics learning outcome using NHT and STAD learning models on fourth grader students in Amongsiwi Cluster Temanggung. The type witch used on this research is quasi experimental. Sample of this research was fourth grader students in SDN Gentan 2 as main school with 28 students. SDN Kemloko 1 as school of impact with 24 students, and SDN Kemloko 2 as a far distance school of impact with 28 students. Instrument which used on this research is test questions instrument, This research using analysis technique of IBM SPSS Statistics 25 for Windows. The T-test result obtained that T-count is 2,980 with Sig. (2-tailed) is 0,004 dan Sig. (1-tailed) is 0,002. The probability score is 0,002 < α 0,05 that means H was rejected and H was accepted. And the posttest result of NHT got higher average score than STAD. Can be interpreted that Mathematics learning outcome with NHT learning model were significant higher than STAD on fourth grader students in Amongsiwi Cluster Temanggung.

Keywords: NHT, STAD, Mathematics learning of outcome

 

PENDAHULUAN

Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi, Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar yang bertujuan untuk menunjukkan sikap positif bermatematika, yaitu logis, cermat dan teliti, jujur, bertanggung jawab, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan suatu masalah, sebagai wujud dari implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika.

Wahyudi (2012: 7) mengatakan matematika merupakan cabang ilmu universal yang meliputi ide, gagasan, dan konsep abstrak yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Matematika berkembang luas dengan mencakup perkembangan sains dan teknologi.

Menurut Karso (2014: 1.4) matematika merupakan mata pelajaran yang mempelajari konsep abstrak yang tersusun secara simbolis, hierarkis, deduktif, formal, dan aksiomatis untuk melatih siswa berfikir secara logis.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, tetapi sulit dan kurang menyenangkan untuk bisa dipahami baik anak-anak maupun orang dewasa. Oleh sebab itu guru sebagai tenaga pendidik atau pengajar mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep matematika. Hal ini selaras dengan pendapat Suhandi Astuti (2017: 49) yaitu guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Apabila guru bekerja secara profesional bukanlah sesuatu yang mustahil jika sebuah sekolah dapat menghasilkan siswa yang unggul.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model Numbered Head Together (NHT) dan Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Pernyataan tersebut didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Nur Halimah (2017) melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Pengaruh Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri Sumberejo 02. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain Pretest Posttest yang tak ekuivalen. Hasil uji T tes nilai signifikansi adalah 0,019 < 0,05, maka Ho ditolak Ha diterima. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara model STAD dan NHT terhadap hasil belajar matematika. Perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan tersebut didapat dari perbedaan rerata dua sampel penelitian, dimana rerata hasil belajar pada penerapan model pembelajaran STAD sebesar 77,89 , sedangkan rerata hasil belajar pada penerapan model pembelajaran NHT sebesar 85,53. Artinya bahwa perlakuan pembelajaran dengan model NHT memberikan dampak yang berbeda secara signifikan lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran STAD pada hasil belajar matematika siswa kelas V SD Sumberejo 01 dan SD N Sumberejo 02 Semester II Tahun Ajaran 2016/2017.

Romian Siahaan (2017) Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 101772 Tanjung Selamat. Hasil pengolahan data diperoleh rata-rata pre-tes kelas Eksperimen I (STAD) adalah 41,55 dan rata-rata pre-tes kelas Eksperimen II (NHT) adalah 56,42. Semua data pre-tes, post-tes diperoleh data berdistribusi normal. Data tersebut kemudian diuji homogenitasnya sehingga diketahui kedua kelas homogen. Setelah diberi perlakuan hasil belajar pada kelas Eksperimen I sebesar 81,55, dan kelas Eksperimen II diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 83,14. Dari data tersebut setelah dianalisis, maka diperoleh peningkatan hasil belajar siswa kelas Eksperimen I adalah sebesar 68% dan peningkatan hasil belajar siswa kelas Eksperimen II adalah sebesar 60%. Terlihat jika peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode STAD lebih unggul 8% dari hasil belajar siswa yang menggunakan metode NHT.

Atas dasar tersebut peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Student Teams Achievement Divisions (STAD) Siswa Kelas 4 SD Gugus Amongsiwi Temanggung.

METODE PENELITIAN

Pembelajaran matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang penting dan harus diberikan untuk peserta didik dari mulai jenjang Sekolah Dasar yang bertujuan supaya dapat melatih kemampuan peserta didik untuk bermatematika sejak dini. Dalam rangka mewujudkan tujuan di atas dilaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran agar pembelajaran matematika lebih gampang gampang diterima peserta didik.

Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Huda (2014: 203) Tujuan NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua pelajaran dan tingkatan kelas.

Menurut Miftahul Huda (2011:138) menyebutkan tahapan atau langkah-langkah pembelajaran NHT adalah sebagai berikut; (1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. (2) Guru memberikan tugas atau pertanyaan dan masing masing kelompok mengerjakannya. (3) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. (4) Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Kelebihan NHT menurut Suwarno (2010) adalah kelebihan sebagai berikut; (1) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. (2) Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. (3) Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan. (4) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Sedangkan kelemahannya adalah siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah, proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai, dan pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

Model pembelajaran selanjutnya yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Isjoni (2011: 74) mengatakan bahwa STAD merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal.

Ridwan (2013: 134) menerangkan bahwa langkah-langkah pembelajaran STAD adalah sebagai berikut; (1) Bentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen. Campurkan menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan sebagainya. (2) Guru menyajikan materi pelajaran. (3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu paham. (4) Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis, peserta didik harus bekerja individu dan tidak diperbolehkan saling membantu. (5) Guru memberikan evaluasi. (6) Guru memberikan penghargaan.

Kelebihan STAD menurut Anas (2014: 26) yaitu; (1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. (2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. (3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. (4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Sedangkan kekurangan dari model STAD adalah; (1) Ketergantungan peserta didik yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. (2) Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat terpenuhi. (3) Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat. (4) Menyulitkan bagi guru untuk melaksanakan penilaian terhadap individu dan kelompok.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental research). Menurut Wina (2013: 100) eksperimen semu adalah suatu penelitian eksperimen yang pemilihan kelompoknya tidak dilakukan dengan cara random atau acak. Penelitian eksperimen adalah jenis penelitian yang melibatkan dua kelompok yaitu antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Dimana kedua kelompok dievaluasi untuk melihat perbedaan hasil belajar setelah diterapkannya model pembelajaran NHT dan STAD.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 SD Gugus Amongsiwi, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, dengan jumlah siswa 150 yang terdiri dari enam SD yaitu SDN Gentan 1, SDN Gentan 2, SDN Kemloko 1, SDN Kemloko 2, SDN Kemloko 4, SDN Klepu. Sampel dari penelitian ini berjumlah 80 peserta didik yang terdiri dari siswa kelas 4 SDN Gentan 2 jumlah 28 siswa, siswa kelas 4 SDN Kemloko 1 jumlah 24 siswa, dan siswa kelas 4 SDN Kemloko 2 jumlah 28 siswa.

Menurut Slameto (2015: 227) diperlukan serangkaian data untuk dapat membuat simpulan dari penelitian yang dilakukan. Data tersebut dapat diperoleh melalui berbagai teknik dan instrumen pengumpulan data. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data hasil belajar Matematika kelas 4 SD. Dan teknik untuk memperoleh data tersebut peneliti menggunakan teknik tes.

Validitas soal dibuat sebanyak 40 butir soal pilihan ganda, namun hanya diambil 25 soal yang layak setelah dilakukan pengujian untuk digunakan dalam penelitian. Priyatno (2010: 90) Uji validitas instrumen adalah pengujian terhadap kualitas instrumen yang akan digunakan apakah instrumen yang akan digunakan itu sudah sesuai dengan faktor yang akan diteliti atau belum, Sedangkan reliabilitas dapat diartikan sejauh mana instrumen dapat dilakukan, batasannya yaitu instrumen yang memiliki reliabilitas > 0,7 adalah dapat dikatakan reliabel. Pengujian dilakukan dengan bantuan aplikasi Anates V4 for Windows.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Sebagai uji prasyarat dibutuhkan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan one way ANOVA. Uji beda rata-rata atau uji T menggunakan independent sample T-test. Pengolahan data tersebut menggunakan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics 25 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disajikan dalam statistik deskriptif dari hasil pretest dan posttest yang isinya terdiri dari rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), dan nilai terendah (minimum), standar deviasi (standart deviation), distribusi frekuensi. Berikut penyajiannya;

Tabel 1

Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen 1

  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pretest 40 20.00 85.00 49.2500 16.73895
posttest 40 60.00 100.00 80.0000 11.49136
Valid N (listwise) 40        

 

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari nilai pretest sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sebesar 49.2500 dengan standar deviasi 16.73895. setelah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Numbered Head Together (NHT) dihasilkan nilai rata-rata untuk nilai posttest meningkat menjadi 80.0000 dengan standar deviasi 11.49136. Nilai tertinggi yang dicapai pada pretest adalah 85 dan nilai terendah adalah 20. Sedangkan pada saat posttest nilai tertinggi yang didapat adalah 100 dengan nilai terendahnya adalah 60. Jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest adalah sebanyak 40 peserta didik.

Tabel 2

Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen 2

  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pretest 40 15.00 80.00 45.2500 13.63207
posttest 40 50.00 95.00 72.1250 12.13638
Valid N (listwise) 40        

 

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari nilai pretest sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) sebesar 45.2500 dengan standar deviasi 13.63207. Setelah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dihasilkan nilai rata-rata untuk nilai posttest meningkat menjadi 72.1250 dengan standar deviasi 12.13638. Nilai tertinggi yang dicapai pada pretest adalah 80 dan nilai terendah adalah 15. Sedangkan pada saat posttest nilai tertinggi yang didapat adalah 95 dengan nilai terendahnya adalah 50. Jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest adalah sebanyak 40 peserta didik.

Tabel 3

Komparasi Hasil Pengukuran

Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2

Tahap Pengukuran Rerata skor (mean) Selisih skor
Eksperimen 1 Eksperimen 2
Pretest 49.2500 45.2500 4.0000
Posttest 80.0000 72.1250 7.8750

 

Berdasarkan tabel diatas, bisa diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rerata (mean) tahap pengukuran awal atau pretest yang ditunjukkan oleh adanya selisih skor antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 sebesar 4.0000 dimana rata-rata kelompok eksperimen 1 lebih unggul daripada kelompok eksperimen 2. Pada tahap pengukuran akhir atau posttest juga terdapat perbedaan nilai rata-rata yang ditunjukkan adanya selisih skor sebesar 7.8750 antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, dimana kelompok eksperimen 1 lebih unggul.

Tabel 4

Hasil Uji T Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2

Independent Samples Test
  Levene’s Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
nilai Equal variances assumed .239 .626 2.980 78 .004 7.875 2.643 2.614 13.136
Equal variances not assumed     2.980 77.769 .004 7.875 2.643 2.614 13.136

 

Analisis uji beda pada hasil uji T diatas menggunakan equal variances assumed (asumsi varian yang sama), dapat dilihat bahwa nilai T-hitung adalah 2,980 dengan Sig. (2-tailed) 0,004, karena nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,004 maka untuk menghitung nilai dari Sig. (1-tailed) adalah dengan membagi dua nilai dari Sig. (2-tailed) yaitu 0,004: 2 = 0,002. Jadi nilai dari Sig. (2-tailed) 0,004 dan Sig. (1-tailed) 0,002. Berdasarkan data tersebut jika nilai probablilitasnya adalah kurang dari 0,05 maka Hₒ ditolak dan Hₐ diterima, itu berarti bahwa hasil belajar kelompok eksperimen 1 lebih tinggi daripada hasil belajar kelompok eksperimen 2.

Penelitian berfokus pada masalah yang telah dirumuskan yaitu apakah hasil belajar Matematika menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi secara signifikan dibandingkan hasil belajar dengan menggunakan model STAD pada kelas 4 SD Gugus Amongsiwi Temanggung. Maka dilakukan penelitian penggunaan model NHT dan STAD pada pelaksanaan pembelajaran di kelas 4 dengan materi “Keliling dan luas bangun datar” dengan perlakuan yang berbeda pada masing-masing kelompok eksperimen.

Hasil uji prasyarat dari kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah homogen karena nilai pretest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mendapatkan skor sebesar 0,169 yang lebih besar dari 0,05 dan nilai posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mendapatkan skor 0,631 yang juga lebih besar dari 0,05. Dari hasil uji prasyarat tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah homogen. Dan untuk hasil uji normalitas pretest dan posttest secara keseluruhan juga mendapatkan skor lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah berdistribusi normal.

Analisis deskriptif dari data nilai pretest kelompok eksperimen 1 adalah sebesar 49.2500 mengalami peningkatan sebesar 4.0000 menjadi 80.0000 pada hasil nilai posttest. Sedangkan untuk kelompok eksperimen 2 juga terdapat peningkatan sebesar 7.8750 dari nilai pretest sebesar 45.2500 menjadi 72.1250 pada hasil nilai posttest.

Hasil uji beda atau uji T adalah nilai Sig. (2-tailed) 0,004 dan Sig. (1-tailed) 0,002. Dengan nilai probablilitas kurang dari 0,05 maka Hₒ ditolak dan Hₐ diterima, itu berarti bahwa hasil belajar kelompok eksperimen 1 lebih tinggi signifikan daripada kelompok eksperimen 2.

Penelitian yang dilakukan ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ganis Puspitasari (2016) yaitu penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SDN Pedurungan Lor 02 Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. Diketahui bahwa rata-rata hasil nilai posttest yang diperoleh siswa kelas eksperimen sebesar 85,6 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 75 dengan hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai t hitung > t tabel (5,608 > 2,012) dan probabilitas signifikan ranah kognitif 0,000 < 0,05, rata-rata skor keseluruhan penilaian observasi afektif kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (3,4 > 3,0), dan rata-rata skor keseluruhan penilaian observasi hasil belajar psikomotor kelas eksperimen sebesar 3,3 dan rata-rata skor keseluruhan penilaian observasi psikomotor kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (3,3 > 3,2). Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil membuktikan bahwa hasil belajar siswa lebih baik setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Seperti halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Sunilawati (2013) yang melakukan penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD. Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan uji t, dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada tingkat alpha 0.05. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan akan menerima H1 dan sebaliknya. Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa nilai t hitung < dari t tabel (2.011 < 2.021) dan signifikansi < 0.05 (0.034 < 0.05). Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berdampak lebih baik secara signifikan terhadap hasil belajar matematika dibandingkan dengan konvensional.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Halimah (2017) yaitu penelitian dengan judul Perbedaan Pengaruh Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri Sumberejo 02. Hasil uji T tes nilai signifikansi adalah 0,019 < 0,05, maka Ho ditolak Ha diterima. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara model STAD dan NHT terhadap hasil belajar matematika. Perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan tersebut didapat dari perbedaan rerata dua sampel penelitian, dimana rerata hasil belajar pada penerapan model pembelajaran STAD sebesar 77,89 , sedangkan rerata hasil belajar pada penerapan model pembelajaran NHT sebesar 85,53. Artinya bahwa perlakuan pembelajaran dengan model NHT memberikan dampak yang berbeda secara signifikan lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran STAD pada hasil belajar matematika.

Selain itu adapun penelitian yang dilakukan oleh Hanifah Kusumawati (2016) dengan penelitian berjudul Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan STAD Ditinjau dari Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Gugus Singoprono 1 dan 3 Simo. Teknik analisis data hasil penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dan teknik statistik ANCOVA. Berdasarkan uji ANCOVA yang telah dilakukan terhadap skor posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 diperoleh hasil F hitung sebesar 10,303, pada taraf signifikansi/probabilitas 0,002. Oleh karena nilai probabilitas tersebut < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran dengan model NHT memberikan dampak pada hasil belajar yang berbeda dan lebih tinggi daripada model pembelajaran STAD.

Selain dari penelitian beberapa peneliti diatas, Fifi Ari Susanti (2012) melakukan penelitian tentang Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri Salatiga 06 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini tes hasil belajar matematika. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah uji beda rata-rata dengan menggunakan Independent Sampel T-test. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen yaitu 82,46 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol yaitu 75,42. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan setelah diterapkannya model pembelajaran STAD antara hasil belajar matematika siswa kelas IVB SD Negeri Salatiga 06 dengan hasil belajar matematika siswa kelas IVA SD Negeri Salatiga 06.

Sejalan dengan penelitian dari Fifi Ari Susanti, peneliti Elfrida Yetti Fergi Nindya (2016) melakukan penelitian tentang Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Permainan Lempar Tangkap Bola terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Mardi Rahayu Ungaran Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Teknik analisis data dilakukan dengan bantuan Independent Sample T-Test program SPSS Version 16.0 pada data posttest kedua kelas. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,028 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan efektivitas hasil belajar yang signifikan antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan permainan lempar tangkap bola dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika.

Selain itu Firmina Isnani (2014) juga melakukan penelitian tentang Pengaruh Pembelajaran Model Student Team Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Kauman Kidul. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas V menggunakan Model Student Team Achievement Division (STAD). Rata-rata tes akhir (post-test) yang diperoleh siswa kelas eksperimen adalah 72,25 dengan standar deviasi sebesar 11,74 sedangkan nilai rata-rata tes akhir (post-test) kelas kontrol adalah 73,09 dengan standar deviasi sebesar 9,24. Uji hipotesis menunjukan bahwa hasil nilai t-hitung diperoleh signifikan. 0,00 < dari 0,02 maka disimpulkan bahwa H_1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa menggunakan Model Student Team Achievement Division (STAD). Kesimpulannya adalah model pembelajaran STAD terbukti lebih baik daripada model ceramah.

Dwi Songko Wijayantoro (2015) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas 4 SD Kristen 3 Eben Haezer Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Dari hasil penelitian diperoleh nilai sig. 0,03 < 0,05, sehingga dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dengan hasil belajar matematika siswa kelas kontrol denggan model pembelajaran konvensional. Terbukti STAD lebih baik daripada model konvensional.

Terdapat penelitian yang berbeda dari Rosnawati (2012) yang melakukan penelitian tentang Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Salatiga 12 Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen meningkat dari 49,33 menjadi 73,80 setelah diberi perlakuan dengan efektivitas model pembelajaran NHT. Adapun minat belajar siswa pada kelas eksperimen sebelum perlakuan berada pada kategori minat belajar netral dengan skor minat belajar/ item sebesar 2,46. Setelah penerapan pembelajaran NHT, minat belajar siswa meningkat pada kategori sangat positif dengan rerata skor individu/item 3,4 dari skor ideal 4. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran NHT efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa.

Dan terdapat penelitian dari Ema Darliyah (2012) yang melakukan penelitian tentang Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri Traji I Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat efektivitas yang signifikan antara hasil belajar matematika pokok bahasan pengurangan pecahan antara hasil belajar SDN Traji I dan hasil belajar SDN Traji II setelah diterapkannya model pembelajaran NHT.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Vidya Mulyawati (2012) yaitu tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV di SD Imbas Gugus Hasanudin Salatiga Semester Genap Tahun 2011/2012. Teknik analisis data menggunakan analisis uji beda (uji-t) dengan bantuan program penghitungan statistik Statistical Product And Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika kelas IV di SD Imbas Gugus Hasanudin. Kesimpulan ini didukung oleh hasil Independent Samples Test diperoleh t hitung sebesar 2.349 > t tabel sebesar 2.007 dengan signifikansi sebesar 0.023 < 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain dari beberapa penelitian diatas, Romian Siahaan (2017) melakukan penelitian tentang Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 101772 Tanjung Selamat. Setelah diberi perlakuan hasil belajar pada kelas Eksperimen I sebesar 81,55, dan kelas Eksperimen II diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 83,14. Dari data tersebut setelah dianalisis, maka diperoleh peningkatan hasil belajar siswa kelas Eksperimen I adalah sebesar 68% dan peningkatan hasil belajar siswa kelas Eksperimen II adalah sebesar 60%. Terlihat jika peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode STAD lebih unggul 8% dari hasil belajar siswa yang menggunakan metode NHT.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Nita Indriastuti (2016) yaitu penelitian tentang Studi Komparasi Strategi Student Team Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 1 Siswodipuran Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil analisis data dengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai-Ttabel ≤ Thitung ≤ Ttabel yaitu-2,002 ≤ -0,402 ≤ 2,002, dengan nilai rata-rata hasil belajar kelas IVB lebih besar dibandingkan rata-rata hasil belajar kelas IVA yaitu 71,34 > 69,6. Nilai rata-rata kelas IVA yang menerapkan strategi NHT adalah 69,9. Sedangkan nilai rata-rata kelas IVB yang menerapkan strategi STAD adalah 71,34. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh masing-masing kelas tersebut, maka hasil yang diperoleh siswa kelas IVB yang menerapkan strategi STAD lebih besar dari kelas IVA yang menerapkan strategi NHT.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil analisis, penelitian dan pembahasan yang telah selesai dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi secara signifikan daripada model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas 4 SD Gugus Amongsiwi Temanggung. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perolehan uji beda rata-rata nilai posttest atau Uji T dengan hasil Sig. (2-tailed) 0,004 dan Sig. (1-tailed) 0,002. Nilai probablilitas adalah kurang dari 0,05 maka dari itu Hₒ ditolak dan Hₐ diterima. Yang berarti bahwa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar berdampak lebih tinggi secara signifikan daripada model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata nilai posttest pada kelompok eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) mendapat hasil 80,0000, sedangkan pada kelompok eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) mendapatkan hasil 72,1250.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Anas, M. 2014. Mengenal Metode Pembelajaran. Pasuruan: CV Pustaka Hulwa.

Astuti, Suhandi, Slameto, Yari Dwikurnaningsih. 2017. Peningkatan Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Penyusunan Instrumen Ranah Sikap Melalui In House Training. Kelola Jurnal Manajemen Pendidikan, 4 (1) 37-47.

Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta.

Karso, Dkk. 2014. Pendidikan Matematika 1. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Priyatno, Duwi 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gaya Media.

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan Keenam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suwarno. 2010. Pembelajaran Kooperatif Jenis Numbered Heads Together. (http://suwarnostatistik.wordpress.com)

Wahyudi. 2012. Pemecahan masalah Makalah Seminar Pendidikan Matematika. Tesis. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.