Perbedaan Model Bamboo Dancing dan Jigsaw Dilihat Dari Hasil Belajar
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN JIGSAW DILIHAT DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 4 SD GUGUS DIPONEGORO KECAMATAN TOROH
KABUPATEN GROBOGAN
Nur Andriyani
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Bamboo Dancing dan Jigsaw ditinjau dari hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD Gugus Diponegoro Kecamatan Toroh. Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kuasi eksperimen (quasi research). Hasil penelitian menggunakan Uij T pada varian model pembelajaran, diperoleh T hitung sebesar 2,187 dan T tabel yaitu 1,664 dan taraf signifikansi sebesar 0,31. Oleh karena nilai probabilitas 0,5 lebih kecil dari 0,05 maka H0 diterima dan ditolak Ha, artinya hasil belajar Matematika dalam penerapan model pembelajaran Jigsaw tidak lebih unggul daripada model pembelajaran Bamboo Dancing di SD Gugus Diponegoro Kecamatan Toroh.
Kata Kunci: Bamboo Dancing, Jigsaw, Hasil Belajar Matematika
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu yang dasar dalam menentukan nasip perkembangan teknologi dimasa mendatang, karena matematika berperan penting sebagai hal nelatar belakangi perkembangan pemikiran manusia (Hanifah dan Mawardi, 2016: 252). Alfred Boediman (2016:45), “ mathematics is the gate and key of the sciences”, artinya bahwa matematika merupakan gerbang dan juga kunci dari sebuah pengetahuan. Seperti yang dinyatakan oleh Fehr dan Philip (2006:1) menyatakan bahwa “ mathematics has always held a key position in the school curriculum because it has been considered knowledge indispensable to educated man.” Artinya matematika merupakan kunci utama dalam kurikulum sekolah, matematika di anggap sebagai pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dari umat manusia dan matematika juga merupakan kunci utama dalam segala bidang ilmu pengetahuan.
Dalam pembelajaran matematika siswa akan membangun pengalaman belajarnya sendiri. Pembelajaran akan dilakukan dengan cara siswa menjadi pusat dalam pembelajaran, sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri dengan mencari informasi dari berbagai sumber. Kegiatan ini akan membuat siswa menciptakan pengalaman matematika mereka sehingga akan menciptakan suasana belajar matematika yang diinginkan oleh siswa sendiri sehingga tujuan dalam pembelajaran matematika akan tercapai dengan maksimal. ( Wahyudi dan Kriswandani, 2013: 13)
Keberhasilan belajar tidak lepas dari beberapa factor pendukungnya. Faktir-faktor belajar dapat berasala dari mana saja baik dari siswa sendiri ataupun dari lingkungan sekitar. Guru merupakan salah satu factor pendukung dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Tugas guru yaitu melakukan pembimbingan pada sisa, melaksanakan proses belajar mengajar, dan meniliai hasil pembelajaran siswa. (Suhandi Astuti, 2016: 119). Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajar. Salah satu dari factor yang mampu mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu menggunakan model belajar pada suatu materi. Penggunakan model pada suatu materi pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap pembelajaran karena karakteristik setiap materi pada suatu pembelajaran berbeda. Pemilihan suatu model pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dan juga karakter siswa.
Menurut Mawardi (2018:29) model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan untuk mencapai tujuan, dan sebagaipedoman dalam suatu proses pembelajaran karena berisi sintak pembelajaran yang sistematis. Penggunakan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu hal yang menunjang suatu proses pembelajaran pada setiap matapelajaran khususnya matematika. Dengan menggunakan model pembelajaran dapan menumpuhkan rasa ingin tahu sehingga siswa akan tertarik terhadap pembelajaran sehingga siswa akan mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif.
. Penggunakan model pembelajaran kooperatif mampu menjadikan siswa untuk mencari pengetahuan sendiri dari berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. ( Rismaerista Rini & Mawardi, 2015: 103- 113). pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan bantuan guru yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dengan cara berkerjasama dalam sutu kelompok untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Beberapa model pembelajaran kooperatif dapat dilakukan oleh guru agar peserta didik tidak malas untuk berfikir, aktif dalam pembelajaran dan tidak terjadi pembelajaranyang pasif. Menurut Agus Suprijono (2012) model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, yaitu jigsaw, course reviw horay (CRH),Group investigation, snowball throwing, think pair share (TPS), Cooperative integrated reading and composition (CIRC), Talking stick, Student team achievement divisions (STAD), Make a macth, teams games turnaments (TGT), dan sebagainya.
Diantara model-model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Bamboo Dancing dan Jigsaw merupakan tipe model pembelajaran kooperatif. Kedua model pembelajaran ini relevan dengan materi pembelajaran di matematika. Dalam pembelajaran ini siswa akan belajar secara berkelompok secara hetrogen dan saling melakukan pertukaran informasi. Guru akan berperan sebagai fasilitator dan siswa akan berperan penuh dalam pembelajaran ini. Bamboo Dancing dan Jigsaw memiliki kesamaan pembelajaran dilakukan secara berkelompok dan siswa akan berperan sebagai informan bagi teman-teman yang lain.
Metode jigsaw merupakan model pembelajar yang membagi siswa kedalam kelompok belajar yang terdiri empat sampai dengan enam siswa sehingga setiap siswa harus menguasai subtopic dan bertanggung jawab terhadap materi yang diberikan oleh guru ( Komalasari, 2010:65). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa dan karakteristik pembelajaran matematika. Pembelajaran kooperatif berfokus pada pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil (Sugiyanto, 2008: 35). Model pembelajaran jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok dalam pembelajaran (Arends, 2008:13). Siswa akan bekerja sama saling berbagi informasi dan setiap siswa harus bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang didapat dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Guru akan membahas topic yang merupakan materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Semua siswa akan saling memberi dan menerima informasi pembelajaran. Model pembelajaran jigsaw diharapkan mampu melatih siswa untuk bertanggung jawab menyampaikan informasi kepada siswa yang lain.
Menurut pendapat beberapa ahli di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil dan dimana setiap siswa akan memiliki tanggung jawab pada materi yang diperolehnya dan siswa akan mengolah informasi dengan cara mereka sendiri untuk meningkatkan kentrampilan berkomunikasi.
Menurut Miftahul Huda (2014:204) metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah menggabungkan aktifitas membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Aktifitas ini akan membuat guru memahami kemampuan siswa dan pengalaman siswa dan membantu siswa dalam mengaktifkan pola gabungan aktifitas dari model pembelajaran jigsaw, sehingga pembelajaran akan lebih berkesan. Tidak hanya itu, siswa akan member banyak kesempatan untuk mengolah informasi yang mereka dapatkan dan juga model pembelajaran jigsaw akan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa.
Model pembelajaran bamboo dancing adalah model pembelajaran yang memiliki kreteria yang sama dengan pembelajaran jigsaw. Model bamboo dancing bertujuan saling berbagi informasi dari satu siswa kesiswa lain. Model bamboo dancing juga menggunakan metode kelompok dimana siswa akan saling berbagi informasi. Menurut Anita Lie seperti yang dikutip dalam Zuraida (2015:121) model pembelajaran bamboo dancing dimulai dengan menyimak penyajian informasi matematika oleh guru, kemudian siswa belajar dalam kelompok yang berhadapan. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 98) model pembelajaran BD melewati kegiatan memberi saran, model pembelajaran ini bermaksud untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik supaya lebih siap dalam menghadapi pembelajaran baru. Sedangkan menurut Miftahul Huda (2014: 250) model pembelajaran bamboo dancing adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk memberikan informasi pada waktu yang bersamaan.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan pembelajaran. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005: 22). Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif) yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2005: 57).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing dan jigsaw melalui hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD di Gugus Diponegoro Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.
METODE
Jenis penelitian yang di lakukan yaitu eksperimen semu (quasi research). Eksperimen semu merupakan bentuk sederhana dari eksperimen murni (true research) yang sulit untuk dilaksanakan. Penelitian eksperimen semu menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Penggunakan desain penelitian eksperimen semu dipilih secara random namun secara acak. Pada kelompok eksperimen 1 pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran jigsaw dan sedangkan pada kelompok eksperimen 2 sebagai kelompok untuk menerapkan model pembelajaran bamboo dancing.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Gugus Diponegoro. Namun,penelitian hanya akan meneliti 3 SD saja dari 10 SD negeri yang ada yaitu SDN Boloh 1 sebagai SD Inti yang akan diberi perlakukan kelas 4A sebagai eksperimen 1 dan kelas 4B sebagai eksperimen 2/ kelas control, SDN Boloh 3 sebagai SD Imbas yang akan diberi perlakuan kelas 4A sebagai eksperimen 1 dan kelas 4B sebagaieksperimen 2. SDN Tunggak 01 sebagai SD Imbas jauh akan diberi perlakuan kelas 4A sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas 4B sebagai kelas eksperimen 2.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan non te. Untuk pengambilan data secara tes menggunakan tes formatif berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari pretest dan posttest. Menurut Mawardi (2014: 118) penelitian pengetahuan merupakan penelitian yang berkaitan dengan aspek penguasaan materi pembelajaran secara kognitif. Sedangkan untuk non tes menggunakan observasi guru dan siswa.
Teknik analisis data berupa teknik analisis data deskriptif dan statistic Uji T. Teknik analisis data deskriptif terdiri atas teknik analisis data deskriptif dan distribusi frekuensi. Teknik analisis data terdiri atas uji persyaratan dan uji hipotesis. Uji prasyarat terdiri atas uji normalitas untuk menentukan data yang berdistribusi tidak normal, uji homogenetis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan dikelas 4A dan 4B SDN 1 Boloh, SDN 3 Boloh dan SDN 1 Tunggak. Materiyang diajarkan menentukan dan menghitung keliling dan luas persegi, persegi panjang dan segitiga. Pertemuan ini dilakukan sebanyak 2x pada setiap kelas. Alokasi waktu 4×35 menit. Penelitian ini dilakukan team teaching dimana gurudan peneliti melalukan pergantian menjadi observer. Berikut hasil dan pembahasan hasil penelitian:
Tingkat Hasil Belajar Matematika siswakelas 4A Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw Sebagai Kelompok Eksperimen 1
Tabel 1 Statistic deskriptif nilai pretest daan posttest kelompok eksperimen 1
N | Minimum | Maksimum | Mean | Std. Deviation | |
Nilai_ pretest | 35 | 40,00 | 95,00 | 64,4444 | 13,70228 |
Nilai_ posttest | 35 | 45,00 | 100,00 | 80,5778 | 15,59500 |
Valid N(listwise) | 35 |
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata- rata pretest pada kelas esperimen 1 dengan perlakuan model jigsaw sebesar 64,4444 dengan nilai minimum 40, nilai maximum 95 dan standar deviasi 13,70228.Setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw nilai rata-rata posttes meningkat menjadi 80,5778 dengan nilai minimum 45, nilai maximum 100 dan standar deviasi 15,59500. Jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest sebanyak 35 siswa.
Tingkat Hasil Belajar Matematika siswakelas 4B Menggunakan Model Pembelajaran Bamboo Dancing Sebagai Kelompok Eksperimen 2
Tingkat hasil belajar matematika siswa dipaparkan melalui tabel statistic deskriptif yang berisi hasil pretest dan posttest terdiri nilai minimum, maksimum, rata- rata, standar deviasi distribusi frekuensi dan penyajian dalam bentuk grafik. Berikut akan di tampilkan tabel statistic deskriptif secara lengkap.
Tabel 2 Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen 2
N | Minimum | Maksimum | Mean | Std. Deviation | |
Nilai_pretest | 35 | 40,00 | 95,00 | 65,1111 | 12,27011 |
Nilai_posttest | 35 | 50,00 | 100,00 | 73,6667 | 14,35745 |
Berdasarkan tabel4.4 dapat diketahui bahwa nilai rat-rata nilai pretest kelas eksperimen 2 pada saat sebelum melakukan pembelajaran dengan penerapan model bamboo dancing sebesar 65,1111 dengan nilai terendah 40, nili tertinggi 95 dan standart deviasi sebesar 12,27011. Setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran bamboo dancing, rata-rata nilai post test meningkat menjadi 73,6667 dengan nilai terendah yaitu 50, nlai tertinggi mencapai 100 dan standart deviasi sebesar 14,35745.
Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran
Deskipsi komparasi dalam penelitian ini memaparkan perbedaan hasil pengukuran dari kelompok eksperimen 1 dan kelompokeksperimen 2 berdasarkan nilai pretes dan posttest. Deskripsi komparasi pengukuran disajikan dalam bentuk tabel grafik sebagai berikut.
Tabel 3 Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen 1dan Kelompok Eksperimen 2
Tahap Pengukuran | Rata-rata Kelompok | Selisih Skor | |
Eksperimen 1 | Eksperimen 2 | ||
Pretest | 64,444 | 65,111 | 0,667 |
Posttest | 80,5778 | 73,6667 | 6,9111 |
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui perbedaan nilai rata-rata sebelum menggunakan jigsaw dan bamboo dancing. Nilai pretets pada kelompok eksperimen 1 yaitu 64,4444 dan kelompok 2sebesar 65,111, selisih diantara nilai pretest pada eksperimen 1 dan eksperimen 2 yaitu 0,667. Setelah menggunakan model pembelajaran baik jigsaw maupun bamboo dancing mengalami peningkatan pada nilai posttest pada eksperimen 1 maupun eksperimen 2. Nilai posttes pada kelompok eksperimen 1 adalah 80,5778 sedangkan pada kelompok eksperimen 2 adalah 73,6667 dengan selisih 6,9111.
Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw dan Bamboo dancing
Levene’s Test for Equality of Variances | t-test fo Equality of Means | |||||
F | Sig. | t | df | Sig.(2 taile d) | ||
,196 | ,659 | 2,187 | 88
|
0,31 |
Analisis uji T menggunakan teknik Independent Sample Test dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 2,187 dengan sig. ( 2- tailed) 0,31 dan sig. ( 1- tailed) 0,05 dan df sebesar 88. Nilai probabilitas 0,31 > 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima, dapat dikatakan juga bahwa hasil belajar kelompok eksperimen 1 tidak lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen 2.
Pembahasan
Hasil uji prasyarat dari kedua kelompok penelitian adalah homogeny karena nilai pretest kelompok eksperimen dan kontrolsebesar 0,0298 > 0,05 dan nilai posttest sebesar 0,643 > 0,05. Dapat disimpulkan dariuji prasyarat bahwa kedua varian tersebut homogeny. Untuk uji normalitas pretest dan posttest secara menyeluruh > 0,05 sehingga dapat disimpulkan kelompok eksperimen 1 dan 2 berdistribusi normal.
Analisis deskriptif nilai rata-rata pretest pada eksperimen 1 dengan menggunakan model jigsaw sebesar 64,4444 menjadi 80,5778.Sedangkan dari kelompok eksperimen 2 juga mengalami peningkatan yaitu perolehan skor pretest sebesar 65,111dan hasil posttest 73,6667.
Analisi berikutnya yaitu uji T dengan nilai t hitung adalah 2,187 dengan sig. ( 2- tailed) 0,031 dan sig. ( 1- tailed) 0,5 dan df sebesar 88. Nilai probabilitas > 0,5 maka H0 diterima Ha ditolak, dapat dikatakan juga bahwa hasil belajar kelompok eksperimen 1 lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen 2. Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang menggunakan analisis uji beda dapat dikatakan bahwa model pembelajaran jigsaw tidak lebih tinggi secara signifikan dari pada model pembelajaran bamboo dancing yang ditinjau dari hasil belajar matematika siswa.
Simpulan
Berdasarkan analisis data danhasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD Gugus Diponegoro Kecamatan Toroh dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih unggul secara signifikan dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing. Simpulan tersebut berdasarkan uji beda rata- rata hasil posttest (t-test) dalam penerapan model pembelajaran jigsaw sebagai kelompok eksperimen 1 dan model pembelajaran Bamboo dancing sebagai kelompok eksperimen 2. Uji T ( T-test) menggunakan teknik Independent Sampel T-Test diperoleh sig. (2-tailed) sebesar 0,31. Oleh karena itu nilai signifikansi 0,31 > 0,5,maka H0 diterima dan di tolak Ha. Hal ini berarti bahwa hasil belajar dalam penerapan model pembelajaran Jigsaw tidak lebih unggul secara signifikan dibandingkan model pembelajaran bamboo dancing.
REFERENSI
Arends, R. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Boediman, Alfred 2016. Beyond Me: Unleashing Technopreneurship Potential: Jakarta Pusat: Kesaint Blanc.
Fatoni, Husain, Dhiniaty Gularso. 2017. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau dari Prestasi Belajar IPS Kelas V SDN Kasihan Bantul. Jurnal PGSD Indonesia. 3 (2), 1 – 6.
Fehr & Philip. 2006. Teaching Modern Mathematics in the Elementary School. London: Addison – Wesley Publishing Company.
Kusumawati, Hanifah dan Mawardi. (2016). Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan STAD Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa. SCHOLARIA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 6(3), 251-263.
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama
Mawardi. (2014). Pemberlakuan Kurikulum SD?MI Tahun 2013 dan Implikasinya. SCHOLARIA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 4(3), 107-121.
. (2018). Merancang Model dan Media Pembelajaran. SCHOLARIA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.8 (1), 26-40.
Rini, Rismaerista & Mawardi. (2015). Peningkatkan Keterampilan Proses Saintifik dan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN Slungkep 02 Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup Menggunakan Model Problem Based Learning. SCHOLARIA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 5(1), 103-113.
Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sugiyanto. (2008). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: PSG Rayon 13
Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahyudi dan Kriswandani. (2010). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Salatiga: ISBN.
Zuraida. (2015). Pembelajaran Bamboo Dancing Salah Satu Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. 4(1), 120-127