Perencanaan Karier Siswa Mau Kemana Setelah SMK ?
PERENCANAAN KARIER SISWA MAU KEMANA SETELAH SMK ?
Rosy Fatmawati
Guru Bimbingan Konseling SMKN 2 Adiwerna, Kab.Tegal
ABSTRAK
Secara psikologis siswa SMK tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini individu mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa, pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Tema sentral kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah pencarian identitas atau jati-diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual. Sebelum kelulusan, siswa harus memutuskan apakah nanti akan bekerja, berwirausaha atau melanjutkan pendidikan. Jangan pernah berpikir bahwa saat ini, masih terlalu dini untuk mulai memikirkan keputusan tersebut. Pengambilan keputusan itu tidaklah mudah, terutama karena setiap pilihan memiliki dampak dan konsekuensi masing-masing yang akan menentukan jalan hidup selanjutnya. Peran siswa sangatlah besar dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Siswa bertanggung jawab atas hidupnya sendiri termasuk untuk meletakkan dasar bagi karir masa depan. Keluarga, Kakak Alumni, Konselor (Guru Bimbingan Konseling), Wali Kelas, BKK (Bursa Kerja Khusus), Guru, Perusahaan hanya dapat membantu dengan menyediakan informasi, memberikan arahan, dan berbagi pengalaman berharga, namun peran terpenting tetap berada di tangan siswa sendiri. Siswa- lah yang memutuskan bagaimana menggunakan informasi tersebut.
Kata kunci: perencanaan karier, SMK
Karakteristik Perkembangan Siswa SMK Dan Permasalahan Karier Siswa
Secara psikologis siswa SMK tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini individu mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa, pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Tema sentral kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah pencarian identitas atau jati-diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual. Ia harus mampu menjawab “Siapakah Aku ?”, “Apa yang menjadi kelebihan dan kekuranganku ?”, “Apa yang dapat menarik minatku ?”, “Dengan minat yang aku miliki , apa yang ingin aku capai ?”, dan “Kendalanya apa saja yang akan dihadapi ?”, “Mau ke mana aku setelah SMK ?”, “Apa yang harus kuperbuat untuk karier masa depanku ?”. Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat oleh remaja. Jika ia tidak dapat menjawabnya dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup, termasuk pengambilan keputusan karier. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan kariernya sehingga karier masa depan penuh dengan harapan. Oleh karena itu, pada masa remaja diperlukan lingkungan sosial dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya (peer group) yang mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan fisik yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga membuahkan produktivitas.
Tahap-tahap Perkembangan Karier
Supaya siswa dapat berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan kariernya, maka siswa perlu memahami dan menyadari tahap-tahap perkembangan kariernya yang dibagi menjadi 3 (tiga) tahap pokok, yaitu:
- Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (Masa Sekolah Dasar)
- Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (Masa Sekolah Menengah)
- Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (Masa Perguruan Tinggi)
Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (Masa Sekolah Dasar)
Pada tahap fantasi anak sering kali menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dll. Mereka juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang mereka lihat di lingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang mereka sebut masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Mereka memang asal sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak perlu cemas atau pun gelisah jika suatu ketika anak ternyata menyebut atau menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orang tua atau pun pendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan secara rasional dan obyektif, karena mereka belum mengetahui bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya. Mereka sekedar berfantasi saja secara bebas, yang sifatnya sama sekali tidak mengikat.
Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (Masa Sekolah Menengah)
Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas (Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap Transisi (Transition). Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga mereka mulai sadar bahwa kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga.
Pada sub tahap minat (11-12 tahun) anak cenderung malakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja; sedangkan pada sub tahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15-16 tahun) anak sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) anak sudah mampu memikirkan atau “merencanakan” karier mereka berdasarkan minat, kamampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan.
Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (Masa Perguruan Tinggi)
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap realistis, di mana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif. Tahap realistis dibagi menjadi 3 (tiga) sub-tahap, yakni sub-sub tahap (1) eksplorasi (exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan spesifikasi/penentuan (specification).
Pada sub tahap eksplorasi umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Akhirnya, pada sub tahap spesifikasi remaja sudah mampu mengambil keputusan yang jelas tentang karier yang akan dipilihnya.
Namun perlu disadari juga oleh siswa bahwa proses pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia Karena faktor peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena “tidak ada lowongan”, maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud.
Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini siswa perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
Upaya Bimbingan Konseling SMK Negeri 2 Adiwerna Dalam Layanan Bimbingan Karier
Oleh karena itulah, SMK Negeri 2 Adiwerna Tegal melalui Program Transisi Sekolah Ke Dunia Kerja khususnya Bimbingan Konseling memberikan bimbingan karier kepada siswa melalui modul pembelajaran antara lain materi ajar Kompas Masa Depan dan START (Materi Ajar bagi Guru SMK untuk Proses Transisi ke Dunia Kerja), sebuah instrumen berbasis portofolio membantu siswa dalam mengeksplorasi kekuatan dan minat mereka secara interaktif dan partisipatif dan membantu dalam proses memahami dan menyadari potensi ( ketrampilan, hobi, bakat ) dirinya, sehingga hal itu meningkatkan kepercayaan dirinya.
SMK Negeri 2 Adiwerna Tegal merupakan salah satu sekolah menengah dari program GIZ SED-TVET yang menerapkan dua produk tersebut, yaitu materi ajar Kompas Masa Depan dan START (Materi Ajar bagi Guru SMK untuk Proses Transisi ke Dunia Kerja) yang dikembangkan oleh program SED-TVET. Didukung juga oleh sarana prasarana yang memadai di ruang Bimbingan Konseling SMK Negeri 2 Adiwerna seperti tersedianya ruang konseling, fasilitas mengajar dengan notebook, PC, LCD proyektor, printer dan perpustakaan yang berisi buku koleksi bimbingan karir, pribadi dan belajar. Peralatan ini digunakan oleh siswa untuk berkonsultasi dengan konselor (Guru Bimbingan Konseling) dalam mengeksplorasi pilihan karir, serta digunakan oleh konselor (Guru Bimbingan Konseling) dalam memberikan informasi layanan transisi dari sekolah ke dunia kerja.
Materi Ajar KOMPAS MASA DEPAN dan START sebagai bagian dari LAYANAN TRANSISI KE DUNIA KERJA, diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk membantu siswa mulai memikirkan pilihan masa depan dari sejak kelas X. Sebagaimana sebuah kompas yang berfungsi sebagai penunjuk arah dalam sebuah perjalanan, KOMPAS MASA DEPAN akan membantu siswa untuk mengetahui minat, potensi serta pilihan yang mereka miliki dan merencanakan transisi siswa dari sekolah ke tahapan selanjutnya selepas SMK nanti.
Mau Kemana Setelah SMK ?
Sebelum kelulusan, siswa harus memutuskan apakah nanti akan bekerja, berwirausaha atau melanjutkan pendidikan. Jangan pernah berpikir bahwa saat ini, masih terlalu dini untuk mulai memikirkan keputusan tersebut. Pengambilan keputusan itu tidaklah mudah, terutama karena setiap pilihan memiliki dampak dan konsekuensi masing-masing yang akan menentukan jalan hidup selanjutnya. Peran siswa sangatlah besar dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Siswa bertanggung jawab atas hidupnya sendiri termasuk untuk meletakkan dasar bagi karir masa depan. Keluarga, Kakak Alumni, Konselor (Guru Bimbingan Konseling), Wali Kelas, BKK (Bursa Kerja Khusus), Guru, Perusahaan hanya dapat membantu dengan menyediakan informasi, memberikan arahan, dan berbagi pengalaman berharga, namun peran terpenting tetap berada di tangan siswa sendiri. Siswa- lah yang memutuskan bagaimana menggunakan informasi tersebut.
Bagi siswa Kelas XII yang pengambilan keputusannya bekerja, informasi yang diperlukan untuk persiapan karirnya yaitu:
- Siswa perlu mempersiapkan kemana akan bekerja (mencari informasi lowongan pekerjaan)
- Kualifikasi keahlian apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut.
- Jenis pekerjaan apa yang akan dilamar.
- Apa tugas dan tanggung jawab jenis pekerjaan tersebut.
- Bagaimana mempersiapkan surat lamaran pekerjaan dan
- Membuat Riwayat Hidup (CV) yang baik
- Bagaimana mengikuti proses seleksi rekrutmen yang baik.
- apa saja yang perlu dalam mempersiapkan diri untuk Wawancara Kerja
- Informasi terkait Memahami Perjanjian Kerja.
Bagi siswa Kelas XII yang pengambilan keputusannya berwirausaha, informasi yang diperlukan untuk persiapan karirnya yaitu:
- Siswa perlu mendapatkan informasi dari pengalaman wirausahawan
- Bagaimana menentukan prospek usaha yang akan dipilihnya
- Bagaimana menyusun rencana bisnis
- Bagaimana dan berapa modal usaha yang diperlukan
- Siapa sajakah sasaran konsumennya
- Siapakah kompetitor bisnisnya dan bagaimana menghadapinya
- Siapa sajakah rekan kerjasama dan bagaimana menjalin Networking
Bagi siswa Kelas XII yang pengambilan keputusannya melanjutkan pendidikan, informasi yang diperlukan untuk persiapan karirnya yaitu:
- Siswa perlu mendapatkan informasi jenis-jenis PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta)
- Siswa perlu mendapatkan informasi Jalur Masuk PTN dan PTS
- Bagaimana pemilihan jurusan / program studi
- Apa yang dipelajari dalam jurusan / program studi yang dipilihnya
- Bagaimana prospek karier dari jurusan / program studi yang dipilihnya
- Bagaimana prosedur pendaftarannya
- Berapa biaya yang diperlukan
- Jika melanjutkan pendidikannya Kursus Ketrampilan, maka Informasi yang diperlukan :
– Apa saja jenis-jenis kursus ketrampilan
– Siapa Lembaga Penyelenggara kursus
– Berapa lamanya kursus
– Bagaimana prospek karirnya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Dr, 1982. Prosedur Penelitian 1, Yogyakarta: FIP IKIP.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Syaifuddin. 2005. Penyusunan Skala sikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2007). Penyusunan skalapsikologi. Cetakan X. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Crites, J.O. 1981. Career Counselling: Model, Methods and Materials. New York: McGraw-Hill Book Company.
Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 250.
Hurlock. E. 1994. Adolescent Development, (4th ed.), (Internal Student Edition). Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Surabaya: PT.Gelora Aksara Pratama Erlangga.
Lauster, P. (2003). Tes Kepribadian (alih bahasa: D.H. Gulo). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Moh. Nazir, Ph.D, 1988, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Norman E. Joann Haris-Bowlsbey, 2002, Elemen-elemen Penting Dalam D Konseling Karir: Berbagai Proses dan Teknik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prayitno. 2004. Layanan Penguasaan Konten. Padang: Universitas Negeri Padang.
Sam, Hisam. 2019. Potensi Diri. Diakses: http://id.wikifikasi artikel/potensi diri.word (02/02/2019).
Sukardi, Dewa Ketut. 2008: Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada).
Winkel, W.S. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Baru.