Project Citizen
PROJECT CITIZEN
MENGEMBANGKAN SIKAP POSITIF
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Yosaphat Haris Nusarastriya
Staf Pengajar FKIP-PPKn
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRACT
This research has the background of the lack of critical thinking skill development in Learning Civic Education due to, among others, insufficient knowledge about the appropriate learning model for the development itself. In fact, critical thinking is highly required both in Civic Education (Civics Skills) and also in this globalization era. The objective of this research was to hold the trial of model project citizen in order to build critical thinking skill in learning PKn (Civic Education) that encompasses attitude to think critically and critical thinking skill. Research results showed that the use of project citizen model is more successful to develops positive attitude and develop ability critical thinking
Kata kunci: Project Citizen, Positive attitude and, Critcal Thinking Skill
PENDAHULUAN
Soemantri (2011) dalam The Making of Innovative Human Resources, mengedepankan characteristics of innovative human resources yang unsurnya adalah hard skills (expertise) dan shoft skills. Dalam kaitannya dengan itu menurutnya intelektual skills termasuk dalam dua-duanya yaitu baik hard skills maupun shoft skills, oleh karena itu dua-duanya harus diperhatikan dalam proses pembelajaran. Beberapa ahli di bidang pendidikan melihat bahwa pengembangan intelectual skills terkadang diabaikan. Beberapa ahli di bidang Pendidikan pada umumnya dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) khususnya berpendapat tentang kondisi semacam itu, yaitu sebagaimana sudah dikemukakan Wahab (2010), Al Muhtar (2010), Sapriya (2008), Rustaman (2010), Liliasari (2010), Abdulkarim (2010) yang melihat kelemahan dalam proses pembelajaran, yang intinya ialah bahwa berpikir kritis masih kurang.
Di UKSW berpikir kritis dipandang sangat penting kaitannya dengan tuntutan kemampuan menilai tiap keadaan dan juga kaitannya untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam masyarakat (Notohamidjojo (2011: 99). Visi dan misi UKSW khususnya yang berkaitan dengan ”menjadi universitas magistrorum et scolarium” untuk pembentukan minoritas yang berdaya cipta (creative minority) bagi pembangunan dan pembaharuan masyarakat dan negara Indonesia memerlukan dukungan characteristics of innovative human resources sebagaimana dikemukakan oleh Soemantri (2011) di atas.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki beberapa komponen yang salah satunya yaitu civic skills yang didalamnya termasuk berpikir kritis. Dalam berpikir kritis ada komponen penting yaitu sikap positif untuk berpikir kritis yang menrut Langer (2006) sikap positif untuk berpikir kritis ini mencakup (1) kemampuan mengklarifikasi, (2) bersikap terbuka (3) berpikir objektif dan (4) berpikir fleksibel. Selain sikap positif untuk berpikir kritis juga kemampuan bepikir kritis yang menurut CCE (1998) terdiri dari (1) mengidentifikasi (2) menggambarkan dan menjelaskan (3) melakukan evaluasi (4) berpendapat (5) mempertahankan pendapat (6) mendengarkan. Untuk mengem-bangan berpikir kritis dalam Pendidikan Kewarganegaraan maka harus dipilih model pembelajaran yang tepat dan harus dilakukan secara inovatif yaitu, selain memberikan materi juga yang memberi kesempatan bagi pengembangan kecakapan intelektual. Tujuan utama pengembangan kecakapan intelektual ini adalah membantu siswa mengembangkan ketrampilan proses dalam pengembangan pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan sosialnya secara utuh sehingga menjadi kompetensi yang bermakna bagi siswa (CCEI, 2004).
Bagaimana menjadi kritis? Sukadi (2006) dalam Budimansyah D, dan Syam S, (2006: 171) mengemukakan bahwa menjadi kritis dan reflektif sebagai warga negara adalah menjadi warga negara yang cerdas, bertanggungjawab, memiliki komitmen yang tinggi dan memiliki kompetensi untuk turut berpartisipasi aktif secara sosial politik dalam memajukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berkaitan dengan keterampilan berpikir kritis, Purwadhi (2000) dalam disertasinya menyitir pandangan Meyer (1986) dalam bukunya”Teaching Student to Think Critically” yang berpendapat: “Critical thinking always begins with a problem and result in a solution” yang artinya belajar adalah berpikir yang diarahkan pada pemecahan masalah. Begitu juga pandangan Dewey (1915) dalam bukunya Reflective Thinking juga menekankan pentingnya kemampuan berpikir dalam proses pendidikan. Berpikir kritis menjadi tuntutan khususnya dalam filsafat pendidikan perenialisme sebagaimana dikemukakan oleh Winataputra (2009)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research & Development sebagaimana yang dikemukakan Borg dan Gall (1989: 782) bahwa yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate education al product”. Sering juga penelitian ini disebut ‘research based development’ yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Natzir (2005) juga mengemukakan bahwa penelitian pengembangan (research and development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memva-lidasi produk-produk yang digunakan untuk mengembangkan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Subyek penelitian adalah mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di UKSW Salatiga Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik dokumentasi, observasi, angket dan tes serta wawancara Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengembangan berpikir kritis dengan project citizen digunakan desain pretest-postest control group.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh maka di bawah ini dipaparkan hasil uji t untuk menguji hipotesis tentang perbedaan sikap positif dan kemampuan berpikir kritis antara kelas kontrol dan kelas yang menggunakan project citizen sebagaimana dideskripsikan di bawah ini:
SIKAP POSITIF UNTUK BERPIKIR KRITIS
(T-Test)
[DataSet1]
Paired Samples Statistics |
|||||
|
|
Mean |
N |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
Pair 1 |
sikap_eksperimen |
15.3488 |
43 |
1.25136 |
.19083 |
sikap_konvensional |
13.0930 |
43 |
.75005 |
.11438 |
Paired Samples Correlations |
||||
|
|
N |
Correlation |
Sig. |
Pair 1 |
sikap_eksperimen & sikap_kontrol |
43 |
.066 |
.674 |
Paired Samples Test |
|||||||||
|
|
Paired Differences |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
||||
|
|
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence Interval of the Difference |
||||
|
|
Lower |
Upper |
||||||
Pair 1 |
sikap_eksperimen – sikap_kontrol |
2.25581 |
1.41578 |
.21590 |
1.82010 |
2.69153 |
10.448 |
42 |
.000 |
Pada tabel di atas dapat dilihat mean untuk kelas eksperimen sebesar 15.348 dan kelas kontrol sebesar 13.09. dari uji beda didapat nilai t sebesar 10.448 dengan signifikansi sebesar 0.000. Dikarenakan tingkat signifikansi jauh dibawah 0.005 (p < 0.005) maka dapat dikatakan terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut sebesar 2.256 (17.23%). Dengan demikian terjadi perbedaan pada sikap positif antara kelas yang menggunakan project citizen dan kelas kontrol sebesar 17.23%.
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(T-Test)
[DataSet1]
Paired Samples Statistics |
|||||
|
|
Mean |
N |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
Pair 1 |
kemampuan_eksperimen |
17.8837 |
43 |
1.38374 |
.21102 |
kemampuan_kontrol |
15.2093 |
43 |
.80351 |
.12253 |
Paired Samples Correlations |
||||
|
|
N |
Correlation |
Sig. |
Pair 1 |
kemampuan_eksperimen & kemampuan_kontrol |
43 |
.258 |
.095 |
Paired Samples Test |
|||||||||
|
|
Paired Differences |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
||||
|
|
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence Interval of the Difference |
||||
|
|
Lower |
Upper |
||||||
Pair 1 |
Kemampuan_eksperimen kemampuan_kontrol |
2.67442 |
1.40951 |
.21495 |
2.24064 |
3.10820 |
12.442 |
42 |
.000 |
Pada tabel di atas dapat dilihat mean untuk kelas yang menggunakan project citizen sebesar 17.884 dan kelas kontrol sebesar 15.209. dari uji beda didapat nilai t sebesar 12.442 dengan signifikansi sebesar 0.000. Dikarenakan tingkat signifikansi jauh dibawah 0.005 (p < 0.005) maka dapat dikatakan terdapat perbedaan antara kelas yang menggunakan project citizen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut sebesar 2.674 (17.58%). Dengan demikian terjadi perbedaan pada kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 17.58%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pertama, dari analisis penelitian dapat dilihat mean untuk kelas eksperimen sebesar 15.348 dan kelas kontrol sebesar 13.09. Demikian juga dari pengujian perbedaan diantara keduanya menunjukkan hasil perbedaannya sebesar 2.256 (17.23%). Dengan demikian terjadi perbedaan pada sikap positif antara kelas yang mengunakan project citizen dan kelas kontrol sebesar 17.23% Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif untuk berpikir kritis di kelas yang menggunakan project citizen lebih baik dibanding sikap positif di kelas yang menggunakan model konvensional (kelas kontrol). Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil observasi dari lima observer yang hasilnya menunjukkan kategori baik lebih tinggi pada kelas yang menggunakan project citizen dibanding kelas kontrol.
Kedua, dari analisis penelitian dapat dilihat mean untuk kelas sebesar 17.884 yang menggunakan project citizen dan kelas kontrol sebesar 15.209. dari uji beda terdapat perbedaan antara kelas yang menggunakan project citizen dan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Perbedaan tersebut sebesar 2.674 (17.58%). Dengan demikian terjadi perbedaan pada kemampuan berpikir antara kelas yang menggunakan project citizen dan kelas kontrol sebesar 17.58%. Hal tersebut juga diperkuat dari hasil observasi dan tanggapan mahasiswa dari hasil wawancara (51,19% ) menunjukkan bahwa cara dan proses kerja merupakan unsur dalam project citizen yang mempermudah dalam hal mengembangkan sikap positif dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
Temuan Penelitan
Walapun perkembangan tidak terlalu tinggi 17.23% (untuk sikap positif untuk berpikir kritis) dan 17.58% (untuk kemampuan berpikir kritis) tapi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa faktor cara dan proses kerja suatu model sangat membantu mahasiswa untuk mengembangkan sikap positif dan kemampuan berpikir kritis. Ini mengukuhkan pandang-an bahwa faktor model pembelajaran ikut menentukan untuk pencapaian suatu kompetensi. Project citizen sangat membantu mahasiswa dalam mengembangkan berpikir kritis khususnya yang menyangkut masalah dan isu-isu aktual-konkrit
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Secara umum dalam kaitannya dengan pengembangan berpikir kritis, menggunakan project citizen lebih membawa hasil yang baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional karena sebagaimana dikemukakan Budimansyah (2010) model Project Citizen memiliki karakteristik substantif dan psiko-pedagogis yang memadukan secara sinergis model-model “social problem solving” (pemecahan masalah), social inquiry (penelitian sosial), social involvement (perlibatan sosial) cooperative learning (belajar bersama), simulated hearing (simulasi dengar pendapat), deep dialogue and critical thinking (dialog mendalam dan berpikir kritis), value clarification (klarifikasi nilai), democratic teaching (pembelajaran demokratis)”.
Rekomendasi
Mengingat berpikir kritis dalam Pendidikan Kewarganega-raan sebagai salah satu komponennya, maka dalam proses pembelajaran hendaknya tidak boleh dilupakan selain memberi-kan materi (dimensi kognitif) atau civic knowledge tetapi juga mengembangkan ketrampilan berpikir kritis (intelectual skills) atau civic skills. Perlu mengagendakan project citizen (misalnya di akhir semester yang diselenggarakan antar kelas PKn) dalam proses pembelajaran mengingat banyak kelebihan model ini untuk mengembangkan berpikir kritis dan mencapai kompetensi yang diharapkan, khususnya dalam hubungannya dengan membangun sikap positif dan kemampuan berpikir kritis di dunia akademik dan persekolahan. Dalam iven-iven tertentu mungkin bisa dilombakan antar kelas PKn dengan menampilkan project citizen yang membahas masalah aktual di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad et al. (2010). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Paedagogiana Press.
Barnadib, (1997). Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode, Yogyakarta, Penerbit Andi
———- ,(2002). Filsafat Pendidikan, edisi pertama, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa.
Branson, Margaret S, dkk. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika, LkiS kerja sama.
Budimansyah (2008). “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)” Acta Civicus, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol.1.N0: 2, April, 2008. P.115, Bandung, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
———,(2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen, cetakan pertama, Bandung, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
———-,(2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa, Bandung, Widya Aksara Press.
Butterworth, J. and Thwaites Geoff. (2005). Thinking Skills, first edition, New York, Cambridge University.
Center for Civic Education /CCE, (1998). We the People: Project Citizen, Calabasas: CCE
Costa, A.L. (1985). Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking, Alexandria: ASCD
Dewey, John (1933). How We Think, New York, Houghton Mifflin Company Boston.
Ennis, Robert H. (1996). Critical Thinking, USA, Publication Data.
Fisher, Alec. (2004). Critical Thinking, fourth edition,United Kingdom, Cambridge University.
Hutagaol, Kartini, (2010). Srategi Multi Representasi Dalam Kelompok Kecil Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama, Disertasi Doktor pada Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Inch, E.S., Warnick, B., and Endres, D., (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason In Argument, fifth Edition, Publication Data, USA.
Isin, E.F and Turner B.S (2002). Hand Book of Citizenship Studies, first edition, London, SAGE Publication.
Langrehr, John. (2006). Thinking Skills, edisi pertama, Jakarta, PT.Gramedia
Liliasari, (2010). “Pengembangan Berpikir Kritis Sebagai Karakter Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan Sanis Berbasis ICT” dalam Suryadi, Karim et al. (2010) Potret Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Bangsa: Pengalaman Indonesia Malaysia, Bandung, UPI
Moore, B.N. and Parker, R. (2009). Critcal Thinking, New York: McGraw-Hill Co.Inc
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian, Bogor, Ghalia Indonesia.
Notohamidjojo, O. (2011). Kreativitas Yang Bertanggungjawab, Salatiga, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Presseisen, B.Z. (1985). Thinking skills, meanings and models, in A.L. Costa (ed) Developing Minds, A, A Resource Book for Teaching Thinking, Alexanria: ASCD
Purwadhi (2000). “Pengembangan Model Pengajaran Berpikir dan Penerapannya Dalam Matakuliah Akuntansi Dasar”, Disertasi Doktor pada Pendidikan Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak dipublikasikan .
Sanusi, A. (1998a), Pendidikan Alternatif: Menyentuh Asas Dasar Persoalan Pendidikan dan Kemasyarakatan, Bandung: PT Grafindo Media Pratama
Sapriya (2008), Pendidikan IPS, Bandung, Laboratorium PKn UPI Bandung.
Sapriya dan Winataputra, Udin S., (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Winataputra, U.S. (2001). Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi (tidak dipublikasikan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Soemantri (2011). The Making of Innovative Human Resources, Salatiga, Seminar dalam rangka Dies Natalis UKSW ke-55.
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Penerbit Alfabeta.
Sutriyono (2007) tentang “Model Pengajaran Konstruktivisme Dalam Pendidikan Matematika”, Pidato pengukuhan guru besar, Salatiga: Universitas Kristen Saya Wacana,
Taba, Hilda (1962). Curriculum Development, Theori and Practice, New York: Harcourt Brace &World, Inc.
Wahab, A.A. (2008). Metode dan Model-Model Mengajar, Bandung, P.T. Alfabeta.
Winataputra, U.S. (2001). “Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi” (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi (tidak dipublikasikan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
——— (2009) “Profilling Civic Competencies for Future School Civic Education” ALesson Learnt, Presented in the International Seminar, “Civic Education In A Globalisation Era”, Desember 12, 2009, Gd IDB FPIPS UPI Bandung.