STRATEGI KEPEMIMPINAN DAN PERTUMBUHAN GEREJA

DI ERA DISRUPSI

(STUDI KASUS PADA NAFIRI DISCIPLESHIP CHURCH DI JAKARTA)

 

Martha Prasetyani

Mahasiswi Program Doktoral Teologi STT Ikat Jakarta

 

ABSTRACT

The main issue of this research is examining the leadership strategies and growth strategies implemented by Nafiri Discipleship Church (NDC) located in Jakarta in the middle of developing their congregation and facing the disruption era. The methods used in this research are qualitative methods and case study at NDC Church in Jakarta. This research was conducted through engaging activities held by NDC, observing virtual program broadcasts, conducting in-depth interviews with NDC leaders, and analyzing documents. To perform data analysis, the triangulation method is also used to maintain the validity of the data. The results indicate that NDC has so far been able growing coincide with adapting disruption era: (1) The success of NDC in terms of leadership strategy stems from the ability of Senior Pastor as the founder to be responsive to the changing times by changing the vision and mission of the church to be relevant; involving the millennial generation in church management; focusing on developing digitalization infrastructure and organizational adjustments to optimize coordination. (2) The NDC growth strategies are developing cell group communities; locations selection; sermon themes that suit the needs of the congregation; organizing quality and innovative worship according to the tastes of millennials; conduct discipleship classes and professional music development. The key to the success of the NDC is the speed to learn and adapt then carry out its execution rapidly. Hopefully this research will be useful as input for the NDC Church and other churches that are facing the same struggles, as well as used as a simple reference regarding leadership strategies and church growth strategies in the era of disruption.

Key Word: Church Leadership Strategies, Church Growth Strategies, Disruption Era

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada saat ini kita berada pada era disrupsi yaitu era dimana perubahan-perubahan terjadi dengan sangat cepat karena adanya penemuan-penemuan di bidang teknologi informasi. Kecepatan perubahan diatas akan menyebabkan adanya kebutuhan perubahan Gereja melayani jemaatnya agar tetap relevan dengan perubahan jaman. Kejadian Pandemi Covid 19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 turut berperan mempercepat perubahan cara-cara Gereja melayani anggotanya. Gereja dipaksa dengan cepat menyediakan bentuk-bentuk pelayanan secara digital karena adanya pembatasan acara-acara pertemuan fisik.

Nafiri Discipleship Church (NDC) adalah sebuah organisasi Gereja yang berdiri sejak tahun 1991 dengan jumlah jemaat awal hanya 15 orang, pada tahun 2020 telah berkembang pesat dimana jumlah jemaat yang hadir dari ibadah raya hari Minggu telah mencapai rata-rata 22 ribu orang. Area pelayanan Nafiri Discipleship Church (NDC) pada saat ini berada di empat lokasi di area Jakarta dan satu lokasi di area Serpong, Tangerang.

Nafiri Discipleship Church (NDC) telah menetapkan fokus segmen yang dilayani adalah generasi Milenial, yang menjadi jemaat terbanyak NDC. Segmen ini juga sesuai dengan peta demografi Indonesia yang didominasi oleh generasi milenial yang akan terus meningkat prosentasenya pada tahun-tahun ke depan. Dengan penetapan fokus tersebut NDC berusaha untuk menyesuaikan diri dengan selera dan kebutuhan generasi milenial yang lebih kasual dan dinamis dalam menyelenggarakan semua ibadah dan aktivitasnya. Hal tersebut tercermin dari visi dan misi NDC. Visi NDC adalah:”Menjadikan setiap jemaat murid Yesus dengan cara yang relevan sehingga berdampak bagi lingkungan.” Misi dari Gereja Nafiri Discipleship Church (NDC) adalah (1) Menyelenggarakan ibadah raya yang menarik dan menggairahkan dengan dukungan sarana yang diperlukan; (2) Menjadikan ibadah raya sebagai sarana mengajar jemaat untuk memahami firman Tuhan dengan baik dan benar; (3) Melakukan proses pemuridan melalui kelas 4M (Membership, Maturity, Ministry, dan Mission) dan CORE; (4) Melakukan proses pemuridan secara pribadi dengan sistem one-on-one; (5) Melakukan amanat agung Tuhan Yesus, melalui penginjilan pribadi dan PMNA.

Penelitian ini bertujuan menganalisa strategi kepemimpinan dan pertumbuhan NDC dalam menghadapi era disrupsi. Aspek kepemimpinan yang dilihat adalah strategi pencapaian visi, kemampuan eksekusi dari sasaran yang telah ditetapkan dan strategi pembentukan pemimpin-pemimpin baru untuk melayani jemaat yang bertumbuh pesat. Sedang aspek strategi pertumbuhan yang dilihat adalah menganalisa program-program yang berdampak signifikan terhadap pertumbuhan jemaat dari sisi kuantitas, kualitas maupun kompleksitas.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

KAJIAN TEORI

Pengaruh Era Disrupsi

Kita hidup pada era Disrupsi yang membutuhkan kecepatan beradaptasi dengan cepat. Jack Welch, CEO General Electric (GE) berhasil menstransformasi GE dari organisasi yang lambat menjadi organisasi yang gesit mengatakan: “An organization’s ability to learn and translate that learning into action rapidly is the ultimate competitive advantage”. Dibutuhkan kecepatan dalam belajar dan menterjemahkan pembelajaran menjadi tindakan yang cepat merupakan kunci keberhasilan. Alex Denni dalam bukunya Learning 5.1 (2020) mengatakan bahwa:”Tak bisa dipungkiri kecepatan perubahan tak dapat diprediksi lagi. Perubahan tidak hanya bisa diantisipasi secara reaktif (setelah terjadi), melainkan juga perlu secara responsif (pada saat terjadi) dan bahkan secara proaktif (sebelum terjadi).

Alex Denni dalam bukunya Learning 5.1 pada halaman 46 mengatakan bahwa karena era Industri 4.0 memiliki karakteristik yang bebas dari batasan-batasan konvensional, maka proses belajar di era Industri 4.0 juga bisa terjadi kapanpun, dimanapun, melalui media atau fasilitas apapun. Sifatnya fleksibel karena sumber pembelajaran telah sedekat genggaman tangan. Learning di era Industri 4.0 juga merupakan antithesis dari masalah standarisasi kurikulum dan spesialisasi, setiap orang bisa memilih ilmu yang ingin dipelajari pada saat dibutuhkan (just in time) dan sesuai porsinya (bite size). Dalam menghadapi era Industri 5.0 yang akan segera kita hadapi menurut Alex Denni (2020:48) sangat penting untuk menciptakan budaya belajar dengan cara mendistribusikan akuntabilitas belajar kepada masing-masing individu. Bangunan fisik, ruang kelas, kurikulum, modul, pengajar dan waktu belajar, akan bertransformasi menjadi Learning Marketplace.

Menghadapi era digitalisasi, semua organisasi harus mengubah cara bekerja termasuk gereja, harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi digital dan memiliki Digital Mindset. Digital mindset bukan sekedar kemampuan untuk memanfaatkan teknologi saja, namun memiliki sikap dan perilaku yang memungkinkan orang dan organisasi memahami suatu peluang dan memanfaatkan teknologi digital. (Swati Kamath, https://www.knolskape.com/blog-what-is-a-digital-mindset-and-why-is-it-important/)

Agar organisasi dapat berkembang maka organisasi harus dapat memanfaatkan kekuatan dari media sosial, Big Data, mobilitas, cloud, AI (Artificial Intelligence) dan robot sebagai kekuatan besar yang mendisrupsi dunia saat ini, memasuki setiap aspek kehidupan dan bisnis. Seseorang yang memiliki digital mindset paham bahwa teknologi memiliki kemampuan untuk memperluas dan mempercepat interaksi dan aksi antar manusia.

Karakteristik Generasi Milenial

Generasi Milenial, adalah generasi yang lahir sejak tahun 1980 sampai dengan 1985 dan memasuki usia dewasa pada abad ke 21. Mereka juga disebut sebagai Generasi Y yang dibentuk pada masa revolusi teknologi dan menyaksikan bagaimana komputer, tablet dan web menjadi pusat kehidupan dan kerja, Johann Kornelsen dalam buku Leading in VUCA World halaman 29 sampai 30 menuliskan mengenai karakteristik Generasi Milenial yaitu:

  • Tech Savy, sangat akrab dengan teknologi dan menggunakannya sebagai metode kunci untuk melakukan transfer pengetahuna dalam organisasi
  • Informed, semua informasi tersedia setiap waktu melalui internet dan jaringan sosial
  • Diverse: punya toleransi yang besar terhadap perbedaan dan menaruh nilai yang tinggi terhadap kerjasama dan kolaborasi dalam konteks informal
  • Multitasker: dapat mengerjakan beberapa tugas secara simultan dan yakin mampu melakukannya dengan baik
  • Autonomous: punya kecenderungan untuk kurang menghargai hirarki dalam organisasi terutama bila pekerjaan tidak terstruktur dengan baik

Secara umum generasi ini cenderung mengorbankan pendapatan yang tinggi dibandingkan menikmati waktu yang dimiliki. Mereka juga yakin bahwa Pendidikan tinggi menjadi kunci kesuksesan, mereka ingin belajar dan mengembangkan potensi dan mengerjakan hal yang bermakna. Misi suatu organisasi serta tahapan penerapan teknologi menjadi faktor yang penting untuk mereka. Secara umum mereka juga menghargai nilai relasi pribadi dan memisahkannya dengan hubungan professional.

Selain kelebihan diatas, generasi Milenial ini juga memiliki kelemahan yang dituliskan oleh Johann Kornelsen dalam buku Leading in VUCA World halaman 30 sampai 31 sebagai berikut:

  • Lebih menuntut penghargaan atas aktivitas yang dilakukan dibandingkan pencapaian
  • Lebih menyukai kepuasaan sesaat dan kurang memiliki komitmen
  • Kurang memiliki toleransi atas keterlambatan dan segera mengharapkan umpan balik, hasil, promosi secepatnya
  • Karena orangtua mereka memiliki perencanaan sejak mereka dilahirkan, banyak dari mereka yang tidak belajar untuk membuat tujuan pribadi dan kedisiplin untuk mencapainya. Mereka mengharapkan orang lain yang menetapkan tujuan dan menjelaskan mengapa harus diselesaikan. Ini menyebabkan ketergantungan yang tinggi kepada orangtua meski telah mencapai usia dewasa

Kepimpinan

Kepemimpinan, menjadi kunci utama perubahan suatu organisasi, menurut Ron Jensen dan Jim Steven (2004, 16) kepemimpinan adalah dasar bagi kesehatan gereja. Gereja membutuhkan Gembala-Gembala yang kuat yang akan membentuk kepemimpinan menjadi kuat sehingga bisa mempengaruhi gereja agar menjadi kuat. Gembala yang kuat bisa dilihat dari beban dan tanggung jawab yang dinyatakan pada visi, kehidupan dan kerinduannya akan Allah. Kualitas Gembala akan mengalir kepada pemimpin dan gereja lalu dunia.

Stephen Covey (2008: 31) mengatakan bila kita ingin membuat sebuah perbaikan besar yang amat berarti, lakukan sesuatu pada paradigma. Paradigma adalah kacamata yang kita gunakan untuk memandang dunia. Paradigma pribadi yang utuh memiliki empat dimensi, yaitu tubuh, pikiran, hati dan jiwa. Keempat dimensi ini memiliki empat kebutuhan motivasi dasar yaitu: untuk bertahan hidup (tubuh), kebutuhan untuk saling mengasihi (hati), kebutuhan untuk belajar dan berkembang (pikiran) dan kebutuhan untuk meninggalkan warisan, memberikan makna dan sumbangan (jiwa).

Menurut Stephen R. Covey (2008: 169, 406) ada empat peran karakteristik kepemimpinan pribadi yang terkait dengan visi, disiplin, gairah dan hati Nurani dengan uraian sebagai berikut:

  • Menjadi Panutan (hati Nurani): menjadi contoh yang baik, mengilhami timbulnya kepercayaan yang tinggi tanpa memintanya (kewibawaan moral personal)
  • Menjadi Perintis (visi): menciptakan tata keteraturan tanpa memaksa dan bersama-sama menentukan arah yang dituju (kewibawaan moral visioner)
  • Menjadi Penyelaras (disiplin): menyelaraskan struktur, sistem dan proses sebagai wujud dari upaya memupuk organisasi dan semangat kepercayaan, visi dan pemberdayaan (Kewibawaan Moral Institusional)
  • Menjadi Pemberdaya (gairah): membebaskan potensi manusia tanpa memerlukan motivasi eksternal. Memfokuskan pada bakat dan hasil, bukan pada metode, lalu menyingkir agar tidak menghalangi dan memberi bantuan jika diminta. (kewibawaan moral kultural)

Strategi dan Eksekusi

Tugas utama seorang Pemimpin membawa timnya mencapai hasil, berupa pencapaian sasaran penting organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam rangka mencapai sasaran tersebut Pemimpin menghadapi banyak sekali faktor yang harus dikelola. Pemimpin yang efektif adalah mereka yang memiliki kebiasaan proaktif yaitu mencurahkan energinya untuk memperbesar lingkar pengaruhnya dan sebaliknya seorang Pemimpin yang tidak efektif lebih banyak disibukkan dengan hal-hal yang tidak diluar kendalinya.

Dari banyak faktor yang ada dalam kendali seorang Pemimpin ada dua hal yang sangat penting yaitu: menyusun strategi dan melakukan eksekusi atas strategi tersebut. Dalam buku The 4 Disciplines of Execution yang dituliskan oleh Chris Mc Chesney, dkk menyebutkan bahwa strategi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1) Strategi Stroke of The Pen dan (2) Strategi Behaviour Change. Strategi Stroke of The Pen, adalah jenis strategi yang bisa segera dilaksanakan apabila Pemimpin memiliki kewenangan dan sumber daya untuk melaksanakannya. Strategi Behaviour Change, adalah jenis strategi yang membutuhkan perubahan perilaku dalam melaksanakannya.

Pada kenyataannya banyak organisasi yang mengalami kegagalan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Seringkali strategi yang telah dirancang dengan baik hanya baik diatas kertas namun tidak berhasil dilaksanakan terutama apabila strategi tersebut membutuhkan perubahan perilaku. Di dalam buku The 4 Disciplines of Execution yang dituliskan oleh Chris Mc Chesney,dkk, dijelaskan terdapat empat penyebab kegagalan eksekusi, adalah:

  • Tidak tahu sasaran terpenting dari organisasi
  • Tidak tahu bagaimana caranya mendukung pencapaian sasaran terpenting organisasi
  • Tidak mengetahui apa yang penting untuk diukur dan dipantau secara teratur
  • Tidak memiliki kebiasaan untuk saling berakuntabilitas satu sama lain.

Setelah dilakukan penelitian oleh Franklin Covey mengapa keempat kegagalan diatas bisa terjadi, dan hasilnya adalah karena adanya kesibukan sehari-hari atau yang disebut dengan Whirlwind. Untuk mengatasi permasalahan kegagalan eksekusi diatas Chris Mc Chesney, dkk menyampaikan ada empat langkah disiplin yang perlu dilakukan oleh sebuah organisasi agar sasaran organisasi yang paling penting dapat dicapai, yaitu:

  • Disiplin 1: Fokus pada the Wildly Important, yaitu menetapkan satu atau dua sasaran yang paling penting diantara semua sasaran yang harus dicapai agar tim fokus. Sasaran tersebut harus dapat diukur dan ada target akhir yang mau dicapai serta kapan dicapainya.
  • Disiplin 2: Bertindak Pada Lead Measures, yaitu mencari aktivitas yang paling berdampak untuk dilaksanakan secara rutin secara harian atau mingguan dan diukur serta dipantau agar dilaksanakan secara disiplin
    • Disiplin 3: Mengelola Scoreboard yang Memotivasi, yaitu membuat papan skor untuk memantau pelaksanaan aktivitas Lead Measure dan pencapaian sasaran (WIG) untuk memotivasi tim agar menang
    • Disiplin 4: Menciptakan Irama Berakuntabilitas, yaitu melakukan pertemuan rutin pada hari, waktu dan tempat yang sama selama 15-20 menit untuk melaporkan komitmen minggu lalu dan menyapaikan rencana komitmen minggu depan agar tim saling berakuntabilitas.

Pertumbuhan Gereja

Ron Jensen dan Jim Steven (2004, 8) mengatakan bahwa pertumbuhan gereja harus diukur dengan ketiga variable, yaitu: (1) pertumbuhan kuantitas jumlah jemaat; (2) pertumbuhan kualitas kedewasaan gereja; (3) perkembangan kompleksitas dilihat dari perkembangan organisasi dan struktur gereja yang bertumbuh agar tetap efektif seiring dengan bertambahnya jumlah jemaat. Mengukur pertumbuhan kualitas gereja lebih sulit dilakukan karena mengukur yang sifatnya tidak nampak secara nyata. Meski sulit dilakukan namun pertumbuhan kualitatif penting untuk dilakukan dengan menggunakan pendekatan dan asumsi.

Pengukuran pertumbuhan kuantitatif maupun kualitatif diperlukan untuk melakukan evaluasi terhadap kesehatan gereja. Gereja membutuhkan parameter-parameter untuk mengukur kesehatan tersebut. Gereja memerlukan catatan yang baik terhadap kegiatan gereja yang dapat berfungsi untuk memberi tahu apa yang telah kita lakukan dan memberikan dasar untuk proyeksi dan perencanaan. Analisis kompleksitas sebuah gereja dapat dilakukan dengan cara melakukan diagnosa terhadap beberapa parameter, yaitu banyaknya jumlah pelayanan dan kegiatan, kecukupan pemimpin dan kualitas pemimpinnya serta efektivitas organisasi untuk menjalankan fungsinya serta kemudahan berkoordinasi.

KAJIAN PUSTAKA

Pertumbuhan Megachurch di Amerika Serikat

Sebuah Lembaga penelitian keagamaan di Amerika Serikat yang bernama Hartford Institute melakukan penelitian mengenai pertumbuhan Megachurch di Amerika Serikat sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2019, mendapatkan fakta yang menggembirakan bahwa 74% gereja berskala raksasa (Megachurch) bertumbuh dari sisi jumlah jemaat yang hadir dalam ibadah raya.

Kelompok kecil atau small group adalah strategi utama dari Megachucrh untuk membangun keintiman antara anggota jemaat. Dari hasil survey, diperoleh data bahwa sejak tahun 2000 sampai dengan 2020 Megachurch yang menyatakan bahwa pembentukan Small Group merupakan strategi utama gereja semakin bertambah. Pada tahun 2000 hanya 50% dan pada tahun 2020 ada sebanyak 90% yang menyatakan bahwa Small Group adalah strategi sentral mereka dalam pertumbuhan jemaat.

Data penelitian berikutnya menyatakan bahwa gereja yang memiliki lebih banyak small group juga memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi. Rata-rata gereja yang memiliki lebih dari 60% small Group di gerejanya mengalami pertumbuhan rata-rata selama lima tahun adalah 79%. Hasil penelitian diatas juga menyatakan bahwa mereka yang tergabung di dalam small group akan lebih aktif dalam pelayanan, menarik anggota baru dan bersaksi.

 

Kecenderungan Minat Keanggotaan Gereja

Lembaga Penelitian Gallup melakukan survey di Amerika Serikat untuk mengetahui perubahan preferensi masyarakat terhadap keanggotaan gereja berdasarkan generasinya. Survey dilakukan pada tahun 1998 sampai dengan 2000 dan tahun 2016 sampai dengan 2018 kepada penduduk yang berusia diatas 18 tahun, yang menunjukkan fakta adanya penurunan ketertarikan masyarakat terhadap keanggotaan gereja.

Ketertarikan penduduk untuk menjadi anggota gereja pada tahun 2016 sampai dengan 2018 menurun 9% pada generasi yang lahir pada tahun 1945 dan sebelumnya, menurun 10% pada generasi baby boomer dan menurun 8% pada generasi X. Semakin muda generasinya semakin rendah ketertarikan untuk menjadi anggota gereja. Hal ini menjadi indikasi bahwa generasi ini tidak tertarik untuk terikat pada suatu organisasi dalam hal ini gereja. Hasil survey Gallup memperlihatkan bahwa Generasi Milenial mengalami penurunan paling tinggi pada ketertarikan terhadap agama dibandingkan generasi sebelumnya. Jumlah mereka yang tidak memiliki agama semakin meningkat.

Ibadah Virtual Selama Pandemic Covid 19

Selama masa Pandemi dimana ibadah banyak yang diselenggarakan secara virtual, jemaat dapat mengikuti ibadah online gereja lain. Berapa banyak jemaat yang tetap setia mengikuti ibadah online gerejanya dan berapa banyak yang mengikuti ibadah gereja lain. Hal ini menjadi tantangan bagi gereja yang belum siap menyajikan ibadah online yang menarik terutama bagi jemaat yang tingkat keterikatannya rendah terhadap gerejanya. Survey yang dilakukan oleh Pew Research Center menyatakan bahwa 40% jemaat gereja protestan tetap mengikuti ibadah gereja asal, 29% mengikuti ibadah gereja lain dan 30% keduanya. Sedang jemaat gereja katolik 42% mengikuti ibadah gereja asal, 35% mengikuti gereja lain dan 24% mengikuti keduanya.

Peranan Pujian dan Penyembahan

Marjorie H. Royle yang melakukan penelitian sepanjang tahun 2005 sampai dengan 2010 dengan judul Facts on Worship: 2010 dan diterbitkan oleh Hartford Institute for Religion Research pada tahun 2012 mengenai peranan pujian penyembahan di gereja mengatakan bahwa Gereja yang mengadopsi pujian penyembahan dengan cara yang lebih inovatif dengan gaya kontemporer secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan gereja dalam lima tahun ke belakang ini. Yang dimaksudkan dengan inovatif disini adalah penggunaan berbagai alat musik dan media yang lebih bervariasi, serta lagu-lagu yang disesuaikan dengan perkembangan musik saat ini.

Hasil survey memperlihatkan adanya korelasi positif antara tingkat inovasi dalam penyelenggaran ibadah dan pertumbuhan jemaat. Gereja yang skor tingkat inovasinya rendah (lowest) pertumbuhan jemaatnya juga paling rendah (18%), sedang gereja yang skor inovasinya tertinggi mengalami pertumbuhan jemaatnya juga sangat tinggi (56%). Meski ada juga gereja yang pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh inovasi diatas karena adanya faktor lokasi dan usia rata-rata jemaat yang didominasi oleh jemaat yang usianya tidak muda lagi.

Paduan antara membuat ibadah pujian penyembahan secara inovatif dan hadirnya lagu-lagu kontemporer menurut penelitian diatas juga berkorelasi positif dengan kehidupan spiritual jemaat. Mereka yang merasakan kehidupan spiritual yang tinggi menyatakan bahwa mereka merasakan sukacita, terinspirasi dan merasakan kehadiran Tuhan serta karakteritik positif lainnya. Gereja yang tidak melakukan proses inovasi dalam pujian penyembahan memiliki nilai yang rendah dalam tingkat kehidupan spiritual jemaatnya, hanya 17%. Gereja yang melakukan proses inovasi dan menghadirkan musik kontemporer menunjukkan kehidupan spiritual yang tinggi (47%).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan pendekatan Grounded Research, karena sesuai dengan masalah penelitian. Kualitatif dimaksudkan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber dan dokumen-dokumen gereja yang sesuai dengan tema penelitian, dalam studi kualitatif ini yang bersifat kompleks dan dinamis untuk memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola dan teori (Yusuf Zakarias Manutede 2020; 55).

Pendekatan penelitian yang digunakan memakai Grounded Research dan Studi Kasus. Grounded Research dimaksudkan untuk mendapatkan informasi di lapangan yang terkait dengan permasalahan penelitian, sedangkan pendekatan studi kasus dimaksudkan untuk meneliti secara mendalam dan intensif pada suatu obyek sehingga diperoleh gambaran lengkap, rinci, tuntas dan terorganisasi dengan baik (Yusuf Zakarias Manutede 2020; 86). Penelitian dilaksanakan di Gereja Nafiri Discipleship Church yang berkantor di Menara Neo Soho Jakarta Barat yang dilaksanakan pada bulan November dan Desember 2020.

Adapun sumber data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini meliputi (1) dokumen yang dimiliki oleh Gereja Nafiri Discipleship Church terkait sejarah gereja, manajemen gereja dan data-data yang terkait dengan pertumbuhan gereja (2) Informan sebagai sumber data dari gembala gereja yang memimpin dan petugas gereja penuh waktu.

PEMBAHASAN

Pertumbuhan Gereja NDC dipengaruhi oleh kepemimpinan Senior Pastor yang juga pendiri NDC yaitu Pdt. Josia Abdisaputra yang mampu menghantarkan gereja bertumbuh pesat sampai dengan saat ini. Pada tahun 2014, Pdt Josia Abdisaputra memutuskan untuk mengubah nama dan visi NDC, yang semula GBI Nafiri Allah menjadi Nafici Discipleship Church (NDC) dan visinya menjadi: ”Menjadikan setiap jemaat murid Yesus dengan cara yang relevan sehingga berdampak bagi lingkungan.” Perubahan ini karena adanya perubahan strategi pengembangan gereja untuk lebih fokus kepada pemuridan melalui kelompok sel dan kelas-kelas pengajaran serta mengubah infrastruktur dan tata cara ibadah menjadi relevan dengan kebutuhan generasi milenial.

Strategi kepemimpinan lain yang dilakukan adalah menugaskan salah seorang Pastor pada tahun 2014 untuk fokus menangani kelompok sel yang disebut sebagai CORE sebagai strategi sentral pertumbuhan gereja. Pembentukan Departemen Next Gen pada tahun 2019 juga merupakan usaha gereja untuk lebih fokus terhadap pengembangan Generasi muda. Gereja juga melibatkan generasi milenial yang diberikan kesempatan untuk memimpin dan bekerjasama dengan generasi pendahulunya.

Restrukturisasi organisasi juga selalu dilakukan saat diperlukan agar efektivitas koordinasi dapat dilakukan secara optimal mengingat tingginya jumlah pelayanan dan aktivitas yang berjalan. Struktur organisasi terakhir disempurnakan merupakan struktur organisasi sentralisasi dan flat. Dalam kondisi semua kegiatan dilakukan secara on line selama masa pandemi, maka strutur organisasi ini sangat sesuai, karena mengurangi hirarki dan menyederhanakan proses koordinasi. Struktur organisasi dibagi menjadi 5 departemen, yaitu: Community, Next Gen, Creative dan Care dan Corporate.

Setelah mengubah visi dan misi gereja pada tahun 2014 untuk fokus kepada pemuridan dan penyelenggaraan ibadah yang relevan dengan generasi muda, maka pertumbuhan jemaat terus naik sampai dengan tahun 2020 telah mencapai 22 ribu. Uraian dari Strategi pertumbuhan gereja tersebut adalah:

  • Memperkuat pengembangan pemuridan melalui kelompok kecil yang diberi nama CORE dengan menugaskan Pastor yang fokus menangani pengembangan kelompok kecil dengan membangun infrastruktur dan sistem penyelenggaraan kelompok kecil yang baik
  • Menyelenggarakan kelas-kelas pengajaran yang memiliki empat tingkat untuk memperlengkapi jemaat dengan pengajaran dan mendorong jemaat agar memiliki disiplin rohani yang tinggi, terlibat dalam pelayanan dan penginjilan
  • Pemilihan lokasi yang tepat, yaitu di mall yang berada berdekatan dengan apartemen atau perumahan. Tiga lokasi NDC berada di mall besar yaitu: Central Park, Living World dan Baywalk
  • Penyusunan materi ibadah berdasarkan tema yang relevan dengan kebutuhan jemaat secara bulanan
  • Penyelenggaraan ibadah yang menarik dengan standar tinggi, diantaranya menggunakan panggung yang dilengkapi dengan layar LED raksasa, tata pangung dan lampu yang menarik, tim music yang professional, worship leader yang professional, pemilihan lagu-lagu yang disesuaikan selera generasi milenial dan dukungan sound system yang berkualitas
  • Mengembangkan pelayanan musik agar berkualitas dan menghadirkan jenis musik kontemporer sesuai selera masa kini

Hadirnya Pandemi Covid 19 pada awal tahun 2020 mengubah banyak hal dalam pelenggaraan gereja dimana pertemuan fisik tidak dapat dilakukan sehingga ibadah dilakukan secara online. NDC termasuk cepat mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah secara online. Pada bulan November 2020 rata-rata viewer Youtube Ibadah Minggu NDC adalah sebesar 14.485 orang apabila asumsi 1 viewer adalah 2 orang maka total pemirsa adalah 28.969 orang lebih besar dari jumlah jemaat yang hadir sebelum pandemic Covid 19 yaitu rata-rata 22 ribu orang. Meski lebih rendah dibandingkan JPCC yang rata-rata mencapai 20 ribuan selama bulan November 2020. Namun jauh lebih besar dibandingkan gereja-gereja mainstream seperti GKI Serpong yang rata-rata mencapai 1.855 pemirsa dan GKI Kebayoran Baru yang rata-rata mencapai 3.314 pemirsa. Kehadiran musik dan tatacara ibadah yang diselenggarakan sesuai dengan selera kaum milenial diperkirakan mempengaruhi jumlah pemirsa ibadah online. JPCC memiliki keunggulan dalam hal penyelenggaraan musik penyembahan dan pujian untuk kaum muda.

Grafik 1. Jumlah Pemirsa Youtube Ibadah Online NDC bulan November 2020

Gereja NDC sejak tahun 2019 telah memperkenalkan aplikasi yang terus disempurnakan untuk membangun interaksi dengan jemaatnya. Fitur-fitur aplikasi yang tersedia saat ini sudah sangat lengkap dan terus ditambahkan, diantaranya tersedia profile jemaat, informasi kegiatan NDC, menu pendaftaran berbagai kelas dan aktivitas, menu presensi, menu renungan harian, menu permintaan didoakan, menu persembahan, rekaman video khotbah, podcast khotbah, live chat, eBook. Jemaat telah dipersiapkan untuk memberikan persembahan melalui aplikasi, sejak akhir tahun 2019 sebelum Pandemi Covid terjadi dimana ibadah raya masih bisa dilakukan secara fisik. Sejak awal tahun 2020 kantong persembahan tidak lagi diedarkan.

Kelas-kelas pengajaran pemuridan dari kelas M1 sampai dengan M4 juga telah tersedia melalui metode online, mulai dari pendaftaran, video-video pengajaran, materi dalam bentuk elektronik dan kelas-kelas online dengan zoom meeting. Program-program ibadah online juga terus disempurnakan dan ditambahkan, sampai saat ini yang telah tersedia adalah: NDC Ibadah Online (Ibadah Raya hari Minggu), NDC Youth Online Service (Ibadah Anak Muda setiap hari Minggu), NDC Kid at Home (Ibadah Anak sekolah Minggu setiap hari Minggu), Encounter Night (Ibadah tengah minggu setiap hari Rabu), NDC Sermon (Pemutaran ulang seri khotbah), Intimate Service (Pujian & Penyembahan bersama NDC Worship sebulan sekali), NDC Market Place (Mengundang Pengusaha sukses di Market Place untuk memberikan inspirasi kepada jemaat, frekuensi setiap dua minggu.

KESIMPULAN

Nafiri Discipleship Church (NDC) merupakan gereja yang mampu bertumbuh di tengah perubahan besar karena adanya perkembangan teknologi informasi yang mendisrupsi masyarakat. Sebagai gereja yang berlokasi di tengah-tengah kota besar yang didominasi kaum milenial, NDC menghadapi tantangan untuk mampu merespon dengan cepat dan benar serta memiliki pola pikir digital. Kepemimpinan Senior Pastor memegang peran utama yang memampukan NDC bisa lincah beradaptasi dengan linkungan yang berubah.

Strategi kepemimpinan yang kuat terlihat dari keputusan Senior Pastor untuk mengubah Visi dan Misi Gereja agar sesuai dengan kebutuhan di era disrupsi dan mensosialisasikannya secara teratur agar menjadi visi dan misi bersama. Strategi sentral gereja difokuskan kepada pengembangan pemuridan dan penyelenggaraan ibadah dengan infrastruktur yang sesuai dengan selera generasi milenial. Pendelegasiaan kepemimpinan dan pembagian departemen sesuai fokus masing-masing meningkatkan efektivitas koordinasi dalam organisasi.

Strategi Pertumbuhan jemaat secara kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh NDC adalah melalui: (1) pengembangan kelompok kecil untuk melakukan pemuridan dan meningkatkan ikatan relasi antar jemaat, (2) menyelenggarakan empat tingkat kelas-kelas pengajaran (3) pemilihan lokasi yang berdekatan dengan perumahan dan berada di mall, (4) pemilihan tema khotbah bulanan yang relevan dengan kebutuhan jemaat, (5) penyelenggaraan ibadah raya yang menarik yang dilakukan secara inovatif dan professional serta menghadirkan musik kontemporer, (6) menciptakan album musik yang berkualitas dengan lagu-lagu dan kualitas musik yang baik serta sesuai selera kaum milenial.

NDC juga siap dengan aplikasi NDC yang menjadi alat koneksi antara gereja dan jemaat. Penyempurnaan aplikasi yang terus dilakukan menunjukkan bahwa NDC menempatkan pengembangan aplikasi sangat penting dan menjadi fokus pengembangan ke depan. Kelas-kelas pengajaran online juga telah dikembangkan dengan baik demikian pula berbagai program ibadah online. Melihat perkembangan perbaikan yang terus menerus dilakukan dengan cepat memperlihatkan kemampuan NDC untuk belajar dengan cepat dan bertindak dengan cepat untuk melakukan eksekusinya. Pandemi covid 19 merupakan ujian bagi NDC untuk beradaptasi dengan era disrupsi dan sejauh ini dapat dilalui dengan baik.

KEPUSTAKAAN

Alex Denni dan Triaji Prio Utomo, Learning 5.1, PT. Gramedia, Maret 2020

Chriss McChesney, Sean Covey dan Jim Huling, The 4 Disciplines of Execution, PT. Dunamis Intra Sasana, 2012

Deborah Soule, dkk, Becoming a Digital Organization, MIT Center for Digital Business and Capgemini Consulting, 2006

Drie S. Brotosudarmo, Pembinaan Warga Gereja selaras dengan Tantangan Zaman, Andi, 2020

H.B. Sutopo, Metedologi Penelitian Kualitatif, Universitas Sebelas Maret Press, 2002

Jacobus (Kobus) Kok & Steven C van den Heuvel, Leading in a VUCA World Integrating Leadership, Discernment and Spirituality, Springer Open, 2019

James P. Spradley, Metode Etnografi, Tiara Wacana Grup, 2007

Jarot Kritianto, Sutarto Wijono, David Samiana, Symbol Liturgi (studi Makna Liturgi pada Ibadah di Gereja Kristen JawaSalatiga Utara Ditinjau dari Fungsi Pastoral), Widya Sari Press, 2016

Jeffrey M. Jones, U.S. Church Membership Down Sharply in Past Two Decades, Gallup, 18 April 2019

John A. Totaley, Menuju Teologi Agama-Agama yang Kontekstual (Pengukuhan Guru Besar Teologi), Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2001

John C. Maxwell, The 3600 Leader, PT. Buana Ilmu Populer, Maret 2013

John C. Maxwell, 21 Hukum Kepemimpinan Sejati, Immanuel, 2013

John. J.O.I. Ihalauw, Konstruksi Teori Komponen dan Proses, Grasindo, 2008

Lars Kolind dan Jacob Botter, Unboss, Bagaimana Seharusnya Kita Memimpin di Era Digital, Renebook, Juni 2017

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, 2001

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Abata Press, 1992

Michael Allison dan Jude Kaye, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Nirlaba, Yayasan Obor Pustaka Indonesia, 2013

Marjorie H. Royle, Facts on Worship: 2010, Hartford Institute for Religion Research, 2012

Neil Cole, Gereja Organik Menghadirkan Gaya Hidup Allah dalam Gereja, Penerbit Andi, 2010

Nugroho Notosusanto, Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan, UI Press1975

Pew Research Center, American Oppose Religion Exemptions From Corona Virus – Related Restrictions,7 Agustus 2020

Ram Charan, Geri Willigan dan Deb Giffen, The High Potential Leader, PT Elex Media Komputindo, 2018

Ron Jensen dan Jim Steven, Dinamika Pertumbuhan Gereja, Gandum Mas, 2004

Rajiv Jayaraman, Clearing the Digital Blur, Wiley India Pvt. Limited, 2019

Stephen R. Covey, The Seven Habits of Highly Effective People, Free Press, 2004

Wandi S. Brata & Zein Isa, Stephen R. Covey, The 8th Habit, Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan, terjemahan, Gramedia, 2008

Wagiran, Metodologi Penelitian Pendidikan: Teori dan Implementasi, Deepublish, 2019

Warren Bird & Scott Thumma, Megachurches 2020, The Changing Reality in America’s Largest Churches, Hartford Institute, 2020

Yusuf Zakaria Manutede, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan PTK dalam Perspektif Konstruksi Teori, Widyasari, 2020