KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS HUMAN RELATION DAN EVALUASI DIRI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA

GURU PAI SD

 

Eko Puspita Dewi

SMP Negeri 1 Bawen

 

ABSTRACT

This research is done to acknowledge the Academic supervision contribution based on human relation and self evaluation to the raising performance of islamic education ( PAI) elementary teacher in Gatot Subroto Cluster, East Ungaran District, Semarang Regency, 2017. The kind of this research is field research that deliberate naturalistic qualitative study to reveal and uncover implicit symptoms.Using qualitative descriptive approach to give a situation description of academic supervision action done by supervisor to raise the performance of islamic education ( PAI) elementary teacher. The result of this research shows that (1) Application of human relation principals in academic supervision on tolerance, teacher appreciation, balance apportunity, politeness and friendliness in communication, building intimacy give motivation to the of islamic education ( PAI) to raise teacher performance.(2) Academic supervision based on human relation is increases the performance interaction with student, attitude, and personality,effective comunication mastery of lesson material.(3) Academic supervision based on human relation unable to increase teacher`sperformance is lesson planning and curriculum increase development.(4) Academic supervision based on self evaluation unable to increase teacher`s performance in lesson planning.(5) Academic supervision based on self evaluation can increase teacher`s performance on lesson action interaction with the student. (6) Academic supervision based on self evaluation can increase teacher`s performance in lesson evaluation.

Keywords:   Academic supervision, Human Relation, Self Evaluation of Islamic Education, teachers`s performance

 

PENDAHULUAN

Kualitas pembelajaran didalam kelas merupakan cerminan dari kualitas pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan harus diawali dari peningkatan kualitas pembelajaran di dalam kelas salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran di dalam kelas adalah dengan pelaksanaan supervisi akademik.

Nana Sudjana (2012: 54) mengatakan Supervisi akademik merupakan bantuan profesional kepada guru agar guru dapat mempertinggi kualitas pembelajaran. Supervisi akademik memberikan kontribusi penting bagi pengawas dan guru PAI dalam memetakan, melaksakan dan mengevaluasi program kerja yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum 2013. Sejak awal diberlakukan hingga saat ini, pelaksanaan supervisi oleh pengawas kepada guru belum efektif. Supervisi akademik oleh pengawas kepada guru masih cenderung pada pemeriksaan administratif, berfokus pada tuntutan penerapan kebijakan dalam bidang pendidikan, pemenuhan kewajiban untuk penilaian kerja, dan belum berkesinambungan.

Menurut Onong Uchana Efendi (1993: 42)Komunikasi berhubungan dengan human relation yaitu hubungan manusiawi yang bersifat“action oriented ’’ bukan hanya hubungan yang pasif, dan yang dituju adalah kepuasan batin. Merujuk pada hasil penelitian supervisi dalam bidang industri, keefektifan supervisi dipengaruhi oleh hubungan human relation yang dibangun antara supervisor dan bawahanya menjadi faktor yang paling penting dalam pelaksanaan supervisi yang efektif. Hubungan human relation dalam supervisi akademik didefinisikan sebagai cara pengawas dan guru berhubungan dalam suatu kerja sama untuk menentukan tujuan supervisi.

Pengawas PAI di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dalam pelaksanaan supervisi akademik tidak hanya memberi bimbingan tapi juga mengadakan penilaian performance guru untuk mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problema pengajaran yang dihadapi. Sebagian para guru sebagai penerima tindakan supervisi berpendapat bahwa tujuan supervisi akademik untuk administratif untuk penggugur kewajiban, untuk mencari kesalahan-kesalahan guru, maka diperlukanya sebuah komunikasi yang persuasif, secara tatap muka, dialogis, yang bisa mengintegrasikan orang-orang ke dalam suatu situasi kerja yang menggiatkan mereka untuk bekerja bersama-sama serta dengan rasa puas baik secara psikologis maupun sosial.

Menurut Dirka Mei Okpriana (2014: 860) menyimpulkan bahwa program kerja supervisi akademik merupakan pembinaan guru untuk mewujudkan kesesuaian antara perencanaan, pelaksanaan dan pembelajaran. Penyusunan program memperhatikan komunikasi dan sisi hubungan manusia antara pengawas dengan kepala sekolah, guru dan staf sekolah maupun sesama pengawas dengan saling berkoordinasi. Strategi komunikasi berperan penting untuk menggali informasi tentang kebutuhan guru.

Istianah Qudsi Falkhi Taqqiya (2014:40) menyimpulkan dari penelitian nya mengungkapkan kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas tidak berpengaruh langsung terhadap supervisi akademik. Komitmen pengawas dan hubungan kemitraan berfungsi sebagai variabel intervening dari kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik. Dengan demikian disimpulkan bahwa supervisi akan terlaksana dengan efektif jika didukung oleh komitmen yang tinggi dari pengawas dan hubungan kemitraan yang baik antara pengawas dan guru.

Berdasarkan alasan yang telah disampaikan diatas maka, peneliti akan melakukan penelitian tentang Kontribusi supervisi akademik berbasis human relation dan evaluasi diri terhadap kinerja guru PAI SD di Gugus Gatot Subroto Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Tahun 2017.

METODOLOGI

Fokus penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang menguraikan studi kualitatif naturalistik, menurut Sutama (2006: 64) untuk mengungkap dan mengangkat gejala-gejala yang implisit (tersirat) yang dapat memperkaya gejala-gejala yang eksplisit (tersurat) dengan lebih bermakna dan mengungkap hubungan yang alamiah antara peneliti dengan informannya sebagai manusia. Dengan pendekatan dekriptif kualitatif untuk memberikan gambaran situasi pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam upaya peningkatan kinerja guru PAI SD di Gugus Gatot Subroto Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Tahun 2017. Lokasi Penelitian di Gugus Gatot Subroto Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Peneliti mengambil obyek penelitian di 5 Sekolah Dasar yaitu SDN Beji 1, SDN Beji 2, SDN Leyangan, SDN Kalirejo 1, SDN Kalirejo 2

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan

1.      Wawancara untuk mengetahui hal-hal yang mendasar dan mendalam dengan responden. Bertindak sebagai pewawancara penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sedangkan responden atau informan adalah (1) Pengawas PAI kecamatan Ungaran Timur. Bapak Salim, M.P.d, (2) Guru PAI SD Gugus Gatot Subroto Kecamatan Ungaran Timur.

2.      Observasi, dilakukan untuk meneliti tentang gambaran lokasi penelitian, aktivitas supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru. Metode dokumentasi dalam penelitian ini berhubungan data yang dimiliki oleh pengawas PAI dan guru-guru PAI tentang supervisi akademik, penilaian kinerja guru, jurnal. Kemudian Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

3.      Triangulasi Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagi teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

PEMBAHASAN

SUPERVISI AKADEMIK

Supervisi akademik adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, pengertian supervisi akademik sendiri menurut Lantip Diat Prasojo (2011:84) adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik menurut Glickman sebagaimana dikutip Sudjana (2011:54) Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Kemendiknas dalam Donni Juni Priansa dan Rismi Somad (2014:107), supervisi akademik merupakan upaya untuk membantu guru-guru dalam mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah segala usaha yang dikerahkan untuk memperbaiki kemampuan guru dalam memberikan pembelajaran, mengelola pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Human Relation

Secara harfiah istilah human relation diterjemahkan menjadi hubungan antar manusia atau ada yang mengalih bahasakannya menjadi hubungan antar manusia. Ciri hakiki human relation bukan human dalam pengertian wujud manusia (human being) melainkan dalam makna proses ruhaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku dalam aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Karena itu terjemahan yang mendekati makna human relation menurut Onong Uchana Efendi (1993: 50) adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani. Human relation juga diartikan sebagai komunikasi interpersonal sebagaimana dikutip Deddy Mulyana dalam Suranto AW (2011:3) komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Hubungan kemanusian yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama. Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan (2016:137) Tujuannya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kukuh, mendorong kerja sama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa human relation adalah hubungan baik antar pribadi yang didukung dengan komunikasi yang efektif dan suasana yang kondusif. Faktor yang dapat menjadi indikator human relation. (1)Toleransi, merupakan kemauan dari masing-masing pihak untuk menghargai dan menghormati perasaan orang lain. Dengan sikap toleran, perbedaan kepentingan kedua belah pihak tidak berkembang menjadi kendala kebersamaan.(2) Kesempatan seimbang, rasa memperoleh keadilan dari interaksi yang dilakukan dalam sebuah hubungan.(3) Sikap menghargai orang lain, adanya pemahaman bahwa setiap orang memiliki martabat sehingga tidak boleh melecehkan orang lain, dan menyampaikan pendapat dengan cara-cara yang santun. Komunikasi antara pengawas dan guru dikenal sebagai komunikasi antara atasan dan bawahan. Jenis komunikasi ini berfokus pada bagaimana seorang atasan berkomunikasi dengan bawahan untuk mempertahankan hubungan di antara mereka. Pelaksanaan supervisi akademik tidak terlepas dari proses komunikasi. Sebab hakikat supervisi akademik adalah menciptakan kondisi belajar peserta ke arah yang lebih baik. Kondisi belajar yang baik dapat diciptakan jika terdapat komunikasi antara pengawas dan guru. Oleh sebab itu keberhasilan supervisi sangat ditentukan oleh komunikasi antara pengawas dan guru. Hal ini disebabkan supervisi akademik yang efektif adalah supervisi akademik yang digunakan untuk membagi-bagi informasi, memuji pelaksanaan pembelajaran yang baik, dan melihat guru yang memerlukan bantuan serta menentukan jenis-jenis bantuan apa yang diperlukan.

Evaluasi diri

Pengertian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2004:1) evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif stategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Model evaluasi yang bisa dilakukan untuk melaksanakan supervisi akademik adalah evaluasi yang dilakukan terhadap dirinya sendiri, baik mengenai kemampuan, kelemahan atau karakteristik lain yang dimiliki dengan menggunakan intrumen tertentu.

Langkah-langkah evaluasi diri yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan supervisi akademik (1) Penyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual dan mutakhir (2) Perencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif (3) Pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran (4) memicu dan/atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran (5) merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik.

Kinerja Guru

Kinerja dapat diartikan sebagai: (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Alawine Dale Timple (2009:44) menyatakan bahwa: Kinerja merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan, yakni: keterampilan, upaya dan sifat keadaan eksternal’’. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

 

 

HASIL

Penerapan Prinsip-Prinsip Human Relation

Pengawas dalam kegiatan supervisi akademik telah menerapkan prinsip-prinsip human relation yang memberikan pengaruh positif pada hubungan antara atasan dan bawahan.Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu:

1.   Toleransi dan sikap menghargai

Pengawas menunjukkan sikap toleransinya dengan melakukan supervisi disesuikan dengan kondisi guru baik waktu atau tempat. Menurut Salim pengawas PAI seorang Pengawas dalam melakukan supervisi senantiasa melakukan komunikasi terlebih dahulu, melihat situasi yang dialami guru apakah guru sudah siap untuk disupervisi. Sedangkan sebagian guru PAI mengungkapkan bahwa Pengawas selalu menghargai guru dengan baik tanpa memaksa hal-hal apapun dalam kegiatan supervisi akademik. Setiap guru memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengawas sangat menghargai guru PAI selain tugas pokoknya, pengawas juga menghargai secara profesional sebagai guru.

2.   Kesempatan yang seimbang

Kesempatan yang sama yang diberikan pada guru, menimbulkan rasa keadilan, Pengawas senantiasa memberikan kesempatan yang sama pada guru baik PNS maupun guru tidak tetap untuk mengembangkan kompetensinya baik dalam forum kelompok kerja guru, workshop, seminar ataupun pelatihan. Sikap ini mendorong guru mempertahankan kebersamaan, Dalam arti guru tidak merasa sebagai pihak yang tertekan.

3.   Sopan dan ramah dalam berkomunikasi

Penampilan yang sopan dan ramah membuat rasa nyaman dalam memulai komunikasi, guru lebih senang mendengarkan argumentasi yang disampaikan dengan sopan. Pengawas dalam berkomunikasi memiliki sifat supel, bersahabat, ramah, yang dengan keramahanya itu guru lebih cepat akrab, tidak merasa sungkan. Menyampaikan informasi dengan bahasa yang santun tanpa menyinggung, sikap sopan dan ramah membawa pada perilaku Sikap ramah dari pengawas menimbulkan rasa hormat dan menciptakan komunikasi yang baik, menjaga hubungan yang baik dan harmonis antara guru dan Pengawas.

4.   Membangun keakraban

Pengawas dalam membangun keakraban dengan guru terjalin hubungan yang baik seperti keluarga, terjalin persaudaraan. Pengawas dalam memposisikan dirinya selayaknya teman sejawat sehingga guru PAI merasa nyaman. Contoh keakraban yang dibangun ketika pelaksanaan supervisi tidak langsung menanyakan administrasi pembelajaran tapi dengan menanyakan kabar keluarga, sehingga dapat memancing komunikasi yang lebih akrab, pengawas sering mengajak ngobrol saling membuka dan menerima kekurangan dan kelebihan, sering mengadakan pertemuan dan kegiatan bersama. Dalam berkomunikasi pengawas memposisikan dirinya terkadang sebagai pemimpin, orang tua dan sahabat. Model pembicaraan ini menimbulkan kesadaran yang mengarah pada terwujudnya kesadaran akan tugas. Para guru akan bertanggung jawab terhadap tugasnya.

Beberapa guru PAI berpendapat bahwa sikap pengawas yang ramah, supel, bijaksana, kadangkala tidak tegas dan tidak berkomitmen, tetapi bagi guru yang lain, sifat Pengawas dalam menyampaikan pembinaan dengan lemah lembut justru menjadi motivasi bagi guru PAI untuk bersikap baik pada peserta didik.

Proses ruhaniah yang dilakukan pengawas tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak pengawas yang bersahabat, sifat yang supel, ramah, akrab, perangai yang mudah senyum, kepribadian yang baik sikap dan tingkah laku yang selalu mendukung guru PAI dalam aspek kejiwaan. Pengawas dalam hal ini telah menyampaikan pesan kegiatan supervisi, dapat diterima dan dipahami oleh semua guru, pengawas bersikap toleransi, menghargai guru, memberikan dukungan, ramah, sopan, akrab dengan guru, sehingga komunikasi tidak terhambat. Sikap akrab tersebut dapat membuka jalan ke arah tujuan komunikasi. Sikap akrab pengawas membuat guru dapat mengutarakan permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran, bahkan mereka akan berusaha untuk melakukan perbaikan diri.

 Kontribusi Supervisi Akademik berbasis Evaluasi diri

Program yang telah disusun harus ada evaluasinya untuk mengetahui apakah program yang telah disusun sudah berjalan sesuai yang diharapakan. Penilaian adalah kegiatan untuk menelaah keberhasilan pelaksanaan supervisi akademik. Melalui hasil evaluasi diri dapat diketahui seberapa jauh peningkatan kompetensi kinerja guru. Penilaian tidak hanya untuk mengetahui keadaan, kemampuan, ketercapaian personal tapi juga untuk pengembangan personal dan memberi kesadaran diri untuk meningkatkan kemampuan.

1.     Analisis evaluasi diri guru terhadap perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan kreatif

Menurut hasil penelitian guru PAI sudah memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan peserta didik.Menyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual dan mutakhir, merencanakan pembelajaran yang efektif dan memilih sumber belajar sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran. Namun ada guru yang dalam menyusun bahan ajar dan sumber belajar disesuaikan dengan sarpas yang disediakan sekolah. Sedangkan pengawas menilai bahwa guru PAI dalam menyusun RPP belum memperhatikan karakteristik peserta didik, karena sebagian RPP sudah disusun dalam kelompok kerja guru. Hasil evaluasi diri guru PAI menunjukkan bahwa dalam perencanaan pembelajaran khususnya penyusunan RPP sebagian guru PAI hanya menuliskan tujuan pembelajaran sesuai dengan RPP, sebagian besar tidak memperhatikan karakteristik peserta didik dari setiap sekolah masing-masing. Padahal tujuan pembelajaran dalam RPP yang dibuat di kelompok kerja guru belum tentu sesuai dengan situasi dan kondisi dari masing-masing sekolah. Dengan adanya evaluasi diri guru terhadap perencanan pembelajaran maka diharapkan guru PAI dapat lebih cermat dalam persiapan mengajar dan memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan karakteristik peserta didik.

2.     Analisis evaluasi diri guru terhadap pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan kreatif.

Guru memulai pembelajaran yang efektif dengan dimulai doa serta pesan-pesan akhlak yang berhubungan dengan materi, Pembelajaran dilaksanakandengan melibatkan semua anak, pembelajaran yang efektif direncanakan sesuaikan dengan petunjuk, disesuaikan dengan karakter anak didik, mengetahui bahan ajar yang akan diajarkan, pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan semua murid sehingga informasi tidak hanya dari guru tetapi juga dari siswa sehingga pembelajaran lebih aktif dan hidup. Guru memulai pembelajaran yang efektif dengan menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira, pembelajaran yang efektif direncanakan sesuaikan dengan petunjuk guru, pelaksanaan dimulai pembukaan, materi, evaluasi, penutup.Guru berusaha menguasai materi pelajaran dengan berusaha belajar tentang teknik-teknik dalam mendidik dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan materi memilih sumber belajar yang sesuai dengan materi. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menciptakan suasana pembelajaran dan informasi, guru telah mengevaluasi dirinya dan telah memilih sumber belajar/media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran, strategi disesuaikan dengan materi. Strategi yang dipakai lebih menekankan pada praktek pelaksanaan ibadah. Hasil evaluasi diri guru PAI membuktikan bahwa guru PAI senantiasa melaksanakan pembelajaran yang aktif, dan kreatif.

Analisis evaluasi diri guru terhadap penilaian pembelajaran

Guru PAI merancang alat evaluasi melalui penilaian baik berupa ulangan harian, penugasan dan pekerjaan rumah. Metode penilaiannya disesuaikan dengan kompetensi dasar dan hasil penilaian itu dimanfaatkan untuk mengukur kompetensi yang telah dicapai. Guru PAI dalam menggunakan strategi dan metode penilaian dilakukan dengan cara observasi untuk penilaian sikap dan spiritual, tes tertulis untuk penilaian pengetahuan dan unjuk kerja untuk penilaian keterampilan. Strategi dan metode penilaian disesuaikan dengan kondisi juga materi, penilaian disusun sesuai dengan keterampilan. Guru PAI dalam merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan peserta didik disesuikan dengan penilaian kurikulum 2013, baik secara tertulis, lisan, portofolio, tugas dan praktek. Dalam merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan peserta didik berdasarkan nilai tertulis dan lisan atau hafalan. Guru PAI dalam merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik sudah sesuai dengan penilaian pengawas bahwa guru PAI dalam merancang alat evaluasi sudah sesuai dengan rubrik-rubrik yang sudah ditentukan.

Maka dapat disarikan bahwa kontribusi supervisi akademik berbasis evaluasi diri terhadap peningkatan kinerja guru PAI

1.      Evaluasi diri guru terhadap perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan kreatif belum bisa meningkatkan kinerja guru pada penyusunan rencana pembelajaran, penyusunan perencanaan pembelajaran masih mengikuti konsep yang sudah disusun secara kelompok belum disesuaikan dengan kondisi peserta didik.

2.      Evaluasi diri guru terhadap pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan kreatif dapat meningkatkan kinerja guru pada pelaksanaa interaksi pembelajaran dengan peserta didik. Meskipun dalam perencanaa pembelajaran guru belum memperhatikan karakteristik peserta didik tapi dalam pelaksanaanya guru memiliki trik tersendiri, untuk melibatkan keaktifan peserta didik.

3.      Evaluasi diri guru terhadappenilaian pembelajaran, dapat memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran dan umpan balik pada peserta didik.

 

 

Peningkatan Kinerja Guru

 Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

1.   Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik, penguasaan guru PAI terhadap karakteristik peserta didik meningkat, untuk perubahan secara menyeluruh masih ada kekurangannya karena karakteristik peserta didik dari aspek moral, sosial kadang terlihat, kadang tidak, guru lebih memperhatikan peserta didik.

Perubahan itu terlihat dari cara memperbaiki pembelajaran berusaha mencari materi dari sumber lain, ada internet dan buku-buku yang ada. Namun guru PAI belum mampu mengembangkan kurikulum, hanya mengembangkan indikatornya guru PAI hanya mampu melaksanakan kurikulum yang ada sesuai dengan yang tercantum di RPP, sedangkan RPP itu dibuat secara berkelompok. Untuk mengembangkan kegiatan pengembangan yang mendidik guru PAI memulainya dengan keteladanan, Guru PAI mendidik anak dengan mengajak anak sholat. Sebagian guru PAI ada yang bisa memanfaatkan teknologi dengan baik, dalam pembelajaran ada yang menggunakan proyektor, tapi ada juga yang masih belum memanfaatkan teknologi.

2.   Kompetensi Kepribadian

 Kompetensi kepribadian guru PAI lebih berhati-hati dalam berperilaku, bersikap dan memperhatikan norma agama, hukum sosial, karena sekarang sudah ada Undang-Undang perlindungan anak, guru PAI juga menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik karena guru adalah figur sentral, sering memberi contoh dari pada hanya teori, lebih berhati-hati dalam pergaulan di masyarakat, lebih menjaga diri dalam pergaulan, dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Guru PAI menjadi sosok pribadi yang dewasa, lebih arif, lebih bijaksana.Etos kerja dan tanggung jawab meningkat, bisa memotivasi guru dan lebih percaya diri.

3.   Kompetensi sosial

Kompetensi sosial dari awal guru PAI tidak pernah membedakan siswa dari segi apa pun , baik dari segi jenis kelamin, kondisi fisik dan latar belakang keluarga, guru tidak membeda-bedakan peserta didik, dalam berkomunikasi lebih santun, dapat beradaptasi dan bisa menempatkan diri dengan baik sebagai guru PAI, sebagai tenaga pendidik guru juga lebih memahami cara berkomunikasi yang santun terhadap semua pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. Untuk beradaptasi di tempat tugas guru PAI lebih bisa bersikap supel, lebih percaya diri untuk berkomunikasi sesama profesi, baik dalam lisan maupun tulisan serta dalam bentuk lain. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada usaha dalam mencapai tujuannya dantergantung pada bagaimana para guru PAI yang ada dan dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing ditinjau dari kompetensi sosial menunjukkan bahwa faktor sikap dari individu guru PAI dapat memperlancar komunikasi dalam pembelajaran. Faktor-faktor tersebut diantaranya(1) Guru PAI tidak diskriminatif tidak pernah membedakan siswa dari segi apapun, baik dari segi jenis kelamin, kondisi fisik dan latar belakang keluarga, guru tidak membeda-bedakan peserta didik (2) Berkomunikasi lebih santun, terhadap semua pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.(3) Dapat beradaptasi dan bisa menempatkan diri dengan baik sebab sebagai guru PAI lebih bisa bersikap supel, lebih percaya diri untuk berkomunikasi sesama profesi, baik dalam lisan maupun tulisan serta dalam bentuk lain.

4.   Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional penguasaan materi meningkat, pola pikir terbuka dan berkembang. Guru PAI lebih menguasi standar kompetensi lebih kreatif dalam mengembangkan materi pembelajaran mencari sumber materi yang lain dan dijabarkan dalam tujuan pembelajaran. Dalam mengembangkan materi lebih disesuaikan lagi dengan lingkungan tempat tinggal peserta didik, kisi-kisinya semakin terinci, penguasaanya terhadap materi, struktur konsep dan keilmuwan lebih baik, guru PAI lebih menguasai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang diampu. Pengembangan materi lebih dikembangkan karena sudah banyak mendapatkan masukan dari pengawas tentang pembelajaran yang kreatif

SIMPULAN

1. Kontribusi supervisi akademik berbasis human relation terhadap peningkatan kinerja guru:

a.   Praktik supervisi akademik sudah berjalan sesuai kaidah-kaidah supervisi, pengawas menerapkan prinsip-prinsip human relation meliputi toleransi dan menghargai, memberikan kesempatan yang berimbang, sopan dan ramah dalam berkomunikasi, membangun keakraban, sehingga tercipta situasi supervisi akademik yang kooperatif.

b.   Penerapan prinsip-prinsip human relation dalam supervisi akademik mampu memotivasi guru sehingga dapat tercipta situasi kerja (work situation) dengan penuh keakraban, memotivasi guru pada peningkatan kinerja dalam interaksi dengan peserta didik, sikap dan kepribadian, komunikasi yang efektif, penguasaan materi pembelajaran.

c.   Supervisi akademik berbasis human relation belum bisa meningkatkan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dan pengembangan kurikulum.

2.      Kontribusi supervisi akademik berbasis evaluasi diri terhadap peningkatan kinerja guru:

a.   Supervisi akademik berbasis evaluasi diri belum bisa meningkatkan kinerja guru pada penyusunan rencana pembelajaran.

b.   Supervisi akademik berbasis evaluasi diri dapat meningkatkan kinerja guru pada pelaksanaan interaksi pembelajaran dengan peserta didik.

Supervisi akademik berbasis evaluasi diri dapat meningkatkan kinerja guru dalam penilaian pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi & Cepi safrudin Abdul jabar.(2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Efendy, Onong uchana. (1993). Human Relation dan Public Relation. Bandung: Mandar Maju.

Hasibuan, Malayu SP. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Okpriana, Dirka Mei. (2014).“ Stategi Komunikasi Pengawas Pendidikan Menengah di Lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik ’’. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan.

Prasojo, Lantip Diat. (2011). Supervisi pendidikan.Yogyakarta: Gava media.

Priansa, Donni Juni dan Rismi Somad. (2014). Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana. (2012). Supervisi Pendidikan konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.

Suranto, AW. (2011). Komunikasi Interpersonal.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono.(2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif kualitatif dan

( R & D ). Bandung: Alfabeta.

Sutama. (2006). Metode Penelitian Pendidikan, Kuantitatif, kualitatif, PTK, ( R&D ). Kartasura: Fairuz Media Duta Permata.

Taqqiya, istianah Qudsi Falkhi.(2014).“ Model Supervisi Akademik berbasis Kemitraan”, Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan.

Timpe, A. DaleTimpe. (2009). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Produktivitas, Jakarta: Elex Media Komputindo.