SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU PAI

DALAM MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN PAI

 

Abdul Kadir

Guru PAI SMPN 1 Pantai Lunci

 

ABSTRACT

 The aims of this research are; 1) Reveals the role of principle’s academic supervision in increasing the professional competence in making the Classroom Action Research (CAR) of Islamic Education Teachers in Junior High School of Sukamara Regency in a year of 2016 / 2017. 2) Reveals the factors which affect the Teachers of Islamic Education in Junior High School of Sukamara Regency in improving and developing the professional competence in making Classroom Action Research (CAR).This is a qualitative research, with qualitative and phenomenological approach. Data were analyzed using Miles & Huberman's model; reduction, display and verification. Where us the analysis and presentation were analysed using the descriptive qualitative phenomenologik of Moustakas’model which simplified by Creswel.The research findings are: 1) Some Principal of Junionr High School in Sukamara Regency assist and guide the Islamic Education Teachers to make the Classroom Action Research (CAR) and most principals only direct the teachers to make the research independently. 2) The entire principals do not make the academic supervision program using the instruments to observe the progress of implementing the Classroom Action Research (CAR) of Islamic Education Teachers. 3) The principals understand that the guidance and the assistance of making Classroom Action Research to the teachers is not part of academic supervision. 4) The planning of the principal’s academic supervision in making the teacher’s research begins with the direction which is socialized at the beginning of the new teaching year. 5) The implementation of academic supervision involves collegians starting with the guidance of proposal making, data retrieval, data analysis, and preparing the research. 6) The academic supervision is a scientific publication in the form of seminars. 7) The Teachers makes research for promotion requirements, improves professional competence and overcomes the student learning problems. 8) The Teachers do not make research due to poor Prinspal’s academic supervision and the unsupported facilities.

Keywords:   Academic Supervision, professional competence in making Classroom Action Research (CAR).

 

 PENDAHULUAN

Keberhasilan transformasi keilmuan di sekolah sangat ditentukan oleh kualifikasi dan kompetensi profesionalitas guru dalam pembelajaran yang menjadi tuntutan dan amanah negara. Undang – undang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 menyatakatan bahwa kompetensi guru mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Menurut Danim (2012:85-88) Salah satu subkompetensi profesional yang dimiliki guru adalah harus menguasai struktur dan metode keilmuan dengan indikator esensial; menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan dan atau materi dari bidang studi yang diajarkan.

Bagi guru PNS/ASN membuat karya tulis ilmiah merupakan bentuk upaya penjaminan dan peningkatan profesional berkelanjutan setelah sertifikasi (Apandi, 2015:47-48). Yang ditegaskan dengan Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan mulai 2013 kemendikbud memberlakukan Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Bahwa, guru PNS Golongan III/b jika ingin naik pangkat ke III/c sampai IV/e disyaratkan mengumpulkan Angka Kredit (AK) dari aspek publikasi ilmiah berupa Karya Tulis Illmiah (KTI) yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, di antaranya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Glicman dan Sergiovanni dalam Prasojo (2011: 86), pembuatan PTK guru dapat dilakukan melalui pembimbingan dan arahan kepala sekolah dalam kegiatan supervisi akademik yang bertujuan untuk menindaklanjuti pengembangan dan peningkatan kinerja guru. Untuk mewujudkan profesionalisme dalam menciptakan pembelajaran yang efektif, menarik, menyenangkan dan ilmiah bagi siswanya.

Selain kepala sekolah, supervisor pendidikan (pengawas sekolah) juga wajib membantu dan mengarahkan guru dalam kegiatan penelitian. Sebagaimana Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah / Madrasah menyatakan; kualifikasi dan kompetensi supervisor (pengawas) diharuskan mampu memberikan bimbingan kepada guru dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah. Dengan harapan, menurut Masaong (2013:18) guru dapat meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya secara efektif, inovatif dan kreatif. Bahkan secara khusus, Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 2012 menegaskan bahwa, salah satu tugas Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah adalah pembinaan dengan tujuan meningkatkan kemampuan Guru PAI dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Dari beberapa penelitian terdahulu, ditemukan bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah terhadap guru memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan kompetensi profesional guru, sebagaimana hasil penelitian berikut.

 Dalam penelitian Rosialita (2012), supervisi akademik kepala sekolah berpengaruh secara simultan sebesar 65,4 %, dan secara parsial 43,43 % terhadap peningkatan kompetensi guru. Sedangkan pengalaman diklat (pendidikan dan pelatihan) hanya 38,07 % pengaruhnya terhadap peningkatan kompetensi guru. Kesimpulannya supervisi akademik kepala sekolah dan pengalaman diklat (pendidikan dan pelatihan) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kompetensi profesional guru akuntansi SMK Bisnis Manajemen di Kabupaten Tegal.

 Menurut penelitian Djailani AR, et.al. dalam Jurnal Administrasi Pendidikan: Vol. 4, No.1, (2016: 148-157), supervisi akademik kepala sekolah dilakukan dengan tahapan: 1) Program supervisi akademik kepala sekolah disusun pada setiap awal tahun pelajaran berdasarkan pelaksanaan supervisi pada tahun sebelumnya dengan petunjuk dari Dinas Pendidikan, sebanyak dua kali dalam satu semester. 2) Supervisi meliputi sosialisasi, pra observasi, bimbingan dan arahan dalam penyusunan perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Sosialisasi supervisi dilakukan melalui rapat, diskusi, pertemuan individu dan observasi kelas. Kepala sekolah mencatat observasi kelas pada lembar instrumen untuk pembinaan dalam meningkatkan profesional guru. 3) Tindak lanjut dilakukan melalui diskusi antara kepala sekolah dengan guru sebagai pertemuan balikan dari hasil observasi kelas. 4) Hambatan-hambatan yang dihadapi adalah sering bergeser jadwal supervisi, penggunaan metode mengajar masih berpusat pada guru, guru merasa kaku ketika disupervisi dan guru kurang aktif dalam mencari informasi baru tentang pembelajaran..

 Dalam tesis Puji Handriyani, (2016) ditemukan bahwa pertama, perencanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah dimulai dengan pembuatan program supervisi kemudian disosialisasikan kepada semua guru agar mengetahui dan memahami sehingga timbul rasa tanggung jawab. Kedua, supervisi akademik kepala sekolah di kecamatan sragen menggunakan teknik kelompok dan perorangan. Sebagian besar kepala sekolah hanya melakukan supervisi secara kelompok dengan pembinaan guru secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru. Beberapa kepala sekolah tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan kelas, observasi kelas maupun pertemuan individual, Ketiga, program tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah di Kecamata Sragen hanya berupa pembinaan yang bersifat umum dan dilakukan dalam rapat guru sehingga kurang menyasar kepada guru PAI. Keempat, supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen belum berhasil dalam meningkatkan kompetensi profesional Guru PAI karena pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah belum terencana, sistematis dan berkelanjutan.

Ternyata penelitian di atas menunjukkan bahwa Pengawas PAI SMA di Kabupaten Sumenep pernah melakukan peningkatan profesionalisme Guru PAI dengan menggunakan classroom action research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut penelitian Tespaw dan Roelande H. Hofman dalam International Education  Journal: Comparative Perspectives: Vol.13, No.1, (2014: 82-92) menjelaskan: the results reveal that except for peer coaching and portfolios, the selected supervisory approaches were less frequently practiced in private and government schools. No significant differences were found between beginner and experienced teachers in their attitudes and satisfaction toward supervisory processes practiced at their schools. Moreover, significant weak to moderate positive relationships were found of the actual supervisory approaches, teachers’ attitudes and satisfaction with professional development. However, regression analysis showed that teachers’ attitudes and teachers’ satisfaction are the most important contributors to professional development.

Penelitian di atas mengungkapkan bahwa supervisi akademik berperan positif terhadap kompetensi profesional guru, namun belum mengarah pada kemampuan profesional

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk kategori field research (penelitian lapangan) yaitu sebuah studi penelitian yang mengambil data autentik secara objektif di lapangan (Saifudin, 2001: 21). Dengan pendekatan kualitatif, yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak bisa dipakai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi (Muttaqin dan Shodiq, 2007:4). Yang secara khusus menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif fenomenologik. Yang menurut Syaodih (2015:63) penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, mengungkapkan dan menganalisis suatu fenomena sebagai data yang berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman kepala Sekolah SMP Negeri Se-Kab. Sukamara dalam membantu dan membimbing Guru PAI membuat PTK melalui supervisi akademik dan pemberian makna terhadap sikap, pengalaman, dan fenomena Guru PAI SMP dalam membuat PTK. Dimana pengalaman subjek penelitian bersatu secara utuh dengan subjek pendukung objek penelitian secara alami (Idrus, 2009:59). Pengumpulan data melalui pengamatan (observasi), wawancara, dan penelaahan dokumen atau pustaka. (Moleong,2013:62).

PEMBAHASAN

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Supervisi menurut Masaong (2010: 2) berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Super artinya atas atau lebih, sedangkan vision artinya melihat atau meninjau. Merriam Webster’s Collegiate dikutif Doni (2014: 84) menyebutkan “supervisi is a critical watching and directing”.

Penelitian Tindakan Kelas berasal dari action research (penelitian tindakan). Menurut Florence Stratemeyer et.al, dikutip Sergiovanni dan Starratt (1993: 293-294) Action research as a process aimed at discovering new ideas or practices as well as testing old ones, exploring or establishing relationships between causes and effect, or of systematically gaining evidence about the nature of particular problem. Menurut Ellliot yang dikutip Sanjaya (2009:25), penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya.:

“Action research can transform the ways teachers work and learn with and from one another while improving their classroom practices. The results of action research can inform school systems and can aid in formulating and reformulating goals related to school improvement. Action research can enhance a peer-coaching program and can be an integral part of developing a professional portofolio. Action research (undertaken by teachers) is research that occurs in conjunction with, and often concurrently with, day-to-day classroom or school activities. As an extension of instructional supervision, action research assists a teacher’s inquiry into classroom practices. Integrating aspects of action research with processes of supervision yields a more powerful and seamless form of learning”.

Supervisi akademik kepala sekolah merupakan bantuan nyata bagi guru untuk membentuk sikap dan cara berfikir ilmiah dalam pengambilan keputusan, pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan peserta didik, dan pengembangan keilmuan untuk diterapkan dalam kehidupan praktis.

Sedangkan menurut Sagala (2012:247) peningkatan kompetensi profesional guru dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui supervisi akademik kepala sekolah, dapat dilakukan dengan cara: memberikan bimbingan dan pelatihan tentang penyusunan kerangka penelitian sederhana, membimbing perumusan masalah, pengembangan kerangka teori, perumusan hipotesis, metodologi, instrumen, pengolahan data, merumuskan analisis hasil, menarik kesimpulan, dan menentukan rekomendasi.

Penelitian ini dilakukan hanya pada 10 SMP Negeri Kabupaten Sukamara, yaitu; SMPN 1 Sukamara, SMPN 2 Sukamara, SMPN 3 Sukamara, SMPN 4 SATAP Sukamara, SMPN 2 Permata Kecubung, SMPN 1 Balai Riam, SMPN 2 Balai Riam, SMPN 1 Jelai, SMPN 2 SATAP Jelai, dan SMPN 2 Pantai Lunci. Sedangkan SMPN 1 Pantai Lunci, Guru PAI sedang dalam Tugas Belajar. Di SMPN 1 Permata Kecubung dan SMPN 3 SATAP Permata Kecubung saat ini tidak memiliki Guru PAI yang memiliki kualifikasi S1. Pendidikan Agama Islam.

Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dalam Pembuatan PTK Guru PAI.

Supervisi akademik yang dilakukan para kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi profesional membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru PAI SMP Negeri Kabupaten Sukmara dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

Perencanaan

Perencanaan supervisi akademik Kepala SMPN 1 Sukamara, diawali dengan perencanan yang didukung pendanaan dalam anggaran sekolah. Sedangkan Kepala SMP Negeri 2 Sukamara dan SMPN 3 Sukamara hanya mensosialisasikan dan mengarahkan rencana supervisi yang berkaitan dengan bimbingan dan bantuan membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan supervisi kelas dalam rapat dewan guru pada awal tahun pelajaran, tanpa ada bantuan alokasi dana dalam anggaran sekolah.

Berdasarkan penggalian data; wawancara, observasi dan dokumentasi terungkap bahwa hanya Kepala SMPN 1 Sukamara, SMPN 2 Sukamara, dan SMPN 3 Sukamara yang membuat perencanaan pembimbingan dan bantuan membuat PTK bagi Guru PAI dalam rencana supervisi akademik di sekolahnya. Sedangkan kepala sekolah lainnya hanya merencanakan supervisi kelas, dan memberi arahan secara umum tentang PTK Guru PAI dengan teknik supervisi kelompok dalam rapat dewan guru di awal tahun pelajaran.

Pelaksanaan

Di SMPN 1 Sukamara, SMPN 2 Sukmara dan SMPN 3 Sukamara setelah perencanaan dan sosialisasi dari kepala sekolah, Guru PAI mengajukan proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memuat; judul penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, analisis masalah, analisis penyebab masalah, alternatif pemecahan masalah, organisasi kelas, rekan kolaborator, teknik pengambilan data, sumber data, rekan pengkritisi, metode penelitian dan teknik analisis data. Selain itu juga harus memuat jadwal pengambilan data, dan kelas yang diteliti. Dalam penyusunan proposal Guru PAI bermusyawarah, sharing dan minta bimbingan dan bantuan kepada rekan sejawat (guru senior) sebagaimana arahan kepala sekolah. Setelah siap, kemudian diajukan kepada Kepala Sekolah.

Model supervisi yang diterapkan oleh tiga kepala SMP Negeri tersebut di atas, masuk dalam Model Supervisi Klinis, seperti yang ditegaskan Cogan dikutif Sagala (2012:194), bahwa supervisi klinis adalah upaya yang dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki kinerja guru di kelas, dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi profesional guru, sekaligus perbaikan pengajaran.

Sedangkan pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan kolaboratif yang memiliki pengertian bahwa tugas seorang supervisor (kepala sekolah) adalah mendengarkan dan memperhatikan secara cermat keprihatinan Guru PAI terhadap masalah perbaikan mengajarnya dan juga inisiatif dan gagasan Guru PAI untuk mengatasi masalah. Dimana kemudian kepala sekolah mendorong guru untuk mengaktualisasikan ide dan rencana dalam pikirannya untuk memecahkan masalah dan meningkatkan pengajarannya. Wujud nyata dari ide dan inisiatif penyelesaian masalah pengajaran yang dihadapi Guru PAI yaitu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimulai dengan menyusun proposal PTK (Muslim, 2013: 78).

Di SMPN 4 Satap Sukamara, SMPN 1 Balai Riam, SMPN 2 Balai Riam, SMPN 2 Permata Kecubung, SMPN 1 Jelai, SMPN 2 Satap Jelai dan SMPN 2 Pantai LunciKepala Sekolah tidak melaksanakan supervisi akademik untuk meningkatkan kompetensi profesional Guru PAI dalam membuat PTK.

Tindak Lanjut Supervisi

Di SMPN 1 Sukamara, tindak lanjut dari supervisi akademik kepala sekolah setelah pembuatan PTK Guru PAI adalah pengesahan dari Kepala Sekolah sebagai bukti pengakuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Guru PAI. Kemudian dilakukan publikasi ilmiah dalam bentuk seminar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dihadiri pengawas sekolah kabupaten sukamara, rekan sejawat dan undangan lainnya. PTK Sebagai prasyarat untuk mendapat angka kredit untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat, menjilidnya dan meletakkannya di perpustakaan sekolah.

Di SMPN 2 Sukamara, dan SMPN3 Sukamara sebagai upaya tindak lanjut dari supervisi akademik terhadap PTK Guru PAI, Kepala sekolah mendukung dan memfasilitasi untuk publikasi ilmiah di kabupaten dalam even Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Sukamara Tahun 2017.

Pelaksanaan seminar sebagai tindak lanjut dari supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional Guru PAI membuat Penelitian Tindakan Kelas sudah sesuai dengan teknik supervisi akademik modern.

Menurut Sagala (2012: 184-185), seminar merupakan salah satu teknik supervisi kelompok dalam bentuk pertemuan ilmiah untuk menyajikan karya tulis baik makalah maupun hasil penelitian, termasuk PTK Guru PAI. Seminar dapat difahami sebagai wadah belajar guru dalam kelompok kecil yang terdiri dari 10 – 15 orang, untuk mendalami suatu penyelidikan secara bersama-sama dengan dibimbing secara cermat oleh satu orang atau lebih.

Menurut Kepala SMPN 1 Sukamara Pembuatan PTK itu hanya penunjang karier bagi guru yang bersangkutan. Konsep supervisi akademik belum difahami sebagai kewajiban seorang kepala sekolah secara integral (utuh dan menyeluruh) yang meliputi layanan pembelajaran bagi siswa dan peningkatan kompetensi serta pengembangan karier guru. Padahal menurut Muslim (2013: 46-52), membimbing dan membantu Guru PAI membuat PTK merupakan salah satu tujuan dan fungsi dari supervisi akademik kepala sekolah untuk mengidentifikasi masalah – masalah pengajaran di sekolahnya.

Dari observasi dan penelusuran dokumentasi di SMPN 1 Sukamara, Kepala Sekolah tidak membuat jadwal bimbingan PTK dan tidak membuat instrumen atau panduan konsultasi bimbingan PTK bagi guru-guru termasuk Guru PAI. Sehingga Guru – guru hanya diarahkan untuk saling membantu dengan rekan sejawat dari yang senior dan sudah berpengalaman.

Kegiatan membimbing dan membantu Guru PAI membuat PTK bagi Kepala SMPN 1 Sukamara, SMPN 2 Sukamara dan Kepala SMPN 3 Sukamara merupakan bentuk dari tanggung jawab pimpinan terhadap warga sekolahnya. Supervisi akademik dalam pembuata PTK ternyata menjadi sarana yang baik untuk membangun harmonisasi dan kedekatan emosional yang sehat. Dalam rangka menciptakan iklim kerja yang nyaman antara pimpinan dan anak buahnya sebagai mitra kerja untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas. Layanan pendidikan berkualitas bagi siswa dan layanan bimbingan karier bagi guru.

Pentingnya Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dalam Pembuatan PTK Guru PAI.

Adanya supervisi akademik untuk membantu dan membimbing Guru PAI membuat PTK, bagi Kepala SMPN 2 Sukamara dan SMPN 3 Sukamara memiliki peran yang penting sekali untuk membangun kepedulian seorang pimpinan kepada bawahannya. Setiap orang, termasuk Guru PAI memiliki keinginan untuk maju dan berkembang dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Sesuai tuntutan profesi, pengembangan karier dan lingkungan kerja di mana dia bekerja. Di sinilah titik temu antara keinginan dan kepedulian tersebut mewujud dalam kebersamaan untuk saling membantu dan berbagi.

Faktor yang mempengaruhi Guru PAI SMP Negeri Kabupaten Sukamara Dalam Meningkatkan dan Mengembangkan Kompetensi Profesional Membuat PTK.

Banyak faktor yang mempengaruhi Guru PAI dalam membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang kemudian hal ini menjadi tema penting dalam upaya peningkatan dan pengembangan kompetensi profesional Guru PAI.

 Peningkatan kompetensi profesional dan tuntutan jenjang karier.

 Menurut Kamariatul Isra, pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini seru dan heboh, tapi sebenarnya sangat bagus, karena mendukung guru menjadi profesional. Apalagi guru dituntut naik pangkat membuat PTK, untuk mengukur guru berprestasi juga diperlukan PTK.Tidak salah dan tidak rugi kita bikin PTK, banyak untungnya. Juga untuk pengembangan diri, menambah ilmu, dan juga tidak memberatkan, karena dituntut untuk harus melaksanakan dan membuatnya.

 Menurut Taufiqurahman membuat PTK itu tidak terlalu sulit, dan memang agak repot kalau kita merasa lemah dalam kemampuan menulis. Kalau sekarang ini guru, mau nda mau harus bikin PTK, karena memang diwajibkan, walaupun agak terpaksa. Untuk kenaikan pangkat, untuk peningkatan kompetensi guru dan juga bisa untuk mengikuti lomba guru berprestasi.

Untuk SMPN 1 Sukamara dan SMPN 3 Sukamara yang berada di Kota Sukamara, pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam membantu dan membimbing Guru PAI membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berdasarkan fasilitas penunjang idealnya tidak akan kesulitan. Karena memiliki fasilitas penunjang yang lengkap, seperti; jaringan listrik PLN, sinyal internet dan telephon stabil, dekat dengan perpustakaan daerah, dan banyak rekan sejawat (guru senior) yang sudah berpengalaman yang bisa membantu jika kesulitan dalam pembuatan proposal, pengambilan data dan penyusunan laporan PTK. Sedangkan kepala sekolah secara teknis hanya mengarahkan kepada Guru PAI agar mandiri dalam pelaksanaan PTK.

Pusat kecamatan yang memiliki fasilitas penunjang Bagi SMPN 1 Balai Riam yang berada jauh dari Kota Sukamara, pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam membimbing dan membantu Guru PAI membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) idealnya bisa dilakukan dengan baik karena memiliki kelengkapan fasilitas seperti: listrik PLN, sinyal internet dan telephone ada, sudah ada rekan sejawat (guru senior) yang bisa membuat PTK dan bisa memaksimalkan fungsi perpustakaan sekolah. Sama dengan di SMPN 1 Jelai yang juga jauh dari Kota Sukamara, namun sudah memiliki kelengkapan fasilitas pendukung seperti; Listrik PLN, namun sering mati bergilir, sinyal internet dan handphone ada tapi sering tidak stabil, punya perpustakaan sekolah walaupun tidak lengkap. Sudah ada juga guru rekan sejawat yang bisa membuat PTK.

Bagi kepala SMPN 2 Sukamara, SMPN 4 Satap Sukamara, SMPN 2 Satap Jelai, SMPN 2 Pantai Lunci, SMPN 2 Balai Riam, dan SMPN 2 Permata Kecubung yang berada jauh dari Kota Sukamara dan pusat kecamatan. Tidak dapat melaksanakan program bimbingan dan bantuan untuk pembuatan PTK Guru PAI karena tidak menyiapkan rencana supervisi dan kurangnya fasilitas penunjang.

Namun pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah untuk membantu dan membimbing Guru PAI membuat PTK Di SMPN 2 Sukamara dapat terlaksana karena Guru PAI memiliki keinginan yang kuat untuk bisa membuat PTK dengan memulainya sendiri dengan penyusunan proposal PTK dan Kepala Sekolah senantiasa memotivasi untuk penyelesaiannya. Untuk menyelesaikan penyusunan laporan akhir PTK Guru PAI berusaha mencari buku dan referensi di internet saat pulang ke sukamara. Namun kepala SMPN 2 Sukamara juga tidak membuat jadwal dan panduan konsultasi pembuatan PTK bagi Guru PAI…

 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis data penelitian terhadap peran supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional membuat PTK Guru PAI SMP Negeri di Kabupaten Sukamara tahun 2016 / 2017, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

 Peran supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional Guru PAI dalam membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) masih sangat kurang. Padahal para kepala sekolah menyadari bahwa peran supervisi akademik kepala sekolah dalam bentuk memberi bimbingan dan bantuan kepada Guru PAI dalam membuat PTK sangat penting dan merupakan tanggung jawab dari manajemen kepala sekolah. Selain itu, pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh Guru PAI sangat penting dan bersifat mendesak untuk kenaikan pangkat, pengembangan kompetensi profesional dan mengatasi permasalahan pembelajaran bagi siswa.

Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dalam pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru PAI masih sebatas mengarahkan dan menghimbau dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Guru PAI agar mandiri. Tidak ada tindaklanjut yang nyata dalam bentuk program bimbingan dan bantuan yang terjadwal, dan terencana dengan berdasarkan pedoman tertulis seperti format bimbingan khusus PTK.

 Guru PAI yang berhasil membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan inisiatif sendiri dan kemudian berkonsultasi dengan kepala sekolah ternyata mengalami peningkatan kompetensi profesional yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan guru PAI yang tidak membuat PTK dan tidak minta bimbingan dan bantuan kepala sekolah ternyata tidak mengalami peningkatan kompetensi profesional dalam membuat PTK.

Faktor pendorong yang mempengaruhi Guru PAI meningkatkan dan mengembangkan kompetensi profesioalnya dalam bentuk pembuatan PTK adalah; untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat dalam pengembangan karier, mengatasi masalah belajar siswa dan sebagai upaya peningkatan kompetensi berkelanjutan. Sedangkan factor penghambatnya antara lain; letak sekolah yang berjauhan, kurangnya fasiltas penunjang, lemahnya inisiatif Guru PAI dalam membuat PTK. Selain itu kepala sekolah ternyata masih memahami bahwa bantuan dan bimbingan akademik dalam pembuatan PTK Guru PAI merupakan kegiatan yang terpisah dari pelaksanaan supervisi kelas yang selama ini telah dilakukan berdasarkan instrumen supervisi. Sehingga supervisi masih dianggap sebagai kegiatan mengevaluasi unjuk kerja guru di kelas berdasarkan rencana pembelajaran yang disusunnya.

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, Idris. (2015) Saya Guru Saya Bisa Menulis: Panduan Menulis Artikel Ilmiah Populer dan Artikel Jurnal Ilmiah Bagi Guru. Bandung: Smile’s Publishing.

Creswel, John W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih Di Antara Lima Pendekatan. Terjemahan Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danim, Sudarwan. (2012) Pengembangan Profesi Gur: Dari Prajabatan, Induksi ke Profesional Madani. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Direktorat PAI Dirjen Pendis Kemenag RI, (2012). Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, Jakarta.

Dja’far, M. HS. (2013)”Supervisi Kepala Sekolah Meningkatkan Kualitas Tes Buatan Guru” Jurnal Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Vol. 4, No. 2: 172-182.

Glatthorn, Allan A. (1990) Supervisory Leadership: introduction to instructional supervision. Carolina: Harper CollinsPublishers.

Handriyani, Puji. (2016) “Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI: Studi Kasus di SD se- Kecamatan Sragen Tahun 2016”, Tesis, IAIN Salatiga.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, Cet.2.

Masaong, Abdul Kadim. (2013). Supervisi Pemberlajaran dan Dan Pengembangan Kapasitas Guru, Bandung, Alfabeta.

Masaong, Abdul Kadim. (2010). Supervisi Pendidikan, Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik, Bandung: MQS Publishing.

Muslim, Sri Banun. (2013) Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Bandung: Alfabeta, Cet.3.

Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Jakarta: Refrensi.

Shodiq, Muhammad dan Muttaqin, Imam. (2007) Dasar – Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Permenpan dan RB Nomor 12 Tahun 2009.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007.

Prasojo, Lantip Diat. (2011). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta, Gava Media.

Priansa, Donni Juni dan Rismi Somad. (2014). Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Purwanto, M. Ngalim. (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rosialita, Sukmaning, (2012). “Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Pengalaman Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) terhadap Kompetensi Profesional Guru Akuntansi SMK Bisnis Manajemen di Kabupaten Tegal”, Thesis, Universitas Negeri Semarang.

Sagala, Syaiful. (2012). Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. (2013). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Saifudin, Azwar. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, Wina. (, 2009). Penelitian Tindakan Kelas, ed.1. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sergiovanni, Thomas J., dan Starratt, Robert J.(1993). Supervision A Redefinition, New York: McGraw-Hill, Inc.

Sugianto. (2009). ”Manajemen Pengawas dalam Pembinaan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam SMAN di Kabupaten Sumenep”, Tesis, Universitas Malang.

Sugiyono, (2014) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih, (2015). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. 10.

Suraiya, Nasir Usman, AR, Djailani. (2016), “Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pada SD Negeri Lam Ura Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal Administrasi Pendidikan, Banda Aceh: Vol. 4, No.1: 148-157.

Tesfaw, Tadele Akalu, Hofman, Roelande H. (2014), “Relationship Between Instructional Supervision and Professional Development”, International Education Journal: Comparative Perspectives, Vol.13, No.1 : 82 – 92.

Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen.

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Timur di Kalimantan Tengah.

Zepeda, Sally J., Instructional Supervision Applying Tools and Concepts, New York: Eye On Education, Inc., 2003.