PENGARUH SUPERVISI KELOMPOK DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGAWAS TERHADAP KINERJA GURU PAI DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL

INTERVENING STUDI DI KOTA SALATIGA TAHUN 2017

 

Khairussaleh

Prodi Supervisi Pendidikan Islam Pascasarjana IAIN Salatiga

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi data supervisi kelompok, komunikasi interpersonal pengawas, motivasi kerja guru dan kinerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017 dan pengaruh secara parsial variabel supervisi kelompok, komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru PAI dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening.Jenis penelitian ini adalah field research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan termasuk penelitian ekspalanatif, dimana menjelaskan hubungan dan pengaruh melalui pengujian hipotesis. Populasi penelitian ini adalah guru PAI se-Kota Salatiga dengan jumlah sampel penelitian 80 orang guru PAI.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) motivasi kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru PAI (2) supervisi kelompok pengawas berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru PAI (3) komunikasi interpersonal pengawas berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru PAI (4) supervisi kelompok pengawas berpengaruh positif dan signifikan secara tidak langsung melalui variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru PAI dan (5) komunikasi interpersonal pengawas berpengaruh positif dan signifikan secara tidak langsung melalui variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru PAI. Hasil penelitian ini juga menjawab research gap kinerja guru dan menyimpulkan bahwa supervisi pengawas berpengaruh terhadap kinerja guru.

Kata kunci: Supervisi kelompok, komunikasi interpersonal pengawas  motivasi kerja guru, Kinerja

 

PENDAHULUAN

Latar Belakan Masalah

Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 pasal 1 disebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Selanjutnya dalam pasal 8 disebutkan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Melihat dari tugas dan kewajiban di atas, beban dan tanggung jawab kinerja seorang guru sangat besar dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengajar menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas pembelajaran. Untuk itu peningkatan kinerja guru perlu dilakukan baik oleh guru itu sendiri dengan motivasi yang dimilikinya, maupun oleh pihak pengawas atau juga kepala sekolah melalui pembinaan-pembinaan. Dalam teori Husanker yang dikutip Supardi (2014:47), kinerja = ability + motivasi. Teori ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai ability yang tinggi tetapi memiliki motivasi yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah. Atau jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi tetapi ability rendah, kinerjanya juga akan rendah.

Peningkatan kinerja guru selain dengan motivasi, juga diperlukan pembinaan dan pengawasan dari pengawas sekolah. Menurut Glickman yang dikutip Masaong (2013:71) kualitas proses pembelajaran dan kualitas peserta didik tidak dapat dipisahkan dari tiga komponen, yaitu pengawas, guru dan peserta didik. Kualitas dari peserta didik banyak dipengaruhi oleh kualitas guru, dan kualitas guru banyak dipengaruhi oleh kualitas pengawasan dari supervisor.

Dengan adanya supervisi akademik pengawas maka sesuai dengan tujuannya pengawas akan memberi layanan bim­bingan kepada guru untuk meningkatkan kinerja guru. Frans Sudirjo(2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa supervisi berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Dalawi, dkk., (2013) menemukan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan kinerja atau profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran. Marjianto (2015) juga menyatakan bahwa supervisi kepala sekolah berpengaruh positif terhadap nilai kinerja guru.Wyn, dkk., (2014) juga menemukan bahwa supervisi pengawas sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru. Rauh, dkk.,(2013) juga menemukan bahwa supervisi akademik kepala sekolah berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru. Penelitian-penelitian tersebut mengindikasikan bahwa supervisi yang dilakukan pengawas atau kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap upaya peningkatan kinerja guru.

Meskipun demikian, terdapat juga penelitian yang menemukan bahwa supervisi pengawas akademik tidak berpengaruh terhadap kinerja guru. Hadi Fatkhurokhim (2016) menemukan bahwa supervisi pendidikan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Fuad Hartadi (2013) menyatakan bahwa supervisi akademik pengawas sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Begitu juga dengan hasil penelitian Ernawati dan Marjono (2007), Muhyi, Dantes, dan Lasmawan (2013), dan Wilis Werdiningsih (2015) menemukan bahwa supervisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Bahkan Sailesh Sharma, dkk., (2011) mengatakan peranan pengawas hanyalah sekedar menyelesaikan pekerjaan mereka di atas kertas saja, supervisi pengawas tidak bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan hanya proses untuk mencari kesalahan guru. Dari telaah beberapa hasil temuan penelitian di atas maka ditemukan inkonsistensi hasil penelitian pengaruh supervisi akademik pengawas terhadap kinerja guru.

Implementasi supervisi akademik pengawas PAI, berdasarkan Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah (2012:13) dinyatakan bahwa ekuivalensi kegiatan kerja pengawas pendidikan agama Islam sekolah dasar terhadap 24 jam tatap muka menggunakan pendekatan minimal 60 orang guru PAI TK/SD/SLB dan 40 orang untuk guru PAI SMP/SMA/SMK.

Berdasarkan pra survey, masih banyaknya ditemukan jumlah pengawas yang tidak seimbang dengan jumlah guru, menyebabkan proses supervisi oleh pengawas kurang efektif dan efisien dan komunikasi pengawas terhadap guru PAI menjadi tidak merata. Selain itu pelaksanaan supervisi oleh pengawas cenderung bersifat administratif, kurang menyentuh kepada peningkatan kemampuan profesional guru PAI dalam upaya peningkatan kinerja guru. Teshome (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengawasan yang berbasis sekolah tidak efektif berdasarkan pendekatan kepengawasan. Maka salah satu solusi alternatif yang mungkin efektif dan efisien adalah dengan melakukan supervisi dengan teknik kelompok.

Teknik supervisi kelompok dinilai efektif karena supervisor tidak perlu mendatangi guru-guru PAI satu persatu ke sekolah masing-masing, cukup dengan mengumpulkan guru-guru PAI pada satu tempat untuk dilakukan supervisi. Supervisi kelompok ini dapat dilakukan di Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk sekolah dasar, dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk SMP dan SMA.

Pelaksanaan supervisi akan berjalan dengan baik jika terjalin komunikasi interpersonal yang baik antara pengawas dengan guru yang disupervisi. D. McQuail yang dikutip Peter Hartley (1996:2) berkata “All social interaction is necessarily communicative and any social process presumes a communication process”. Komunikasi yang baik akan memberikan dampak yang luas terhadap kinerja guru. Tidak seimbangnya antara jumlah pengawas dengan guru, akan berdampak tidak efektifnya komunikasi antara pengawas dan guru, komunikasi cenderung tidak merata. Hal ini tentu akan menghambat keberhasilan dari supervisi itu sendiri. Robbins (2006:392) mengatakan bahwa salah satu kekuatan yang paling menghambat suksesnya kinerja pegawai adalah kurangnya komunikasi yang efektif.

KAJIAN TEORI

Supervisi kelompok adalah salah satu teknik dalam supervisi. Menurut Pidarta, teknik supervisi kelompok adalah suatu pembinaan terhadap sejumlah guru yang memiliki kualifikasi yang sama, oleh satu atau beberapa supervisor yang memiliki spesialisasi yang berbeda. Materi yang disampaikan supervisor dibahas bersama guru-guru dan disimpulkan bersama (Pidarta, 2009: 165-166). Menurut Prasojo dan Sudiyono (2011: 107), teknik supervisi kelompok adalah cara melaksanakan supervisi yang ditujukan pada dua orang guru atau lebih, yang memiliki masalah atau kebutuhan yang sama dan dikumpulkan bersama untuk diberikan layanan supervisi.

Dari pengertian di atas diketahui bahwa supervisi kelompok adalah layanan supervisi yang dilakukan pengawas terhadap guru, dua orang atau lebih yang mempunyai permasalahan yang sama pada satu tempat. Adapun teknik supervisi kelompok menurut Gwynn yang dikutip Lantip (2011: 108)), yaitu: (1) Kepanitiaan, (2) kerja kelompok, (3) laboratorium dan kurikulum, (4) membaca terpimpin, (5) demontrasi pembelajaran, (6) darmawisata, (7) kuliah / studi, (8) diskusi panel, (9) perpustakaan, (10) organisasi profesional, (11) buletin supervisi, (12) pertemuan guru, (13) lokakarya. Menurut Pidarta (2009: 169), teknik supervisi kelompok ada beberapa jenis, yaitu (1) rapat guru, (2) supervisi sebaya, (3) diskusi, (4) demontrasi, (5) pertemuan ilmiah, (6) kunjungan ke sekolah lain.

Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. De Vito dalam Suharsono dan Lukas Dwiantara (2013: 86), adalah “Interpersonal communication is the communication that takes place between two persons who have an established relationship, the people are in some way ‘connected’. Richard West dan Lynn H. Turner yang dikutip Suharsono dan Lukas Dwiantara juga mendefenisikan, bahwa “Interpersonal communication as the process of message transaction between people to create and substain share meaning”. Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dan komunikan, dua orang atau lebih yang bersifat langsung dan dialogis. Langsung maksudnya ada umpan balik ketika komunikasi berlangsung. Dialogis artinya terjadi percakapan antara komunikan dan komunikator yang bersifat timbal balik atau disebut komunikasi dua arah (Effendy, 2000:8).

Menurut Hamalik (2010:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Robbins (2001:168) motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan terjadi apabila tidak ada keseimbangan antara apa yang dimiliki dan apa yang diharapkan.

Kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan suatu pekerjaan (Hasibuan, 2003:94). Menurut Fattah (2003:19) kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu. Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Menurut Winardi (2002:6) motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia,yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar,yang berpengaruh terhadap hasil kinerja. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan bekerja individu atau kelompok terhadap pekerjaan guna mencapai tujuan.

Supardi (2014:47) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil kerja yang didapat seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan. Mulyasa (2013:88) mengatakan kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dimilikinya. Dari teori-teori di atas penelitian ini merumuskan kinerja guru adalah pelaksanaan kerja yang berupa penampilan, perbuatan dan prestasi kerja guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian termasuk jenis penelitian field research, yaitu penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sifat penelitian ini dikatagorikan penelitian penjelasan (ekspalanatif), dimana menjelaskan hubungan dan pengaruh melalui pengujian hipotesis.(Iqbal Hasan, 2004:9)

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 April s.d 20 Mei 2017, yang bertempat di sekolah SD, SMP dan SMA/SMK se-Kota Salatiga Propinsi Jawa Tengah. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas ; supervisi kelompok (X1) dan komunikasi interpersonal (X2), variabel intervening (X3) ; motivasi kerja guru, serta variabel terikat ; kinerja guru (Y).

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru pendidikan agama Islam (PAI) se-Kota Salatiga dengan jumlah keseluruhan populasi adalah 169 orang guru PAI. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Quato Sampling. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket. Uji validitas menggunakan tehnik korelasi product moment dengan bantuan SPSS Statistics 20.0 For Windows, instrument valid jika nilai rhitung > rtabel.dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Instrumen dapat dikatakan reliabel jika koefesien Alpha Cronbach> rtabel.Teknik analisis data yang digunakan dalampenelitian adalah analisis regresi sederhana dengan bantuan SPSS Statistics 20.0 For Windows.

HASIL PENELITIAN

Data penelitian diambil menggunakan angket yang telah diuji validitas dan realibilitas untuk masing-masing instrument. Adapun variabel penelitian ini adalah supervisi kelompok pengawas, komunikasi interpersonal pengawas, motivasi kerja guru dan kinerja guru PAI.

Supervisi kelompok diperoleh mean sebesar 64,36 dengan standar deviasi 8,977. Variabel komunikasi interpersonal pengawas memperoleh mean sebesar 58,24 dan standar deviasi 7,634. Variabel motivasi kerja meannya sebesar 87,67 dan standar deviasinya 8,295 dan variabel kinerja guru PAI memperoleh mean sebesar 129,98 dan standar deviasinya 11,518.

Supervisi kelompok oleh pengawas di Kota Salatiga menurut persepsi guru PAI diketahui kriteria sangat baik 35%, baik 41,25%, cukup 18,75%, kurang 5%. Sedangkan diperoleh mean sebesar 64,36 yang terletak pada interval 59-69 dalam katagori baik. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa supervisi kelompok yang dilakukan pengawas PAI terhadap guru PAI adalah baik.

Komunikasi interpersonal pengawas di Kota Salatiga menurut persepsi guru PAI diketahui kriteria sangat baik 43,75%, baik 51,25%, cukup 2,5%, kurang 2,5%. Sedangkan diperoleh mean sebesar 58,24 yang terletak pada interval 49-59 dalam katagori baik.

Motivasi kerja guru PAI di Kota Salatiga secara berturut-turut diketahui kriteria sangat baik 37,5%, baik 28,75%, cukup 22,5%, kurang 11,25%. Sedangkan diperoleh mean sebesar 87,67 yang terletak pada interval 85-92 dalam katagori baik. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa motivasi kerja guru PAI di Kota Salatiga adalah baik.

Kinerja guru PAI di Kota Salatiga diketahui kriteria sangat baik 27,5%, baik 31,25%, cukup 31,25%, kurang 10%. Sedangkan diperoleh mean sebesar 129,98 yang terletak pada interval 127-138 dalam katagori baik. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kinerja guru PAI di Kota Salatiga adalah baik.

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru PAI

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa motivasi kerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017 termasuk dalam katagori baik, dengan mean sebesar 87,67 yang terletak pada interval 85-92 dengan prosentase 28,75%. Terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru PAI sebesar 68,2%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru PAI. Maka H1 diterima, semakin tinggi motivasi kerja guru maka semakin meningkat kinerja guru PAI.

Pengaruh Supervisi Kelompok Terhadap Motivasi Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi kelompok yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kota Salatiga tahun 2017 termasuk dalam katagori baik, dengan mean sebesar 64,36 yang terletak pada interval 59-69 dengan prosentase 41,25%. Terdapat pengaruh supervisi kelompok terhadap motivasi kerja guru PAI sebesar 27,7%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kelompok memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan motivasi kerja guru. Maka H2 diterima, semakin baik supervisi kelompok laksanakan oleh pengawas maka motivasi kerja guru akan semakin meningkat.

 

Pengaruh Supervisi Kelompok Terhadap Kinerja Guru PAI

 Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hasil analisis deskripsi menunjukkan bahwa supervisi kelompok yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kota Salatiga tahun 2017 termasuk dalam katagori baik, dengan mean sebesar 64,36 yang terletak pada interval 59-69 dengan prosentase 41,25%. Terdapat pengaruh supervisi kelompok terhadap kinerja guru PAI sebesar 21,1%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kelompok memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan kinerja guru PAI. Maka H3 diterima, semakin baik supervisi kelompok laksanakan oleh pengawas maka kinerja guru PAI akan semakin meningkat.

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Pengawas Terhadap Motivasi Kerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal pengawas di Kota Salatiga tahun 2017 termasuk dalam katagori baik, dengan mean sebesar 58,24 yang terletak pada interval 49-59 dengan prosentase 51,25%. Terdapat pengaruh komunikasi interpersonal pengawas terhadap motivasi kerja guru PAI sebesar 34,8%. Sedikit lebih besar dari pengaruh supervisi kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal pengawas memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap peningkatan motivasi kerja guru. Maka H4 diterima, semakin baik komunikasi interpersonal pengawas maka motivasi kerja guru akan semakin meningkat.

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Guru PAI.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa berdasarkan analisis deskriptif komunikasi interpersonal pengawas di Kota Salatiga tahun 2017 termasuk dalam katagori baik, dengan mean sebesar 58,24 yang terletak pada interval 49-59 dengan prosentase 51,25%. Terdapat pengaruh komunikasi interpersonal pengawas terhadap kinerja guru PAI sebesar 39,5%. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal pengawas memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja guru PAI. Maka H5 diterima, semakin baik komunikasi interpersonal pengawas maka kinerja guru PAI akan semakin meningkat.

Path Analysis

Pengaruh supervisi kelompok terhadap kinerja guru PAI

Hasil analisis jalur melalui regresi sederhana menunjukkan bahwa supervisi kelompok berpengaruh langsung terhadap kinerja guru. Selain itu supervisi kelompok juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari motivasi kerja (sebagai variabel intervening) lalu ke kinerja guru.

Besarnya pengaruh langsung adalah 21,1% sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan menjumlahkan koefisien tidak langsungnya yaitu 27,7% + 68,2% = 95,9%. Oleh karena koefisien pengaruh tidak langsung lebih besar dari koefisien pengaruh langsung, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh yang sebenarnya melalui pengaruh tidak langsung. Artinya supervisi kelompok yang dilakukan pengawas tidak otomatis langsung dapat meningkatkan kinerja guru PAI, tetapi untuk meningkatkan kinerja guru PAI, maka seorang pengawas dalam melakukan supervisi harus meningkatkan motivasi kerja guru terlebih dahulu, barulah kinerja guru akan meningkat.

 

 

Pengaruh komunikasi interpersonal pengawas terhadap kinerja guru PAI

Hasil analisis jalur melalui regresi sederhana menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal pengawas berpengaruh langsung terhadap kinerja guru. Selain itu komunikasi interpersonal pengawas juga berpengaruh secara tidak langsung yaitu dari motivasi kerja (sebagai variabel intervening) lalu ke kinerja guru.

Besarnya pengaruh langsung adalah 21,1% sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan menjumlahkan koefisien tidak langsungnya yaitu 34,8% + 68,2% = 103%. Oleh karena koefisien pengaruh tidak langsung lebih besar dari koefisien pengaruh langsung, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh yang sebenarnya melalui pengaruh tidak langsung. Artinya bahwa komunikasi interpersonal pengawas tidak otomatis langsung meningkatkan kinerja guru PAI, tetapi untuk meningkatkan kinerja guru PAI, seorang pengawas harus meningkatkan motivasi kerja guru, barulah setelah itu kinerja guru PAI akan meningkat.

 PENUTUP

 Kesimpulan

1.     Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru PAI. Artinya bahwa semakin tinggi motivasi kerja guru PAI, maka kinerja guru PAI akan semakin meningkat.

2.     Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervisi kelompok oleh pengawas terhadap motivasi kerja guru PAI. Pengaruh positif ini berarti semakin baik supervisi kelompok yang dilakukan pengawas, maka motivasi kerja guru PAI semakin meningkat.

3.     Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan komunikasi interpersonal pengawas terhadap motivasi kerja guru PAI. Berarti semakin baik komunikasi interpersonal pengawas, maka motivasi kerja guru PAI akan semakin meningkat.

4.     Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervisi kelompok oleh pengawas terhadap kinerja guru PAI. Baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui variabel motivasi kerja. Karena pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung, maka disimpulkan pengaruh sebenarnya adalah pengaruh tidak langsung. Semakin baik supervisi kelompok pengawas maka semakin meningkat motivasi kerja guru PAI, semakin meningkat motivasi kerja guru maka kinerja guru pun akan semakin meningkat.

5.     Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan komunikasi interpersonal pengawas terhadap kinerja guru PAI. Baik pengaruh secara langsung yaitu maupun pengaruh tidak langsung yaitu melalui variabel motivasi kerja. Karena pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung. Jadi disimpulkan pengaruh sebenarnya adalah pengaruh tidak langsung. Semakin baik komunikasi interpersonal pengawas maka semakin meningkat motivasi kerja guru PAI, semakin meningkat motivasi kerja guru maka kinerja guru pun akan semakin meningkat.

 DAFTAR PUSTAKA

Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru, Bandung: Alfabeta, 2013.

Dalawi, dkk., “Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Smp Negeri 1 Bengkayang”, e-Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, Nomor 3 (2013).

Demissie Teshome, “School-Based Supervision Behavior in Second Cycle Primary Schools Of Kolfe Keranio Sub-City in Addis Ababa”, Tesis, Addis Ababa University, 2014.

Direktorat Pendidikan Agama Islam, Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012.

Ernawati dan Marjono, “Pengaruh Supervisi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru”, Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia, Vol. 2, Nomor 1, (Desember 2007).

E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Frans Sudirjo dan Deriana Rekno Wulan, “Pengaruh Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Untuk Peningkatan Kinerja Guru”, e-Jurnal Serat Acitya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Volume 2, Nomor 3 (2013).

Fuad Hartadi, “Pengaruh Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru pada SMK Negeri di Kabupaten Gunungkidul”, Tesis, UGM Yogyakarta, 2013.

Hadi Fathurrohim, “PengaruhPelaksanaan Supervisi Pendidikan Terhadap Kinerja Guru Di Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Edisi 33, Tahun ke-5 (2016).

L. Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2011.

I Nyoman Rauh, dkk., “Kontribusi Gaya Kepemimpinan, Supervisi Akademik Kepala Sekolah, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Guru SD di Gugus III Kec. Sukasada”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi Administrasi Pendidikan, Volume 4 (2013).

Iqbal Hasan,Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Iqbal Hasan,Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Marjianto, “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah”, Jurnal Sains Sosial dan Agama, Volume 1, Nomor 1 (Juli 2015).

Meta Eka Setyana, Irawan Suntoro, Sumadi, “Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di Sekolah Bodhisattva Bandar Lampung”, Jurnal Manajemen Mutu Pendidikan, Volume 1, Nomor 3, 2013.

Muhyi, N. Dantes, I. W. Lasmawan, “Kontribusi Supervisi Pembelajaran Pengawas Sekolah, Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri Kecamatan Aikmel”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, Volume 3, Tahun 2013.

Muyadi, “Efforts To Improve Teachers Implementing Capabilities Through Character Education Technical Supervision Group At State Elementary School 17 Panyakalan District Of Solok District Kubung”, Pedagogi, Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Volume XV, Nomor 2 (November 2015).

Sri Rahayu,“Kontribusi Komunikasi Interpersonal, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Budaya Kerja Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Dan Dampaknya Pada Kepuasan Kerja Guru SMP N Kecamatan Wonogiri”, Tesis,Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016

Suryantini, “Peningkatan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Melalui Supervisi Kelompok di Sekolah Dasar”, Jurnal Managemen Pendidikan, Volume 11, Nomor 2, (Januari 2016).

Suharsono dan Lukas Dwiantara, Komunikasi Bisnis, Yogyakarta: CAPS, 2013.

Tri Hartanti, “Peningkatan Kemampuan Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Guru Kelas di Gugus IX Dhandhanggula UPTD Dikpora Jebres Surakarta Melalui Supervisi Kelompok”, Jurnal Varia Pendidikan, Volume 28, Nomor 1 (Juni 2016).

Wilis Werdiningsih, “Korelasi Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Kerja dengan Kinerja Guru SMK 2 Ponorogo”, Tesis, STAIN Ponorogo, 2015.

Wyn Murnayasa, dkk., “Kontribusi Pelaksanaan Supervisi Pengawas Sekolah, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di SD se-Kecamatan Bangli”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi Administrasi Pendidikan, Volume 5 (2014)..