Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN
PADA SISWA KELAS IX.6 SMP NEGERI 1 TEMBILAHAN
Iswati
SMP Negeri 1 Tembilahan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan metode pebelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan berbagai tindakan guna memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX.6 di SMP Negeri 1 Tembilahan yang nilai rata-rata kelas masih rendah atau kurang dari 70 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) khususnya pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Untuk menganalisis data dari hasil lembar observasi aktivitas dan nilai rata-rata kelas menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan metode kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat pada nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan pada siklus I nilai aktivitas siswa adalah sebesar 46,69% mempunyai tingkat aktivitas rendah. Siklus II tingkat aktivitas belajar siswa meningkat, yaitu 70,56% mempunyai tingkat aktivitas belajar siswa tinggi. Hal ini, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan mengunakan metode kooperatif tipe Team Asisted Individualization (TAI). Nilai rata-rata hasil belajar pada pre test siklus I 64,30 dan nilai rata-rata post test siklus I 72,14 dan post test siklus II 78,05. Masing-masing nilai rata-rata hasil belajar siswa pada post test dan pre test siklus I dan II mengalami kenaikan. Hal ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan tiap siklusnya.
Kata Kunci: Team Assisted Individualization (TAI), Aktivitas dan Hasil Belajar, Pendidikan Kewarganegaraan
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti merubah kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawabâ€. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Tujuan PKn sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 mengenai Standar Isi yang salah satunya adalah peserta didik mampu berfikir kritis, rasional dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan. Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006:19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluatorâ€. Proses pembelajaran yang baik tentunya akan berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Dalam kegiatan belajar siswa dituntut harus aktif dalam pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas.
Seharusnya dalam proses pembelajaran yang memiliki peran aktif adalah siswa. Guru hanya sebagai fasilitator yang berperan untuk menciptakan suasana dan lingkungan sekitar yang dapat menunjang belajar siswa sesuai dengan minat, bakat dan kebutuhannya. Guru merupakan komponen dalam belajar mengajar yang berinteraksi langsung dengan siswa. Selama ini dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih banyak guru yang mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru. Seolah-olah guru sebagai sumber utama pengetahuan. Umumnya metode yang digunakan adalah metode ceramah sehingga proses pembelajaran bersifat monoton dan kurang bervariasi. Hal ini menyebabkan siswa kehilangan semangat atau minat dalam belajar dan cenderung menjadi pasif karena terlibat dalam proses pembelajaran. Tidak adanya semangat siswa dalam proses pembelajaran ini dapat menyebabkan aktivitas belajar siswa juga menjadi berkurang, padahal aktivitas belajar siswa ini sangatlah penting karena pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat (learning by doing) seperti yang diungkapkan oleh Sardiman, A.M.(2006:95). Dalam hal ini sebenarnya para guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memilih dan mendesain program atau metode mengajar sehingga bisa diterapkan menjadi sistem pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.
Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, guru sebagai tenaga pendidik perlu mencari atau mengganti metode pembelajaran yang tepat untuk itu perlu dipilih metode pembelajaran yang tepat dan menarik aktifitas siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan antara lain menerapkan metode pembelajaran kooperatif yang memasukkan unsur-unsur keterlibatan siswa secara langsung. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Metode pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam, salah satunya adalah tipe Team Assisted Individualization (TAI). Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI, peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi peserta didik yang memerlukannya. Metode pembelajaran ini perlu diteliti untuk mencari metode pembelajaran alternatif yang dapat mengaktifkan peserta didik dan melibatkan guru secara langsung sebagai mitra kerja dalam proses pembelajaran. Sehingga metode pembelajaran kooperatif tipe TAI diharapkan dalam proses pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh peneliti uga menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pembelajaran PKn di kelas IX.6 SMP Negeri 1 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir juga tergolong masih rendah karena masih ada siswa yang belum mencapai taraf ketuntasan belajar yaitu ≥ 70 sehingga, masih diperlukan suatu perbaikan. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti melakukan penelitian tidakan kelas “penerapan pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization (tai) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pkn pada siswa kelas ix.6 smp negeri 1 tembilahanâ€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya, yaitu: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IX.6 SMPN 1 Tembilahan dalam mata pelajaran PKn melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IX.6 SMPN 1 Tembilahandalam mata pelajaran PKn melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Manfaat
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
Teoritis
Penelitian ini akan menambah kekayaan penelitian dibidang pengajaran PKn, memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya dunia pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan strategi pembelajaran.
Manfaat Praktis
1. Melatih, membimbing, mendidik siswa untuk mengemukakan pendapat dan melatih siswa untuk belajar secara aktif.
2. Memberikan gambaran bagi guru PKn dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization (TAI) sebagai salah satu pilihan dalam mata pelajaran PKn dan menambah wawasan dalam model pembelajaran kooperatif.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan metode belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif bertujuan meningkatkan minat belajar, perhatian, motivasi dan prestasi siswa. Anita Lie (2002: 17) berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstuktur. Dalam strategi ketergantungan yang positif di antara peserta didik, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara individu dan dapat melatih keterampilan sosial para peserta didik. Menurut Anita Lie (2002: 30) terdapat lima unsur metode pembelajaran kooperatif, yaitu: saling Ketergantungan Positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi Antar Kelompok, evaluasi Proses Kelompok.
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Metode Pembelajaran kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Slavin. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI tersebut mengkombinasikan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual yang dirancang untuk membantu dalam memecahkan masalah pada proses pembelajaran. Metode ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual, metode ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif, dan TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan metode pembelajaran dengan kelompok heterogen yang memberikan informasi untuk memahami suatu konsep. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Setiap siswa belajar atau mengerjakan latihan atau tugas secara individual dengan materi atau bahan yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Hasil belajar atau latihan siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok-kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 anggota dengan kemampuan heterogen.
c. Dalam kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. Jika ada jawaban yang tidak sama, saling berdiskusi atau dikoreksi bersama-sama untuk menemukan jawaban yang benar.
d. Guru memberikan tes individual, masing-masing mengerjakan tes tanpa boleh saling membantu diantara anggota kelompok.
e. Diakhir pertemuan, guru memberikan nilai dari masing-masing kelompok. Nilai ini berdasarkan pada jumlah rata-rata dari anggota masing-masing kelompok dan ketelitian dari tes keseluruhan.
Aktivitas Belajar
Pembelajaran merupakan aktivitas mengajar dan aktifitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan jalinan komunikasi harmonis antara mengajar dan belajar. Mengajar adalah proses membimbing untuk mendapatkan pengalaman belajar. Guru dapat membantu siswa dalam belajar tetapi guru tidak dapat belajar untuk siswa itu. Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Aktivitas harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Sardiman (1994: 95) mengemukakan belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman, 2007: 100). Menurut Sardiman (2001: 4) belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada belajar tanpa aktivitas. Oleh karena itu aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.
Guru berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif sehingga siswa tidak mengalami ketegangan dalam aktivitas belajar sehingga terjalin suatu hubungan (kedekatan emosional) selama terjadinya aktivitas belajar. Paul B. Diedrich dalam (Sardiman, 2004: 101) menggolongkan aktivitas belajar siswa dapat menjadi delapan meliputi:
a. Visual Activities, yang termasuk didalamnya ini membaca, mempratekkan, demonstrasi, percobaan.
b. Oral Activities, seperti: menyatukan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
c. Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing Activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket.
e. Drawing Activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta diagram
f. Motor Activities, seperti: melakukan aktivitas percobaan, membuat konstruksi, metode, permainan, berkebun, berternak.
g. Mental Activities, seperti: memecahkan soal, menganalisa, mengingat, mengambil keputusan.
h. Emotional Activities, seperti: merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.
Montesory (Sardiman, 2004: 95) berpendapat bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan guru hanya memberikan bimbingan dan perencanaan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh siswa. Dari pandangan para ahli bahwa siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan siswa yang berlangsung dalam interaksi atau hubungan dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat tetap.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) termasuk dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses berpikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang tertinggi (Suharsimi Arikunto, 2003: 114-115). Keenam jenjang tersebut adalah (1) Pengetahuan (2) Pemahaman (3) Penerapan (4) Analisis (5) Sintesis (6) Evaluasi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Menurut Benyamin Bloom dalam (Suharsimi Arikunto, 2003: 114-119) ranah tujuan pendidikan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual membedakan visual-auditif-motoris, kemampuan di bidang fisik, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2006: 23-30).
Hasil belajar PKn pada dasarnya merupakan dampak dari proses pembelajaran PKn. Hal ini berarti optimalnya hasil belajar PKn para siswa tergantung juga pada proses pembelajaran PKn yang dipandu oleh seorang guru. Dari berbagai pengertian belajar tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar PKn dapat dikatakan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki para siswa dalam menguasai konsep PKn melalui proses pembelajaran PKn dan kemampuan para siswa untuk menerapkan konsep PKn dalam kehidupan nyata.
PKN
Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 dijelaskan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah yang tentunya sudah selaras dengan apa yang menjadi fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan pengertian PKn, menurut (Cholisin (2001: 1) PKn adalah aspek pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Cholisin (2004:24) tujuan PKn yaitu:
a. Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Kerangka Berpikir
Proses bembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan tercapaianya kualitas pembelajaran siswa. Selama ini proses pembelajaran masih bersifat monoton dan terpusat kepada guru sehingga ketertarikan siswa menjadi cenderung berkurang dan pada akhirnya kualitas belajar menjadi menurun. Melihat situasi yang demikian, perlu dilakukan upaya pemecahan melalui penerapan pembelajaran yang terpusat kepada siswa. Sebagai alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan adalah pembelajaran kooperatif dengan tipe TAI.
Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah salah satu tipe dalam metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan sebagai alternatif guru untuk mengajar peserta didik. Metode ini memiliki keistimewaan yaitu siswa selain bisa mengembangkan kemampuan dirinya sendiri juga bisa mengembangkan kemampuan berkelompoknya. Metode TAI digunakan dalam pembelajaran PKn dengan tujuan membantu peserta didik mengatasi masalah-masalah belajar PKn sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization (TAI) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX.6 SMP Negeri 1 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Waktu penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 yaitu pada bulan Juli s/d September 2017.
Subjek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX.6 SMP N 1 Tembilahan, Sleman Yogyakarta dengan jumlah siswa 32 siswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 14 perempuan.
Jenis Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK), yang merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata kemudian melakukan refkelsi terhadap hasil tindakan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 3) menggabungkan tiga kata istilah, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan menurut Rapoport (Rochiati Wiriaatmadja, 200 9: 11), mengartikan penelitian tindakan k elas untuk membantu mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi da lam situasi darurat dan memban tu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam etika yang disepakati bersama. Dalam penelitian ini digunakan desain tindakan model Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya, 1994:20) yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Rancangan Penelitian
Pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TAI ada empat bagian yaitu:
a. Menyusun rancangan pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TAI.
b. Merencanakan alokasi waktu untuk pembelajaran kooperatif tipe TAI.
c. Melakukan tindakan berupa pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TAI.
d. Melakukan pengamatan dan pengkajian pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai bahan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pertemuan berikutnya.
Desain penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yang diadaptasikan dari Kemmis danTaggart (Suwarsih Madya, 2007: 58) yang menggambarkan penelitian tindakan kelas meliputi beberapa siklus dan masing-masing terdiri dari empat tahapan. Adapun tahap tersebut meliputi: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung berdasarkan pada lembar observasi untuk mengamati dan mencatat aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan kooperatf tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2002:127). Tes yang di maksud dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah:
Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengamatan yang ditujukan untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa. Lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa berisi aspek-aspek aktivitas belajar siswa yang disusun peneliti pada tahap perencanaan penelitian. Aspek-aspek untuk aktivitas belajar siswa yang tercantum dalam lembar observasi adalah aspek afektif dalam aktivitas belajar siswa.
Tes Hasil Belajar
Tes adalah serentetan pertanyaan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu. Tes dalam hal ini peneliti juga menjadikannya sebagai instrumen penelitian. Untuk instrumen tes digunakan pada tes terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan, yang berbentuk pilihan ganda. Jumlah soal tes sebanyak 20 butir dengan soal pilihan ganda empat alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d.
Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui kualitas pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta aktivitas belajar siswa digunakan lembar observasi. Dalam teknik menganalisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa digunakan teknik statistik deskriptif yaitu dengan penyajian berupa data tabel, dengan perhitungan rata-rata dan persentase. Penilaian dapat dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Data observasi yang telah diperoleh dihitung, kemudikan di sajikan secara deskriptif.
Data hasil tes dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil tes siswa pada kondisi awal dan akhir masing-masing siklus dihitung nilai rata-ratanya (mean). Perhitungan dalam analisis data tes setelah diketahui rata-ratanya kemudian diinterpresentasikan melalui kalimat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran, siklus pertama dilakukan dalam dua kali pertemuan begitu juga pada siklus kedua. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru langsung dengan menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran ini tediri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal terdiri dari penjelasan tentang serentetan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan tes yang bertujuan untuk mengetahui kemapuan siswa sebelumnya. Selanjutnya kegiatan intinya, dalam hal ini peneliti menjelaskan secara umum pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara.
Siklus I
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2017 pukul 11.30 WIB sampai dengan pukul 12.50 WIB. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2017 pukul 11.30 WIB sampai dengan pukul 12.50 WIB. Dalam proses pembelajaran pada siklus I melalui suatu penerapan metode kooperatif tipe TAI. Hasil observasi pada aktivitas siswa ini dilihat dari hasil pengamatan yang di amati dalam setiap aspeknya, yang ada pada indikator sebagai berikut: Aktif dalam memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru, siswa mampu menjawab pertanyaan pada saat diskusi, mengajukan pertanyaan/pendapat, mencatat atau merangkum materi pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung, siswa mampu melakukan diskusi dalam kelompok, berkeinginan untuk mengerjakan hasil dari pekerjaan rumah dan lembar kerja siswa di papan tulis, berani untuk mengambil keputusan yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran baik itu berupa keputusan benar atau salah dan berani untuk tampil kedepan kelas untuk menyelesaikan permasalahan.
Berdasarkan hasil observasi bahwa Skor partisipasi yang diperoleh masing-masing siswa siklus I menunjukkan bahwa dari 32 siswa, 18 siswa yang belum berhasil dalam pencapaian kriteria dalam partisipasi, belum dapat dikatakan melakukan aktivitas belajar, karena skor yang diperoleh kurang dari 61. Sedangkan siswa yang berhasil melakukan aktivitas hanya 14 siswa. Jadi pada siklus pertama ini aktivitas belajar siswa belum dikatakan meningkat karena belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang dicapai. Faktor yang menyebabkan tidak tercapainya aktivitas belajar siswa setiap indikatornya yaitu banyak siswa yang berbicara sendiri-sendiri sehingga, masih banyak siswa yang bingung, malu dan takut untuk menjawab pertanyaan secara langsung, siswa terlihat kurang aktif baik dari individual maupun kelompok, dan sejumlah siswa yang sudah melakukan aktivitas mencatat atau merangkum materi pembelajaran. Berdasarkan rata-rata siswa pada test I dapat diketahui sebesar (68,55). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa seteelah menggunakan metode kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Namun berdasarkan rata-rata pada siklus I di atas kriteria keberhasilan yaitu 70 belum tercapai, sehingga perlu dilanjutkan dengan siklus berikutnya yaitu siklus II.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2017 dan 14 Agustus 2017. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn siswa di kelas dilihat adanya peningkatan, dimana pada Siklus I yang mendapat kriteria cukup dari 18 menurun menjadi 7 siswa pada siklus II, sedangkan yang mandapat kriteria baik dari siklus I sebanyak 14 siswa, naik menjadi 25 siswa. Dari hasil peningkatan tersebut maka dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI sudah dapat dikatakan meningkatkan aktivitas belajar siswa karena sudah memehuhi kriteria yang telah ditentukan, dimana yang mengikuti aktivitas belajar minimal 23 siswa dengan memperoleh skor minimal 61. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan kelas IX.6 di SMP Negeri 1 Tembilahan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn siswa di kelas dilihat adanya peningkatan, dimana pada Siklus I yang mendapat kriteria cukup dari 18 menurun menjadi 7 siswa pada siklus II, sedangkan yang mandapat kriteria baik dari siklus I sebanyak 14 siswa, naik menjadi 25 siswa. Dari hasil peningkatan tersebut maka dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI sudah dapat dikatakan meningkatkan aktivitas belajar siswa karena sudah memehuhi kriteria yang telah ditentukan, dimana yang mengikuti aktivitas belajar minimal 23 siswa dengan memperoleh skor minimal 61. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
b. Metode kooperatif tipe TAI juga dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa di kelas. Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat dari adanya perubahan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 68,55 dan siklus II sebesar 78,23.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maupun kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
a. Guru perlu mengupayakan keaktifan siswa didalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan metode ataupun strategi pembelajaran yang ada.
b. Penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan masukan bagi guru untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran demi keberhasilan belajar siswa SMP Negeri 1 Tembilahan melalui metode pembelajaran TAI.
DAFTAR PUSTAKA
_________________, 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Anas Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Anita Lie. 2004.Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Barkah Lestari, dkk (2006) Implementasi Model Pembelajaran STAD dalam Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Ekonomi, Yogyakarta: FISE UNY.
Mohammad Asikin. 2001. Model-Model Pembelajaran Matematika. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Nana Sudjana. 1989. Dasar-Dasar dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Oemar Hamalik, 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakrta: PT. Bumi Aksara.
Rochiati Wiriaatmadja, 2009. Metode Penelitian Tinakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen. Bandung: Rosdakarya.
Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert. 2005. Penerjemahan Nurlita dari Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Bandung: Nusa Media.
Sri Rumini (et al). 2006. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Karya.
Suharsimi Arikunto, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwarsih Madya. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Lembaga Penelitian FKIP IKIP Yogyakarta.